KESMAT
KESMAT
KESEHATAN MATERNAL
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Rita Mei Nurahayu
G1B011067
G1B012027
G1B012089
G1B012095
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan.
Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan
dalam
tiga
kategori,
yaitu
menunda
atau
mencegah
kehamilan,
BAB II
DESKRIPSI KASUS
Kontrasepsi spiral atau IUD (Intra Uterine Device) yang meleset tidak cuma
dialami oleh istri Daus Mini. Meski sebenarnya langka, kejadian yang disebut
translokasi IUD ini dialami juga oleh beberapa pengguna alat kontrasepsi tersebut.
Krisnamurti misalnya, ibu muda yang bekerja sebagai karyawati di sebuah
perusahaan swasta di Jakarta juga mengalami translokasi IUD. Spiral yang
digunakannya bahkan tidak cuma meleset, tetapi terbelah dan salah satu bagian
bergeser sampai di sekitar ginjal."Hanya berselang 2 bulan setelah pemasangan.
Parahnya, IUD itu terbelah 2 patahan, sebelahnya sampai ke saluran kencing dekat
ginjal, yang sebelahnya nggak tahu ke mana," kata Krisnamurti. (10/5/2013).
Kejadian tersebut tentunya sangat tidak diharapkan meski akhirnya IUD
yang pecah itu bisa dikeluarkan lewat bedah laparoskopi. Krisnamurti mengaku,
pemasangan IUD tidak sembarangan karena dilakukan oleh dokter kandungan
yang cukup senior dan berpengalaman.
Dihubungi secara terpisah, dr M Nurhadi Rahman, SpOG dari RS Dr
Sardjito Yogyakarta mengatakan bahwa translokasi IUD dalam bentuk patahan
seperti yang dialami Krisnamurti sangat mungkin terjadi. Patahan seperti itu bisa
berpindah dari lokasi semula yakni di rahim. "Sangat mungkin terjadi, walaupun
kejadiannya sangat kecil. Apabila terjadi di rongga perut, bisa perpindah ke mana
saja ke organ-oragan yang berada disekitar rahim, termasuk mendekati ginjal, dan
sebagainya, karena pergerakan usus bisa memindahkan serpihan IUD tersebut,"
kata dr Nurhadi, dokter kandungan yang mendalami laparoskopi ginekologi, dan
telah menangani sedikitnya 15 kasus translokasi IUD dalam 2 tahun terakhir.
Dikatakan oleh dr Nurhadi, translokasi IUD merupakan kejadian
berpindahnya IUD atau spiral ke lokasi atau posisi yg tidak normal. Normalnya,
posisi alat kontrasepsi berbentuk huruf T ini berada di dalam rahim. Posisi huruf
T-nya harus sejajar dengan rahim di bagian tengah atas, tidak boleh miring,
ataupun turun, atau bahkan menembus rahim. Kejadian seperti ini sebenarnya
cukup langka, hanya ada 2 kasus di antara 1.000 pengguna IUD. Direktur Bina
Kesertaan KB Jalur Swasta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Sumber :
http://health.detik.com/read/2013/05/10/125947/2242482/763/2/walau-jarangkontrasepsi-spiral-bisa-juga-meleset-ke-ginjal
BAB III
LITERATUR REVIEW
A.
B.
2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Device)
Intra Uterine Device (IUD) atau juga disebut Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (IUD) adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke
dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang. IUD
berguna untuk mencegah terjadinya penempelan sel telur pada dinding
rahim
atau
menangkal
pembuahan
sel
telur
oleh
sperma
(Handayani,2010; Uliyah,2010).
IUD terbuat bahan plastik yang lentur yang kemudian dimasukan
ke dalam rongga rahim oleh bidan. Digunakan dalam jangka waktu yang
lam, yaitu sekitar 8 tahun. Meskipun demikinan pemeriksaan rutin tetap
boleh dilakukan karena jika pemasangan rutin tetap perlu dilakukan
karena jika IUD tidak tepat atau posisi berubah, bisa memungkinkan
terjadinya kehamilan. IUD sangat efektif mencegah kehamilan. Efek
samping yang mungkin timbul antara lain masa haid lebih lama dan
banyak, serta terdapat kemungkinan terjadi infeksi panggul.
Menurut Saifudin (2010), pemakaian IUD sangat efektif, reversible
dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-380A), haid menjadi
lebih lama dan lebih banyak, pemasangan dan pencabutan memerlukan
pelatihan, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi, serta
tidak diperbolehkan dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi
Menular Seksual (IMS).
C.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat
melarutkan blastosis atau sperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti
kawat tembaga mungkin berlainan.tembaga dalam konsentrasi kecilyang
dikeluarkanke dalamrongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase
karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga
menebalkan lendirsehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo,
2005).
Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun
AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
D.
E.
menggunakan
kontrasepsi ini, Adanya perdarahan bercak atau postting selama 1-2 hari
pasca pemasangan tetapi kemudian akan menghilang. Klien tidak bisa
memasang atau melepas sendiri, petugas kesehatan yang diperbolehkan
memasang juga yang terlatih, Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah
pemasangan atau selama pemakaian, sehingga akseptor harus mengecek
keberadaan IUD dengan meraba menggunakan jari benar pada liang vagina
sewaktu-waktu (bila ada indikasi terlepasnya AKDR ) atau rutin pada akhir
menstruasi.
Kemungkinan Komplikasi Cuper T 380 Sebagai berikut terdiri dari
:(Meilani, 2010).
Dapat terjadi perforasi pada saat pemasangannya, menimbulkan
keluhan wanita (terdapat keputihan yang berlebihan, kadang kadang
bercak darah ), Perdarahan yang tidak teratur, Perdarahan menstruasi lebih
banyak, Rasa nyeri saat menstruasi, Badan
F.
Waktu pemasangan/pencabutan
a. Waktu untuk pemasangan Intra Uterine Device (IUD)
Menurut Susianti (2010) waktu pemasangan IUD yang terbaik adalah:
1. Intra Uterine Device (IUD) dapat dipasang pada: Bersamaan pada
menstruasi, segera setelah menstruasi, pada akhir masa nifas
(puerperium), tiga bulan pasca persalinan, bersamaan dengan seksio
sesaria, hari kedua-ketiga pasca persalinan ,dan lain-lain.
2. Intra Uterine Device
(IUD)
yaitu
G.
H.
Jadwal pemeriksaan
Setelah dilakukan pemasangan IUD maka ibu harus melakukan jadwal
pemeriksaan ulang, menurut Manuaba (2008) antara lain :
1. Dua minggu setelah pemasangan
2. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
3. Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
4. Setiap enam bulan sekali
5. Jika ada keluhan
I.
berat
pada
waktu
haid
atau
di
antaranya
yang
BAB IV
PEMBAHASAN
Intra Uterine Device (IUD) atau juga disebut Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(IUD) adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversibel dan berjangka panjang. dimasukan ke dalam rongga rahim oleh
bidan. IUD dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, yaitu sekitar 8 tahun.
IUD sangat efektif mencegah kehamilan. Efek samping yang mungkin timbul
antara lain masa haid lebih lama dan banyak, serta terdapat kemungkinan terjadi
infeksi panggul. Selain menimbulkan efek samping, ada juga keuntungan yang
diperoleh dengan penggunaan alat kontrasespsi ini. Keuntungan yang diperoleh
diantaranya yaitu tidak mengganggu produksi ASI, dapat dipasang segera setelah
melahirkan ataupun pasca abortus, tidak mempengaruhi hubungan sexsual dan
dapat meningkatkan kenyamanan berhubungan karena tidak perlu takut hamil.
IUD dapat menimbulkan efek samping dan pula mengakibatkan komplikasi
seperti translokasi IUD. Kejadian translokasi IUD ini merupakan salah satu
kejadian yang tidak dikehendaki dari pemasangan IUD. Seperti pada kasus yang
kami angkat, dimana terdapat seorang ibu bernama Krinamurti dimana Ibu
Krinamurti tidak melakukan pemeriksaan IUD setelah pemasangan, membuat Ibu
Krinamurti merasakan nyeri dibawah perut. Nyeri yang dirasakan oleh Ibu
Krinamurti merupakan salah satu ciri dari translokasi IUD.
Menurut Manuabah (2008) seharusnya setelah dilakukan pemasangan IUD,
ibu wajib melakukan jadual pemeriksaan ulang pada 2 minggu setelah
pemasangan, satu bulan setelah pemeriksaan pertama, tiga bulan setelah
pemeriksaan pertama, setiap enam bulan sekali dan jika ada keluhan. Hal inilah
yang tidak dilakukan oleh Ibu Krisnamurti yang menyebabkan IUD berpindah
lokasi ke lokasi tidak normal yaitu melesat hingga ke ginjal. Padahal posisi IUD
normalnya ada di dalam rahim. Posisi huruf T harus sejajar dengan rahim
dibagian tengah atas, tidak boleh miring ataupun turun bahkan menembus rahim
(Cicek, 2012).
Kejadian translokasi IUD tersebut menharuskan Ibu Krinamurti untuk
mengeluarkannya, proses pengeluaran IUD yang dipilih oleh Ibu Krinamurti yaitu
menggunakan teknik leparoskopi dengan pertimbangan proses penyebuhannya
lebih cepat dan resiko komplikasi kecil meskipun biaya yang dikeluarkan lebih
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Intra Uterine Device (IUD) atau juga disebut Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (IUD) adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang. dimasukan ke
dalam rongga rahim oleh bidan. IUD dapat digunakan dalam jangka waktu
yang lama, yaitu sekitar 8 tahun. IUD sangat efektif mencegah kehamilan.
Efek samping yang mungkin timbul antara lain masa haid lebih lama dan
banyak, serta terdapat kemungkinan terjadi infeksi panggul. Selain
menimbulkan efek samping, ada juga keuntungan yang diperoleh yaitu
tidak mengganggu produksi ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan
ataupun pasca abortus, tidak mempengaruhi hubungan sexsual dan dapat
meningkatkan kenyamanan berhubungan karena tidak perlu takut hamil.
IUD dapat pula mengakibatkan komplikasi seperti translokasi IUD.
Translokasi IUD adalah berpindahnya IUD atau spiral ke lokasi/posisi yg
tidak normal. Posisi IUD normalnya ada didalam rahim. Tindakan
pengeluaran IUD dapat dilakukan dengan teknik laparoskopi. Laparoskopi
merupakan tindakan bedah yang menggunakan teknik minimali infasive
surgery (bedah infasiv minimal), dimana dokter menggunakan teleskop atau
kamera kecil yang dimasukan ke dalam perut dan instrument bedah dalam
bentuk mini.
B.
Saran
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang
akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga
kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya
memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan
inform consent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Cicek, Nedim. 2012. Clinical Presentation, Diagnosis and Management of IntraAbdominally Dislocated Intrauterine Devices. The New Journal of Medicine
Vol 29 No 2 tahun 2012.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Hartanto Hanafi. (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.
Mulia Sari
Inceboz, U. S. 2003. Migration of an intrauterine contraceptive device to the
sigmoidColon. The European Journal of Contraception and Reproductive
Health Care.
Manuaba, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta : EGC.
Manuaba, I.B.G. 2008. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Meilani, Niken, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan
penuntun belajar), cetakan I. Yogyakarta: Fitramaya.
Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: YBP-SP
Saifuddin, et al. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Siswosuharjo. 2010. Panduan super lengkap hamil sehat. Semarang: Penebar
Plus.
Uliyah, M. 2010. Panduan Aman dan Sehat Memilih Alat KB. Yogyakarta:
Insania