Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Vertikal Drain
Laju konsolidasi yang rendah pada lempung jenuh dengan permeabilitas

rendah dapat dinaikkan dengan menggunakan drainase vertikal (vertical drain) yang
memperpendek lintasan pengaliran dalam lempung. Kemudian konsolidasi yang
diperhitungkan akibat pengaliran horizontal radial yang menyebabkan disipasi
kelebihan tekanan air pori yang lebih cepat, sedangkan pengaliran vertikal
sangat kecil pengaruhnya. Dalam teori, besar penurunan konsolidasi akhir adalah
sama, hanya laju penurunannya yang berbeda-beda.

Gambar 2.1 Aliran air pori pada vertikal drain


Metode tradisional dalam membuat vertikal drain adalah dengan membuat
lubang bor pada lapisan lempung dan mengisi kembali dengan pasir yang
bergradasi sesuai titik. Diameternya sekitar 200600 mm dan saluran drainase
tersebut dibuat
1

Universitas Sumatera Utara

sedalam lebih dari 5 meter. Pasir harus dapat dialiri air secara efisien tanpa
membawa partikelpartikel tanah yang halus. Drainase cetakan juga banyak
digunakan dan biasanya lebih murah daripada drainase urugan untuk suatu daerah
tertentu.

Salah

satu

jenis

drainase

cetakan

adalah

drainase

prapaket

(prepackage drain) yang terdiri dari sebuah selubung filter, biasanya dibuat dari
polypropylene, yang diisi pasir dengan diameter 65 mm. Jenis ini sangat fleksibel
dan biasanya tidak terpengaruh oleh adanya gerakangerakan tanah lateral. Jenis
lain drainase cetakan adalah drainase pita (band drain), yang terdiri dari inti plastik
datar dengan saluran drainase yang dikelilingi oleh lapisan filter, yang mana
lapisan tersebut harus memiliki kekuatan untuk mencegah jangan sampai terselip
ke dalam saluran. Fungsi utama dari lapisan itu adalah untuk mencegah
penyumbatan partikelpartikel tanah halus pada saluran di dalam inti. Ukuran
band drain ini adalah 100 mm kali 5 mm dan diameter ekivalennya biasanya
diasumsikan sebagai keliling dibagi . Drainase cetakan dipasang dengan cara
menyelipkan drainase cetakan ke dalam lubang bor atau dengan menempatkannya
di dalam sebuah paksi (mandrel) atau selubung (casing) yang kemudian dipancang
ke dalam tanah atau digetarkan di tanah.
Karena tujuannya adalah untuk mengurangi panjang lintasan pengaliran,
maka jarak antara drainase merupakan hal yang terpenting. Drainase tersebut
biasanya diberi jarak dengan pola bujur sangkar atau segitiga. Jarak antara drainase
tersebut harus lebih kecil daripada tebal lapisan lempung dan tidak ada gunanya
menggunakan vertikal drain dalam lapisan lempung yang relatif tipis. Untuk
mendapatkan desain yang baik, koefisien konsolidasi horizontal dan vertikal (Ch
dan Cv) yang akurat sangat penting untuk diketahui. Biasanya rasio Ch/Cv terletak
antara

1 dan 2. Semakin tinggi rasio ini, pemasangan drainase semakin bermanfaat.


Nilai

koefisien untuk lempung di dekat drainase kemungkinan menjadi berkurang akibat


proses peremasan (remoulding) selama pemasangan (terutama bila digunakan
paksi), pengaruh tersebut dinamakan pelumasan (smear). Efek pelumasan ini dapat
diperhitungkan dengan mengasumsikan suatu nilai Ch yang sudah direduksi
atau dengan menggunakan diameter drainase yang diperkecil. Masalah lainnya
adalah diameter sand drain yang besar cenderung menyerupai tiang-tiang yang
lemah, yang mengurangi kenaikan tegangan vertikal dalam lempung sampai tingkat
yang tidak diketahui

dan

menghasilkan

nilai

tekanan

air

pori

berlebih.

Pengalaman menunjukkan bahwa vertikal drain tidak baik untuk tanah yang
memiliki rasio kompresi sekunder yang tinggi, seperti lempung yang sangat
plastis dan gambut
(peat); karena laju konsolidasi sekunder tidak dapat dikontrol oleh drainase
vertikal.

Pola bujur sangkar

Pola segitiga
Gambar 2.2 Blok-blok silindris

Dalam koordinat polar, bentuk tiga dimensi dari persamaan konsolidasi,


dengan sifat tanah yang berbeda dalam arah horizontal dan vertikal, adalah

1u

u
Cv
Ch
t
r rr
2

(2.1)

u
2
y

Blokblok prismatis vertikal dari tanah yang mengelilingi drainase diganti


oleh blokblok silinder dengan jarijari R dengan luas penampang melintang yang
sama. Penyelesaian persamaan 2.1 di atas dapat ditulis dalam dua bagian :
Uv

f(Tv)

(2.2)

dan
Ur

f(Tr)

(2.3) dimana : Uv = tingkat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran vertikal


Ur = tingkat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran horizontal (radial)
atau

Tv

Cvt
2
H

Tr

Ch t
2
4R

dan

(2.4)

(2.5)

dimana : Tv = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah vertikal


Tr = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah radial

Gambar 2.3 Penyelesaian konsolidasi radial


Pernyataan untuk Tr

memberikan gambaran bahwa semakin rapat

(kecil) jarak antara drainase, semakin cepat proses konsolidasi yang terjadi akibat
pengaliran radial.

Penyelesaian

untuk

pengaliran

radial,

menurut

Barron,

diberikan pada Gambar 2.3, hubungan Ur/Tr tergantung pada rasio n = R/rd di mana
R adalah jari-jari blok silinder ekivalen dan rd adalah jari-jari drainase tersebut.
Selain itu dapat juga diperlihatkan bahwa :
(1 U) = (1 Uv)(1 Ur)

Carillo (1942)

(2.6)

dimana U adalah derajat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran kombinasi


antara vertikal dan horizontal.

2.2.

Transformasi Tampang Vertikal Drain


Ukuran band drain atau prefabricated vertikal drain adalah 100 mm kali

5 mm dengan bentuk penampang persegi panjang. Pada saat dilakukan perhitungan


terhadap

prefabricated

vertikal

drain

tersebut

prefabricated vertikal drain akan dimodelkan

maka

penampang

menjadi berbentuk

dari

lingkaran

dengan perhitungan diameter ekivalen yang diasumsikan sebagai keliling persegi


panjang dibagi (Hansbo,1960). Asumsi tersebut didasarkan pada rumusan
dibawah ini:
Keliling lingkaran = keliling persegi panjang

d 2( p l
)
2( p l
d
)

Aliran air pori


Aliran air pori
Gambar 2.4 Transformasi tampang vertikal drain
2.3.

Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahanlahan

pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian
air pori. Proses tersebut berlangsung terusmenerus sampai kelebihan tekanan
air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total benarbenar hilang. Jangka

waktu

terjadinya konsolidasi tergantung pada bagaimana cepatnya tekanan air pori yang
berlebih akibat beban yang bekerja dapat dihilangkan. Karena itu koefisien
permeabilitas merupakan faktor penting di samping penentuan berapa jauh jarak air
pori yang harus dikeluarkan dari pori-pori yang ukurannya bertambah kecil untuk
dapat

meniadakan tekanan yang berlebihan.

Kasus

yang paling sederhana

adalah konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi regangan lateral nol mutlak ada.
2.3.1.
Terzaghi

Konsolidasi

1-D

Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama-tama


diperkenalkan oleh Terzaghi. Uji tersebut dilakukan di dalam konsolidometer
(kadang-kadang disebut sebagai oedometer). Skema konsolidometer ditunjukkan
dalam gambar 2.4. Contoh tanah diletakkan di dalam cincin logam dengan dua
buah batu berpori diletakkan di atas dan di bawah contoh tanah tersebut, ukuran
contoh tanah yang digunakan biasanya adalah diameter 2,5 inci (63,5 mm) dan
tebal 1 inci (25,4 mm). Pembebanan pada contoh tanah dilakukan dengan cara
meletakkan beban pada ujung sebuah balok datar, dan pemampatan (compression)
contoh tanah diukur dengan menggunakan skala ukur dengan skala mikrometer.
Contoh tanah selalu direndam air selama percobaan. Tiap-tiap beban biasanya
diberikan selama 24 jam. Setelah itu, beban dinaikkan sampai dengan dua kali
lipat dari sebelumnya, dan pengukuran pemampatan diteruskan.

Gambar 2.5 Konsolidometer


Angka pori pada akhir setiap periode penambahan tekanan (beban) dapat
dihitung dari pembacaan arloji pengukur dan begitu pula halnya dengan kadar air
(water content) atau berat kering (dry weight) dari contoh tanah pada akhir
pengujian. Berdasarkan diagram fase pada gambar 2.5 terdapat dua buah metode
perhitungan sebagai berikut :
(1) Kadar air yang diukur pada akhir pengujian = wt
e
H

1 e0

(2.7)

H0

dimana :
e1 = angka pori pada akhir pengujian = w1Gs (diasumsikan Sr = 100%)
e0 = angka pori pada awal pengujian

e = perubahan angka pori selama pengujian = e1-e0


H0 = tebal contoh tanah pada awal pengujian
H = Perubahan tebal selama pengujian
Dengan cara yang sama e dapat dihitung sampai akhir periode
penambahan beban atau tekanan.
(2) Berat kering yang diukur pada akhir pengujian = Ms (yaitu massa partike
l padat tanah).

e1

H 1 H s H 1

1
Hs
Hs

dimana :

Hs

Ms
AG s

= tebal ekivalen partikel pada tanah


w

H1 = tebal pada akhir setiap periode penambahan tekanan


A = luas contoh tanah

(2.8)

Gambar 2.6 Diagram fase


Ada tiga tahapan yang berbeda yang diperoleh dari hasil
percobaan konsolidasi, yaitu :
Tahap I : Pemampatan awal (initial compression), yang pada umumnya disebabkan
oleh pembebanan awal (preloading).
Tahap II : Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama
tekanan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif,
sebagai akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah.
Tahap III : Konsolidasi sekunder (secondary consolidation), yang

terjadi

setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi di sini
disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.

Asumsi-asumsi yang dibuat dalam teori Terzaghi ini adalah :


1. Tanah adalah homogen.
2. Tanah benar-benar jenuh.
3. Partikel padat tanah dan partikel air tidak kompresibel.
4. Kompresi dan aliran adalah satu dimensi (vertikal).
5. Regangan kecil.
6. Hukum Darcy berlaku untuk semua gradien hidrolik.
7. Koefisien permeabilitas dan koefisien kompresibilitas volume tetap
konstan selama proses berlangsung.
8. Terdapat hubungan yang khusus (unik), tidak tergantung waktu, antara
angka pori dan tegangan efektif.
Dengan melihat asumsi 6, terdapat bukti adanya penyimpangan dari hukum
Darcy pada gradien hidrolik rendah dari asumsi 7, koefisien permeabilitas menurun
sewaktu angka pori menurun selama konsolidasi, koefisien ko mpresibilitas
volume juga menurun selama konsolidasi karena hubungan e- tidak linear. Tetapi
untuk kenaikan tegangan kecil, asumsi 7 beralasan. Pembatasan yang utama
dari teori Terzaghi ini adalah asumsi 8 (bagian dari keadaan satu dimensi). Hasilhasil pengujian memperlihatkan bahwa hubungan antara angka pori dan tegangan
efektif tergantung pada waktu.

Teori ini berhubungan dengan besaran-besaran di bawah ini :


1. Tekanan air pori berlebihan (u).
2. Kedalaman (z di bawah lapisan lempung teratas).
3. Waktu (t) dari penggunaan kenaikan tegangan total seketika.
Persamaan matematis konsolidasi 1-D Terzaghi berbentuk parabolik
dengan formula sebagai berikut :
u

(2.9)

Cv u
t
y 2

dimana :
u

= tekanan air pori yang

berlebihan t
y

= waktu peninjauan

= kedalaman peninjauan

u
t
2

u
2
y

= turunan pertama tekanan air pori yang berlebihan terhadap waktu

= turunan kedua tekanan air pori yang berlebihan terhadap kedalaman

Solusi umum persamaan ini adalah :

WY ,T

4 1
2 ( 2 m1) 2 / 4 Tv
Exp
sin (2m 1)Y
2

m0 (2m 1)
2

Dengan derajat konsolidasi (U) rata-rata :


U =1

1
2
2
m0 (2m 1)

Exp 2 ( 2 m+1)2 / 4 Tv

dengan : m = bilangan integer ;


Tv

cvt (faktor waktu)


H

Besar penurunan primer terjadi :

Sp
'
)

Cc H

'
log( 0

1 e0
dimana : 0

(2.10)

'o
= tegangan vertikal efektif awal

= tambahan tegangan vertikal efektif


Cc

= indeks pemampatan (compression index)

= tebal lapisan

e0

= angka pori awal

Pemakaian rumusan ini, nilai koefisien konsolidasi (Cv) dianggap konstan


selama konsolidasi berlangsung, walaupun pada kondisi sebenarnya dari hasil
percobaan konsolidasi di laboratorium menunjukkan nilai Cv yang tidak konstan
melainkan tergantung terhadap besar tegangan yang bekerja.
2.3.2. Konsolidasi Radial
Konsolidasi radial akan terjadi dalam situasi-situasi yang meliputi drainase
terhadap suatu sumber pusat, seperti pada suatu vertikal drain yang dipakai di
bawah

timbunan untuk mempercepat drainase air pori dengan mengurangi jarak


drainase dan karena itu juga mempercepat konsolidasi.
Persamaan konsolidasi untuk drainase arah radial sebagai berikut :

2 1u
u
u
Cr

r
rr
t

(2.11)

dimana : Cr

= koefisien konsolidasi arah

radial r

= jari-jari vertikal drain

Dengan menganggap adanya efek smear zone dan diselesaikan dengan cara
equal-strain consolidation (Baron, 1948) maka penyelesaian persamaan
konsolidasi radial sebagai berikut :

u av u e
1

8Tr

u av

Ur 1

, dengan derajat konsolidasi rata-rata :

1e

(2.12)

( 8Tr

/m)

u1

dimana :
2

3 S
n
n
m 2

2 ln
n S S
4
4n
r
S s
rw
d
n e
dw

k r 2n
2
k s
n

ln S

de = diameter ekivalen (setelah penampang diubah menjadi bentuk lingkaran)

dw = diameter vertikal drain

rs = jari-jari smear zone


rw = jari-jari sand drain
ks = koefisien permeabilitas arah radial pada smear zone = (1-15)kr
kr = koefisien permeabilitas arah radial = (1-15)kv
Cr = Cv(kr/kv)

(2.12a)

C rt
d e2

(2.12b)

Tr

Efek smear zone adalah berkurangnya nilai koefisien untuk tanah lempung
di dekat vertikal drain atau diameter vertikal drain yang digunakan diperkecil, hal
ini disebabkan proses peremasan (remoulding) selama pemasangan vertikal
drain dengan menggunakan paksi.
2.3.3.
Konsolidasi

Waktu

Penurunan total akibat konsolidasi primer yang disebabkan oleh adanya


penambahan

tegangan

di atas

permukaan

tanah

dapat

dihitung

dengan

menggunakan persamaan 2.10.


Tetapi persamaan 2.10 tersebut tidak memberikan penjelasan mengenai kecepatan
(rate) dari konsolidasi primer. Terzaghi (1925) memperkenalkan teori yang pertama
kali mengenai kecepatan konsolidasi satu dimensi untuk tanah lempung yang jenuh
air. Penurunan matematis dari persamaan tersebut didasarkan pada anggapananggapan berikut ini :
1. Tanah (sistem lempung-air) adalah homogen.
2. Tanah benar-benar jenuh.

3. Kemampumampatan air diabaikan.


4. Kemampumampatan butiran tanah diabaikan.
5. Aliran air hanya satu arah saja (yaitu pada arah pemampatan).
6. Hukum Darcy berlaku.
Jika suatu lapisan lempung dengan tebal 2Hdr yang terletak antara dua
lapisan pasir yang sangat tembus air (highly permeable) diberi penambahan tekanan
sebesar p, maka tekanan air pori pada suatu titik di dalam lapisan tanah lempung
tersebut akan naik. Untuk konsolidasi satu dimensi, air pori akan mengalir ke luar
dalam arah vertikal, yaitu ke arah lapisan pasir.
Kecepatan air yang mengalir ke luar - kecepatan air yang mengalir masuk
sama dengan kecepatan perubahan volume.
v z

z)dx.dy v .dx.dy
V

Jadi :
(v
z

(2.13)

di mana : V = volume elemen tanah.


vz = kecepatan aliran dalam arah sumbu z.

atau :

v z
V

(2.14)

dx.dy.dz

Dengan menggunakan hukum Darcy :

v z k.i k
u

h
z

(2.15)
z

di mana : u = tekanan air pori yang disebabkan oleh penambahan tegangan.


Selama konsolidasi, kecepatan perubahan volume elemen tanah adalah
sama dengan kecepatan perubahan volume pori (void). Jadi,
V

V
t

Vv

(Vs eVs )

V s

Vs

(2.16)

di mana : Vs = volume butiran padat.


Vv = volume pori.
Tetapi dengan menganggap bahwa butiran padat tanah tidak mampumampat, maka :
V s

dan

Vs

dx.dy.d
z

1 e0

(2.17)

1 e0

Dengan memasukkan persamaan 2.17 ke persamaan 2.16, maka didapat :


V
e
t

dx.dy.dz

1 e0

(2.18)

di mana : e0 = angka pori awal.


Perubahan angka pori terjadi karena penambahan tegangan efektif (yaitu :
pengurangan tekanan air pori yang terjadi). Dengan anggapan bahwa penambahan
tegangan efektif sebanding dengan pengurangan tekanan air pori.
Hubungan antara waktu konsolidasi dan faktor waktu dapat dilihat pada
persamaan 2.4 dan persamaan 2.5.

Variasi derajat konsolidasi rata-rata terhadap faktor waktu yang tak


berdimensi, diberikan dalam tabel 2.1, yang berlaku untuk keadaan di mana u0
adalah sama untuk seluruh kedalaman lapisan yang mengalami konsolidasi.
Tabel 2.1 Variasi faktor waktu terhadap derajat konsolidasi
Uav, %

2.4.

Tv
0

10

0,008

20

0,031

30

0,071

35

0,096

40

0,126

45

0,159

50

0,197

55

0,238

60

0,278

65

0,342

70

0,403

75

0,478

80

0,567

85

0,684

90

0,848

95

1,127

100

Penurunan (Settlement)
Semua tanah yang mengalami tegangan akan mengalami regangan di dalam

kerangka tanah tersebut. Regangan ini disebabkan oleh penggulingan, penggeseran,


atau penggelinciran dan terkadang juga karena kehancuran partikel-partikel
tanah pada titik-titik kontak, serta distorsi elastis. Akumulasi statistik dari
deformasi dalam arah yang ditinjau ini merupakan regangan. Integrasi regangan
(deformasi per satuan panjang) sepanjang kedalaman yang dipengaruhi oleh
tegangan disebut penurunan.

Metode penurunan seperti ini sebagian besar tidak dapat mengembalikan tanah pada
keadaan semula apabila tegangan ditiadakan karena terjadi pengurangan angka pori
yang permanen. Regangan pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus yang
kering atau jenuh sebagian akan terjadi sesudah bekerjanya tegangan. Bekerjanya
tegangan terhadap tanah yang berbutir halus yang jenuh akan menghasilkan
tegangan yang bergantung pada waktu. Penurunan yang dihasilkan akan bergantung
juga pada waktu dan disebut penurunan konsolidasi.
Secara umum, penurunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh
pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1.

Penurunan konsolidasi, yang merupakan hasil dari perubahan volume


tanah jenuh air sebagai akibat proses konsolidasi. Penurunan konsolidasi
dibagi menjadi dua, yaitu penurunan konsolidasi primer dan penurunan
konsolidasi sekunder.

2.

Penurunan segera, yang merupakan akibat dari deformasi elastis tanah


kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.
Bilamana suatu lapisan tanah jenuh air diberi penambahan beban, angka

tekanan air pori akan naik secara mendadak. Pada tanah berpasir yang tembus air
(permeable), air dapat mengalir dengan cepat sehingga pengaliran air pori ke luar
sabagai akibat dari kenaikan tekanan air pori dapat selesai dengan cepat. Keluarnya
air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya volume tanah; berkurangnya
volume tanah tersebut dapat menyebabkan penurunan lapisan tanah itu. Karena air
pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir ke luar dengan cepat, maka penurunan
segera dan penurunan konsolidasi terjadi bersamaan.

Bilamana suatu lapisan tanah lempung jenuh air yang mampumampat


(compressible) diberi penambahan tegangan, maka penurunan (settlement) akan
terjadi dengan segera. Koefisien rembesan lempung sangat kecil bila dibandingkan
dengan koefisien rembesan pasir sehingga penambahan tekanan air pori yang
disebabkan oleh pembebanan akan berkurang secara lambat laun dalam waktu yang
sangat lama. Jadi untuk tanah lempung lembek perubahan volume yang disebabkan
oleh konsolidasi akan terjadi sesudah penurunan segera. Penurunan konsolidasi
tersebut biasanya jauh lebih besar dan lebih lambat dibandingkan dengan penurunan
segera.
Dengan pengetahuan yang didapat dari analisis hasil uji konsolidasi,
sekarang dapat dihitung penurunan yang disebabkan oleh konsolidasi primer di
lapangan, dengan menganggap bahwa konsolidasi tersebut adalah satu dimensi.
Besarnya penurunan primer ditentukan dengan persamaan 2.10.
Pada akhir dari konsolidasi primer (yaitu setelah tekanan air pori sama
dengan nol), penurunan masih terjadi sebagai akibat dari penyesuaian plastis
butiran tanah. Tahap konsolidasi ini dinamakan konsolidasi sekunder (secondary
consolidation). Selama konsolidasi sekunder berlangsung,

kurva hubungan

antara deformasi dan log waktu (t) adalah merupakan garis lurus. Indeks
pemampatan sekunder (secondary compression index) dapat didefinisikan sebagai :

log t 2 log
t1

e
log(t 2 / t1 )

di mana : c = indeks pemampatan sekunder

(2.19)

e = perubahan angka pori


t1,t2 = waktu.
Besarnya konsolidasi sekunder dapat dihitung sebagai berikut :
S s c ' H log(t 2 / t1
)

(2.20)

di mana : c = c/(1+ep)
ep = angka pori pada akhir konsolidasi primer
H = tebal lapisan lempung.
Penurunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunder sangat penting untuk
semua jenis tanah organik dan tanah anorganik yang sangat mampu mampat
(compressible). Untuk lempung anorganik yang terlalu terkonsolidasi, indeks
pemampatan sekunder adalah sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Perbandingan pemampatan sekunder terhadap pemampatan primer untuk
suatu lapisan tanah dengan ketebalan tertentu adalah tergantung pada perbandingan
antara penambahan tegangan () dengan tegangan efektif awal (). Apabila
/ kecil, perbandingan pemampatan sekunder dan primer adalah besar.
2.5.

Koefisien Konsolidasi pada Tanah Berlapis (Cv)


Seperti yang diusulkan CUR (1996), pada kondisi tanah yang berlapis untuk

perhitungan derajat konsolidasi maka nilai koefisien konsolidasi (Cv) harus


diekivalenkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

i 1

i 1

(2.21)

C vi

dimana : hi = tebal lapisan i


2.6.

Verifikasi Pemodelan Vertikal Drain


Salah satu parameter yang penting pada analisis konsolidasi adalah koefisien

permeabilitas tanah (k) yang bisa diperoleh dari pengujian laboratorium seperti :
falling-heat test, constan-heat test, dan pengujian lapangan. Umumnya tanah
lempung mempunyai koefisien permeabilitas yang relaitif kecil dibanding dengan
tanah pasir, sehingga proses konsolidasi pada tanah lempung relatif lebih lama
dibanding pada tanah pasir.
Untuk mempercepat proses konsolidasi, dibuat suatu konstruksi vertikal
drain,

yang

ditanamkan ke dalam lapisan tanah secara vertikal. Pola

penanaman vertikal drain yang terpasang dilapangan setempat-setempat, dengan


jarak tertentu, sementara di dalam program plaxis fasilitas pengimlementasikan
vertikal drain bersifat menerus (plane strain). Untuk dapat mengimplementasikan
vertikal drain yang terpasang di lapangan ke dalam program, maka haruslah terlebih
dahulu diverifikasi kedalam bentuk plane strain yang akan menghasilkan koefisien
permeabilitas tanah (k) yang baru, selanjutnya dengan koefisien permeabilitas tanah
(k) yang baru tersebut proses pensimulasian pada program plaxis dapat dilakukan.

Menurut D. Russell, C.C Hird, dan I.C Pyrah, 1999 proses pengekivalenan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
-

Jarak antara vertikal drain pada kondisi plane strain dapat diubah
(perubahan geometri), dengan permeabilitas yang dibuat tetap pada kondisi
axisymetris dan plane strain (kax = kpl).

Permeabilitas

pada

kondisi

plane

strain

dapat

diubah

(perubahan permeabilitas), dengan geometri yang dibuat sama.


-

Mengkombinasikan perubahan geometri dan permeabilitas.


D.Russell,et.al, 1995 mengekivalenkan koefisien permeabilitas tanah dari

kondisi axisymetris menjadi plane strain dengan cara menyamakan debit air yang
masuk ke kondisi axisymetris sama dengan ke kondisi plane strain. Pengekivalenan
koefisien permeabilitas (k) dilakukan dengan rumusan sebagai berikut:

2B

k ax
R

k ax
3

k pl ln ln(S )

S
k
4

dimana :

kax = Permeabilitas tanah arah horizontal kondisi


axisymetris kpl = Permeabilitas tanah arah horizontal kondisi
plane strain ks = Permeabilitas tanah pada daerah smear
zone
B = dari jarak vertikal drain untuk kondisi plane strain
R = Jari-jari ekivalen kondisi axisymetris

(2.22)

2.7.

re
r
,S s
rw
rw

Timbunan Bertahap
Timbunan

pada

lapisan

tanah

berfungsi

sebagai preloading

yang

mempercepat proses konsolidasi. Dengan terdisipasinya air pori pada lapisan tanah
tersebut maka akan meningkatkan kuat geser tanahnya sehingga lapisan tanah
tersebut dapat memikul beban yang besar. Jika timbunan pada lapisan tanah dengan
ketinggian tertentu memiliki beban yang tidak dapat dipikul oleh lapisan tanah
tersebut maka penimbunan dilakukan dengan cara bertahap sehingga tidak terjadi
keruntuhan pada lapisan tanah. Umumnya timbunan yang dilakukan bertahap adalah
timbunan di atas tanah lunak.
2.8.

Tahapan pada Plaxis


Plaxis adalah salah satu program aplikasi komputer yang menghitung

konsolidasi

dengan

menggunakan

teori

konsolidasi

Biot.

Program

ini

melakukan perhitungan berdasarkan metode elemen hingga yang digunakan secara


khusus untuk melakukan analisis deformasi dan stabilitas untuk berbagai aplikasi
dalam bidang geoteknik. Kondisi sesungguhnya dapat dimodelkan dalam regangan
bidang maupun secara axisymetris. Program ini menerapkan metode antarmuka
grafis yang mudah digunakan sehingga pengguna dapat dengan cepat membuat
model geometri dan jaring elemen berdasarkan penampang melintang dari kondisi
yang ingin dianalisis. Program ini terdiri dari
masukan, perhitungan, keluaran, dan kurva.

empat buah sub-program yaitu

Kondisi di lapangan yang disimulasikan ke dalam program Plaxis ini


bertujuan untuk mengimplementasikan tahapan pelaksanaan di lapangan ke dalam
tahapan pengerjaan pada program, dengan harapan pelaksanaan di lapangan dapat
didekati sedekat mungkin pada program, sehingga respon yang dihasilkan dari
program dapat diasumsikan sebagai cerminan dari kondisi yang sebenarnya terjadi
di lapangan dengan tahapan sebagai berikut :
Step 1 :

Pembentukan mesh secara keseluruhan meliput i mesh lapisan


tanah asli, geotextile, vertikal drain, dan timbunan.

Step 2 :

Pendefenisian dan input parameter, meliputi parameter


tanah, geotextile, vertikal drain, dan timbunan.

Step 3 :

Initial condition : menyatakan kondisi asli tanah perlapisan dan


tinggi muka air tanah.

Step 4 :
meter. Step 5 :

Pemotongan tanah asli (clearing and stripping) setebal


Pengaktifan geotextile tipe nonwoven pada lapisan

pertama.
Step 6 :

Penimbunan dengan pasir sebagai sand blanket setebal meter.

Step 7 :

Pemasangan vertikal drain mencapai lapisan tanah kohesif

lunak.
Step 8 :

Penimbunan dengan lempung padat secara bertahap hingga


ketinggian timbunan yang ditentukan.

Selengkapnya ringkasan tahapan pelaksanaan pensimulasian pada tanah di


apron bandara Kualanamu dapat dilihat pada bab IV.

Anda mungkin juga menyukai