Anda di halaman 1dari 37

Oleh:

Kelompok 9
Tutor: dr. Theodorus

Kepala Puskesmas Anggrek disuatu kecamatan Kalimas


yang berpenduduk 127000 jiwa mendapatkan laporan
tentang status gizi kurang balita pada komunitas Kalimas
cukup tinggi menacapai angka 20% dari balita yang
berkunjung ke Puskesmas Anggrek. Kepala Puskesmas
Anggrek berinisiatif untuk mengetahui apakah ada
hubungan kejadian ini dengan angka kejadian berat badan
lahir rendah pada kecamatan Kalimas. Untuk hal tersebut
melalui unit surveillance puskesmas anggrek dilakukan
studi retrospektif pada seluruh pusat pelayanan persalinan
di kecamatan Kalimas dengan meneliti ibu yang
melahirkan tahun 2008 dengan mencatat berat badan bayi
yang dilahirkan dan seluruh faktor resiko kejadian BBLR.
Untuk bayi yang BBLR dilakukan kunjugan Rumah untuk
mengetahui faktor resiko lainnya dan keadaan bayi
tersebut pasca kelahiran. Dari hasil penelitian tersebut
didapatkan data sebagai berikut

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gizi kurang balita


Komunitas
Berat Badan lahir rendah
Unit Surveillance
Studi retrospektif
Faktor resiko

20% dari balita yang berkunjung ke


Puskesmas Anggerik mengalami status gizi
kurang.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan
status gizi kurang balita dengan faktor resiko
BBLR maka dilakukan studi retrospektif.
Dari data yang didapat hanya dapat dianalisa
faktor resiko BBLB dengan BBLR.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penyajian data.
Analisa data sebaran dan tendasi tengah.
Pengambilan kesimpulan.
Dasar pengujian Kemaknaan.
Uji parametrik dan non parametrik.
Strategi epidemiologi.
Konsep hipotesa.
Sintesa kebijakan.

H0 = tidak ada hubungan antara faktor risiko


BBLB dan BBLR.
H1 = ada hubungan antara faktor risiko BBLB
dan BBLR.

BBLB
BBIBU
TBIBU
UMUR
HIPERTENSI
ANC
Kategori bblb
IMT
KATEGORI IMT
Kategori umur
Kategori anc

kategori berat
badan lahir
rendah
N

Valid

kategori
indeks masa kategori umur
tubuh
ibu

kategori
anc

Hipertensi

608

608

608

608

608

Mean

1.7368

2.0954

1.6579

1.7599

.43

Std. Error of Mean

.01787

.02786

.01926

.01734

.020

Median

2.0000

2.0000

2.0000

2.0000

.00

2.00

2.00

2.00

2.00

.44071

.68698

.47481

.42751

.495

Variance

.194

.472

.225

.183

.245

Range

1.00

2.00

1.00

1.00

Missing

Mode
Std. Deviation

kategori berat badan lahir rendah

Valid

Frequency
bbl rendah
160
bbl normal
448
Total

608

Cumulative
Percent
Percent
Valid Percent
26.3
26.3
26.3
73.7

73.7

100.0

100.0

100.0

Hipertensi

Valid

normotensi

Frequency
347

Percent
Valid Percent
57.1
57.1

hipertensi

261

42.9

42.9

Total

608

100.0

100.0

Cumulative
Percent
57.1
100.0

kategori indeks masa tubuh

Valid

Kurus
Normal
Obesitas
Total

Frequency
117
316
175
608

Percent
19.2
52.0
28.8
100.0

Valid Percent
19.2
52.0
28.8
100.0

Cumulative
Percent
19.2
71.2
100.0

kategori umur ibu

Valid

Frequency
berisiko tinggi
208
Normal
400
Total
608

Cumulative
Percent
Percent
Valid Percent
34.2
34.2
34.2
65.8
65.8
100.0
100.0
100.0

kategori anc

Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

anc kurang

146

24.0

24.0

24.0

anc baik

462

76.0

76.0

100.0

Total

608

100.0

100.0

Statistics

Berat
Badan
Berat
Tinggi
Lahir Bayi Badan Ibu Badan Ibu Umur Ibu Hipertensi
Valid
608
608
608
608
608

Missi
ng

ANC
608

Mean

2739.2646

51.38 154.6257

22.77

.43

4.1727

Median

2914.2600

50.00 155.1800

24.00

.00

5.0000

Mode
Std.
Deviation
Sum

2353.00

50

158.64

25

5.00

453.42771

7.791

2.35811

5.010

.495

1.97383

1665472.9
0

31242 94012.42

13843

261

2537.00

Dari table, dapat kita peroleh data mengenai nilai ratarata, nilai tengah dan nilai yang paling sering muncul.
Rata-rata berat badan bayi yang lahir adalah
2739,2646gram atau sekitar 2739gram (2,7 Kg) dimana
berat badan bayi yang lahir paling banyak adalah 2353
gram dengan nilai tengah 2914 gram.
Berat badan ibu rata-rata 51,38Kg dengan berat badan
paling banyak adalah 50 kg dengan nilai tengah 50Kg.
Tinggi badan ibu rata-rata 154,6cm dengan paling banyak
ibu memiliki tinggi badan 158,64cm dan tinggi badan ibu
yang berada pada data tengah setinggi 155,18cm.
Rata-rata ibu yang melahirkan berusia 22-23tahun ,
dengan usia ibu yang berada pada data tengah berusia 24
tahun. Sedangkan usia ibu yang melahirkan paling banyak
berusia 25tahun.

Correlations
Berat

Berat Badan Lahir Bayi Pearson Correlation

Lahir Bayi

Umur Ibu

.538**

Sig. (2-tailed)

Umur Ibu

Badan

.000

608

608

Pearson Correlation

.538**

Sig. (2-tailed)

.000

608

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

608

H0: Tidak ada hubungan antara BBLB dan


Umur Ibu
H1: Terdapat hubungan antara BBLB dan
Umur Ibu
Lihat Sig. (2-tailed)= 0,000, maka H0 ditolak
(P<0,05) , H1 diterima. Dengan demikian
terdapat hubungan bermakna antara BBLB
dan Umur Ibu.

Pearson Correlation (r)= 0,538**


menunjukkan korelasi positif sebesar 0,538
antara BBLB dan Umur Ibu. Hal ini berarti
semakin besar BBLB, maka semakin tua umur
ibu. Tingkat hubungannya Sedang (0,538).
Lebih jauh dapat dilihat bahwa koefisien
korelasi sangat signifikan dengan tanda **.
Catatan:
* signifikan pada = 10%
** signifikan pada = 5 %
*** signifikan pada = 1%

Correlations

Berat Badan
Lahir Bayi
Berat Badan Lahir
Bayi

Pearson Correlation

ante natal care


1
.648**

Sig. (2-tailed)

.000

N
ante natal care

Pearson Correlation

608

608

.648**

Sig. (2-tailed)

.000

608

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

608

H0: Tidak ada hubungan antara BBLB dan


ANC
H1: Terdapat hubungan antara BBLB dan ANC

Lihat Sig. (2-tailed)= 0,000, maka H0 ditolak


(P<0,05) , H1 diterima. Dengan demikian terdapat
hubungan bermakna antara BBLB dan ANC.
Pearson Correlation (r)= 0,648** menunjukkan
korelasi positif sebesar 0,648 antara BBLB dan ANC.
Hal ini berarti semakin besar BBLB, maka semakin
tinggi frekuensi ANC. Tingkat hubungannya Kuat
(0,648). Lebih jauh dapat dilihat bahwa koefisien
korelasi sangat signifikan dengan tanda **.

Correlations

Berat Badan Lahir Bayi

Pearson Correlation

Berat Badan Lahir


Bayi
indeks masa tubuh
1
.467**

Sig. (2-tailed)
N
indeks masa tubuh

Pearson Correlation

.000
608

608

.467**

Sig. (2-tailed)

.000

608

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

608

H0: Tidak ada hubungan antara BBLB dan IMT Ibu


H1: Terdapat hubungan antara BBLB dan IMT Ibu
Lihat Sig. (2-tailed)= 0,000, maka H0 ditolak (P<0,05) ,
H1 diterima. Dengan demikian terdapat hubungan
bermakna antara BBLB dan IMT Ibu.
Pearson Correlation (r)= 0,467** menunjukkan korelasi
positif sebesar 0,467 antara BBLB dan IMT ibu. Hal ini
berarti semakin besar BBLB, maka semakin besar IMT
Ibu. Tingkat hubungannya Sedang (0,467). Lebih jauh
dapat dilihat bahwa koefisien korelasi sangat signifikan
dengan tanda **.

Uji parametrik
Untuk data berdistribusi normal
Data berbentuk interval atau rasio
Jumlah data sampel besar
untuk menguji parameter populasi menggunakan
uji statistik. Parameter populasi tersebut
misalnya rata-rata, simpangan baku dan varian
Untuk menguji hipotesis asosiatif :
korelasi product moment
korelasi ganda
korelasi parsial

Uji non-parametrik
Untuk data berdistribusi bebas
Data berbentuk nominal atau ordinal
Jumlah data sampel kecil
digunakan untuk menguji distribusi data, sebab
pengujian pada statistik nonparametris tidak
mengharuskan asumsi bahwa distribusi datanya
musti normal
Untuk menguji hipotesis asosiatif :
Koefisien kontingansi
Korelasi spearman rank
Korelasi kendal tau

Terdapat hubungan antara


Lahir dan Usia Ibu
Terdapat hubungan antara
Lahir dan Hipertensi Ibu
Terdapat hubungan antara
Lahir dan IMT Ibu
Terdapat hubungan antara
Lahir dan ANC

Berat Badan Bayi


Berat Badan Bayi
Berat Badan Bayi
Berat Badan Bayi

Strategi epidemiologi adalah kegiatan dan


tahapan studi epidemiologi untuk mencapai
tujuan epidemiologi.
Strategi epidemiologi dibedakan dalam 3
langkah pokok yaitu :
Deskripsi distribusi kejadian/masalah
kesehatan
Pengembangan model teoritis dan formulasi
hipotesis
Pengujian hipotesis dan analisisnya melalui
eksperimentasi dan pengamatan (observasi)

Berat Badan menurut Umur (BB/U) dibawah


standar (lihat tabel) atau Tanda-tanda marasmus
atau kwasiorkor.
Pelacakan KLB Gizi, adalah kegiatan penelusuran
secara langsung (investigasi) setiap Balita dengan
tanda-tanda diatas untuk menentukan tindakan
yang cepat dan tepat.

Masyarakat, meliputi: Keluarga, Pengurus RT,


Tokoh Masyarakat, praktek yankes swasta dll.
Kader, meliputi ditemukan anak dengan 3 kali
berat badan tidak naik (3T) dan bawah garis
merah (BGM) dalam KMS
Laporan dari petugas atau tempat Pelayanan
Kesehatan, meliputi: Puskesmas, RS, Institusi
Kesehatan lainnya.
Pejabat atau petugas lintas sektor yang lain.
Wartawan, LSM yang lain.

Masyarakat menyampaikan laporan ke


Puskesmas atau Kepala Desa/Lurah selanjutnya
Kepala Desa/Lurah menyampaikan ke
Puseksmas.
Kader menyampaikan hasil penjaringan anak
dengan 3 T dan BGM ke Puskesmas. Puskesmas
melakukan konfirmasi terhadap laporan yang
disampaikan masyarakat.
Bila kondisi gizi buruk benar, segera dilakukan
tindakan sesuai PEDOMAN TATA LAKSANA, dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan format W1 (laporan KLB 24 jam).

Balita yang diketahui berstatus gizi buruk dan


kurang gizi, langsung diharuskan ke
puskesmas untuk mendapatkan penanganan
medis serta paket makanan tambahan untuk
pemulihan kondisi tubuhny
Pemberian susu juga terbukti membantu
memperbaiki status gizi balita
Memberitahu ibu untuk sering memeriksakan
anaknya ke posyandu

Revitalisasi posyandu untuk mendukung


pemantauan pertumbuhan
Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh
agama, pemuka adat dan kelompok potensial
lainnya
Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui
peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk
Menyediakan sarana pendukung (sarana dan
prasarana)
Menyediakan dan melakukan KIE
Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

Deteksi dini gizi buruk melalui bulan


penimbangan balita di posyandu
Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu
(dacin, KMS/Buku KIA, RR)
Orientasi kader
Menyediakan biaya operasional
Menyediakan materi KIE
Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A
Tatalaksana kasus gizi buruk

Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi


buruk gakin baik di puskesmas/RS (biaya
perawatan dibebankan pada PKPS BBM)
Kunjungan rumah tindak lanjut setelah
perawatan di puskesmas/RS
Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI)
bagi pasien paska perawatan
Meningkatkan ketrampilan petugas
puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi buruk

Pemberian makanan tambahan pemulihan


(MP-ASI) kepada balita gakin yang berat
badannya tidak naik atau gizi kurang
Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap
bulan di posyandu
Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya
mempunyai gangguan pertumbuhan

Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat


gizi (PWS-Gizi)
Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini
kejadian luar biasa gizi buruk
Pemantauan status gizi (PSG)
Advokasi, sosialisasi dan kampanye
penanggulangan gizi buruk
Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR,
DPRD, pemda, LSM, dunia usaha dan
masyarakat)

Anda mungkin juga menyukai