METODE NUMERIK
Oleh :
Pertemuan ke
Penyusun
Materi
1. Pendahuluan
2. Angka Bena, Pembulatan, dan Galat
1.
Pendahuluan
Metode numerik merupakan teknik-teknik yang digunakan untuk
2.
yang diberikan oleh c, kecuali untuk nol-nol di kiri angka tak nol pertama yang
hanya bertindak untuk mencocokkan posisi titik (koma) desimal.
Kebanyakan komputer digital mempunyai dua cara untuk menyatakan
bilangan, yaitu:
1) Sistem titik kambang (floating point).
Bilangan titik kambang a ditulis sebagai
a = m x b p
dengan : m = mantis (riil); b = basis sistem bilangan yang dipakai (2, 8, 10, 16,
dan sebagainya); dan p = pangkat (berupa bilangan bulat tak negatif).
Contoh : 0,6238 x 103 dalam sistem titik kambang dengan basis 10.
2) Sistem titik tetap (fixed-point).
Suatu bilangan dinyatakan dengan sejumlah tetap posisi desimal di ujung
kanan, tetapi sistem bilangan titik tetap tidak praktis dalam pekerjaan ilmiah
karena keterbatasan rentangnya, contoh : 62,358.
x nilai
hampiran.
Galat mutlak dapat didefinisikan sebagai
Ea = x - x
galat absolut E a
.
nilai eksak
x
tersebut
dipotong
pemotongannya menjadi E =
Pertemuan ke
x3
x5
x7
...
3!
5!
7!
sampai
suku
x 5 x7
+... .
5! 7!
orde
n = 3, galat
Penyusun
Materi
1. Pendahuluan
2. Metode Grafik Tunggal dan Metode Grafik Ganda
3. Aturan Tanda Descartes
4. Metode Tabulasi
5. Metode Tertutup
(Metode Bagidua dan Metode Posisi Palsu)
2.1
Pendahuluan
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa metode iteratif yang digunakan
f ( x) 0 . Pertanyaan-
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
Pertama kali akan dibahas metode iteratif yang disebut sebagai metode
pengurung, disebut sebagai metode pengurung karena akar yang akan dihampiri
dikurung oleh suatu selang yang memuat akar atau selang akar. Metode
pengurung ini disebut juga metode tertutup karena selalu konvergen.
Metode-metode yang termasuk ke dalam metode tertutup diantaranya
adalah metode bagidua (bisection method) dan metode posisi palsu (metode
regula falsi/false position method).
f ( x) 0 .
Contoh : Tentukan lokasi akar dan tebakan awal untuk akar persamaan fungsi :
f ( x) x 3 2,5 x 2 2,46 x 3,96 0
Penyelesaian :
.
y = f(x)
(2,3)
yaitu mendekati nilai 2,8. Sehingga tebakan awal untuk akar persamaan (2.1)
dapat dipilih beberapa titik yang cukup dekat dengan akar persamaan seperti : -2, 1, 0 atau 2.
Metode grafik ganda digunakan untuk persamaan fungsi f ( x) 0 yang
penjabaran fungsi f (x) dapat didekomposisi menjadi pengurangan dua buah
fungsi yaitu f ( x) f1 ( x) f 2 ( x) 0 . Tebakan awal dipilih cukup dekat dengan
absis titik perpotongan kedua fungsi yaitu f1 ( x) dan f 2 ( x) .
2.3
np u
(ii)
u - np = 0, 2, 4,
ng v
(ii)
v ng = 0, 2, 4,
a
r 1 maks k
1 k n
an
2.4
Metode Tabulasi
Misalkan panjang selang tabulasi : x, xmax dan xmin adalah titik-titik ujung
x i x i x .
2.5
Metode Bagidua
Metode bagidua memulai siklus iterasi dengan memilih dua tebakan awal
misal x0 dan x1 yang cukup dekat dengan akar, dengan nilai f ( x0 ) dan nilai
pada kedua tebakan awal ini berbeda tanda, selanjutnya perhatikan gambar
berikut.
y f (x)
f ( x1 )
f ( x2 )
x0
x2
x1
f ( x0 )
x0 f ( x1 ) x1 f ( x 0 )
.
f ( x1 ) f ( x0 )
Pertemuan ke
Penyusun
Materi
Metode-metode Terbuka :
1. Metode Newton Raphson
2. Metode Secant
3. Metode Iterasi Titik Tetap
titik x0 yang cukup dekat dengan akar. Pertama tentukan kemiringan dari fungsi
f ( x0 )
.
f ( x0 )
xi 1 xi
f ( xi )
. Hentikan iterasi
f ( xi )
bila dua hampiran akar yang berurutan cukup dekat. Dibandingkan dengan kedua
metode sebelumnya yaitu metode bagidua dan metode posisi palsu ternyata
metode N-R lebih cepat konvergen.
3.2
Metode Secant
Dalam setiap iterasi untuk metode N-R dilakukan penghitungan turunan
pertama fungsi atau f (x) . Pada beberapa kasus pernyataan untuk f (x) panjang
dan membutuhkan usaha komputasi yang cukup lama untuk menghitungnya.
Metode secant menghampiri turunan pertama fungsi atau f (x) dengan :
10
f ( xi )
f ( xi ) f ( xi 1 )
xi xi1
dimana xi dan xi 1 adalah dua hampiran akar untuk iterasi ke-i dan iterasi ke-(i-1).
Nilai hampiran akar pada iterasi ke-(i+1) diperoleh dari dua nilai hampiran
akar sebelumnya yaitu xi 1 dan xi yang diterapkan pada persamaan tersebut :
xi 1
xi 1 f ( x i ) xi f ( xi 1 )
f ( xi ) f ( xi 1 )
dengan xi 1 adalah absis titik perpotongan garis lurus yang menghubungkan dua
titik yaitu ( xi 1 , f ( xi1 )) dengan ( xi , f ( xi )) .
3.3
1
Fungsi tersebut dapat ditulis : x g1 ( x) = x 2 4 . Sehingga xn 1 g1 ( xn ) =
2
1 2
x n 4 . Persamaan di atas juga dapat ditulis sebagai :
2
dan
8
x
(1)
x g 2 ( x) 2
(2)
x g 3 ( x) 2 x 8
(3)
11
Pertemuan ke
Penyusun
Materi
1. Pendahuluan
2. Beda Hingga
3. Interpolasi Linier
4. Interpolasi Kuadrat
4.1
Pendahuluan
Para ahli ilmu alam sering bekerja dengan sejumlah data diskrit dalam
bentuk tabel. Data tabel tersebut mungkin diperoleh dari hasil pengamatan di
lapangan, hasil pengukuran di laboratorium, dan lain-lain. Tabel tersebut berupa
kumpulan suatu peubah bebas yang diskrit misalnya x1 , x2 ,..., xn yang mempunyai
hubungan dengan suatu kumpulan nilai-nilai fungsi g(x1), g(x2), g(x3), ...,
g(x n ). Nilai xi (i 1, 2, . . . , n) disebut argumen dari fungsi.
Beda Hingga
4.2.1
f 0 f 1 f 0
Dengan cara yang sama dapat dinotasikan beda-beda maju ketiga, keempat, dan
seterusnya. Bentuk umumnya: n+1 fm = nfm+1 - nfm untuk n = 0,1,2,...
12
Tabel berikut menunjukkan beda-beda maju dari semua tingkat yang dapat
dibentuk.
X
x 2
f
f 2
x 1
f 1
f 2
2 f 2
f 1
x0
f1
x2
f2
4.2.2
3 f 2
4 f 2
f0
x1
f 1
3 f 1
f0
2
f0
f1
untuk n = 0, 1, 2, ...
Tabel berikut menunjukkan beda-beda mundur dari semua tingkat yang dapat
dibentuk:
x
X 2
f 2
x 1
f 1
f 1
3 f 1
4.2.3
f0
x1
f1
x2
f2
f1
f2
f1
2 f 2
f2
2f m f
2 f 0
f0
x0
2m1
2
13
2m-1
2
4 f 2
X 2
f 2
f 3/2
x 1
2 f 1
f 1
f 1/2
x0
4.3
f1
x2
f2
3 f 1/2
f0
x1
f0
4 f 0
f 1/2
f1/2
2 f 1
f3/2
Interpolasi Linear
Bentuk interpolasi yang paling sederhana adalah menghubungkan dua titik
P1(x)
f(x1)=f1
D
A
rh
x0
x1
x
Karena segitiga DEC sebangun dengan segitiga ABC, maka berlaku:
f ( x0 ) p1 ( x)
f ( x0 ) f ( x1 )
=
x x0
x1 x0
Akibatnya : P1(x) = f0 + r. f0 .
14
4.4
Interpolasi Kuadrat
Misalkan tersedia tiga titik data (x0,f0), (x1,f1), dan (x2,f2), interpolasi dapat
dilaksanakan dengan polinom orde kedua (polinom kuadrat). Bentuk secara khas
yang cocok untuk maksud ini adalah:
p2(x) = b0 + b1 (x x0) + b 2 (x x0) (x x1).
Atau
p2(x) = f0 + r . f0 +
r ( r 1) 2
f0
2
dengan 0 r n.
15
Pertemuan ke
Penyusun
Materi
1.
2.
3.
5.1
maju Newton :
r
s 0 s
n
f(x) Pn(x) =
s
f 0
= f0 + r . f0 +
+...+
dengan x = x0 + rh , r =
r ( r 1) 2
f0
2!
r ( r 1) . . . (r - n 1) n
f0
n!
x x0
, 0 r n.
h
Suatu rumus yang serupa dengan rumus tadi tetapi melibatkan bedamundur adalah rumus interpolasi beda-mundur Newton :
f(x) Pn(x) = f0 + r. f0 +
+
r (r 1) 2
f0 + . .
2!
r ( r 1) . . . ( r n 1)
n f0
n!
16
5.2
f[x0,x1 ] =
f[x0,x1,x2] =
f [ x1 , x 2 ] f [ x0 , x1 ]
. . .
x2 - x 0
f(xk)
x0
f(x0)
f[xk, xk+1]
f[. . . , . . . , . .]
f[x0,x1 ]
x1
f(x1)
f[x0,x1,x2]
f[x1,x2 ]
x2
f[x0,x1,x2,x3]
f(x2)
f[x1,x2,x3]
f[x2,x3 ]
x3
f(x3)
17
i -1
f(x) = f0 + (x - x j )
i 1
j0
n
5.3
. f [ x0 ,...., xi ]
interpolasi Newton.
Untuk menurunkan bentuk Lagrange, beda-beda terbagi dirumuskan ulang
sebagai berikut : f[x0,x1 ] =
f1
f0
. Dari terakhir ini disubstitusikan
x1 x0 x0 x1
1
1
x -xj
x x1
x x0
P1(x)=
. f0
. f1 =
x0 x1
x1 x0
i 0 j 0 x i x j
ji
. f i
2
2
x -xj
P2(x)=
i 0 j 0 x i x j
ji
. f i
n,
n
n
x -xj
Pn(x) =
i 0 j 0 x i x j
ji
18
. f i
L ( x ). f
i
i 0
Pertemuan ke
Penyusun
Materi
1. Pendahuluan
2. Sistem Persamaan Linear Segitiga Atas
3. Sistem Persamaan Linear Segitiga Bawah
6.1
Pendahuluan
Perhatikanlah sistem n persamaan linear tidak homogen dalam n
a n1 a n 2 a nn x n
b1
b2
bn
[A,B] =
a n1 a n 2 a nn
19
b1
b2
bn
Sistem
a12 x 2
a 22 x2
a1n x n
c1
a2 n x n
c2
a n-1,n -1 x n1
a n 1,n xn
c n 1
a nn x n
cn
xn
cn
.
a nn
Setelah xn ada, dipakai untuk mencari xn-1 pada persamaan sebelumnya sebagai
berikut:
xn-1 =
cn 1 a n 1, n x n
a n 1, n 1
c n 2 an 2, n 1x n 1 an 2, n x n
.
a n 2, n 2
Proses ini diteruskan untuk mencari nilai peubah yang lainnya. Langkah umum
dari proses tersebut adalah:
n
ck
xk =
...
akj x j
j k 1
a kk
20
6.3
matriks segitiga bawah disebut sistem persamaan linear segitiga bawah. Sistem
persamaan linear seperti itu dapat dituliskan dalam bentuk:
a11 x1
c1
a 21 x1 a 22 x 2
c2
a n1 x1 a n 2 x 2 a nn xn c n
Penyelesaian sistem persamaan linear ini dicari dengan substitusi maju.
Persamaan pertama hanya melibatkan x1,
ck
xk =
k 1
a ki xi
i 1
a kk
21
Pertemuan ke
Penyusun
Materi
7.1
22
7.1.2
kolom k yang terletak pada atau di bawah diagonal, dan melokasikan baris r
yang mempunyai elemen dengan nilai mutlak terbesar, yakni:
ark maks
kk
dan kemudian menukarkan baris r dan baris k jika r > k. Dengan diambilnya
elemen dengan nilai mutlak terbesar sebagai elemen tumpuan, akan menghasilkan
perambatan galat yang kecil.
7.1.3
maksimum
1 j n
aij
1
aij = j n - 1
j i n
7.2
a ij
di
matriks segitiga bawah L dan matriks segitiga atas U. Metode ini dikenal
dengan nama metode dekomposisi LU atau metode faktorisasi segitiga.
7.2.1
a 21 a 22 a 23 l 21 1 0 0 u 22 u 23 .
a a a l l 1 0 0 u
33
31 32 33 31 32
23
7.2.2
a 21 a 22 a 23 l 21 l 22 0 0 1 u 23
a a a l l l 0 0 1
31 32 33 31 32 33
a 21 a 22 a 23 l 21 1 0 0 u 22 u 23
a a a l l 1 0 0 u
33
31 32 33 31 32
u11
l 21u11
l u
31 11
7.3
u12
l 21u12 u 22
l31u12 l 32 u 22
u13
l 21u13 u 23
.
l31u13 l32 u 23 u 33
aii
aij
, untuk setiap i = 1, 2, 3, . . . , n.
j 1, j i
24
x 12
b2 ( a 21 x1 a 23 x3 ... a 2 n x n )
a 22
x 1n
bn ( a n1 x1 a n 2 x 2 ... a n ,n 1 x n 1 )
a nn
Kemudian lanjutkan dengan iterasi kedua dan ketiga. Secara umum proses iteratif
ke (k+1) adalah :
x1k 1
x 2k 1
k 1
n
bn ( a n1 x1k a n 2 x 2k ... a n ,n 1 x n 1k )
a nn
bi a ij x kj
xik 1
j 1
j i
a ii
i 1
j 1
j i 1
aij x kj 1
aij x kj
aii
25
Pertemuan ke
Penyusun
Materi
Pertemuan ke
Penyusun
Materi
9.1
d i yi y i . Fungsi
f (x)
d1
y3
y 3
d3
d2
d4
x3
Gambaran pencocokan kurva
26
jumlah kuadrat simpangan. Metode ini disebut pencocokkan kuadrat terkecil atau
least squares fit.
9.1.1
Regresi Linier
Diberikan data sebagai berikut :
i
xi
1,5
1,8
2,4
3,0
3,5
3,9
4,4
4,8
5,0
yi
4,8
5,7
7,0
8,3
10,9
12,4
13,1
13,6
15,3
12.5
10.0
7.5
5.0
1
Dilihat dari titik-titik data yang diplot pada tabel di atas, jika x bertambah
besar maka y bertambah besar. Oleh karena data yang diplot mengumpul di
sekitar sebuah garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah garis lurus
menggambarkan situasi yang cukup masuk akal. Sehingga dapat dinyatakan
y a 0 a1 x
Min S = Min
y i y i
= Min
i 1
27
yi a0 a1 x
i 1
S adalah fungsi dari dua peubah yang tidak diketahui yaitu a0 dan a1 . Maka untuk
meminimumkan S diambil turunan parsial dari S terhadap a 0 dan a1 kemudian
samakan dengan nol. Maka :
n
S
2 y i a1 xi a 0 (1) 0
a 0 i1
(*)
n
S
2 y i a1 xi a 0 ( xi ) 0
a1 i 1
(**)
a1 xi na 0 0 .
x .a x .a x y
i
2
i
Penyelesaiannya adalah :
a1
2
i
y x x x y
n x x
n x y x y
.
n x x
a0
2
i
2
i
Koefisien-koefisien dari garis regresi linier metode kuadrat terkecil pada kedua
persamaan tersebut disebut koefisien regresi.
9.1.2
Regresi Polinom
Misalkan n pasangan koordinat ( xi , yi ) yang diberikan akan dihampiri
28
S y i y i y i a 0 a1 x a 2 x 2
a 0 xi a1 xi2 a 2 xi3 xi y i
a 0 xi2 a1 xi3 a 2 xi4 xi2 y i
29
Pertemuan ke
10
Penyusun
Materi
10.1
(a)
Y
(b)
Y
(c)
30
x .a x .a x z
i
2
i
1
y
1
. Jika ditulis
a bx
S y i a1 sin xi a 2 cos xi .
31
Samakan dengan nol turunan parsial dari S terhadap a1 dan a 2 agar diperoleh
a1 sin 2 xi a 2 sin xi cos xi y i sin xi
a1 sin xi cos xi a 2 cos 2 xi yi cos xi .
Selesaikan dua persamaan linier simultan untuk a1 dan a 2 di atas agar diperoleh
a
dan tan 1 2 .
a1
A a12 a22
( y c) a x b .
Ambil logaritma pada kedua ruas persamaan tersebut sehingga diperoleh :
32
c .
Pertemuan ke
11
Penyusun
Materi
11.1
Teorema 11.1 :
Jika suatu fungsi f (x) mempunyai turunan sampai turunan ke( n 1 )
dalam selang [a, b] maka fungsi tersebut dapat dinyatakan di sekitar x x0
pada selang [a, b] sebagai :
(x x )
0
f (x) f (x ) f (x )(x x ) f (x )
0
0
0
0
2!
+ + f
(x x )
0
(x )
0
n!
n
f
n 1
(x x )
0
f''' (x )
0
3!
n 1
(x x )
0
(s )
( n 1) !
Suku f
n 1
n 1
(x x )
0
(s )
(n 1) !
disebut suku sisa dengan s adalah bilangan yang terletak antara x dan x0. Suku
sisa memberikan galat pemotongan jika hanya n buah suku pertama pada deret
Taylor yang digunakan untuk menyatakan fungsi. Galat pemotongannya adalah :
f n 1 (s )
Galat pemotongan =
( x x )n 1
0
(n 1) !
atau
(x x )n 1
0
.M ;
(n 1) !
dimana M = max f
n 1
33
11.2
Deret Chebyshev
Polinom Chebyshev yang didefinisikan oleh .
Tn(x) = Cos n
Maka
dimana x = Cos .
Sehingga diperoleh :
T3(x) = 4 x3 3 x
T4(x) = 8 x4 8 x2 +1
T5(x) = 16 x5 20 x3 + 5 x
34
Pertemuan ke
12
Penyusun
Materi
12.1
Aturan Trapesium
b
f ( x )dx
fungsi yang kontinu pada selang [a,b], dengan metode analitik biasanya sulit
bahkan ada yang tak dapat dievaluasi. Mengatasi persoalan ini dan persoalan
integrasi yang lebih umum yang hanya mempunyai beberapa nilai dari f(x)
(dengan argumen x = xi, i = 0, 1, 2, ..., n) dibutuhkan beberapa pendekatan.
Pilihannya adalah mencari sebuah fungsi, misalnya g(x) yang sesuai untuk
mengatasi kedua persoalan yaitu merupakan pendekatan dari f(x) yang mudah
untuk diintegralkan secara analitik.
Diberikan dua buah titik data (x0,f(x0)) dan (x1,f(x1)). Karena f(x) melalui
dua buah titik (x0,f(x0)) dan (x1,f(x1)), maka dipakai interpolasi berorde satu f(x)
P1(x).
Y
f(x)
h
0
a = x0
b = x1
f ( x )dx P1 ( x )dx [ f 0 f [ x0 , x1 ]( x x0 )] dx
a
35
b
f fo
b
f o x a 1
x xo dx .
x1 xo
a
Dapat ditunjukkan bahwa bentuk terakhir ini sama dengan
ba
f o f1 atau b a f (a) f (b) .
2
2
Jadi aturan trapesium adalah
h
f ( x)dx 2 f (a) f (b)
dengan h = b - a.
12.2
h=
ba
. Berdasarkan aturan trapesium diperoleh
n
x1
f ( x )dx
f ( x )dx
x1
f ( x )dx
xn 1
h
f ( x) f ( x1) h f ( x1 ) f ( x2 ) h f ( x n1 ) f ( b )
2
2
2
h
f ( a ) f ( b ) 2 f ( x1 ) 2 f ( x 2 ) 2 f ( xn 1 )) .
2
Jadi,
x2
f ( x )dx
f ( x )dx
n 1
h
f ( a ) f ( b ) 2 f ( x i ) .
2
i 1
36
Pertemuan ke
13
Penyusun
Materi
13.1
1
Aturan Simpson ( )
3
O
O
y = f(x)
a = x0 c=(a+b)/2 = x1 b=x2
X = X
P2 ( x)
( x b)( x c)
( x a)( x c)
( x a)( x b)
f (a)
f (b )
f (c ) .
(a b)(a c)
(b a)(b c)
(c a)(c b)
37
(x - a)(x - c)
( x a )( x b )
I
f(a)
f(b)
f (c) dx
( a b)(a c)
(b - a)(b - c)
(c a )(c b )
a, maka dapat
ditunjukkan :
2h
( x 2h )( x h )
( x o )( x h )
( x o)( x 2h )
1
. . . h f (a ) 4 f (c) f (b) . Jadi,
3
13.2
1
h f o 4 f1 f 2
3
1
Aturan Komposisi Simpson
3
ba
lebar selang bagiannya h =
.
M
xo=a
x1
h x2
h x3
x4 ... xM-2
h xM-1 h
xM = b
I f ( x )dx
a
x2
x4
f ( x )dx
f ( x )dx
fx )dx
xM 2
x2
4
f (a) 4 f1 f 2 4 f 2 4 f 3 f 4 4 f M 2 4 f M 1 f b .
3
3
3
M 1
M 2
4
I
f ( a ) f ( b ) 4 f ( xi ) 2 f ( xi
3
i 1
i 2
i 2
i 2
38
13.3
yaitu I
f ( x)dx
1
galat
Y
Y = f(x)
-1
h
f ( 1 ) f ( 1 ) f ( 1 ) f ( 1 ) dengan h = (1-(-1)) = 2.
2
1
Persamaan I f(1) + f(-1) dapat ditulis sebagai I W1f(a) + W2 f(b) dengan
I
f ( x )dx
a = -1, b = 1, W1 = W2 =
h
2
=
= 1.
2
2
Dengan cara koefisien tak tentu, dan diuji dengan monomial 1, x, x2, dan
1
x3, karena I
tersebut, diperoleh:
f ( x)dx W1 f ( x1 ) W2 f ( x2 )
1. f (
1
1
Jadi
f ( x ) dx
f(
1
1
1
1
) 1. f ( ) f ( ) f ( )
3
3
3
3
1
1
) f(
)
3
3
f ( x)dx W1 f ( x1 ) W2 f ( x 2 ) W3 f ( x3 )
1
39
Parameter x1, x2, x3, W1,W2, dan W3 dapat dicari dengan fungsi f(x) = 1, f(x)
= x, f(x) = x2, f(x) = x3, f(x) = x4, dan f(x) = x5, karena kuadratur Gauss bernilai
eksak untuk fungsi-fungsi tersebut. Dengan cara yang sama seperti untuk metode
Gauss-Legendre 2 titik akan diperoleh :
1
f ( x ) dx
5
3
8
5 3
.f
. f ( 0 ) . f
9
5
9
9 5
f ( x )dx W
f ( x1 ) W2 f ( x2 ) Wn f ( x n ) .
Bobot Wn
Absis xn
Galat pemotongan
1,00000000
1,00000000
-0,57735027
0,57735027
f(4) (c)
0,55555556
0,88888889
0,55555556
-0,77459667
0
0,77459667
f(6) (c)
0,34785485
0,65214515
0,65214515
0,34785485
-0,86113631
-0,33998104
0,33998104
0,86113631
f(8) (c)
0,23692689
0,47862867
0,56888889
0,47862867
0,23692689
-0,90617985
-0,53846931
0
0,53846931
0,90617985
f(10) (c)
0,17132449
0,36076157
0,46791393
0,46791393
0,36076157
0,17132449
-0,93246951
-0,66120939
-0,23861919
0,23861919
0,66120939
0,93246951
f(12) (c)
40
2
ba
x
akan diperoleh :
ba
ba
ba
ba
ba
sehingga dx =
z
dz .
2
2
2
b
I f ( x)dx
a
ba
2
ba
ba
f
z
dz .
2
2
41
Pertemuan ke
14
Penyusun
Materi
14.1
y' = f(x.y)
PDB orde satu yang tidak mengikuti bentuk baku tersebut harus ditulis ulang
menjadi bentuk persamaan seperti di atas, agar ia dapat diselesaikan secara
numerik.
Penyelesaian PDB secara numerik berarti menghitung nilai fungsi di
xr+1 = xr + h dengan h adalah ukuran langkah setiap iterasi. Pada metode analitik,
nilai awal berfungsi untuk memperoleh solusi yang unik, sedangkan pada metode
numerik nilai awal berfungsi untuk memulai iterasi.
14.2
Metode Euler
Diberikan PDB orde satu, y' = dy/dx = f(x,y) dan y(x0) = y0 . Misalkan
yr
= y(xr) adalah hampiran nilai y di xr yang dihitung dengan metode Euler. Dalam
hal ini
( xr 1 xr )
( x xr )2
. y' (xr) + r 1
. y" (xr) + ...
1!
2!
42
r = 0,1,2,...,n
Metode
43
Pertemuan ke
15
Penyusun
Materi
15.1
Metode Heun
Metode Euler mempunyai ketelitian yang rendah karena galatnya besar
(sebanding dengan h). Buruknya galat ini dapat dikurangi dengan menggunakan
metode Heun, yang merupakan perbaikan metode Euler (modified Eulers
method). Pada metode Heun, solusi dari metode Euler dijadikan sebagai solusi
perkiraan awal (predictor).
Metode Heun adalah sebagai berikut :
yr+1= yr +
h
[f(xr,yr) + f(xr+1, yr+1)] .
2
Pertemuan ke
16
Penyusun
Materi
44
Daftar Pustaka :
Atkinson, K. (1985). Elementary Numerical Analysis. New York : John
Wiley & Sons.
Chapra, S. & Canale. (1991). Numerical Methods for Engineers with
Personal Computer Applications. MacGraw-Hill Book Company.
Conte, S. & Boor. (1992). Elementary Numerical Analysis, An Algorithmic
Approach. 3rd Edition. MacGraw-Hills. Inc.
Epperson, J. (2002). Introduction to Numerical Methods and Analysis.
New York John Wiley & Sons.
Mathews, J. (1993). Numerical Methods for Mathematics, Science and
Engineering. 2nd Edition. London : Prentice-Hall Int.
Munir, R. (1997). Metode Numerik untuk Teknik Informatika. Institut
Teknologi Bandung.
Nakamura. S. (1991). Applied Numerical Methods with Software. London:
Prentice-Hall Int.
Rajaraman, V. (1981). Computer Oriented Numerical Methods. New Delhi
: Prentice-Hall of India.
Ralston, A. (1965). A First Course in Numerical Analysis. McGraw-Hill.
Susila, Nyoman. (1994). Dasar-dasar Metode Numerik. Jakarta : DIKTI.
Walpole, R. & Myers. (1986). Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur
dan Ilmuwan. Bandung : Penerbit ITB.
45