contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat.
Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang
bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan
sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa
faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala.
Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.
1) Apakah pasien mengalami gangguan psikosomatis?
Gangguan psikosomatik dapat diartikan sebagai reaksi jiwa pada fisik (soma). Menurut
American Psychosomatic Society (2005), gangguan psikosomatik berasal dari bahasa Yunani
(Psyche= jiwa dan Soma= fisik), sehingga psikosomatik dapat diartikan sebagai hubungan fisik
dan jiwa. Ada hubungan yang sangat erat antara faktor fisik, faktor psikologis, dan sosial
terhadap perjalanan suatu penyakit (BKKBN NAD, 2010).
Gangguan ini mencakup pasien-pasien yang terutama emnunjukkan keluhan somatis
yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, ansietas, atau penyakit medis.
Ada dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: Pertama, yang
gambaran utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya
penyakit (hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya
adalah kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi,
disfungsi autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten) (Maramis, 2009).
2) Apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan pasien yang sepi?
Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respons mental dan fisik
terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respons
fisiologis ketimbang respons patologis terhadap ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus
abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan merupakan respons yang sangat
diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan orang untuk menghadapi ancaman (baik fisik maupun
psikologik) (Deva, 2001).
Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal dan hampir semua
orang pernah mengalaminya. Cemas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap
stress kehidupan sehari-hari (Wasyanto, 2000).
Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronik dan serius atau permasalahan keluarga maka
akan berlangsung lama; kecemasan yang berkepanjangan sering menjadi patologis (Sudiyanto,
2000). Ia menghasilkan serombongan gejala-gejala hiperaktivitas otonom yang mengenai sistem
CRH
+
Sistem saraf simpatis
+
Hipofisis posterior
Vasopresin
+
Hipofisis anterior
ACTH
+
Medula adrenal
+
Korteks adrenal
Epinefrin
Kortisol
+
Otot polos ateriol
Pankreas endokrin
Glukagon
Insulin
Vasokonstriksi
aliran darah
melalui ginjal
5) Bagaimana
usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien?
(Sherwood, hubungan
2001)
6) Mengapa pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun dokter spesialis tetapi tidak
sembuh?
Seorang petugas kesehatan harus melihat pasien atau klien sebagai makhluk fisik, psikis,
sosial, dan spiritual yang utuh. Keluhan seorang pasien harus ditanggapi dengan serius (betapa
pun anehnya keluhan tersebut). Penelitian menunjukkan bahwa pasien psikosomatis seringkali
tidak puas dengan pelayanan medis yang didapatnya akibat tanggapan dokter yang tidak serius
tentang penyakitnya. Pasien ini akan cenderung berpindah-pindah dokter atau rumah sakit tanpa
hasil (Nieuwenhuijsen et al, 2010).
gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama
miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain
nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain
dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi
tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi
seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat,
sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya
sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif
seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan
suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau
pura-pura).
b. Hipokondriasis
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis (Kaplan & Sadock, 2010)
A. Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.
B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan
(seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
c. Gangguan Nyeri
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup
parah untuk memerlukan perhatian klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,
eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau
gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
d. Gangguan Ansietas Menyeluruh
A. Jenis-jenis Gangguan Kecemasan
1. Gangguan Neurotik
Gangguan neurotik adalah gangguan di mana gejalanya membuat distres yang tidak dapat
diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin akan sangat terpengaruh tetapi biasanya
tetap dalam batas yang dapat diterima. Gangguan ini relatif bertahan lama atau berulang tanpa
pengobatan.
Neurotik merupakan suatu penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan tanda-tanda:
a) wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat-sifat kesukarannya
b) konflik-konflik batin
c) reaksi-reaksi kecemasan
d) kerusakan parsial atau sebagian pada struktur kepribadiannya
e) seringkali, tetapi tidak selalu ada, disertai pobia, gangguan pencernaan, dan tingkah laku
obsesif kompulsif.
Gejala-gejala neurotik :
a) Anxiety, sebagai simbol rasa takut, gelisah, rasa tidak aman, tidak mampu, mudah lelah,
dan kurang sehat.
b) Depressive Fluctuations, tanda mudah tertekan, susah, suasana hati muram, mudah
kecewa.
c) Emosional Sensitivity, sangat perasa, tidak mampu menyesuaikan secara baik emosi dan
sosialnya, labil. Mudah tersinggung dan banyak melakukan mekanisme pertahanan diri.
Gejala Utama:
a)
Afek depresif
b)
c)
Gejala Tambahan:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Tidur terganggu
g)
Penyebab neurotik :
a) Tekanan-tekanan menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan dan
ketegangan-ketegangan dalam batin sendiri yang kronis berat sifatnya. Sehingga orang
yang bersangkutan mengalami mental breakdown.
b) Individu mengalami banyak frustrasi, konflik-konflik emosionil dan konflik internal yang
serius, yang sudah dimulai sejak kanak-kanak.
c) Individu sering tidak rasionil sebab sering memakai defence mechanism yang negatif dan
lemahnya pertahanan diri secara fisik dan mental.
d) Pribadinya sangat labil tidak imbang dan kemauannya sangat lemah sosial dan tekanan.
Penatalaksanaan neurotik :
a) Menurunkan atau menghilangkan gejala gangguan neurotik
b) Mengambalikan fungsi utama tubuh
c) Meminimalkan resiko relaps atau rekurens
Terapi farmakologi :
Jenis Gangguan
Alternatif
Gangguan
Venlafaxin
Benzodiazepin
Hidroksizin
kecemasan umum
Paroksetin
Imipramin
Escitalopram
Buspiron
Gangguan
Fluoksamin
Imipramin
kepanikan
Fluoksetin
Klomipramin
Fenelzin
Alprazolam
Klonazepam
Gangguan
Paroksetin
Citalopram
Busipron
kecemasan social
Sertralin
Escitalopram
Gabapentin
Venlafaxin XR
Fluvoxamin
Fenelzin
Klonazepam
a) Amnesia Psikogenik/disosiatif
b) Fugue Disosiatif
c) Kepribadian Ganda
d) Gangguan Depersonalisasi
Gangguan Disosiatif belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya terjadi akibat
trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami. Gangguan ini
terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum bisa teridentifikasikan, dalam
perjalanan penyakitnya gangguan disosiatif ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma masa lalu
pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya gejala gangguan disosiatif.
Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa :
a)
b)
Pelecehan seksual
c)
Pelecehan fisik
d)
e)
Identitas personal terbentuk selama masa kecil, dan selama itupun, anak-anak lebih mudah
melangkah keluar dari dirinya dan mengobservasi trauma walaupun itu terjadi pada orang lain.
Pada Gangguan disosiatif, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selektif
tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari kehari atau bahkan jam ke jam.
Gejala umum untuk seluruh tipe gangguan disosiatif, meliputi :
a)
Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang
b)
c)
d)
e)
Depersonalisasi
dialami. Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis
yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.
4.
A. Anxietas (kecemasan)
Anxietas (cemas) merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang spesifik
yang dapat menimbulkan perasan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart dan Sundden, 2007).
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman
(Suliswati, 2005).
Respon individu terhadap kecemasan
Menurut Stuart dan
perubahan fisiologi, perilaku, kognitif dan afektif secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari kecemasan.
1. Respon fisiologis terhadap kecemasan
a. Pada sistem kardiovaskuler terjadi : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat,
rasa mau pingsan, denyut nadi dan tekanan darah turun
b. Pada sistem saluran pernafasan terjadi : nafas cepat, pernafasan dangkal,
tertekan
pada
rasa
terenggah-enggah.
c. Pada sistem neuromeskuler terjadi : insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang dan
kelemahan secara umum
d. Pada sistem gastrointestinal terjadi : kehilangan nafsu makan, menolak maka, nausea dan
diare perasaan panas atau dingin pada kulit dan muka pucat.
2. Respon pada perilaku
a. Perubahan pada perilaku karena kecemasan dapat terjadi : glisah, ketegangan fisik,
tremor, gugup, menarik diri dan menghindar.
b. Respon pada kognitif : dapat terjadi tidak sabar, tegang, nervous, takut yang
berlebihan, gugup yang luas biasanya dan sangat gelisah (Hirsch et al., 2012).
Rentang respon kecemasan
Menurut Stuart dan Sundden (2007) rentang respon kecemasan dapat digambarkan dalam
rentang respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat kontruktif
dan destruktif (Hirsch et al., 2012).
Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan
Layaknya semua perilaku dimotivasi oleh insting, begitu juga semua perilaku mempunyai
pertahanan secara alami, dalam hal untuk melawan kecemasan. Freud membuat postulat tentang
beberapa mekanisme pertahanan namun mencatat bahwa jarang sekali individu menggunakan
hanya satu pertahanan saja. Biasanya individu akan menggunakan beberapa mekanisme
pertahanan pada satu saat yang bersamaan. Ada dua karakteristik penting dari mekanisme
pertahanan. Pertama adalah bahwa mereka merupakan bentuk penolakan atau gangguan terhadap
realitas.
Kedua adalah bahwa mekanisme pertahanan berlangsung tanpa disadari. Kita sebenarnya
berbohong pada diri kita sendiri namun tidak menyadari telah berlaku demikian. Tentu saja jika
kita mengetahui bahwa kita berbohong maka mekanisme pertahanan tidak akan efektif.
Beberapa mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melawan kecemasan antara lain
adalah:
a. Represi. Dalam terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari
kesadaran (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak sadarterhadap
sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan. Konsep tentang represi merupakan
dasar dari sistem kepribadian Freud dan berhubungan dengan semua perilaku neurosis.
b. Reaksi Formasi. Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam
dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk yang
lebih dapat diterima.
c. Proyeksi. Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu
impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya melainkan
milik orang lain.
d. Regresi. Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa periode
awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi dan kecemasan yang
saat ini dihadapi
e. Rasionalisasi. Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman
kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat diterima oleh kita.
Kita berusaha memaafkan atau mempertimbangkan suatu pemikiran atau tindakan yang
mengancam kita dengan meyakinkan diri kita sendiri bahwa ada alasan yang rasional dibalik
pikiran dan tindakan itu.
f. Pemindahan. Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek
lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia (Hirsch et al., 2012).
g. Sublimasi. Sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri.
Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secara sosial bukan hanya diterima
namun dipuji. Misalnya energi seksual diubah menjadi perilaku kreatif yang artistik.
h. Isolasi. Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan
cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat, merepresikannya dan
bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.
i. Undoing. Dalam undoing, individu akan melakukan perilaku atau pikiran ritual dalam upaya
untuk mencegah impuls yang tidak dapat diterima. Misalnya pada pasien dengan gangguan
obsesif kompulsif, melakukan cuci tangan berulang kali demi melepaskan pikiran-pikiran
seksual yang mengganggu.
j. Intelektualisasi. Sering bersamaan dengan isolasi; individu mendapatkan jarak yang lebih jauh
dari emosinya dan menutupi hal tersebut dengan analisis intelektual yang abstrak dari
individu itu sendiri (Andri, 2007).
Gangguan cemas atau anxietas
Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan
rasa
ingin
bergerak
dan
gelisah.
Harold
I.
LIEF)
Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual,
sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain.
Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa
sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada;
jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan
tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga
berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik
untuk penyakit tertentu (Hirsch et al., 2012).