Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi
Diploma IV Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh
OLEH :
SRI WAHYUNI
121010210208
ABSTRAK
HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN OBESITAS PADA
REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH
BANDA ACEH
Sri Wahyuni, Aripin Ahmad
xii + 46 halaman : 14 Tabel, 2 Gambar, 13 Lampiran
Latar Belakang : Obesitas adalah dampak dari konsumsi energi berlebih, di
Indonesia prevalensi obesitas pada remaja mencapai 18%, peningkatan ini
disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi fast food.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan
Obesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik menggunakan desain
crossectional study, dengan sampel 82 orang remaja yang dilakukan pada tanggal
17-19 Februari 2014 di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. Data
BB dan TB dikumpulkan dengan pengukuran antropometri menggunakan indeks
massa tubuh (IMT), membagikan kuesioner untuk status gizi remaja (genetik) dan
aktivitas fisik. sedangkan konsumsi fast food dilakukan dengan metode Food
Frequency Quetionnairer (FFQ). Hipotesa dianalisis dengan uji Chi-Square.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan 20,73% remaja menderita
obesitas, status gizi remaja (genetik) obesitas 26,82%, remaja yang aktivitas
fisiknya berat 74,39%, sedangkan 37,80% sering mengkonsumsi fast food.
Obesitas remaja disebabkan oleh orang tuanya obesitas (68,18%) dari pada orang
tua normal (3,33%). Remaja obesitas cenderung melakukan aktivitas fisik berat
(24,59%) dari pada aktivitas sedang (9,52%). Proporsi obesitas lebih banyak pada
remaja yang sering mengkonsumsi fast food (45,16%) dibandingkan yang jarang
(5,88%). Ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status gizi remaja
(genetik) dan konsumsi fast food dengan obesitas dimana P=0,000, dan tidak ada
hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas dimana P=0,214.
Kesimpulan dan Saran : status gizi remaja (genetik) dan konsumsi fast food ada
hubungan dengan obesitas,sedangkan aktivitas fisik tidak ada hubungan dengan
obesitas. Disarankan untuk menjaga dan memilih makanan yang baik sesuai
frekuensi yang dianjurkan untuk mencegah obesitas.
Kata Kunci: Status Gizi Remaja (Genetik), Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast
Food dan Obesitas
Sumber
: 31 dari Buku (1996-2013) + 16 Internet
1. Mahasiswi Prodi D-IV Kebidanan UBudiyah
2. Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan UBudiyah
ABSTRACT
FAST FOOD CONSUMPTION RELATIONSHIP WITH OBESITY IN
ADOLESCENTS IN THE ACADEMY OF MIDWIFERY
MUHAMMADIYAH BANDA ACEH
Sri Wahyuni, Aripin Ahmad
xii + 46 pages : 9 Table , Figure 1 , Appendix 12
Background: Obesity is excess energy consumption, in Indonesia pervalensi
obesity in adolescents reach 18%, the increase is due to the habit of eating Fast
Food.
The purpose of the study: to determine the relationship of fast food consumption
with obesity in adolescents in Banda Aceh Midwifery Academy Muhammadiyah.
Methods: This study uses analytic cross sectional study design, with a sample of
82 adolescents were conducted on 17 to 19 February 2014 in Midwifery Academy
of Muhammadiyah Banda Aceh. BB and TB of data collected by using a
measurement antropometeri body Massa index (BMI), a questionnaire distributed
to the nutritional status of adolescents (herediter) and physical activity. While the
consumption of fast food is done by the method Questionnairer Food Frequency
(FFQ). Hypothesis in the analysis with Chi-square test.
Result: The results showed 20.73% of adolescents suffer from obesity, nutritional
status obesity 26.82% adolescents (herediter), teens heavy physical activity
74.39%, while 37.80% often consume fast food. Adolescent obesity is caused by
parents (68.18%) of the parents of normal (3.33%). Adolescent obesity tends to
perform strenuous physical activity (24.59%) of the activity was (9.52%). The
proportion of obese adolescents are more often consume food fats (45.19%)
compared to the rare (5.88%). It showed there is significant relationship between
adolescents (herediter) nutritional status and fast food consumption with obesity
where P = 0.000, and there was no relationship between physical activity with
obesity where P = 0.214.
Conclusions and Recommendations : nutritional status of adolescents
(herediter) the elderly and consumption of fast food was no association with
obesity , physical activity whereas no association with obesity . It is advisable to
maintain a good diet and choosing the appropriate frequency is recommended to
prevent obesity .
Keywords: Status Adolescents Nutrition, Physical Activity, and Obesity Fast
Food Consumption
Sources: 34 from the Book (1996-2013) + 16 Internet
1 . Prodi D - IV student of Midwifery U'Budiyah
2 . Supervisor Prodi D - IV Midwifery U'Budiyah
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta
shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW karena
dengan berkat dan karunia-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Obesitas Pada Remaja Di
Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.
Penyusunan Skripsi ini merupakan suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan sebagi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sain
Terapan (SST) pada Program Diploma IV Kebidanan STIKes UBudiyah Banda
Aceh, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Aripin Ahmad, S.SiT, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan mulai dari awal
penulisan sampai dengan selesainya skripsi ini.
Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti telah banyak menerima bimbingan
dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata
pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
2.
Ibu Marniati, M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
UBudiyah Banda Aceh
3.
Ibu Raudhantun Nuzul ZA, SST selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) UBudiyah Banda Aceh
4.
5.
Ibu Arlayda, SKM, M.kes selaku penguji II yang telah memberikan masukan
demi kesempurnaan skripsi ini.
6.
7.
8.
9.
merangkai kata maupun dalam pengetikannya. Oleh karena itu, peneliti dengan
lapang dada dan tangan terbuka menerima kritikan dan saran yang sifatnya
membangun guna melengkapi skripsi ini dan harapan peneliti, skripsi yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin ya rabbal
alamin
SRI WAHYUNI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... iv
PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................
D. Manfaat Penelitan .............................................................................
1
6
6
7
8
12
13
22
23
23
24
24
26
26
27
29
30
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi..................................................................... 9
Tabel 2.2 Pengeluaran Energi Pada Kegiatan Remaja ..................................... 15
Tabel 2.3 Daftar Kandungan Kalori Fast Food ............................................... 21
Tabel 3.1 Sampel Perkelas .............................................................................. 25
Tabel 3.2 Definisi Operasional........................................................................ 28
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Pada Remaja Di Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 33
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Remaja Di Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 34
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Obesitas Pada Remaja Di Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 35
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Orang Tua Remaja Di
Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ......................... 35
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pada Remaja Di
Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ......................... 36
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi KonsumsiFast Food Pada Remaja
Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh..................... 37
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Orang Tua dengan Obesitas
Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah
Banda Aceh .................................................................................... 37
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik dengan Obesitas
Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah
Banda Aceh .................................................................................... 38
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan
Obesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan
Muhammadiyah Banda Aceh .......................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian .........................................................
22
23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
: Lembaran Kuesioner
Lampiran 4
: Master Tabel
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatan
kualitas SDM adalah gizi yang baik, terutama untuk peningkatan gizi remaja.
Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang
dianjurkan. Salah satu masalah gizi pada remaja adalah gizi lebih yaitu
ditandai dengan berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan
usia atau tinggi badan remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan
lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh (Sulistyoningsih, 2011).
Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai macam efek terhadap pertumbuhan,
perkembangan, psikososial dan timbulnya penyakit (Soetjiningsih, 2004).
Secara umum dapat dikatakan bahwa kegemukan (obesitas) adalah
dampak dari konsumsi energy yang berlebihan, dimana energy yang
berlebihan tersebut disimpan di dalam tubuh sebagai lemak, sehingga
akibatnya dari waktu ke waktu badan menjadi bertambah berat (Muchtadi,
2001).
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan
WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga
obesitas sudah menjadi problem kesehatan yang harus segera ditangani
(Hidayati dkk, 2006). Menurut Hadi (2005), saat ini diseluruh dunia terdapat
11
di
Semarang
pada
tahun
2004
memperlihatkan
bahwa
menjadi
sesuatu
yang
harus
diwaspadai
karena
12
13
akan membuat ukuran tubuh menjadi terus bertambah. Ini tentu saja akan
menambah pundi-pundi lemak di bawah kulit (Dewi, 2011).
Begitu juga dengan perubahan pola makan yang menyebabkan remaja
obesitas. Faktor yang sering ditemukan sehingga terjadinya perubahan pola
makan yang menyebabkan asupan energi melebihi kebutuhan adalah
gangguan emosional dan juga riwayat kebiasaan makan serta frekuensi asupan
makanan berkalori tinggi yang perlu digali dari orangtua remaja obesitas
(Soetjiningsih, 2007).
Selain itu, remaja juga cenderung mengonsumsi fast-food dan softdrink untuk menciptakan citra diri yang modern dalam komunitasnya. Remaja
usia sekolah juga merupakan suatu kelompok masyarakat yang relatif rentan
terhadap iklan terutama iklan makanan cepat saji di televisi. Adanya iklaniklan produk makanan cepat saji di televisi dapat meningkatkan pola konsumsi
atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya (Alfadilah, 2010).
Mahasiswa termasuk golongan remaja yang rentan terhadap gizi.
Makan pagi (sarapan) adalah hal yang banyak orang lupakan, khususnya
mahasiswa. Sehingga seseorang baru mulai makan pada siang hari. Hal
tersebut banyak terjadi dikarenakan jadwal kuliah atau aktivitas laboratorium
yang cukup pagi, telat bagun tidur (kesiangan), malas untuk sarapan, dan lainlain. Remaja yang memiliki aktivitas seperti ini lebih memilih makanan cepat
saji karena kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat
dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis,
dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak
14
muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang
dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana (Lutfi,
2011).
Menurut Padmiari dalam Alfadilah (2010), hasil penelitiannya pada
tahun 2002 tentang makanan cepat saji dan risiko obesitas, ditemukan sekitar
15,8% dari 154 anak usia SD di Kota Denpasar mengalami Obesitas. Terdiri
atas 9,7% laki-laki dan 3,9% perempuan, dan penelitian lanjutan sempat
dilakukan Padmiari di tahun 2004 terhadap 2.700 orang dewasa ditemukan
sebanyak 10,5% orang dewasa di Denpasar mengalami obesitas akibat
mengkonsumsi makanan cepat saji.
Pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan pengaturan diet, bukan
mengurangi jumlah asupan makanan tetapi dengan mengatur komposisi
makanan menjadi menu sehat. Cara lain peningkatan aktivitas fisik, misalnya
dengan membatasi aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau bermain
komputer dan play stations, mengubah pola hidup (modifikasi perilaku)
menjadi pola hidup sehat, baik dalam mengonsumsi makanan maupun dalam
beraktivitas. Perubahan tersebut sebaiknya melibatkan seluruh keluarga,
sehingga tidak dirasakan sebagai hukuman atau pengucilan bagi si anak (Mita,
2008).
Berdasarkan data yang di peroleh dari Akademi Kebidanan
Muhammadiyah Banda Aceh, jumlah mahasiswi tahun ajaran 2013-2014
sebanyak 454 orang mahasiswi. Di Tingkat I ada 98 orang mahasiswi, di
tingkat II ada 179 orang mahasiswi, dan di tingkat III ada 177 orang
15
16
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas
1. Definisi
Kegemukan
(obesitas)
ini
dapat
didefinisikan
sebagai
18
Keterangan :
BMI
19
Soetjiningsih
(2007),
beberapa
komplikasi
yang
Pickwickian
(obesitas
disertai
wajah
kemerahan,
20
21
d. Tindakan Pembedahan.
Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat
badan, maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric
bypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem
pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan
dicerna.
Pembedahan
untuk
menurunkan
berat
badan
dapat
dipertimbangkan jika:
1) Nilai BMI 40 atau lebih
2) Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius
terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah.
B. Remaja
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin
adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang
dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan
sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24
tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah
masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis.
Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Widyastuti, dkk. 2009).
22
23
24
25
k.kal/ jam
80-160 k.kal
1-3 jam
170-240 k.kal
4-6 jam
>250 k.kal
> 6 jam
26
menyediakan
karbohidrat
yang
siap
digunakan
untuk
27
28
29
bawah mutu protein telur, dan diatas protein serealia dan kacangkacangan (Khomsan, 2006).
Saat ini, pola makan masyarakat kita, terutama yang tinggal di
kota-kota besar telah mengalami pergeseran. Mereka cenderung tidak
mau mengkonsumsi makanan tradisional seperti gado-gado yang kaya
serat dan gizi serta rendah kalorinya (Syamhudi, 2011).
Fast food memenuhi persyaratan bagi kehidupan modern
karena cara penyajiannya yang cepat sehingga orang-orang sibuk bisa
memesan fast food dan memakannya sambil berdiri atau berjalan.
Mereka juga bisa menikmati fast food di taman-taman di tengah kota
sambil beristirahat siang. Zaman modern membawa perubahan besar
dalam kehidupan keluarga sebab istri-istri yang dahulu menjadi ibu
rumah tangga beralih fungsi menjadi wanita bekerja. Mereka tidak
sempat lagi menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga dan
akhirnya menjadikan fast food sebagai salah satu pilihan menu
makanan (Khomsan, 2006).
Makanan-makanan cepat saji (fast food) yang mengandung
kadar lemak tinggi, contohnya pizza, burger, nugget, ayam goreng,
keripik kentang berkeju, cemilan-cemilan lainnya seperti kentang
goreng bermentega, permen, biscuit, donat, sereal, es krim, minuman
soda, milkshake, minuman kopi dengan float krim, coklat, donat
(Lestari, 2009). Bahan-bahan penyusun fast food terdiri dari makanan
30
bergizi seperti kentang, nasi, daging sapi, daging ayam, dan sebagainya
(Khomsan, 2006).
Menurut WHO, ada 10 jenis makanan sampah yang perlu
dikurangi, bahkan dihindari. Karena jika terus menerus dikonsumsi
akan mengakibatkan efek mengganggu kesehatan. Makanan tersebut
adalah : gorengan, mie instan dan makanan cepat saji, jeroan dan
daging berlemak, asinan, daging olahan (sosis, nugget, bakso, corned),
makanan yang dipanggang atau dibakar, sajian manis beku, manisan
kering, makanan kaleng, dan olahan keju ( Tabloid Jasa Marga, 2010).
Tabel. 2.3
Daftar Kandungan Kalori Fast Food
Jenis makanan
Nasi Gurih (nasi uduk)
Nasi goreng
Dada ayam goreng KFC
Sate ayam
Satai Kambing
Bihun Goreng
Mie Instant
Mie bakso
Siomay
Burger keju
Pizza hut
Kentang goreng
Porsi
1 piring
1 piring
1 potong
10 tusuk
3 tusuk
1 piring
1 bungkus
1 piring
1 porsi
1 buah
1 potong
1 porsi
Kalori
389 kal
637 kal
470 kal
365 kal
353 kal
521 kal
330 kal
400 kal
162 kal
425 kal
510 kal
405 kal
31
didapatkan. Orang yang sudah kecanduan hampir tiap hari minum soda
bahkan sehari bisa beberapa kali. Hal ini karena soda mengandung
kadar gula yang tinggi (Aifen, 2011). Di restoran fast food produk
olahan susu yang popular adalah es krim. Es krim umumnya
mengandung protein setara dengan susu, hanya saja kalorinya lebih
tinggi (Khomsan, 2006).
D. Kerangka Teori
Status Gizi Orang Tua
Menurut Soetjiningsih (2007) Status gizi
remaja di tinjau dari keturunan (genetik) atau
bawaan dari orang tua. Obesitas cenderung
diturunkan, sehingga diduga memiliki
penyebab genetik. Kalau salah satu orang tua
yang obesitas maka anaknya mempunyai
risiko 30%-40% menjadi obesitas pada usia
dewasa, sedangkan kalau kedua orang tuanya
obesitas maka resikonya meningkat menjadi
70-80%.
Aktivitas Fisik
Menurut Agoes (2003) aktivitas remaja
dikelompokkan menurut tingkatannya antara
lain:
a. aktivitas fisik ringan
b.aktivitas fisik sedang
c. aktivitas fisik berat
Fast Food
Menurut
Khomsan
(2006)
Frekuensi
konsumsi fast food di kalangan remaja perlu
mendapat perhatian orang tua. Banyak fast
food yang mengandung tinggi kalori sehingga
konsumsi yang berlebihan akan menimbulkan
masalah kegemukan, namun konsumsi
seminggu 1-2 kali mungkin masih dapat
dianggap wajar.
Obesitas
Suryoprajoyo(2009)
menyebutkan bahwa obesitas
adalah kelebihan berat badan
sebagai
akibat
dari
penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan.
----------------------------------Klasifikasi status gizi menurut
HISOBI
(2004)
sebagai
berikut :
a. Kurus (bila IMT <18,5)
b.Normal (bila IMT 18,522,9)
c. Gemuk (bila IMT 23)
d.Resiko Obesitas (bila IMT
23-24,9)
e. Obesitas I (bila IMT 2529,9)
f. Obesitas II (bila IMT 30)
----------------------------------Menurut
Diarly
(2007),
terjadimya
obesitas
melibatkan beberapa factor,
yaitu :
a. Genetik
b.Aktivitas fisik
c. Pola makan
d.Psikologi
e. Jenis kelamin
f. Tingkat sosial
32
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini berdasarkan teori Diarly (2007),
terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor yaitu faktor genetik, aktivitas
fisik, pola makan, faktor psikologi, jenis kelamin, dan tingkat sosial.
Oleh karena keterbatasan waktu, maka penulis hanya melihat variabel
Status gizi remaja (genetik), aktivitas fisik dan frekuensi konsumsi fast food.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada kerangka konsep dibawah ini:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Obesitas
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan
menggunakan desain cross sectional yaitu variabel dependen dan variabel
independen dilakukan pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat Hubungan Konsumsi Fast
Food Dengan Obesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah
Banda Aceh.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi tingkat I, II
dan III Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh terhitung tahun
ajaran 2013/2014, yaitu berjumlah 454 orang mahasiswi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti,
yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya
(Rutoto, 2007).
Menurut Nursalam (2011) jika besar populasi 1000, maka sampel
bisa diambil 20-30%, dan jika besar populasi <1000, maka dapat
digunakan rumus Slovin Sebagai berikut:
n=
( )
34
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d = Tingkat Signifikansi (p), dengan taraf kepercayaan 90% yaitu (0,1)
Untuk sampel dengan jumlah populasi 454 orang, maka di peroleh hasil:
n=
( , )
n=
( ,
n=
n=
,
,
n = 81,94
n = 82 orang
Dari jumlah sampel di atas, maka untuk setiap kelas diambil
perwakilan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Sampel Perkelas
NO Tingkat/Kelas
1.
IA
50
x 82
2.
IB
48
x 82
3.
IIA
50
x 82
4.
IIB
48
x 82
35
5.
IIC
40
x 82
6.
IID
41
x 82
7.
IIIA
45
x 82
8.
IIIB
47
x 82
9.
IIIC
47
x 82
10.
IIID
38
x 82
Total
454
82
ini
telah
dilaksanakan
di
Akademi
Kebidanan
36
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
Timbangan, Microtoa, dan Kuesioner. Data yang dikumpulkan adalah data
primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden:
1. Obesitas di ukur dengan menggunakan pengukuran antropometri
berdasarkan data yang diperoleh dengan menimbang Berat Badan (BB)
dan mengukur Tinggi Badan (TB), kemudian di hitung dengan
menggunakan rumus :
IMT=
: jika salah satu atau kedua orang tua (ayah dan ibu)
mengalami kegemukan
b. Normal
kegemukan
3. Aktivitas fisik diukur dengan cara membuat pertanyaan terstruktur dengan
menggunakan kuisioner yang terdiri dari pertanyaan tentang aktifitas fisik
37
100% ).
38
No
Variabel
Dependen
Obesitas
Independen
2
Status
Gizi
Remaja
(Genetik)
Definisi
operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Kelebihan
berat badan
yang terjadi
pada remaja
diukur
dengan
IMT
Mengukur TB
Menimbang
BB
Microtoa
Timbangan
Normal bila
IMT 18,5-24,9
Bawaan
dari orang
tua
Menyebarkan
Kuesioner
dan
Wawancara
Kuesioner
Obesitas bila
IMT 25
Aktivitas
fisik
Konsumsi
fast food
Gerakan
fisik yang
dilakukan
remaja
setiap
harinya
Menyebarkan
Kuesioner
dan
Wawancara
Kuesioner
Frekuensi
konsumsi
fast food
Menyebarkan
Kuesioner
dan
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Gemuk
apabila ada
salah satu orang
tua yang gemuk
Normal
apabila tidak
ada salah satu
orang tua yang
gemuk
Skala
ukur
Ordinal
Aktifitas Berat
Bila 67-100%
Aktivitas
Sedang
Bila 0-66%
Ordinal
Sering
Bila 67-100%
Jarang
Bila 0-66%
Ordinal
39
40
2. Analisa Data
Analisa data pada penelitian ini dilakukan secara bertahap dari
analisa univariat dan bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil
penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Budiarto (2003), mean rata-rata nilai diketahui dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
x
x
n
Keterangan :
x
: Jumlah sampel
p=
Keterangan :
100%
P : persentase
f : frekuensi
n : jumlah responden yang menjadi sampel
41
b. Analisa Bivariat
Analisa
bivariat
merupakan
analisa
hasil
dari
variabel
menggunakan
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Umur
Frekuensi
Persentase
17 - 20 tahun
58
70,73
21 - 24 tahun
24
29,26
Jumlah
82
100,00
43
Obesitas
Frekuensi
Persentase
Normal
65
79,26
Obesitas
17
20,73
Jumlah
82
100,00
44
tua
responden
mengalami
obesitas
(kegemukan).
Maka
pengkategorian Gemuk bila salah satu atau kedua orang tua responden
mengalami obesitas, sedangkan Normal bila tidak ada salah satu dari
orang tua responden mengalami obesitas.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja (Genetik) Di Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh Tahun 2013
No
1
2
Status Gizi
Remaja (Genetik)
Gemuk
Normal
Jumlah
Frekuensi
Persentase
22
60
82
26,82
73,17
100,00
Fisik
pada
Remaja
di
Akademi
Kebidanan
Muhammadiyah Banda Aceh dibagi menjadi dua kategori yaitu Berat, dan
Sedang dengan ketentuan Berat bila nilai responden 67-100%, dan Sedang
bila nilai responden 0-66%. Untuk melihat kategori responden yaitu
45
dengan membagi antara nilai responden dengan Skor Tertinggi (30) dan
dikalikan dengan 100%.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pada Remaja di Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh Tahun 2013
No
Aktivitas Fisik
Frekuensi
Persentase
Berat
61
74,39
Sedang
21
25,60
Jumlah
82
100,00 %
46
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food Pada Remaja
Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah
Banda Aceh Tahun 2013
Frekuensi
Persentase
Konsumsi Fast
Food
Sering
31
37,80
Jarang
51
62,19
Jumlah
82
100,00
No
Obesitas
Normal
Obesitas
f
%
f
%
Jumlah
N
Gemuk
31,81
15
68,18
22
100
Normal
58 96,66
3,33
60
100
P
Value
0,000
0,05
47
No
Aktivitas
Fisik
Berat
46
75,40
15
Sedang
19
90,47
Normal
f
%
Jumlah
Obesitas
f
%
24,59
61
100
9,52
21
100
P
Value
0,214
0,05
48
Obesitas
Normal
f
%
Jumlah
Obesitas
f
%
Sering
17 54,16
14
45,16
31
100
Jarang
48 94,11
5,88
51
100
P
Value
0,000
0,05
49
50
hidup, sosial ekonomi dan perilaku makan) yaitu sekitar 90%, sedangkan
faktor endogen yaitu: kelainan hormonal, sindrom atau penyakit dan
genetik hanya sekitar 10% (Hidayati, dkk, 2006).
Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil penelitian adalah
status gizi pada remaja di tinjau dari genetik (keturunan) dari orang tua
yang mengalami kegemukan. Mayoritasnya obesitas pada remaja di
turunkan dari ibunya, dan ada beberapa orang yang kedua orang tuanya
memiliki berat badan normal tapi mengalami obesitas, hal tersebut di
sebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, suka mengkonsumsi
makanan siap saji (fast food) dan kurang melakukan olahraga (aktivitas
fisik).
2. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas
Hasil penelitian (Tabel 4.8) menunjukkan bahwa remaja obesitas
cenderung melakukan aktivitas fisik yang berat (24,59%), sedangkan
aktivitas fisik sedang hanya 9,52% dilakukan oleh remaja yang obesitas.
Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan kejadian obesitas pada remaja dimana Pvalue=0,214.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Amaliah (2005) pada remaja SMA di Bogor yang menunjukkan bahwa
proporsi persen lemak tubuh tinggi lebih banyak pada responden dengan
tingkat aktivitas sedang. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Aini (2012) pada remaja di
51
perkotaan yang menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada remaja yang
tingkat aktivitasnya sedang sampai berat lebih besar dari pada remaja yang
aktivitasnya ringan. Hal Ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lastariwati dkk ( 2006) pada remaja putri di Yogyakarta
dimana remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari
menyebabkan
tubuhnya
kurang
mengeluarkan
energy
sehingga
menyebabkan obesitas.
Hasil penelitian ini senada dengan pendapat Irianto (2007)
aktivitas fisik remaja pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas fisik
sedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar. Remaja yang
kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari, menyebabkan tubuhnya
kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan energi berlebih
tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seimbang maka seorang remaja
mudah mengalami kegemukan. Terjadinya gizi lebih secara umum
berkaitan dengan keseimbangan energi di dalam tubuh. Akan tetapi
bertolak belakang dengan pendapat Mutadin (2002) yang menyatakan
bahwa aktivitas fisik yang kurang merupakan penyebab utama
meningkatnya obesitas di masyarakat.
Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah
mayoritasnya responden melakukan aktivitas fisik yang berat, akan tetapi
hanya beberapa orang yang mengalami obesitas, hal tersebut di karenakan
responden harus melakukan sendiri semua aktivitas sehari-harinya seperti :
mencuci pakaian, memasak, menyetrika dan membersihkan rumah tanpa
52
di bantu oleh orang lain, hal tersebut di sebabkan karena hampir seluruh
responden tinggal di rumah kost atau asrama. Selain itu responden juga
aktif dalam beberapa kegiatan olahraga, seperti senam pagi yang rutin di
lakukan 1-2 kali setiap minggunya.
3. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Obesitas
Hasil penelitian (Tabel 4.9) menunjukkan bahwa proporsi obesitas
lebih tinggi pada remaja yang sering mengkonsumsi fast food (45,16%)
dibandingkan dengan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food
(5,88%). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
konsumsi fast food dengan obesitas pada remaja dimana Pvalue=0,000.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lieswanti (2007) di
SMU Harapan 1 Medan ditemukan adanya hubungan yang signifikan
antara konsumsi fast food dengan status gizi, khususnya pada penderita
obesitas. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Damopolii
dkk (2013) di Manado yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
konsumsi fast food dengan terjadinya obesitas. Hal ini juga senada dengan
penelitian Fraser et al dalam Nadhiroh (2012) yang menunjukkan bahwa
remaja yang sering makan di restoran fast food mengkonsumsi lebih
banyak makanan yang tidak sehat dan cenderung memiliki IMT lebih
tinggi dibandingkan mereka yang tidak secara periodic makan di restoran
fast food.
Adanya hubungan tersebut sesuai dengan pendapat Soetjiningsih
(2007) bahwa obesitas dapat terjadi kalau asupan kalori berlebihan.
53
Ditambah lagi gaya hidup masa kini yang suka mengkonsumsi fast food
yang berkalori tinggi seperti berbagai jenis olahan ayam dan aneka
makanan mie. Hal ini sejalan dengan pendapat Zulfa (2011) yang
menyatakan bahwa konsumsi yang tinggi terhadap fast food (makanan siap
saji) dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan (Obesitas)
karena kandungan dari fast food tersebut tinggi kalori, tinggi lemak dan
rendah serat.
Menurut
asumsi
peneliti
dengan
melihat
hasil
penelitian
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat di simpulkan bahwa :
1. Ada hubungan antara Status Gizi Remaja (Genetik) dengan Obesitas Pada
Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue =
0,000)
2. Tidak Ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Obesitas Pada Remaja
Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue = 0,214)
3. Ada hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Obesitas Pada Remaja
Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue = 0,000)
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Melakukan upaya promotif dan preventif terhadap masalah
obesitas, dengan langkah mengundang ahli gizi untuk memberikan
informasi dan edukasi khususnya mengenai obesitas, dan juga menerapkan
olahraga rutin (misalnya : senam pagi 30 menit sebelum memulai proses
belajar mengajar) untuk menjaga kesehatan. Serta menyediakan buku
bacaan yang lebih spesifik tentang obesitas.
2. Bagi Pemerintah
Meningkatkan program penanggulangan gizi lebih pada remaja
dengan memberikan pendidikan tentang gizi , khususnya tentang efek dari
konsumsi
55
Sehingga hasil
56
DAFTAR PUSTAKA
57
dkk.
(2006).
Obesitas
Pada
Anak.
http://www.pediatrik.com (diakses 28 Juli 2013)
Dikutip
dari
Hudha, L.A. (2006). Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan
Obesitas pada Remaja Kelas II SMP Theresianan I Yayasan Bernadus
Semarang. Semarang: PKK Pendidikan Tata Boga SI Jurusan
Teknologi Jasa dan Produksi. Dikutip dari http://www.dik.undip.ac.id.
(diakses 05 Oktober 2013)
Irianto. D. P. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta : C.V Andi
Khomsan, A. (2006). Solusi Makanan Sehat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Lastariwati. B. dkk. (2006). Hubungan antara Pengetahuan dan Konsumsi
Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Remaja Putri.
Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana. Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Dikutip dari http://ejournal.respati.ac.id (diakses 22 Februari 2014)
Lieswanti, M. (2007). Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi
Remaja Di SMU Harapan 1 Medan Tahun Ajaran 2006-2007. Skripsi.
Medan : FKM USU
Lutfi, S. (2011). Makan Teratur Mahasiswa Tingkat Akhir. Dikutip dari
http://lutfiblurry. blogspot.com (diakses 18 Juli 2013)
Manurung. N.K. (2008). Pengaruh Karakteristik Remaja,Pendapatan Keluarga,
Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian
Obesitas Di SMU RK Trisakti Medan. Thesis. Medan : FKM USU
Mita. (2008). Mencegah Obesitas. Dikutip dari http://mita.blog.unair.ac.id.
(diakses 20 September 2013)
Muchtadi, D. (2001). Pencegahan Gizi Lebih dan Penyakit Kronis Melalui
Perbaikan Pola konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan
dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Musa.
dari
Nadhiroh. S.R. (2012). Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik antara Remaja
Obesitas dengan Non Obesitas. Surabaya: FKM Universitas Airlangga
Nita.
dari
58
dari