Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

OSTEOMYELITIS

Disusun oleh :
1; EKA PUJIASTUTI

2120101709

2; ELISA WULANDARI

2120101710

3; EMI WAHYU PINESTI

2120101711
KELAS : IIA

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


2010/2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Pertama tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga
dapat terselesaikan makalah ini.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1; Ibu Linda, S.Kep,.Ners selaku dosen mata kuliah KMB
2; Anggota kelompok 5 yang telah berkerjasama untuk menyelesaikan
makalah ini
3; Sumber sumber dalam pembuatan makalah ini
Kami beraharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sarana belajar.
Saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami
harapkan dari semua pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta,

DAFTAR ISI

-2-

Maret 2012

Halaman
Kata Pengantar.............................................................................................

ii

Daftar Isi.....................................................................................................

iii

Bab I PENDAHULUAN ...........................................................................

A. Latar Belakang...................................................................

B. Tujuan Pembahasan............................................................

C. Rumusan Masalah..............................................................

Bab II PEMBAHASAN ............................................................................

A. Definisi...............................................................................

B. Epidemilogi........................................................................

C. Etiologi...............................................................................

D. Patofisiologi.......................................................................

E. Manifestasi Klinik..............................................................

F. Pemeriksaan Penunjang......................................................

G. Penatalaksanaan Medis......................................................

10

H. Komlikasi...........................................................................

13

Bab III PENUTUP.....................................................................................

15

A. Kesimpulan........................................................................

15

B. Saran...................................................................................

15

Daftar Pustaka..............................................................................................

16

-3-

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendo, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul primer
pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh
tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem
muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari
tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang
dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi
muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi dapat melibatkan seluruh
struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang
berbahaya

bahkan

membahayakan

jiwa.Osteomielitis

masih

merupakan

permasalahan di negara kita karena tingkat higienis yang masih rendah, pemahaman
mengenai penatalaksanaan yang belum baik,diagnosis yang sering terlambat
sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronos, dan fasilitas diagnostik
yang belum memadai dipuskesmas. Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah banyak
dikembangkan tentang bagaimana cara menatalaksana penyakit ini dengan tepat.
Seringkali usaha ini berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli bedah
plastik, ahli penyakit infeksi, ahli penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli fisioterapi
yang berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang optimal bagi
penderita. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua
cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan luar
tubuh. Referat ini berusaha merangkum mengenai patogenesis, diagnosis, dan
tatalaksana dari infeksi muskuloskeletal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
;
;
;
;
;
;
;
;

Apa Definisi Osteomyelitis?


Apa Epidemiologi Osteomyelitis?
Apa Etiologi Osteomyelitis?
Bagaimana Patofisiologi Osteomyelitis ?
Bagaimana Manifestasi Klinik Osteomyelitis?
Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Osteomyelitis ?
Bagaimana Penatalaksanaan Medis Osteomyelitis?
Apa Saja Komplikasi Osteomyelitis?

C.TUJUAN PEMBAHASAN
;

Mengetahui Definisi Osteomyelitis

Mengetahui Epidemiologi Osteomyelitis

Mengetahui Etiologi Osteomyelitis

Mengetahui Patofisiologi Osteomyelitis

Mengetahui Manifestasi Osteomyelitis

Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Untuk Osteomyelitis

Mengetahui Pelaksanaan Medis Osteomyelitis

Mengetahui Kompikasi Dari Osteomyelitis

BAB II
PEMBAHASAN
A; DEFINISI

Osteomielitis adalah proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan
struktur sekundernya karena infeksi oleh bakteri piogenik.
lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya
asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan
dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos
infeksi di tempat lain ( misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi,
infeksi saluran nafas ). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya
terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi
rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic
seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu,
pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula
yang

menjalani

pembedahan

ortopedi

lama,

mengalami

infeksi

luka

mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau
memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
B; EPIDEMIOLOGI

Sekitar 20% kasus dewasa osteomielitis hematogen adalah, yang lebih


umum pada laki-laki untuk alasan yang tidak diketahui. Insiden tulang belakang

osteomielitis, seperti digambarkan pada gambar di bawah, diperkirakan 1 dalam


450.000 tahun 2001. Namun, kejadian keseluruhan osteomielitis vertebral
diyakini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena penggunaan
narkoba suntikan, meningkatkan umur populasi, dan tingginya tingkat infeksi
nosokomial karena perangkat intravaskular dan instrumentasi lainnya.
Osteomielitis dari T10 sekunder terhadap penyakit streptokokus. Fotografi oleh
David Effron MD, FACEP. Insiden keseluruhan osteomielitis lebih tinggi di
negara berkembang. Posttraumatic osteomielitis menyumbang sebanyak 47%
kasus osteomyelitis. Penyebab utama lain dari osteomielitis meliputi vaskular
insufisiensi (kebanyakan terjadi pada orang dengan diabetes, 34%) dan
pembibitan hematogen (19%). Kecelakaan kendaraan bermotor, cedera olahraga,
dan penggunaan perangkat keras ortopedi untuk mengelola trauma juga
berkontribusi terhadap peningkatan jelas dalam prevalensi pasca trauma
osteomyelitis. Osteomielitis dapat mempersulit luka tusukan kaki, terjadi pada
1,8% -6,4% pasien setelah trauma.
C; ETIOLOGI

Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri, virus, jamur dan


mikro organisme lain. Golongan / jenis patogen yang sering adalah
Staphylococcus aureus menyebabkan 70% - 80% infeksi tulang, Pneumococcus,
Typhus bacil, Proteus, Psedomonas, Echerchia coli, Tuberculose bacil dan
Spirochaeta. Osteomielitis dapat terjadi karena penyebaran hematogen (melalui
darah) dari focus infeksi tempat lain (Osteomielitis Primer ).
Osteomielitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut
peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid.

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan
(pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).

Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal,
rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi
juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti
yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
2; Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah
tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar
yang menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah
atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi,
bisa menyebar ke tulang tengkorak.
Penyebaran osteomielitis dapat terjadi:
1; Penyebaran kearah korteks, membentuk abses sub periosteal dan
selulitis pada jaringan sekitarnya.
2; Penyebaran menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak
3; Penyebaran kearah medulla .
4; Penyebaran ke persendian , terutama bila lempeng pertumbuhannya
intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak.

D; PATOFISIOLOGI

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi


tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis
meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat

(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis


awitan lama(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan
nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula.
Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum
dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak
mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak
terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronis.

SKEMA PATHOLOGY
Faktor presdiposisi
Usia, virulensi kuman, Riwayat trauma, nutrisi dan
luka infeksi

Invasi mikroorganisme dari tempat lain


yang beredar dari sirkulasi darah
Masuk kejuksta epifisis
Tulang panjang

osteomielitis

Gangguan
thermoregu

Proses inflamasi
fagositosis
Hypertermi, pembengkakan,
gangguan
9
Kerusakan fungsi,
pembentukan
pus, dan
Iskemia
tekanan
dan
Tirah baring lama Peningkatan
Pertumbuhan
integritas
demam
kerusakan
integritas
jaringan
Gangguan
citra
Kelemahan
jaringan
nekrosis
tulang
tulang
dan diri
penekanan
tokal
Nafsu
makan
Pembentukan
abses
tulang
baru,
kulit

Penyebaran
infeksi
Pembentukan
pus
Resiko
kedan
organ
penting
kekrosis
penyebaran

Ketidakseimbanga
n
Nutrisi kurang dari
kebutuhan

Kemampuan
tonus otot
menurun

Nyeri

Deformitas bau
dari adanya
E; MANIFESTASI KLINIK

Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awaitan mendadak, sering


terjadi dengan manifetasi klinis septikema (misalnya : menggigil, demam tinggi,
tachycardia dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi
gejala local secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai posterium, dan jaringan lunak, dengan bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya
atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah terinfeksi
membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
Pada pasein dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah terjadi pada jaringan
parut akibat kurangnya asupan darah.

10

Tanda dan Gejala


Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari
penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini
mungkin ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan saluran napas bagian
atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi dan terdapat
gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.
F; PEMERIKSAAN PENUNJANG
1; Pemeriksaan darah

2;

3;

4;
5;

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endapan darah.
Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri Salmonella.
Pemeriksaan Biopsi tulang.
Pemeriksaan Radiologi
a; Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni,
yang mengawali destruksi cancellous bone. Seiring berkembangnya
infeksi, reaksi periosteal akan tampak, dan area destruksi pada korteks
tulang tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan
adanya detruksi tulang yang masif dan adanya involukrum, yang
membungkus fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu
sequestrum. Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada
radiograf kecuali apabila terdapat oedem. Pengecualian lainnya
adalah apabila terdapat infeksi yang menghasilkan udara yang
menyebabkan terjadinya gas gangrene. Udara pada jaringan lumak
ini dapat dilihat sebagai area radiolusen, analog dengan udara usus
pada foto abdomen.
b; Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk
mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul.
c; Radionuklir

11

Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini


sangat sensitif namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang.
Umumnya, infeksi tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark,
trauma, gout, stress fracture, infeksi jaringan lunak, dan artritis.
Namun, radionuklir dapat membantu untuk mendeteksi adanya proses
infeksi sebelum dilakukan prosedur invasif dilakukan.

d;

CT Scan
CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk
mengidentifikasi sequestra pada osteomielitis kronik. Sequestra akan
tampak lebih radiodense dibanding involukrum disekelilingnya.
Biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika
tidak ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah.

G; PENATALAKSANAAN MEDIS

Operasi untuk osteomyeritis termasuk sequestrektomi dan reseksi tulang


dan jaringan lunak yang terinfeksi. Tujuan dari operasi adalah menyingkirkan
infeksi dengan membentuk lingkungan tulang yang viable dan bervaskuler.
Debridement radikal dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini. Debridement
yang kurang cukup dapat menjadi alasan tingginya angka rekurensi pada
osteomyelitis kronik dan kejadian abses otak pada osteomyelitis tulang
tengkorak.
Debridement adekuat seringkali meninggalkan ruang kosong besar yang
harus ditangani untuk mencegah rekurensi dan kerusakan tulang bermakna yang
dapat mengakibatkan instabilitas tulang. Rekonstruksi yang tepat baik untuk
defek jaringan lunak maupun tulang perlu dilakukan,begitu pula identifikasi
menyeluruh dari bakteri penginfeksi dan terapi antibiotik yang tepat.
Rekonstruksi sebaiknya dilakukan setelah perencanaan yang baik dan
identifikasi sequestra dan abses intraosseus dengan radiography polos,
sinography, CT dan MRI. Prosedur ini sebaiknya dilakukan dengan konsultasi
ahli infeksi dan untuk fase rekonstruksi, diperlukan konsultasi ahli bedah plastik
mengenai skin graft, flap muskuler dan myocutaneus. Durasi pemberian
antibiotik post-operasi masih kontroversi. Pada umumnya, pemberian antibiotik
intravena selama 6 minggu dilakukan setelah debridement osteomyelitis kronik.
Swiontkowski et al melaporkan angka kesuksesan sebesar 91% dengan hanya 1

12

minggu pemberian antibiotik intravena dilanjutkan dengan terapi antibiotik oral


selama 6 minggu.
Semua jaringan nekrotik harus dibuang untuk mencegah residu bakteri
yang dapat menginfeksi ulang. Pengangkatan semua jaringan parut yang melekat
dan skin graft sebaiknya dilakukan. Sebagai tambahan dapat digunakan bur
kecepatan tinggi untuk membersihkan untuk mendebridemen tepi kortikal tulang
sampai titik titik perdarahan didapatkan. Irrigasi berkelanjutan perlu dilakukan
untuk mencegah nekrosis tulang karena bur. Kultur dari materi yang
didebridement sebaiknya dilakukan sebelum memulai terapi antibiotik. Pasien
membutuhkan beberapa kali debridement, hingga luka cukup bersih untuk
penutupan jaringan lunak. Soft tissue dibentuk kembali dengan simpel skin
graft, tetapi sering kali membutuhkan transposisi lokal jaringan muskuler atau
transfer jaringan bebas yang tervaskularisasi untuk menutup segment tulang
yang didebridemen secara efektif Muscle flaps ini memberikan vascularisasi
jaringan yang baru untuk membantu penyembuhan tulang dan distribusi
antibiotik. Pada akhirnya stabilitas tulang harus di capai dengan bone graft untuk
menutup gaps osseus. Autograft kortikal dan cancellous dengan transfer tulang
yang bervaskularisasi biasanya perlu dilakukan. Walaupun secara tehnis
dibutuhkan bone graft tervaskularisasi memberikan sumber aliran darah baru
pada daerah tulang yang sebelumnya tidak memiliki vaskularisasi .
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman
salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran
darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur
darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan
memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari
satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena,
dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap
peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol
infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya
trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat
penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak
telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3

13

bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama


makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang
yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik
dinagkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis
steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus
dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi
cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang
terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting
dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol
hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal
selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi
ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dangan grafit tulang kanselus
untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat
diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan
darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Prinsip penatalaksanaan :
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
a.

penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.

b. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.


c.

Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam

d. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.

14

2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah


3.

Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam


pengobatan antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
mengeluarkan

jaringan

nekrotik,

mengeluarkan

nanah,

dan

menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan


cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
4.

Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi


hambatan aliran pembuluh balik.

5. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B, dan C.

H; KOMPLIKASI

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi


yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi
bakteri penyebab.
Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada
daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke
jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi
osteomyelitis adalah sebagai berikut:
a. Abses Tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur Patologis
d. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

KLASIFIKASI
1; OSTEOMYELITIS AKUT
Dua kategori primer dari osteomyelitis akut yaitu osteomyelitis hematogen dan
osteomyelitis direct/ eksogen.

15

a. Osteomyelitis hematogen merupakan infeksi yang disebabkan oleh


penyebaran bakteri melalui darah. Terjadi 20% menyerang anak-anak
pada tulang panjang. Pada dewasa terutama pada pengguna obat
narkotika suntikan biasanya menyerang tulang punggung. Infeksi
biasanya hanya mengenai satu tulang dan sering mengenai tulang
kering (tibia), tulang paha (femur), tulang pangkal lengan (humerus).
b.

Osteomyelitis direct disebabkan oleh kontak langsung jaringan dan


bakteri selama trauma atau pembedahan

2. OSTEOMYELITIS SUBAKUT
Dibandingkan dengan oseomyelitis hematogenous akut, osteomyelitis subakut
memiliki onset yang lebih mendadak dan kurang memiliki gejala yang jelas,
sehingga membuat diagnosis menjadi sulit. Osteomyelitis subakut ini cukup
sering ditemukan. Jones et al melaporkan bahwa 35% pasien mereka dengan
infeksi tulang memiliki osteomyelitis subakut.
3.

OSTEOMYELITIS KRONIK
Osteomyelitis akut yang tidak diterapi secara adekuat, akan berkembang menjadi
osteomyelitis kronik. Osteomyelitis subakut dan kronik biasanya terjadi pada
dewasa. Umumnya, infeksi tulang ini merupakan sekunder dari luka terbuka,
sangat sering berupa luka terbuka pada tulang dan sekitar jaringan lunak

BAB III
PENUTUP

16

KESIMPULAN
Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada infeksi
jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan
tulang baru disekeliling jaringan tulang mati).
Penyebaran osteomielitis dapat terjadi:
1; Penyebaran kearah korteks, membentuk abses sub periosteal dan selulitis

pada jaringan sekitarnya


2; Penyebaran menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak.
3; Penyebaran kearah medulla
4; Penyebaran ke persendian , terutama bila lempeng pertumbuhannya
intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Biopsi tulang.
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1; Abses Tulang
2; Bakteremia
3; Fraktur Patologis
4; Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5; Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6; Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,
EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
Muttagin,Arif.2008 Asuhan Keerawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.Jakarta:EGC

17

Skinner H, (2003), Current Diagnosis dan Treatment in Orthopedics. New Hampshire:


Appleton dan Langer

18

19

Anda mungkin juga menyukai