TUGAS SOS - HUKUM COMPLEET-libre PDF
TUGAS SOS - HUKUM COMPLEET-libre PDF
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bejudul ETIKA DALAM
BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DIKAJI DALAM PERILAKU
PHEDOLFILIA
Hukum.
Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua kalangan yang
telah berpartisipasi dan memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Terutama kami ucapkan terima kasih kepada para anggota Kelompok 3
yang telah bekerja sama dan berusaha bersama dalam penyusunan makalah ini.
Kami (Kelompok 3) menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, sehingga dibutuhkan kritik dan saran yang konstruktif
dari berbagai kalangan demi perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat tulisan
ini sebagai sebuah referensi.
Akhirnya, Semoga makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat dan berguna bagi semua
kalangan.
NAMA KELOMPOK 3 :
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH
KATA PENGANTAR
NAMA KELOMPOK
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Maksud dan Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengenalan Kasus
B. Contoh Kasus
C. Landasan Teori
BAB III
11
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
BAB V
15
SARAN SARAN
BAB VI
16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
proses
perkembangan
tidak
jarang
timbul
peristiwa
yang
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGENALAN KASUS
Sebelum kita membahas jauh tentang phedofilia kita perlu mengetahui
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan phedofilia. Secara harfiah phedofilia
berasal dari bahasa Yunani yaitu paidohilia yang artinya adalah kondisi yang
mempunyai ketertarikan atau hasrat seksual terhadap anak-anak yang belum
memasuki remaja, istilah ini sering ditujukan kepada orang-orang dewasa yang
memiliki kondisi ini. Dalam bidang kesehatan pedofilia diartikan sebagai kelainan
seksual berupa hasrat ataupun fantasi impuls seksual yang melibatkan anak dibawah
umur, orang dengan pedofilia umurnya harus di atas 16 tahun, sedangkan anak-anak
yang menjadi korban berumur 13 tahun atau lebih muda (anak pre-pubertas).
Pelecehan seksual terhadap anak sendiri masih cenderung disempitkan
artinya, terbatas pada bentuk kontak seksual dengan menafikan bentuk pelecehan
nonkontak seksual, seperti exhibitionism dan pornografi. Ada tidaknya unsur
paksaan sebenarnya tidak signifikan dalam kasus kejahatan seksual terhadap anak
karena adanya kesenjangan pemahaman tentang seks antara orang dewasa dan anakanak. Bentuk manipulasi genital yang dilakukan anak-anak, meski mengakibatkan
orgasme, tidak bisa serta- merta disamakan dengan bentuk masturbasi yang dilakukan
orang dewasa. Keluguan dan rasa ingin tahu yang kuat terhadap kehidupan
seksualitas yang menjadi ciri khas anak-anak inilah yang dimanfaatkan pelaku
pedofilia (pedophile) untuk menjerat korbannya. Karena itu, dalam kasus pedofilia,
penekanannya lebih pada bentuk eksploitasi dan manipulasi ya ng muncul sebagai
akibat ketidakseimbangan (imbalance of power) antara pelaku dan anak-anak
yang menjadi korbannya.
B. CONTOH KASUS
B.1 PELAKU
Nama
: Yahya Santoso
Umur
: 21 Tahun
Alamat
B.2 KORBAN
Nama
: Mawar *
Umur
: 13 Tahun
Alamat
Perbuatan
Nama
Umur
: # Tahun
Alamat
Pelaku (1) bermula ketika chatting menggunakan social media Facebook (2)
Pelaku Mengrim pesan berkenalan dan mengajak untuk bertemu di suatu tempat
sesuai perjanjian.(3) Pada November awal 2013 mereka sepakat untuk bertemu di
sebuah mall Jl.Basuki Rahmat Surabaya, disini pelaku merayu korban untuk
berpacaran. (4) Saat diinterogasi, pelaku menyatakan bahwa dari pertemuan yang
pertama tidak dilakukannya perbuatan tersebut. Selang dua minggu pelaku mengajak
korban bertemu kembali, kali ini pelaku mengajak korban untuk berjalan-jalan di
sekitar Panta Ria Kenjeran lalu pelaku mengajak korban masuk ke salah satu
penginapan di tempat itu. (5) Dengan bujuk rayunya pelaku mengajak korban
melakukan hubungan badan (6) Korban menolak, namun tersangka tidak menyerah
dan menunjukkan video porno yang ada di ponselnya dan menyuruh mawar untuk
menirukan isi yang terdapat pada video tersebut. (7) Setelah kejadian pertama itu
hubungan keduannya masih tetap berlanjut. Hingga pada 16 Desember, lalu
tersangka meminta korban untuk datang ke rumah kos pelaku di Jl.Wonokitri. Kali
ini Yahya bahkan menahan Mawar untuk tidak pulang sampai 4 hari (8) Merasa
kehilangan putrinnya, Orang tua korban melaporkan kehilangan putrinya ke Polisi.
(9) Kasus itu akhirnya dapat terungkap berkat buku harian korban yang tertinggal,
berisi hubungan mereka yang spesial dan tertulis juga username dan password
Facebook miliknya. Dari bukti tersebut kemudian polisi menindak lanjuti pelapor
dan meringkus pelaku di kosnya.
Motif
Pelaku (1) mengaku tertarik karena kecantikan foto yang di pasang pada
profil korban. (2) Setelah bertemu kala pertama pelaku berkeinginan untuk
melecehkan korban. (3) Pada pertemuan kedualah pelaku kemudian melancaran
aksinya dengan merayu korban dan menggaulinya (4) Setelah kejadian tersebut
pelaku memaksa korban untuk tetap berhubungan selayaknya suami istri dan
menahannya untuk korban pulang
Keterangan:
C. LANDASAN TEORI
Tindak pidana pelanggaran asusila pembentuk undang-undang disebut diatur
dalam pasal 287 Ayat 1 KUHP bab XIV Tentang Kejahatan Terhadap
Kesusilaan.Merupakan pelanggaaran dalam bentuk pokok.Bunyi pasal tersebut
adalah sebagai berikut:
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan,padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas
tahun,atau kalau umurnya tidak jelas,bahwa belum waktunya untuk dikawin,diancam
dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun
2. Unsur obyektif
10
BAB III
PENYIMPANGAN PERILAKU DI MASYARAKAT
A . TINJAUAN DARI ASPEK EKONOMI
Permasalahan yang sangat penting kiranya untuk membahas
tentang Hak Asasi manusia (HAM) pada segala aspek kehidupan, khususnya
adalah perlindungan terhadap anak di Indonesia. Masalahnya perlindungan
anak baru menjadi perhatian masyarakat Indonesia pada kurun waktu tahun
1990an, setelah secara intensif berbagai bentuk kekerasan terhadap anak di
Indonesia diangkat kepermukaan oleh berbagai kalangan. Fenomena serupa
muncul pula diberbagai kawasan Asia lainnya, seperti di Thailand, Vietnam
dan Philipina, sehingga dengan cepat isu ini menjadi regional bahkan global
yang memberikan inspirasi kepada masyarakat dunia tentang pentingnya
permasalahan ini.
Masalah ekonomi dan sosialyang melanda Indonesia berdampak pada
peningkatan skala dan kompleksitas yang di hadapi anak Indonesia yang
ditandai dengan makin banyaknya anak yang mengalami perlakuan salah,
eksploitasi, tindak kekerasan, anak yang didagangkan, penelantaran,
disamping anak-anak yang tinggal di daerah rawan konflik, rawan bencana
serta anak yang berhadapan dengan hukum dan lain- lainnya. Dampak nyata
yang berkaitan dengan memburuknya kondisi perekonomian dan krisis
moneter adalah meningkatnya jumlah anak di Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) milik masyarakat lebih diperberat lagi dengan menurunnya
pendapatan masyarakat yang merupakan salah satu sumber dana.
Dampak
negatife
dari kemajuan
revolusi
media
elektronik
11
eksploitasi anak sebagai pekerja seks komersil terus meningkat. Keadaan ini
membuat anak beresiko tinggi tertular penyakit yang disebabkan hubungan
seksual khususnya HIV/AIDS.
Laporan dari UNICEF mengenai upaya perlindungan khusus kepada
anak-anak, tercatat bahwa dewasa ini banyak anak-anak di Indonesia
mendapat perlakuan yang sangat tidak layak, mulai dari masalah anak
jalanan yang berjumlah lebih dari 50.000 orang, pekerja anak yang
dieksploitasikan mencapai sekitar 1,8
permasalahan
perkawinan
dini,
serta
yang
terjerat
12
disektor formal dan hal yang demikian pada akhirnya membuat atau
menyeret mereka menyerbu sektor informal atau illegal.
Ternyata hak asasi hak tidak pernah diberi melainkan harus direbut
dengan suatu gerakan perlindungan hukum terhadap anak-anak, anti
kekerasan terhadap anak dan mengambil kembali hak asasi anak-anak yang
hilang. Gerakan perlindungan hukum terhadap anak harus digencarkan di
tengah-tengan masyarakat. Pencanangan gerakan nasional perlindungan anak
adalah dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran ba ngsa secara nasional
guna
menghargai
hak-hak
anak
dalam
rangka
menumbuhkan,
13
14
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Sosiologi hukum adalah disipli ilmu yang sudah berkembang dewasa ini
bahkan banyak penelitian hukum di Indonesia mempergunakan metode yang
berkaitan dengan sosiologi hukum. Ilmu ini juga merupakan cabang dari ilmu
sosiologi.Walaupun sebagian berpendapat bahwa ilmu ini cabang dari ilmu hukum.
Fungsi hukum dalam masyarakat tergantung dari berbagai faktor dan
keadaan masyarakat. Masyarakat yang sudah maju berbeda kebutuhan hukumnya
dengan masyarakat yang belum maju.Sehingga fungsi hukumnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
Secara umum fungsi hukum dalam masyarakat telah diuraikan beberapa
pakar diantaranya : hukum sebagai alat bagi elite penguasa untuk mencapai
tujuannya. Hukum juga bisa merefleksi keinginan bersama dalam masyarakat
sehingga mestinya hukum bisa bersifat netral. Sementara pakar lain mengatakan
fungsi hukum dalam masyarakat sebagai pengatur, distribusi sumber daya,
penyelesaiana konflik serta ekspresi dari nilai dan cita-cita dalam masyarakat.
Fungsi hukum menurut masyarakat merupakan sarana perubahan sosial,
dalam hal ini hukum bisa saja hanya berfungsi sebagai alat ratifikasi dan legitimasi.
Perubahan hukum dalam masyarakat bisa terjadi secara evolusi terhadap
norma-norma dalam masyarakat, karena keadaan khusus atau keadaan darurat. Juga
atas inisiatif dari kelompok kecil masyarakat yang dapat melihat jauh kedepan yang
kemudian sedikit demi sedikit mempengaruhi pandangan dan cara hidup masyarakat.
Perubahan juga bisa terjadi bila ada ketidak adilan secara tekhnikal hukum yang
meminta diubahnya hukum tersebut.
15
V
SARAN-SARAN
16
VI
DAFTAR PUSTAKA
1. http://swillsond.typepad.com/blog/2012/11/makalah-sosiolog-hukum-dalammasyarakat-o-l-e-h-nama-odi-murib-nri-100711438.html
2. Ali, Zainuddin. Sosiologi Hukum. Jakarta. Sinar Grafika. 2008
3. Fuady, Munir. Sosiologi Hukum Kontemporer. Interaksi Hukum, Kekuasan, dan
Masyarakat. Bandung PT Citra Aditya Bakti 2007
4. Koenoe, Muhammad. SH. Prof. Dr Hukum dan Perubahan-Perubahan Perhubungan
Kemasyarakatan
5. http://suaraanaktaliabu.blogspot.com/2012/03/makalah-sosiologi-hukumoleh.html
6. www.isomwebs.net/.../kesimpulan-makalah-sosiologi/
17