TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM TENTANG KULIT DAN LUKA
1. Anatomi kulit
Kulit atau skin terdiri atas 2 lapisan utama,yaitu epidermis dan dermis.
Beberapa referensi lainnya menyebutkan bahwa hipodermis menjadi bagian dari
kulit sehingga kulit terdiri atas 3 lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan
hypodermis (subkutis). ( Anonim 2014 )
a. Epidermis
Terbagi atas 5 lapisan:
1) Stratum korneum/Lapisan tanduk
a) Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti
b) Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)
2) Stratum Lusidum
a)
b)
c)
Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan
d)
b)
c)
b)
c)
d)
Terdapat
jembatan
antarsel
(intecelluler
bridges)
yg
tdd:
f)
5) Stratum basale
a)
Terdiri dari sel sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
b)
c)
d)
e)
b. Dermis (korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang
terdiri dari 2 lapisan:
1) Pars papilare
a)
b)
2) Pars retikulare
a)
b)
c)
Deskripsi
keras
dan
kering.
Jaringan
tidak
mendapatkan
vaskularisasi yang baik dari tubuh sehingga mati. Luka dengan dasar
warna hitam mengalami deep tissue injury atau kerusakan kulit hingga
tulang.
2. Kuning (yellow). Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis yang
lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit yang sering
disebut dengan slough. Jaringan ini juga mengalami kegagalan
faskularisasi dalam tubuh dan memiliki eksudat yang banyak.
3. Merah (red). Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan
vaskularisasi yang baik dan memiliki kecenderungan mudah berdarah.
4. Pink. Warna dasar luka pink menunjukkan terjadinya proses epitalisasi
dengan baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun
biasanya sangat rapuh sehingga perlu untuk tetap dilindungi selama
proses maturasi terjadi.
4. Eksudat luka
a. Jenis eksudat
Produksi eksudat dimulai sesaat setelah luka terjadi sebagai akibat adanya
vasodilatasi pada fase inflamasi seperti histamin dan bradikinin, adapun jenis
eksudat yaitu :
Type
Colour
Consistency
Serous
Clear
Thin, watery
Fibrinous
Cloudy
Thin
Serosanguinous
Clear, pink
Thin, watery
Sanguinous
Red
Thin, watery
Seropurulent
Thicker, cream
Purulent
Thick
Haemopurulent
Dark, blood-stained
Viscous, sticky
Haemoragic
Red
Thick
b. Konsistensi eksudat
Konsistensi
Kemungkinan
High viscosity
( kental kadang
Jaringan nekrotik
melengket )
Enteric fistula
Low viscosity
( encer dan cair )
Bau ( odour )
2)
tidak
mengalami
penyembuhan
primer.
Tipe
ini
b)
c)
menciptakan
kondisi lembap
e)
Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam
proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi
dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi,
DM, Arthereosclerosis).
b.
Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan,
radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan (InETNA,
2004:13).
10
Chemical
debridement
yaitu
pengangkatan
jaringan
mati
dengan
c)
d)
e)
11
KLASIFIKASI DM
1) Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM)
Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya
berhubungan dengan tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya
dikatakan absolut karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen.
Penderita IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih
berat dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia,
umumnya usia muda.
12
(2000,
hal:
543)
menyatakanetiologi/penyebab
Diabetes
Melitustergantungdaritiap-tiaptipenya.
a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin,
pengidap penyakit itu harus mendapat insulin pengganti. IDDM disebabkan
oleh destruksi auto imun, sel-sel beta pulau langherhans dan terdapat
kecenderungan pengaruh genetik.
Dirumuskan bahwa kerusakan sel beta terjadi diakibatkan karena
infeksi , biasanya virus dan atau respon autoimun secara genetik pada orang
yang terkena. Awitan dimulai pada saat usia kurang dari 30 tahun.
1) Faktor genetik
2) Faktor-faktor imunologi
3) Faktor lingkungan : virus/toksin
4) Penurunan sel beta : Proses radang, keganasan pankreas, pembedahan.
5) Kehamilan
6) Infeksi lain yang tidak berhubungan langsung.
(Brunner & Suddarth, Tucker Susan Martin)
b. Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya. Kefosis resisten lebih sering pada orang
dewasa, tapi dapat juga terjadi pada semua umur, kebanyakan penderita
kelebihan berat badan, ada kecenderungan familial, mungkin perlu insulin
pada saat hiperglikemik selama stress (Long, BC, hal: 6).
13
14
akan tidak sadarkan diri atau mengalami koma diabetik akibat kadar glukosa
dalam darah terlalu tingggi.
b. Gejala kronik
Kadang-kadang penderita Diabetes Mellitus tidak menunjukkan
gejala mendadak namun setelah beberapa tahun bahkan beberapa bulan
penderita Diabetes Mellitus akan sering mengalami kesemutan, kulit terasa
panas, terasa tebal dan gagal. Keram dan gampang mengantuk, mata terasa
kabur dan sering ganti kacamata, gigi mudah goyang dan lepas, pada wanita
hamil sering mengalami keguguran dan melahirkan bayi mati serta
kemampuan seksual menurun (Mangoesnprasodjo, 2005).
5. Pencegahan Diabetes Melitus
Mangoenprasodjo (2005) menyebutkan bahwa bahwa Diabetes Mellitus
sebenarnya dapat dicegah dengan cara berikut:
a. Menurunkan berat badan jika kegemukan.
b. Lakukan aerobik paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali 16-60 menit
sampai berkeringat dan terengah-engah tanpa membuat napas sesak.
c. Komsumsi gula sesedikit mungkin atau seperlunya, karena bukan merupakan
bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula darah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dengan karbohidrat yang berasal
dari beras, sereal, roti, kentang atau mie dalam menu sehari-hari.
d. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah urin setiap tahun setelah berumur
40 tahun keatas. Mangoenprasodjo (2005).
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan Diabetes Mellitus bertujuan
untuk menghilangkan keluhan atau gejala Diabetes Mellitus. Sedangkan tujuan
jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan
dengan cara menormalkan kadar glukosa, Lipid, Insulin. Menurut Mansjoer
(2009), penatalaksanaan Diabetes Mellitus antara lain perencanaan makanan,
latihan jasmani, obat hipoglikemik, dan penyuluhan.
Penatalaksanaan diabetes melitus tergantung pada ketepatan interaksi
dari tiga faktor yaitu aktifitas fisik/ latihan, diet dan obat-obatan
a. Latihan jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes melitus
karena latihan jasmani akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
15
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot, sirkulasi darah dan tonus otot
juga sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga, kegiatan
yang dapat dilakukan adalah jogging, berenang, jalan kaki dan lain-lain
(Misnadiarly,2006)
b. Diet
Kepatuhan diet penderita diabetes melitus mempunyai fungsi yang sangat
penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki sistem
kougulasi darah (Waspadji,2006)
c. Obat-obatan
Apabila pengendalian diabetes melitus tidak berhasil dengan pengaturan
diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemia oral (OHO) dan terapai
insulin.
1) Oral (OHO) obat hipoglikemia : berdasarkan cara kerjanya, OHO dibedakan
menjadi 3 golongan : pemicu sekresi insulin : sulfonylurea dan glinid,
penambah sensivitas terhadap insulin metrofarmin, tiozolidindion dan
penghambat absorsi glukosa : penghambat alfa glukosidase.
2) Terapi insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans
kelenjar pangkreas. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa kedalam sel
untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan
glikogen didalam sel otot dan hati.
Indikasi terapi dengan insulin :
a. Semua penyandang diabetes melitus tipe I memerlukan insulin eksogen
karena produksi insulin oleh sel beta tidak atau hampir tidak ada.
b. Penyandang diabetes melitus tipe II tertentu mungkin membutuhkan
insulin bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah .
c. Keadaan stress berat seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan
infark miokard akut atau stroke.
d. Gangguan fungsi ginjal atau hati berat.
e. Kontra
indikasi
atau
alergi
terhadap
obat
hipoglikemia
oral
(Misnadiarly, 2006)
16
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
8. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.
Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes
ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma
(HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic,
nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi (Mangoenprasodjo,
2005).
C. Tinjauan Umum Tentang Ulkus Diabetik
1. Pengertian Ulkus Diabetik
Ulkus diabetikus adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes
mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya
kematian jaringan setempat (Anonim, 2011).
Kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi atau destruksi jaringan ikat dalam
yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai
bawah (Declori, 2008).
Ulcus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
maupun anaerob (Anonym, 2012).
a. Bagaimana fisiologis terjadinya ulkus kaki diabetik ?
Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga terdapat gula
berlebih pada jaringan yang merupakan medium yang baik sekali bagi
kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering mendapat tekan-an ataupun
17
trauma pada daerah telapak kaki ulkus berbentuk bulat biasa berdiameter
lebih dari 1 cm berisi massa jaringan tanduk lemak, pus, serta krusta di atas
(Handaya, 2009).
a. Alasan Klien Diabetes Berisiko Terjadi Luka
Ada banyak alasan mengapa klien diabetes beresiko tinggi terhadap kejadian
luka dikaki diantaranya diakibatkan karena kaki yang sulit bergerak terutama
jika klien dengan obesitas, neoropati sensorik, iskhemia sehingga proses
penyembuhan menjadi lambat akibat konstriksi pembuluh darah. Adanya
gannguan sistem imunitas, pada klien diabetes menyebabkan luka mudah
terinfeksi dan jika terkontaminasi bakteri akan menjadi ganren sehingga
makin sulit pada perawatannya serta beresiko terhadap amputasi (Anonym,
2012).
2. Klasifikasi Ulkus Diabetik.
Untuk tujuan klinis praktis, kaki diabetika dapat dibagi menjadi 3
katagori, yaitu kaki diabetika neuropati, iskemia dan neuroiskemia. Pada ulkus
yang dilatar belakangi neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura, kulit
hangat, kalus, warna kulit normal dan lokasi biasanya di plantar, lesi sering
berupa punch out.Sedangkan lesi akibat iskemia bersifat sianotik, gangren, kulit
dingin dan lokasi tersering adalah di jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan
seperti; tepi, dasar, ada atau tidak pus, eksudat, edema, kalus, kedalaman ulkus
perlu dinilai dengan bantuan probe steril. Probe (penyeledikan) dapat
membantu untuk menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus melibatkan
tendon, tulang atau sendi. Diabetic iskemik Pada DM dengan iskemik terjadi
vaskuler iskemik terjadi penyempitan pembuluh darah karena terebentuk
plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah asupan darah berkurang
agregat platelet juga berkurang proses penyembuhan luka sukar terjadi
(Anonym, 2012).
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut
Wagner, terdiri dari 6 tingkatan (Anonim 2012) :
0
18
= Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari
kaki, bagian depan kaki atau tumit.=
(Suharjo,
2007).
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetika (Anonym, 2012) yaitu :
5.
a)
Sering kesemutan.
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Kulit kering.
19
yang akurat dapat membantu diagnostic ke arah gangguan vena atau arteri
sehingga manajemen perawatan juga berbeda (Anonym, 2012).
Hasil perhitungan di atas di interpretasi pada tabel di bawah ini.
< 0.5
0.5-0.7
Arterial ulcer
0.7-0.8
venous ulcer
Gangguan
Gangguan
Gangguan
pembuluh
arteri
dan arteri
arteri
vena
vena
> 0.8
> 1.2
Venous ulcer
Calcified
Gangguan
dan pembuluh
vena
Periksa
ulang
20
21
22
23
kronik
jangka
panjang,
baik
makrovaskuler
maupun
dan
terjadinya
aterosklerosis.
Konsekuensi
adanya
24
sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.
Penelitian kasus kontrol oleh Pract, pada penderita DM dengan kolesterol,
HDL, trigliserida tidak terkontrol mempunyai risiko ulkus diabetika 3 kali
lebih tinggi dari pada kadar kolesterol, trigliserida normal.
h. Kebiasaan merokok.
Penelitian case control di California oleh Casanno dikutip oleh WHO
pada penderita Diabetes mellitus yang merokok 12 batang per hari
mempunyai risiko 3 X untuk menjadi ulkus diabetika dibandingkan dengan
penderita DM yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin
yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel
kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya
terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance
lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis
berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis,
poplitea, dan tibialis juga akan menurun (Silvia,2005).
i. Ketidak patuhan Diet DM
Kepatuhan Diet DM merupakan upaya yang sangat penting dalam
pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati
normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika.
Kepatuhan Diet DM mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu
mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem
koagulasi darah.
j. Kurangnya aktivitas Fisik.
Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan
sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan
kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik
Diabetes mellitus. Olah raga rutin (lebih 3 kali dalam seminggu selama 30
menit) akan memperbaiki metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif
terhadap metabolisme lipid dan sumbangan terhadap penurunan berat badan.
Salah satu penelitian tentang efek olah raga pada penderita DM
menunjukkan bahwa olah raga akan menurunkan kadar trigliserida.
25
26
Memperbaiki sirkulasi.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
3)
Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang
retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara
jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene).
4)
5)
6)
Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati oleh
podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang
bias tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki. Jangan
menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya
diobati hanya oleh podiatrist.
7)
Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula,
luka dan lecet.
8)
9)
27
a.
b.
Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan
nyaman dipakai.
c.
d.
Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu
jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki.
e.
f.
g.
Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai
bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.
h.
i.
Debridement
Tindakan debridement merupakan salah satu terapi penting pada kasus
ulkus diabetika. Debridement dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan
untuk membuang jaringan nekrotik, callus, dan jaringan fibrotik pada luka.
Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka kejaringan sehat.
Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang
membantu proses penyembuhan. Setelah dilakukan debridement luka
dibersihkan dengan irigasi dengan larutan fisiologis atau pembersih lain
dan dilakukan kompres.
28
c.
Perawatan luka
Perawatan luka modern menekankan metode Moist Wound Healing
atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka tidak lengket dengan
bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas.
Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting dalam
mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana
menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisi
trauma
dan
resiko
operasi.
Ada
beberapa
faktor
yang
harus
29
d.
Pengendalian infeksi
Pemberian antibiotik didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun,
sebelum hasil kultur dan sensifitas kuman tersedia antibiotic harus segera
diberikan secara empiris pada kaki diabetic yang terinfeksi. Pada ulkus
diabetic ringan/sedang antibiotic yang diberikan difokuskan pada pathogen
gram positif. Pada ulkus terinfeksi yang berat, kuman bersifat
polimikrobial (mencakup bakteri gram positif , coccus, gram negatif
berbetuk batang, dan bakteri anaerob) antibiotika
harus bersifat
Revaskularisasi
Ulkus atau ganggren kaki tidak akan sembuh atau bahkan kemudian
hari akan menyerang tempat lain apabila penyempitan pembuluh darah
kaki tidak dilakukan revaskularisasi. Tindakan endovaskular atau tindakan
bedah vaskular dipilih beradasarkan jumlah dan panjang arteri femoralis
yang tersumbat. Bila oklusi terjadi di arteri femoralis satu sisi dengan
panjang aterosklerosis < 15 tanpa melibatkan arteri politea, maka tindakan
yang dipilih adah ATP.
f.
Tindakan bedah
Jenis tindakan bedah pada kaki diabetika tergantung dari berat
ringannya ulkus DM. Tindakan bedah dapat berupa insis dan drainage,
debridement, amputasi , bedah revaskularisasi , bedah plastic atau bedah
profilaktik. Intervensi bedah pada kaki diabetika dapat digolongkan
menjadi empat, kelas I (efektif), kelas II (profilaktif), kelas III (kuratif),
dan kelas IV (emergensi). Tindakan efektif ditujukan untuk menghilangkan
nyeri akibat deformitas, seperti pada kelainan spur tulang, hammertoes atau
bunios.
Tindakan bedah profilaktif diindikasikan untuk mencegah terjadinya
ulkus atau ulkus berulang pada pasien yang mengalami neuropati. Prosedur
rekonstruksi yang dilakukan adalah melakukan koreksi demformitas sendi,
30
tulang atau tendon. Tindakan bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak
sembuh dengan perawatan konservatif. Contoh tindakan bedah kuratif
adalah bila tindakan endovaskuler (angioplasty dengan menggunakan
balon atau atherektomi) tidak berhasil maka perlu dilakukan bedah
vaskuler (Silvia,2005).
D. Tinjauan Umum Tentang Modern Dresssing
1.
2.
Fungsi Dressing
a. Penutup luka; melindungi terhadap trauma, kontaminasi bakteri dan
material asing, meminimalkan cairan dan kehilangan panas.
b. Menyerap drainase luka; menjaga luka tetap lembab, tetapi tidak basah,
meminimalkan maserasi.
c. Kompressi; meningkatkan hemostasis, meminimalkan edem dan
pembentukan hematom, mencegah perlengketan.
d. Menyediakan lingkungan yang lembab, memfasilitasi penyembuhan luka
yang akut dan mengurangi nyeri pada luka kronik.
e. Mengontrol dan mencegah perdarahan
f.
b)
Merangsang angiogenesis.
Penyembuhan luka yang lembab merangsang vaskularisasi lebih
hebat. Akumulasi angiogenesis-stimulating factors,
seprerli tumor
necrosis factors dan heparin, pada bagian bawah dressing juga merupakan
faktor yang diperhitungkan. Sebagai tambahan, akibat hiperoksia akan
merangsang angiogenesis, dressing menyebabkan tingkat oksigen yang
31
epidermal.
TGF-beta
merangsang
angiogenesis
fibrosis,
beberapa
bakteria,
terutama
yang
menghambat
Pseudomonas
dan
Staphyllococcus.
f) Memelihara tegangan voltasi.
Penyembuhan pada luka yang lembab membantu dalam memelihara
medan eletrik, yang penting dalam migrasi keratinosit. Juga meningkatkan
sintesis faktor-faktor pertumbuhan oleh fibroblast (Lestari, 2008).
3.
b.
c.
d.
32
4.
e.
f.
g.
Nyaman digunakan
h.
Steril
i.
Cost effectif
dan
menampung
cairan
dapat
memperpanjang
waktu
33
c. Transparan Films
Transparan Films secara umum dibuat dari membrane poliuretan
jernih dengan adhesive akrilik pada satu sisinya untuk melekatkan.
Merupakan lapisan tipis, transparan yang permeable terhadap oksigen,
karbodioksida, dan air, tidak permeable terhadap cairan dan bakteri
(Lestari, 2008).
Dapat digunakan sebagai bantalan untuk pencegahan luka dekubitus.
Pelindung sekitar luka terhadap maserasi dan sebagai pembalut luka pada
daerah yang sulit. Pembalut/penutup pada daerah yang diberi terapi salep
dan Sebagai pembalut sekunder Transparan, bisa melihat perkembangan
luka Breathable. Selain itu, transparan film tidak tembus bakteri dan air,
sehingga pasien bisa mandi (Lestari, 2008).
Kerugiannya adalah non-absortif sehingga menyebabkan cairan
berkumpul dibawahnya bahkan keluar. Jika lapisan antibacterial ini rusak
perlu segera mengganti dressing. Jika diperlukan kulit sekitar luka yang
intake untuk melekatkan dressing karena dressing yang melekat pada luka
menyebabkan epidermis yang baru terbentuk dapat terangkat sewaktu
mengangkat dressing (Lestari, 2008).
34
d. Hidrokoloid
Merupakan
jenis
topical
therapy
yang
berfungsi
untuk
e. Hidroaktif gel
Jenis topical therapy yang mampu melakukan proses peluruhan
jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolysis debridement).
Hidroaktif gel banyak sekali mengandung air, yang kemudian akan
membuat suasana luka yang terjadi kering karena jaringan nekrotik
menjadi lembab (Lestari, 2008).
Dressing hidrogel terdiri dari polimer hidrofilik, biasanya suatu
tepung kanji polimer seperti polietilen oksida, dan 80% nya air. Tersedia
sebagai gel, lembaran-lembaran, atau kasa yang serap, yang menyerap,
non-adherent, semi transparan, dan semi permeabel terhadap air, uap air
dan gas. Kandungan airnya yang tinggi memberi kemampuan untuk
35
f.
Kalsium Alginate
Dressing alginate mengandung serat tanpa tenunan yang lembut dari
cellulose-like poltsacharida yang berasal dari garam kalsium ganggang
laut. Bersifat biodegradasi, hidrogilik, non-adheren, dan absorben kuat
(Lestari, 2008). Alginat dapat berubah menjadi gel jika bercampur dengan
cairan luka. Merupakan jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan
luka yang berlebihan dan keunggulan dari calcium alginate adalah
kemampuan menstimulasi proses pembekuan darah minor serta barier
terhadap kontaminsai oleh Pseudomonas (Arisanti, 2012).
Kemampuan absorbs yang dimiliki membuat
alginat biasa
digunakan untuk luka dengan eksudat yang banyak, luka yang dalam,
sinus, dan rongga, juga mempunyai kemampuan hemostatik. Bentuk seperti
tali dan pita dapat digunakan untuk membalut luka yang dangkal dan sinus.
Hindari pemakaian pada luka yang kering atau luka dengan eksudat
ringan, dan sinus yang dalam dan sempit oleh karena sulit untuk
mengangkatnya.
Kadang-kadang
diperlukan
penggantian
dressing.
36
g. Metcovazin
Jenis topical therapy dengan paten wocare klinik, sangat mudah
digunakan karena hanya tinggal mengoles saja, bentuk salep berwarna
putih dalam kemasan. Berfungsi untuk support autolysis
debridement,
memiliki keunggulan karena dapat dipakai untuk semua warna dasar luka
dan mempersiapkan dasar luka menjadi sehat.
Ada beberapa jenis metcovazin, diantaranya adalah :
1)
Metcovazin regular
a)
b)
2)
Metcovazin Gold
a)
Topical Therapy atau salep luka untuk semua jenis warna dasar
luka yang terinfeksi, karena ada kandungan iodine-cadexomer
sebagai zat yang signifikan menurunkan infeksi.
b)
37
3) Metcovazin Red
a)
b)
h.
dapat
membunuh
kuman,
kecuali
dikombinasikan
dengan
antimikroba.
i.
Epitel Salf
Mengandung Vitamin E, Vitamin A dan Metronidazol. Dimana
Vitamin C sangat berperan dalam produksi fibroblast, angiogenesif dan
respon imun. Pada Vitamin A dapat mendukung epitelisasi dan sintesis
38
j.
Tribee
Salep TTO dapat digunakan untuk luka akut, luka kronis, warna
dasar luka merah, kuning dan hitam. Salep ini digunakan untuk
penatalaksanaan infeksi dan mengurangi sakit selam perawatan. Salep
Tribee merupakan salep racikan dari herbal yang dibuat oleh Irma dan zigit
pada tahun 2012. Kemudian diproduksi oleh salah satu perusahaan herbal
besar di Indonesia (Arisanty, 2012).
a.
Kandungan
1)
2)
3)
4)
5)
39
b.
Sediaan
Sediaan salep dengan bahan dasar minyak (Oil Based), sehingga
tidak mudah menguap dan dapat menggantikan fungsi minyak pada
kulit. Selain itu dibuat juga dalam sediaan serum dengan kandungan
TTO 15%. Contoh produk : Salep herbal Tribee HPA dan serum TTO
15 %.
c.
Fungsi
1)
2)
k.
3)
4)
5)
l.
Clorhexidine
Klorheksidin adalah antiseptic yang sangat baik. Ia tetap aktif
terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian.
Keuntungannya antimicrobial spectrum luas, secara kimiawi aktif paling
sedikit 6 jam dan dapat menghilangkan biofilm.
40
m. Antiseptik
Mengandung iodine dan betadin, tidak bisa digunakan pada jaringan
granulasi. Antiseptik digunakan terutama untuk mengatasi luka infeksi
terbuka, baik akut maupun kronis. Antiseptik tersedia dalam berbagai
bentuk yang berbeda-beda : cair, pasta, cream, salep, gel, bubuk, semprot
dan diimpregnasi (menyatu) dengan kasa atau balutan lainnya.
n. Prontosan selution
Prontosan selution digunakan dengan cara dikompreskan pada luka
selama 10-15 menit yang berguna untuk mengangkat / merontokan biofilm
pada luka. Prontosan gell berfungsi untuk mampu bertahan 72 jam
sehingga dapat menghilangkan biofilm.
o.
Silver Dressing
Silver-impregnated
dressing
popular
sebagi
dressing
41
2)
Hidrofobik
Cutimed
Sorbact
menggunakan
prinsip
fisika
untuk
42
43