KELOMPOK 1
Candra Listanto (0606074685)
Andra Herdiaz (0706268272)
Achmad Zulfikar Fajar (0806331380)
Achsanul Rizqi (0806331393)
1. PENGANTAR
1.1 Kristalinitas Suatu Material
Kristalinitas suatu material didefinisikan sebagai susunan atom dalam material yang
memperlihatkan keteraturan dalam orde yang panjang maupun orde yang pendek.
Material padat (solid) yang memiliki susunan atom kristalin dengan orde yang panjang
dinamakan padatan kristalin, sedangkan material padat yang memiliki susunan atom
acak / random dinamakan material padatan amorf.
Gambar diatas dinamakan Unit Sel. Definisinya adalah suatu satuan sel yang tersusun
atas atom yang memiliki konfigurasi tertentu dan masing-masing tersusun dengan pola
yang reguler . Susunan atom kristalin akan membentuk suatu bidang atom yang dapat
diamati pada gambar diatas terlihat bidang bewarna biru menandakan bidang atom
dengan indeks kristalografi yang sama. Indeks kristalografi pada ilmu material dinamakan
Index Miller. Dari bidang-bidang yang diketahui ada pada suatu susunan atom, dapat
diketahui jarak antara bidang atom yang biasa dinamakan interplanar spacing ( jarak
antar bidang ). [1]
2.1
Pengertian Sinar X
Sinar X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895.
Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-X. Sinar X digunakan untuk
tujuan pemeriksaan yang tidak merusak pada materialmaupun manusia. Disamping
itu, sinar X dapat juga digunakan untuk menghasilkan pola difraksi tertentu yang
dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif material. Pada waktu suatu
material dikenai sinar X, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah
dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material
dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut.Berkas sinar X
yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda
dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar X yang
saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi.[2]
parameter
sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material
dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel . Difraksi sinar X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar X oleh
atom dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar X dalam fasa
tersebut memberikan interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi
sinar X untuk mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg :
n. = 2.d.sin ; n = 1,2,...
Dengan adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d adalah jarak
antara dua bidang kisi, adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal,
dan n adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan.
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan
akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi.
Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan
yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang
kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang
didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinarX untuk hampir semua jenis material. Standar ini disebut JCPDS.
Keuntungan utama penggunaan sinar X dalam karakterisasi material adalah kemampuan
penetrasinya, sebab sinar X memiliki energi sangat tinggi akibat panjang gelombangnya
yang pendek. Sinar X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
0,5-2,0 mikron. Sinar ini dihasilkan dari penembakan logam dengan elektron berenergi
tinggi. Elektron itu mengalami perlambatan
saat
menyebabkan
logam
elektron
pada
kulit atom
masuk
ke
tersebut
dalam
terpental
logam
dan
membentuk
kekosongan. Elektron dengan energi yang lebih tinggi masuk ke tempat kosong dengan
memancarkan kelebihan energinya sebagai foton sinar X.[2]
2.2Tabung sinar-X
Pada umumnya, sinar diciptakan dengan percepatan arus listrik, atau setara dengan
transisi kuantum partikel dari satu energi state ke lainnya. Contoh : radio ( electron
berosilasi di antenna) , lampu merkuri (transisi antara atom) Ketika sebuah elektron
menabrak anoda :
1. Menabrak atom dengan
kecepatan
perlahan,
dan
menciptakan
radiasi
Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat pijar
untuk menghasilkan elektron-elektron, kemudian electron-elektron tersebut dipercepat
terhadap suatu target dengan memberikan suatu voltase, dan menembak target
dengan elektron. Ketika elektron-elektron mempunyai energi yang cukup untuk
mengeluarkan
elektron-elektron
dalam
target,
karakteristik spektrum
sinar-X
mengarahkan ke sampel. Saat sampel dan detektor diputar, intensitas Sinar X pantul itu
direkam. Ketika geometri dari peristiwa sinar-X tersebut memenuhi persamaan
Bragg, interferens konstruktif terjadi dan suatu puncak di dalam intensitas terjadi.
Detektor akan merekam dan memproses isyarat penyinaran ini dan mengkonversi
isyarat itu menjadi suatu arus yang akan dikeluarkan pada printer atau layar komputer.
2.3
padat saja. Hasil yang paling baik akan diperoleh apabila digunakan satu kristal
tunggal.
Tetapi,
percobaan
difraksi
sinar
ini
dapat
pula
dilakukan
dengan
menggunakan padatan dalam bentuk serbuk yang sebenarnya terdiri dari kristalkristal yang sangat kecil. Atau dapat juga menggunakan padatan dalam bentuk
kumparan
yang
biasa
digunakan
untuk
menentukan
struktur
molekul
yang
mempunyai ukuran yang sangat besar, seperti DNA, protein, dan sebagainya.Alat yang
digunakan
untuk
mengukur
dan
mempelajari
difraksi
sinar
X dinamakan
Goniometer.
Pada metoda kristal tunggal, sebuah kristal yang berkualitas baik diletakkan
sedemikian rupa sehingga dapat berotasi pada salah satu sumbu kristalnya. Ketika
kristal itu diputar pada salah satu sumbu putar,seberkas sinar X monokromatik
dipancarkan ke arah kristal. Ketika kristal berputar, perangkat-perangkat bidang
yang ada dalam kristal berurutan akan memantulkan berkas sinar X. berkas sinar X
yang dipantulkan ini kemudian direkam pada sebuah piringan fotografik. Jika yang
digunakan
piringan
dibawah ini. tetapi apabila yang digunakan adalah film fotografik yang lengkung
berbentuk silinder dengan kristal yang diuji terletak ditengah silinder, maka akan
diperoleh suatu deretan spot yang berbentuk garis lurus sehingga pengukuran akan
menjadi semakin mudah.[3]
Masalah
utama
dalam
metoda
difraksi
sinar
ini
adalah
bagaimana
menghubungkan pola spot yang diperoleh dengan posisi ion atau atom dalam unit sel.
Memang dari jarak antar spot, kita dapat mengetahui dimensi unit sel, tetapi letak
atom atau ion dalan unit sel sangat sulit ditentukan . Salah satu cara untuk
mengatasi hal diatas adalah dengan jalan mula-mula kita menduga struktur molekul
dan kemudian memperkirakan difraksi sinar X yang mungkin diperoleh.
Difraksi sinar X yang kita perkirakan kemudian kita bandingkan dengan hasil
percobaan. Adanya perbedaan antara pola difraksi hasil perkiraan dan hasil
percobaan menunjukkan struktur molekul yang kita perkirakan masih salah dengan
membandingkan kedua pola difraksi, kita dapat membuat perbaikan-perbaikan
sehingga hasilnya diperoleh struktur molekul yang tepat, tetapi dalam beberapa
kasus, misalnya apabila jumlah atom dalam unit sel sangat banyak, metode diatas
menjadi tidak parktis lagi. Dalam kasus seperti ini biasanya posisi atom atau ion
ditentukan berdasarkan intensitas relatif dari spot yang diasilkan.
Ketika sinar X menumbuk kristal, sebenarnya elektron yang terdapat di
sekeliling atom atau ionlah yang menyebabkan terjadinya pemantulan. Makin
banyak jumlah elektron yang terdapat disekeliling atom pada suatu bidang, makin besar
intensitas
pemantuklan
yang
disebabkan
oleh
bidang
tersebut
dan
akan
mengakibatkan makin jelasnya spot yang terekam dalam film. Dengan menggunakan
metode sintesis fourier, kita dapat menghubungkan intensitas spot dengan kepekatan
distribusi elektron dalam unit sel. Dengan mengamati kepekatan dalam unit sel, kita
dapat menduga letak atom dalam unit sel tersebut. Atom akan terletak pada daerahdaerah yang mempunyai kepekatan distribusi elektron maksimum.
Setelah beberapa saat, sejumlah tembaga akan terdeposisi pada katoda. Lapisan
tembaga tersebut kemudian dipisahkan dari katoda sehingga didapatlah tembaga serbuk
skala nanometer (copper nanopowder). Nanopowder ini lalu langsung dilakukan
karakterisasi XRD dengan menggunakan teknik powder XRD.
Powder XRD merupakan salah satu teknik yang sangat penting dalam karakterisasi
material berbentuk padatan atau serbuk untuk menganalisis sifat kristalografis dari unsur
yang diamati. Teknik ini sangat bermanfaat dalam menentukan identifikasi fasa secara
kualitatif maupun fraksi fasa dan parameter kisi secara kuantitatif.
Dari hasil diatas dapat dilakukan beberapa analisis seperti peak indexing, crystallite
size measurement, dan d-space calculation. Ketiga hal ini akan dibahas lebih mendetail pada
bagian berikut ini.
1) Peak Indexing
Peax indexing adalah proses pemberian indeks kristalografis dari peak-peak
yang muncul pada hasil XRD untuk menentukan unit cell dari material yang diamati.
Indeks kristalografis yang digunakan adalah indeks miller (h k l) pada masing-masing
peak.
Analisis XRD nanopowder tembaga dilakukan dengan parameter kerja sebagai
berikut : Goniometer ultima theta-theta gonio, 40kV/30mA, X-ray, 2 - -fixed
monochromator. Data diambil dalam rentang 2 antara 10
80
. tabel berikut
menunjukkan sudut 2 pada tiga puncak pertama grafik XRD yang diamati :
Dengan melakukan kalkulasi seperti pada tabel diatas, maka sesudah hal tersebut
dilakukan, langkah berikutnya adalah membandingkan data peak position yang
didapat dengan data yang tercantum dalam database yakni JCPDS, copper file no.040836. Tabel berikut membandingkan data hasil eksperimen dengan database.
Terlihat bahwa dari tiga peak position pertama hasil XRD, didapat ukuran
kristalit nanopowder tembaga rata-rata kurang dari 30 nm.
3) Perhitungan d-spacing
D-spacing adalah besar jarak interplanar antar kisi. Jarak ini dapat dihitung
menggunakan hukum Bragg yakni
Tabel dibawah ini menampilkan hasil perhitungan ketiga hal diatas serta
memperlihatkan hasil perhitungan kuantitatif nanopowder tembaga secara umum.
5 KESIMPULAN
6 DAFTAR ACUAN
[1]
[2]
[3]
[4]
Slide Power Point X-Ray Diffrection (XRD) Principle & Braggs Law. Prof. Jacob
Zabicky
[5]
http://labinfo.wordpress.com/2008/05/14/teknik-pemeriksaan-material-menggunakanxrf-xrd-dan-sem-eds/
[6]