Anda di halaman 1dari 17

Makalah tentang spesies Moluska

yang ada di St. Catarina

Mukhammad Khafid Abdullah

145100901111008

Prayogo Wicaksono

145100901111010

Universitas Brawijaya
Malang
2014

Daftar Isi

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Moluska (Mollusca) berasal dari kata mollis yang berarti lunak. Jadi Mollusca
berarti hewan bertubuk lunak. Mollusca adalah salah satu filum pada hewan. Tetapi
selama ini pemanfaatannya masih dalam urusan memasak saja. Meskipun saat ini
sudah ada pula pemanfaatan yang berkaitan dengan ilmu biologi, contohnya dalam
pembuatan kerang. Seharusnya kita lebih memanfaatkan filum ini karena Mollusca
merupakan filum terbesar kedua dalam kingdom animalia setelah filum Arthropoda.
Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil.
Mollusca hidup di laut, air tawar, payau, dan darat. Dari palung benua di laut sampai
pegunungan yang tinggi, bahkan mudah saja ditemukan di sekitar rumah kita.
merupakan hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk
semua
hewan
lunak
dengan
maupun
tanpa
cangkang,
seperti
berbagaijenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa saja jenis Mollusca yang ada di Santa Catarina?
Apa ciri-ciri Mollusca yang ada di Santa Catarina?
1.3 TUJUAN KEGIATAN
Untuk mengetahui jenis Mollusca yang ada di Santa Catarina.
Untuk mengetahui ciri ciri Mollusca yang ada di Santa Catrina

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Filum Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa Romawi milos yang berarti lunak. Jenis
Mollusca yang umumnya dikenal siput, kerang dan cumi-cumi. Kebanyakan
dijumpai di laut dangkal sampai kedalaman mencapai 7000 m, beberapa di air
payau, air tawar, dan darat. Anggota dari Filum Mollusca mempunyai bentuk
tubuh yang sangat berbeda dan beranekaragam, dari bentuk silindris, seperti
cacing dan tidak mempunyai kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat
tanpa kepala dan tertutup kedua keping cangkang besar. Oleh karena itu
berdasarkan bentuk tubuh, bentuk dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat
lainnya, filum Mollusca dibagi menjadi 8 kelas, yaitu: 1). Chaetodermomorpha;
2). Neomeniomorpha; 3). Monoplacophora; 4). Polyplacophora; 5). Gastropoda;
6). Pelecypoda; 7). Scaphopoda; dan 8). Cephalopoda (Suwignyo, 2005).
2.2. Gastropoda
Gastropoda berasal dari kata gastros : perut; podos : kaki. Jadi Gastropoda
berarti hewan yang berjalan dengan perutnya. Hewan anggota kelas Gastropoda
umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan bentuk
dan warna yang beragam. Cangkang Gastropoda sudah terpilin sejak masa embrio
(Harminto, 2003). Menurut Barnes (1980) dalam Handayani (2006) kelas
Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies
yang telah teridentifikasi, dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya.
Fosil dari kelas tersebut secara terus-menerus tercatat mulai awal zaman
Cambrian. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, seperti di darat
dan di laut. Maka dapat disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang
paling sukses di antara kelas yang lain.
2.2.1 Morfologi
Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian
besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya
dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah
belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya
berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-siput
Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali
ditemukan dalam bentuk sinistral (Dharma, 1988 dalam Handayani, 2006).
Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral disebabkan karena pengendapan bahan
cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji,
1987 dalam Handayani, 2006).
Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya
terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral ke arah

belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan


torsi atau perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai
sejak dari perkembangan larvanya (Dharma, 1988 dalam Handayani, 2006).
Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas: posterior, sutures,
whorl, spiral sculptures, axial, longitudinal, sculpture, posterior canal, aperture,
operculum, plaits on columella, outer lip, columella, anterior canal.
Gambar 2.1. Struktur Umum Morfologi Gastropoda
(Sumber Gambar: Grandmall, 2010).
2.2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan dari siput dan kerang terjadi jauh lebih cepat diwaktu
umurnya masih muda dibandingkan dengan siput yang sudah dewasa. Ada siput
yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang pertumbuhannya
terhenti setelah dewasa (Handayani, 2006). Karena proses pertumbuhan siput
muda cepat, maka jenis yang muda jauh lebih sedikit ditemukan dibandingkan
dengan yang dewasa.
Umur siput sangat bervariasi, ada beberapa jenis siput darat yang dapat
berkembang biak secara singkat dan dapat mengeluarkan telur-telurnya dua
minggu setelah menetas, tetapi ada juga yang berumur sangat panjang sampai
puluhan tahun. Menurut para ahli, umur siput dapat diperkirakan dengan melihat
alur-alur pada bagian tepi luar cangkang (Handayani, 2006).
2.2.3 Klasifikasi
Gastropoda umumnya hidup di laut, pada perairan yang dangkal, dan
perairan yang dalam. Menurut Dharma (1988) dalam Handayani (2006) kelas
Gastropoda dibagi dalam tiga sub kelas yaitu : Prosobranchia dan Pulmonata.
2.2.3.1 Sub Kelas Prosobranchia
Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior. Bukaan mantel
anterior brisi insang dan jantung, rongga visceral terpilin 180 (Harminto,
2003).
Sistem syaraf terpilin membentuk angka delapan, tentakel berjumlah dua
buah.
Cangkang umumnya tertutup oleh operkulum. Kebanyakan hidup di laut
tetapi
ada beberapa pengecualian, misalnya yang hidup di daratan antara lain dari
family
Cyclophoridae dan Pupinidae bernafas dengan paru-paru dan yang hidup di
air
tawar antara lain dari family Thiaridae. Sub kelas ini dibagi lagi ke dalam tiga
ordo yaitu : ArchaeoGastropoda, MesoGastropoda, dan NeoGastropoda.
2.2.3.1.1 Ordo MesoGastropoda

Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang
satu,
nefridium berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang
berjumlah
tujuh buah dalam satu baris. Hewan ini hidup di daerah hutan bakau atau
pohonpohon, laut surut sampai laut lepas pantai dan karang-karang di tepi
pantai, laut
dangkal bertemperatur hangat, laut dalam, di balik koral, parasit pada binatang
laut serta di atas hamparan pasir. Contoh ordo MesoGastropoda adalah
Crepidula,
Littorina, Campeloma, Pleurocera, Strombus, Charonia, Vermicularia.

Gambar 2.6. Contoh ordo MesoGastropoda. (A) Crepidula (B) Littorina


(C) Campeloma (D) Pleurocera (E) Strombus (F) Charonia
(G) Vermicularia. (Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968).
2.2.3.2 Sub Kelas Pulmonata
Bernapas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala dilengkapi
dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyai mata,
rongga mentel terletak di interior, organ reproduksi hermaprodit atau berumah
satu. Sub kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu :
2.2.3.2.1 Ordo Stylomatophora
Tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata di
ujungnya, kebanyakan anggotanya teresterial. Misalnya Achatina, Triodopsin,
Limax.
AC
B
Gambar 2.16. Contoh ordo Stylomatophora. (A) Triodopsis (B) Limax (C)
Achatina. (Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)
2.2.3.2.2 Ordo Basomatophora
Tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata
didepannya, kebanyakan anggotanya hidup di air tawar, kosmopolitan. Contoh
ordo Basomatophora adalah Physa.
Gambar 2.17. Contoh ordo Basomatophora. (A) Lymnaea (B) Physa (C)

Helisoma (D) Ferrissia. (Sumber Gambar: Hegner & Engeman,


1968)

2.3 Bivalvia
Bivalvia adalah Mollusca yang memiliki sepasang cangkang yang dapat
membuka dan menutup. Bivalvia mempunyai bentuk simetri bilateral, namun hal ini
tidak berkaitan dengan lokomosi yang cepat (Kimball, 1999) serta pipih secara
lateral. Kaki biasanya berbentuk seperti baji (Yunani; peleky, baji) sehingga dikenal
pula sebagai Pelecypoda (Sugiri, 1989). Bivalvia umumny hidup di laut. Namun,
beberpa sesies ada juga yang hidup di air tawar. Contoh spesies dari kelas ini adalah
Anadonta woodina.

2.3.1 Sistematika Bivalvia


Kelas Bivalvia termasuk salah satu kelas dari phylum Molusca yang
memiliki empat ordo yaitu Protobranchia, Taxodonata, Dysodonta dan
Pseudolamellibranchia. Kebanyakan hidup di laut terutama di daerah littoral,
beberapa di daerah pasang surut dan air tawar. Beberapa jenis laut hidup sampai
kedalaman 5000 m (Swit, 1993).
Suwignyo (1998) membagi Bivalvia dalam 3 sub kelas diantaranya :
2.3.1.1 Sub kelas Protobranchia
Umumnya primitif; filamen insang pendek dan tidak melipat; permukaan kaki
datar dan menghadap ke ventral; otot aduktor 2 buah.
2.3.1.1.1 Ordo Nuculacea
Tidak mempunyai sifon; sebagai deposit feeder mendapatkan makanan
menggunakan proboscides; Nucula dan Yoldia dan hidup di semua laut terutama
daerah temperate.
2.3.1.1.2 Ordo Solenomyacea

Mempunyai sifon; menyaring makanan menggunakan insang;cangkang


mempunyai semacam tirai (awning); Solen cangkangnya sangat rapuh.
2.3.1.2 Sub kelas Lamellibranchia
Filamen insang memanjang dan melipat, seperti huruf W; antara filamen
dihubungkan oleh cilia (filabranchia) atau jaringan (eulamellibranchia)
2.3.1.2.1 Ordo Taxodonta
Gigi pada hinge banyak dan sama; kedua otot aduktor berukuran kurang lebih
sama; pertautan antara filamen insang tidak ada. Arca, Anadara, dan Barbatia.
Penyebarannya luas umumnya di pantai laut.
2.3.1.2.2 Ordo Anisomyaria
Otot aduktor anterior kecil atau tidak ada yang posterior ukurannya besar,
sifon tidak ada; terdapat pertautan antara filamen dengan cilia; biasanya sessile; kaki
kecil dan memiliki bisus. Beberapa diantaranya : Mitylus, Ostrea, Atrina dan
Pinctada.

2.3.1.2.3 Ordo Heterodonta


Gigi pada hinge terdiri atas beberapa gigi kardinal dengan atau tanpa gigi
lateral; insang tipe eulamellibranchia; kedua otot aduktor sama besar; tepi mantel
menyatu pada beberapa tempat, biasanya mempunyai sifon. Cardium, Corbicula,
Marcenaria, Tagelus, Mya dan Tridacna. Kebanyakan hidup di laut.
2.3.1.2.4 Ordo Schizodonta
Gigi dan hinge memiliki ukuran dan bentuk yang berfariasi; tipe insang
eulamellibranchia. Kerang air tawar Pseudodon, Anodonta dan Mutelidea.
2.3.1.2.5 Ordo Adapedonta

Cangkang selalu terbuka, ligamen lemah atau tidak ada; gigi pada hinge kecil
atau tidak ada; tipe insang eulamellibranchia; tepi mantel menutup, kecuali pada
bukaan kaki; sifon besar, panjang dan menjadi satu; hidup sebagai pengebor pada
subtrat keras. Pengebor tanah liat dan batu karang, Pholas, Mya, Panope, Teredo, dan
Bankia. Umum terdapat dilaut mana saja
2.3.1.2.6 Ordo Anomalodesmata
Tidak ada gigi pada hinge; tipe insang eulamellibranchia, tetapi lembaran
insang terluar mengecil dan melengkung kearah dorsal; bersifat hermaprodit. Lyonsia,
cangkang kecil dan rapuh, terdapat di laut dangkal Atlantik dan Pasifik.
2.3.1.3 Sub kelas Septibranchia.
Insang termodifikasi

menjadi

sekat

antara

rongga inhalant

rongga

suprabranchia, yang berfungsi seperti pompa. Umumnya hidup di laut dalam seperti
Cuspidularia dan Poromya.
2.3.2 Habitat Bivalvia
Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenis-jenis Bivalvia
mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku
dan hidup dalam satu ekosistem. Bivalvia pada umumnya hidup membenamkan
dirinya dalam pasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada yang
menempel pada benda-benda keras dengan semacam serabut yang dinamakan
byssal threads. Demikian pula Nontji (1987), Bivalvia hidup menetap di dasar
laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur bahkan pada
karang-karang batu. Akan tetapi pada beberapa spesies Bivalvia seperti Mytillus
edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat
cangkangnya untuk mencegah kehilangan air (Nybakken, 1992).

Gambar 2.3 Membenamkan Diri Pada Substrat

Menurut Odum (1988), dalam Samingan dan Srigondo (1993) bahwa


binatang infauna seringkali memberikan reaksi yang mencolok terhadap ukuran
butir atau tekstur dasar laut, sehingga habitat Molusca dari berbagai lereng pasir
lumpur akan berbeda. Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenisjenis pelecypoda mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk
dalam satu suku dan hidup dalam satu ekosistem.

Gambar 2.4 Brachiopoda Yang Melekat Pada Substrat Keras (Davis,1986)

. Nontji (1993), menyatakan bahwa pelecypoda hidup menetap di dasar


laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur adapula yang
menempel di pohon bahkan pada karang-karang batu. Pada beberapa spesies
pelecypoda seperti Mytillus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu
menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan air (Nybakken, 1992).

Gambar 2.5 Kerang Hijau melekat pada substrat dengan benang benang
(Davis,1986)
A. 2.3.3 Peranan Pelecypoda
Secara ekologis, jenis Pelecypoda penghuni kawasan hutan mangrove
memiliki peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan
hutan mangrove, karena disamping sebagai pemangsa detritus, pelecypoda
berperan dalam proses dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik yang
bersifat herbivor dan detrivor. Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam
air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikroorganisme (bakteri dan jamur).
Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang
pada gilirannya menjadi mangsa pelecypoda di samping sebagai pemangsa
detritus. Akar pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah
nursery bagi ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang

10

ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan


perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove.
Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari
makan di habitat mangrove (Irwanto, 2006). Selain berperan sebagai rantai
makanan terhadap ekosistem mangrove pelecypoda di jadikan makanan, cangkok
pelecypoda bisa dimanfaatkan untuk membuat hiasan dinding, perhiasan wanita,
atau dibuat kancing. Ada pula yang suka mengumpulkan berbagai macam
cangkang pelecypoda untuk koleksi atau perhiasan.
Pelecypoda juga mempunyai kemampuan untuk mengontrol jumlah racun
dalam tubuh mereka melalui proses pengeluaran, sementara organisme lain tidak
dapat melakukan hal ini. Organisme yang tidak dapat mengontrol jumlah
kandungan

racun

akan

mengakumulasi

polutan

dan

jaringan

mereka

menunjukkan adanya polutan. Pelecypoda sangat baik mengakumulasi polutan


sehingga digunakkan sebagai biomonitor polusi (Philips dalam Sitorus, 2008).

11

BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
3.1 PEMBAHASAN AWAL JURNAL
Mollusca merupakan filum terbesar kedua setelah arthopoda. Oleh karena
banyaknya spesies dalam filum ini, informasi yang diperoleh saat ini masih kurang.
Oleh karena itu, penulis jurnal melakukan penelitian selama 14 tahun (1996-2010) di
Santa Catarina, Brasil untuk memperjelas informasi tentang Mollusca yang ada.
Penulis jurnal berkonsultasi dengan banyak spesialis nasional dan internasional.
Selain itu, sebagian besar didasarkan pada sastra dan/atau analisis specimen yang
disimpan dalam koleksi milik penelitian pusat atau lembaga penndidikan lingkungan.
Dalam mellakukan penelitian in, penulis jurnal mendapat dukungan dari
yayasan Resmi Lingkungan Negara Santa Catarina((Fundao do Meio Ambiente FATMA) bersama sama dengan (IGNIS - Perencanaan dan Lingkungan In-formasi),
bekerja menangani hewan hewan invertebrata daerah resmi. Peneliti hanya fokus
pada dua spesies (darat dan air tawar).
3.1 Data yang Didapat Penulis Jurnal dari Penelitian
Sampai pada semester pertama tahun 2010, terdiri dari total 878 taksa
(spesies,
subspesies,
termasuk
695
laut
dan
183
kontinental
). Angka ini mungkin bisa meningkat karena survey lapangan masih dilakukan.
Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh dari partisipasi aktif penulis dalam tiga
ekspedisi terakhir dengan pengambilan sampel di lapangan yang berhubungan taksa
Mollusca laut dan darat.
Pengendalian spesies eksotik invasive bersama dengan institut Horus
pengembangan dan lingkungan konservasi. Sampai saat ini total 20 bentuk spesies
Mollusca eksotis yang telah dikonfirmasi, 14 Gastropoda dan 6 Bivalvia. [ 11
Gastropoda darat, 3 Gastropoda air tawar, 2 Bivalvia , air tawar, dan 4 Bivalvia laut.
Sebanyak 675 kelautan dan 82 kontenintal bentuk Mollusca resmi
dipertimbangkan dan diakui untuk dikaji dalam Database IGNIS. ). Secara khusus,
156 taksa laut (21 chpealopoda, 89 Gastropoda dan 46 Bivalvia) dimasukkan dalam
daftar, bersama dengan 17 spesies laut yang baru (11 Chepalopoda dan 6
Gastropoda). Selain itu, dar 82 bentuk continental Mollusca, hanya 18 spesies yang
termasuk dalam daftar IGNIS dan hanya 14 (9 Bivalvia dan 5 Gastropoda)yang
dianggap sebagai spesies yang valid. Selain itu, 4 Bivalvia air tawar (3 mycepodidae
dan 1 hyriidae) ditambahkan pada daftar, berdasarkan hipotesis jelas terjadinya
mereka dengan alasan zoogeografis.
Gambar untuk Mollusca

12

kelas Gastropoda
PROSOBRANCHIA subclass
order CAENOGASTROPODA
family HELICINIDAE

adalah rekor baru untuk daerah di


bawah ulasan
(Agudo-Padrn & Bleicker, 2011).
family HYDROBIIDAE

Helicina angulata Sowerby, 1873

Potamolithus catharinae Pilsbry, 1911


(Gambar 6).

Terjadinya pohon bekicot ini

PULMONATA subclass

ditegaskan dalam survei lapangan.

family CHILINIDAE

family AMPULLARIIDAE

Chilina globosa Frauenfeld, 1881

Pomacea sordida Swainson, 1823


(Gambar 4).

family AGRIOLIMACIDAE

family THIARIDAE

Deroceras laeve (Mller, 1774)

Aylacostoma sp. (Gambar 5).


Ini gastropoda air tawar (sungai siput)
genus

kelas Bivalvia

13
2

order UNIONOIDA

2009a).

family HYRIIDAE

6 A. IGNACIO Agudo-Padron

Diplodon aethiops (Lea, 1860)


(Gambar 7).

Gambar

Spesies ini dianggap oleh Simone


(2006) sebagai salah satu bentuk
identik dari
spesies masih diperdebatkan
Rhipidodonta charruana
(d'Orbigny, 1835) (Agudo-Padrn,
2008b;

order Veneroida
family CORBICULIDAE
Corbicula largillierti (Filipi, 1844)
(Gambar 8).

14
2

BAB IV
KESIMPULAN
Moluska (Mollusca) berasal dari kata mollis yang berarti lunak. Jadi Mollusca
berarti hewan bertubuk lunak. Mollusca adalah salah satu filum pada hewan. 75 ribu
jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil. Oleh karena itu berdasarkan bentuk
tubuh, bentuk dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat
lainnya, filum Mollusca dibagi menjadi 8 kelas, yaitu: 1). Chaetodermomorpha;
2). Neomeniomorpha; 3). Monoplacophora; 4). Polyplacophora; 5). Gastropoda;
6). Pelecypoda; 7). Scaphopoda; dan 8). Cephalopoda.
Gastropoda berasal dari kata gastros : perut; podos : kaki. Jadi
Gastropoda berarti hewan yang berjalan dengan perutnya. Hewan anggota kelas
Gastropoda umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan
bentuk dan warna yang beragam.
Bivalvia adalah Mollusca yang memiliki sepasang cangkang yang dapat
membuka dan menutup. Bivalvia mempunyai bentuk simetri bilateral, namun hal ini
tidak berkaitan dengan lokomosi yang cepat (Kimball, 1999) serta pipih secara
lateral.
Sampai pada semester pertama tahun 2010, terdiri dari total 878 taksa
(spesies,
subspesies,
termasuk
695
laut
dan
183
kontinental
). Pengendalian spesies eksotik invasive bersama dengan institut Horus
pengembangan dan lingkungan konservasi. Sampai saat ini total 20 bentuk spesies
Mollusca eksotis yang telah dikonfirmasi, 14 Gastropoda dan 6 Bivalvia. [ 11
Gastropoda darat, 3 Gastropoda air tawar, 2 Bivalvia , air tawar, dan 4 Bivalvia laut.
Sebanyak 675 kelautan dan 82 kontenintal bentuk Mollusca resmi
dipertimbangkan dan diakui untuk dikaji dalam Database IGNIS. ). Secara khusus,
156 taksa laut (21 chpealopoda, 89 Gastropoda dan 46 Bivalvia) dimasukkan dalam
daftar, bersama dengan 17 spesies laut yang baru (11 Chepalopoda dan 6
Gastropoda).

3
15

Daftar Pustaka
Ramadhan,

tegar

2014.

Bivalvia.

[Online].

Tersedia

https://www.academia.edu/4493808/Bivalvia . [13 Oktober 2014]


Duck,

ayha.

2014.

Bivalvia

(Moluska).

[Online].

Tersedia

https://www.academia.edu/3244744/Bivalvia_moluska_ [13 Oktober 2014]


Anonim . 2013. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [Online]. Tersedia :
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22822BAB%20II.pdf . [ 12 Oktober 2014 ]
Leksono, Amin S. . 2011. Keanekaragaman Hayati : Teori dan Aplikasi. Malang:
Universias Brawijaya Press (UB Press)

Anda mungkin juga menyukai