Anda di halaman 1dari 7

Unsur Hara Esensial Untuk Perkembangan Tumbuhan

Rizka Fatriani (1210422013)


Kelompok 3A (3 Besar)
Laboratorium Teaching IV, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas
Abstrak
Percobaan tentang unsur hara esensial diamati pada kecambah Glycine soja dengan pengamatan melihat
pengaruh pengaruh unsur hara terhadap kecepatan perkembangan tumbuhan pada kecambah Glycine
soja dan mengamati pengaruh konsentrasi garam terhadap pertumbuhan kecambah Glycine soja.
Percobaan ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kekurangan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan
dan mengamati pengaruh kadar garam yang berbeda beda terhadap pertumbuhan tanaman. Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh data bahwa tanaman mengalami pertumbuhan yang
pesat namun tetap terdapat gejala defisiensi dan sebagian tanaman ada yang layu dan bahkan mati.
Gejala defisiensi yang ditampakkan tanaman tidak selalu sama, tergantung tingkat keseriusan masalah
dan fase pertumbuhan tanaman yakni mengalami kekurangan unsur hara atau lebih pada saat
bersamaan. Pada pengamatan ke dua dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrasi NaCl yang
berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Kata kunci : Glycine soja, unsur hara, defisiensi, kadar garam
I. PENDAHULUAN
Bahan organik merupakan bahan penting dalam
menciptakan kesuburan tanah. Secara garis
besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat
tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah
dengan cara membuat tanah menjadi gembur
dan lepas lepas sehingga aerasi menjadi lebih
baik serta mudah ditembus perakaran tanaman.
Bahan organik pada tanah yang bertekstur pasir
akan meningkatkan pengikatan antar partikel
dan meningkatkan kapasitas mengikat air. Sifat
kimia tanah diperbaiki dengan meningkatnya
kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara,
sedangkan pengaruh bahan organik pada
biologi tanah adalah menambah energi yang
diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah
(Sutanto, 2002).
Semua tanaman hijau memerlukan seperangkat
dasar hara mineral yang sama dan berbagai
unsur digunakan oleh tanaman yang berbeda
untuk menghasilkan tujuan akhir yang sama.
Tanaman tingkat tinggi membutuhkan 13 jenis
hara esensial yang terdiri atas kelompok hara
makro dan mikro, meskipun pengelompokan
tersebut masih diperdebatkan karena hara mikro
tertentu dapat menjadi hara makro untuk
tanaman lain (Marschner, 1986).

Sumber makanan yang ada dalam tanah, yang


berguna bagi tanaman dapat berupa unsure
organic maupun unsure anorganik. Unsur
organic seperti C,N,O,N,P dan S merupakan
unsure hara yang banyak dibutuhkan oleh
tumbuhan. Untuk pembentukan enzim-enzim
diperlukan unsure besi,mangan, seng, tembaga,
boron, molybdenum dan kobalt. Unsur-unsur
tersebut diserap dalam bentuk ion organic yang
sederhana, sedangkan C,H dan O diperoleh
tanaman dari udara dan air. Unsur hara yang
diserap antar tanaman dari dalam tanah
jumlahnya berbeda-beda. Hali ini tergantung
kepada jenis tanamannya (Sutedjo, 1994).
Kebutuhan tanaman yang satu dengan yang
lainnya terhadap hara berbeda, baik mengenai
jumlahnya atau bahkan juga jenisnya. Untuk
mengetahui kebutuhan unsur-unsur yang
diperlukan tanaman dapat dilakukan dengan
teknik water-culture (hidroponik). Suatu tanaman
apabila kekurangan unsur hara akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan penyakit akibat
kahat unsure hara ini dapat disembuhkan
dengan memberikan unsur hara yang
kekurangan tersebut. (Marvelia et al., 2006)
Menurut Salisbury dan Ross (1995), ada dua
kriteria utama untuk menentukan essensial atau
tidaknya suatu unsure bagi tumbuhan. 1) suatu

unsur disebut essensial jika tumbuhan tidak


mampu menyempurnakan daur hidupnya
(contoh membentuk biji yang viabel tanpa
adanya unsur tersebut), 2) suatu unsur akan
essensial bila unsur tersebut menjadi bagian
dari molekul atau kandungan tumbuhan yang
essensial bagi tumbuhan. Dan Buchman dan
Brandy (1982), suatu unsur dikatakan unsur
esssensial bila unsur tersebut dibuang maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat, unsur
tersebut disuplai kemabali maka pertumbuhan
akan kembali proporsional dengan sejumlah
unsur yang disuplai tersebut, apabila
pertumbuhan
sangat
terhambat
maka
karakteristik gejala defisiensi akan tampak, tidak
adanya suplay nutrisi mengakibatkan siklus
hidupnya tidak sempurna, fungsi biokimia
secara spesifik pada unsur tersebut harus ada
dan fungsinya tidak dapat sepenuhnya diganti
oleh unsur hara lainnya.
Kelebihan dan kekurangan unsur hara yang
terdapat
di dalam tanah akan dapat
mmpengaruhi kehidupan tumbuhan yang ada
diatasnya. Bila kekurangan unsur hara tertentu
akan terjadi defisiensi atau kelebihan baik unsur
makro maupun unsure mikro. Kelebihan atau
kekurangan unsure ini akan dapat merusak atau
meracuni tumbuhan (Treshow, 1970).
Gejala yang ditampakkan tanaman akibat
kekurangan unsur hara tidak sama. Gejala
tersebut dapat berbeda, tergantung pada jenis
tanaman, tingkat keseriusan masalah dan fase
pertumbuhan tanaman. Selain itu tanaman
dapat mengalami kekurangan dua unsur hara
atau lebih pada saat yang bersamaan, sehingga
gejala yang ditampakkan oleh tanaman menjadi
lebih kompleks. Pada dasarnya gejala
kekurangan unsur hara tergantung pada dua hal
yaitu fungsi dari unsur hara tersebut, dan
kemudahan suatu unsur hara untuk di
translokasikan dari daun tua ke daun muda.
Kemudahan suatu unsur hara untuk di
translokasikan tergantung pada solutbilitas
(kelarutan) dari bentuk kimia dari unsur tersebut
di dalam jaringan tanaman dan kemudahannya
untuk dapat masuk ke dalam pembuluh floem
(Lakitan, 1993).
Beberapa unsur ada yang mudah untuk di
translokasikan dari daun tua ke daun muda dan
organ penampung seperti organ reproduktif atau

umbi. Unsur-unsur itu adalah nitrogen, fosfor,


kalium, magnesium, khlor, dan belerang.
Sedangkan yang sulit di translokasikan adalah
boron, besi dan kalsium. Unsur-unsur yang
mudah di translokasikan, gejala kekurangan
pertama akan terlihat pada daun-daun tua dan
sebaliknya unsur yang sulit di translokasikan
gejala kekurangan pertamanya mula-mula
tampak pada daun muda (Lakitan, 1993).
Selain dipengaruhi oleh ketersediaaan unsur
hara di dalam tanah, kandungan garam dalam
tanah juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan suatu tumbuhan. Kadar garam
pada jumlah tertentu akan mempunyai dampak
bagi pertumbuhan tanaman. Kadar garam dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam 3
cara, yaitu : garam dapat mendesak pengaruh
osmotik untuk mencegah tanaman dalam
pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat
menyebabkan keracunan pada tanaman
sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam
air irigasi dapat menyebabkan terbakarnya
daun, khususnya pada pengaplikasian air ke
daun, dan efek tanah tertentu yang berpengaruh
pada pertumbuhan tanaman oleh karena
degradasi struktur tanah atau peningkatan yang
terdiri dari tiga proses yang menyebabkan
pertumbuhan awal tanaman tergantung pada
keadaan itu (Slinger dan Tenison, 2005)
Kelarutan garam yang tinggi juga dapat
menghambat penyerapan (up take) air dan hara
oleh tanaman seiring dengan terjadinya
peningkatan tekanan osmotic (Noor, 2004).
Tanaman yang stes garam sering menyerupai
tanaman dengan defisiensi P yang mempunyai
daun lebih sempit, lebih gelap, menurunkan
nisbah tajuk dan akar, berkurangnya anakan,
memperpanjang dormansi kuncup samping,
menunda dan menurunkan pembungaan dan
jumlah dan ukuran buah lebih kecil (Harjadi dan
Yahya, 1988)
Adapun Fitter dan Hay (1991) merangkum
bahwsanya kadar garam yang melewati batas
toleransi dari tumbuhan berdasarkan pengaruh
toksitas adalah pengaruh osmotik yang timbul
dari konsentrasi larutan berlebih akibat kadar
garam yang tinggi, menghambat pembelahan
sel,
mengurangi
pertumbuhan
akar,
menyebabkan kompetisi antara ion-ion,

menyebabkan
kerusakan
memengaruhi simbion,

membran,

kotiledon diukur, kemudian dimasukkan kedalam


botol hingga akarnya terendam larutan dan bibit
ditahan dengan kapas dan karton penutup.
Permukaan atas larutan dalam botol diberi
tanda, dan amati tiap 2 hari sekali. Bila larutan
berkurang, ditambah dengan air suling sehingga
permukaan larutan kembali kedudukan semula.
Banyaknya air suling yang ditambahkan dicatat.
Hal yang sama dilakukan sampai hari ke 10 dan
keadaan morfologi tanaman dicatat.

II. BAHAN DAN METODA


Praktikum Fisiologi Tumbuhan ini dilaksanakan
pada hari rabu tanggal 29 Maret 2014 di
Laboratorium Teaching IV, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah adalah kecambah Glycine
soja yang berumur kira-kira 7 hari, pasir pantai,
larutan baku unsur-unsur hara (lengkap, -Ca, -S,
-Mg, -K, -N, -P, -Fe, -hara mikro), NaCl 0,00;
0,01; 0,03; 0,05; 0,1; 0,2 M, air destilata, 15
botol, gelas ukur, kertas label, penggaris, pinset,
kapas, dan penutup.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Pengaruh Unsur Hara Esensial Terhadap
Pertumbuhan Tanaman
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Pengamatan minggu pertama

Percobaan a) Pengaruh Unsur Hara Esensial


Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Disiapkan 9 buah botol kemudian botol-botol
selai dicuci sampai bersih dan kemudian dibilas
2 atau 3 kali dengan air destilata. Kemudian
tandai botol-botol tersebut dengan etiket:
lengkap, -Ca, -S, -Mg, -K, -N, -P, -Fe, -hara
mikro. Kemudian botol tersebut diisi dengan
pasir sungai sebagai media tanamnya.
Kemudian tanam 2 batang kedelai kedalam
masing-masing botol dan ditandai batang 1 dan
batang 2. Kedelai yang digunakan harus
berukuran yang hampir sama tingginya.
Letakkan pada baki-baki yang telah disiapkan
yang telah diisi dengan larutan hara masingmasingnya. Periksa setiap hari dan tambahkan
air destilata apabila air dalam botol kurang.
Setiap 1 minggu periksa keadaan kecambah,
catat gejala-gejala yang tidak normal. Pada
minggu kedua, ukurlah panjang rata-rata akar
dan batang, catat gejala-gejala kekurangan hara
dari masing-masing tanaman. Pada akhir
minggu keempat, ukur kembali panjang ratarata akar dan batang.
Percobaan b) Pengaruh Konsentrasi Garam
Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Dibuat larutan dengan konsentrasi 0.00, 0.01,
0.03, 0.05, 0.1, dan 0.2 M. Kemudian larutan
tersebut diisikan kedalam botol yang tersedia
masing-masing sebanyak 200 ml. Bibit tanaman
yang disediakan diambil, panjang batang diatas

Tabel.1. Pengaruh unsur hara esensial terhadap


pertumbuhan tanaman minggu 1
Unsur
-K
-Fe
-Ca
-S
-N
-Mg
-P
Lengkap
Mikro

Panjang
batang
1
2
23
21
24
17,2
20
20,5
22
22
32,5
19
23
20
26
20
20,5
18,5
13
13

Panjang
daun
1
2
2
2,3
2,5 1,7
2,3 2
1,8 2
2
1,5
3,5 3
2,8 2,2
2
1,5
2,2 4

Jumlah
daun
1 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2

Ket
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Nomal

Tabel.2. Pengaruh unsur hara esensial terhadap


pertumbuhan tanaman minggu 4
Unsur

Panjang batang
2
30,9

Panjang
daun
1
2
3,5 3,4

Jumlah
daun
1 2
5 8

-K

1
36

-Fe

24,8

35,6

3,5

4,2

-Ca

19,3

20,6

1,8

2,9

-S

30,8

33,4

3,3

3,4

-N

31,9

29,1

3,1

3,5

ket
tepi daun
kering
tepi daun
kering
tepi daun
coklat
Ujung daun
kering
Ujung daun
coklat

-Mg

22,4

-P

48,2

20,1

3,5

Lengka
p
Mikro

26,5

26,4

2,9

2,9

23,2

21,9

4,2

3,6

Ujung daun
coklat
Ujung daun
kering
Ujung daun
kuning
Tepi daun
kering

Dari tabel diatas diperoleh gejala-gejala yang


berbeda terhadap kekurangan unsur hara jenis
tertentu. Ada yang daunnya layu, batangnya
layu, dan seluruh bagian tubuh tumbuhan
tersebut layu.
Tumbuhan menanggapi kurangnya pasokan
unsur esensial dengan menunjukkan gejala
kekahatan yang khas. Gejala yang terlihat
meliputi terhambatnya pertumbuhan akar,
batang, atau daun, serta klorosis atau nekrosis
pada berbagai organ. Sebagian besar gejala
yang dikemukakan ini mudah terlihat. Semua
gejala bisa berbeda menurut spesies, tingkat
masalah, tingkat pertumbuhan, serta adanya
gejala kompleks akibat kekahatan dua unsur
atau lebih. Gejala kekahatan suatu unsur hara
terutama bergantung pada dua faktor: 1) fungsi
unsur tersebut, 2) mudah tidaknya unsur
tersebut berpindah dari daun tua ke daun yang
lebih muda (Salisbury and Ross, 1995).
Jika ketersediaan unsur hara essensial kurang
dari jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka
tanaman akan terganggu metabolismenya
secara visual dapat terlihat dari penyimpanganpenyimpangan pada pertumbuhannya. Gejala
kekurangan unsur hara ini dapat berupa
pertumbuhan akar, batang, atau daun terhambat
(kerdil) dan khlorosis atau nekrosis pada
berbagai organ tanaman. Gejala yang
ditunjukkan tanaman ini dapat menjadi petunjuk
dari fungsi hara itu (Lakitan, 1993).
Gejala defisiensi mineral tidak saja bergantung
pada peranan nutrient tersebut dalam tumbuhan
akan tetapi juga pada mobilitasnya di dalam
tumbuhan tersebut. Jika suatu nutrient bergerak
agak bebas dari satu bagian tumbuhan ke
bagian yang lain, gejala defisiensi pertama kali
akan muncul pada organ yang lebih tua. Hal ini
karena jaringan-jaringan muda yang masih
tumbuh memiliki daya tarik yang lebih kuat
dibandingkan dengan jaringan tua untuk

menarik nutrient yang jumlahnya berkurang


(Dwijoseputro, 1988).
Unsur hara terbagi atas unsure makro dan
mikro, unsur-unsur makro yang dibutuhkan
dalam jumlah banyak, meliputi C, H, O, N, P, K,
Ca, S dan Mg dan unsur-unsur mikro yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit, meliputi Fe,
Mo, B, Cu, Mn dan Zn. Untuk memudahkan
pembuatan larutan hara, garam-garam yang
mengandung unsure makro biasanya disediakan
dalam bentuk larutan garam tnggal sebagai
larutan baku (Gardner, 1991).
b Pengaruh Konsentrasi Garam Terhadap
Pertumbuhan Tanaman
Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi Garam
Terhadap Pertumbuhan Tanaman hari 1

NaCl

Panjang akar

0,00
0,01
0,03
0,05
0,1
0,2

1
18
10,5
23
9
13
10,5

2
16
21
14
16,5
8,5
14

Panjang
batang
1
2
25
18
17,5
22
17
20,5
19
19
21
21,5
20,3
21,5

Panjang
daun
1
2
2
1,7
2,3 1,3
1,3 2
2,8 1,8
2,5 1,4
3
1,7

Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi Garam


Terhadap Pertumbuhan Tanaman hari 3
NaCL

Panjang
batang
1
2

Panjang
daun
1
2

Jumlah
daun
1 2

0,00
0,01
0,03
0,05
0,1
0,2

17
13
15
15,5
14
12,8

2,5
2,5
1,2
3,2
2,3
2,9

2
2
2
2
2
2

11
19
15
16,8
16
15,7

2,3
2
3
2,1
1,6
1

2
5
2
2
2
2

Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi Garam


Terhadap Pertumbuhan Tanaman hari 5
NaCL

Panjang
batang
1
2

Panjang
daun
1
2

Jumlah
daun
1 2

0,00
0,01

18
14

2,7
2,7

2
2

14
25

2,6
2,6

5
5

Jumlah
daun
1 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2

5
2
2
2

besar, daun berwarna hijau tua, terdapat bercak


kuning dan bercak hitam bahkan ada yang
mengkerut, kemudian juga ditemukan tanaman
memiliki batang yang mencondong.

Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Garam


Terhadap Pertumbuhan Tanaman hari 7

Menurut Wityanara (1988) terganggunya laju


pertambahan daun tanaman yang mengalami
kekeringan disebabkan oleh terhambatnya
perkembangan daun, sehingga daun cepat
menguning. Kekeringan pun menyebabkan daun
lebih cepat layu dan gugur. Rendahnya
ketersediaan air tanah disebabkan kadar garam
yang tinggi mengakibatkan terhambatnya
pembentukan daun baru.

0,03
0,05
0,1
0,2

19
16,5
14,5
12

14,5
19
16
15,5

1,5
3,6
2,5
2,5

2,7
2,5
2,3
1

2
2
2
2

NaCL

Panjang
batang
1
2

Panjang
daun
1
2

Jumlah
daun
1 2

0,00
0,01
0,03
0,05
0,1
0,2

20,9
15,3
22
19,7
16,7
-

2,8
2,8
1,6
3,9
3,7
-

2
2
2
6
5
-

17,3
27
14,9
23
17,3
-

2,8
2,7
2,7
2,8
2,7
-

5
5
5
5
2
-

Tabel 7 Pengaruh Konsentrasi Garam Terhadap


Pertumbuhan Tanaman hari 9
NaCL

Panjang
batang
1
2

Panjang
daun
1
2

Jumlah
daun
1 2

0,00
0,01
0,03
0,05
0,1
0,2

21,5
16
23
21
18
-

2,9
2,8
1,6
4
2,6
-

2
2
5
6
5
-

18
29
15
24
18
-

2,9
2,7
2,7
2,9
1,7
-

5
5
1
5
2
-

Berdasarkan hasil praktikum dapat dilihat


pengaruh konsentrasi garam (osmotik) terhadap
pertumbuhan tanaman. Keberadaan garamgaram terlarut dengan konsentrasi yang
berbeda-beda
pada
percobaan
dapat
mempengaruhi pertumbuhan kecambah.
Pada percobaan pengaruh konsentrasi garam
terhadap pertumbuhan tanaman didapati bahwa
pada
awalnya
tanaman
mengalami
pertumbuhan batang yang cukup signifikan,
jumlah daun yang tumbuh pun hanya 2-3 daun,
namun jika dilihat berdasarkan konsentrasi yang
diberikan semakin besar konsentrasi garam
maka semakin tampak gejala defisiensi yang
terjadi pada daun. Pada konsentrasi 0,00 daun
masih memperlihatkan warna hijau muda,
sedangkan pada konsentrasi 0,2 daun sudah
berwarna hijau tua. Pada hari ke 5, tanaman
menunjukan gejala defisiensi yang lebih jelas,
pada konsentrasi 0,00 daun masih berwarna
hijau tua. Namun pada konsentrasi yang lebih

Tanaman yang ditanam pada tanah bergaram


NaCl memberikan respon yang sangat nyata
terutama pada jumlah daun. Hal ini dikarenakan
pada tanah bergaram terjadi ketidakseimbangan tersedianya hara bagi tanaman
yang disebabkan karena garam NaCl dapat
menurunkan penyerapan unsur Mg dan Mn.
Dengan demikian, pengguguran daun akan
dipercepat apabila daun telah mengalami
kehilangan klorofil (Bintoro, 1989).
Pada kebanyakan spesies, pengaruh jenis-jenis
garam umumnya tidak khas terhadap tumbuhan
tanaman tetapi lebih tergantung pada
konsentrasi total garam. Salinitas tidak
ditentukan oleh garam NaCl saja tetapi oleh
berbagai jenis garam yang berpengaruh dan
menimbulkan stres pada tanaman. Dalam
konteks ini tanaman mengalami stres garam bila
konsentrasi garam yang berlebih cukup tinggi
sehingga menurunkan potensial air sebesar
0,05 0,1 Mpa. Stres garam ini berbeda dengan
stres ion yang tidak begitu menekan potensial
air (Levitt, 1980).
Penyerapan hara dan air yang berkurang akan
menghambat laju fotos4intesis yang pada
akhirnya akan menghambat pertumbuhan
tanaman baik pada luas daun maupun jumlah
daun. Tanaman Vigna sinensis dan pada
konsntrasi NaCl 100 mM menunjukkan gejala
kekurangan hara dan keracunan pada tanaman
dicirikan dengan nekrosis, klorosis dan daun
gugur (Levitt, 1980).
Menurut Levitt (1980) akibat perlakuan NaCL
menurunkan
laju
fotosintesis
akibat
terhambatnya pengambilan CO2 sehingga
pertumbuhan tanaman terganggu selain itu

sebagaian besar energi hasil respirasi akan


diubah untuk meningkatkan ketahanan terhadap
keadaan garam yang tinggi, sehingga energi
untuk pertumbuhan digunakan untuk mengatasi
cekaman garam, akibatnya kemampuan
tanaman untuk tumbuh dan bereproduksi
menjadi berkurang.

Saran
Lebih teliti dalam melakukan pengukuran dan
pengamatan dan pengamatan dilakukan tepat
waktu sehingga nilai yang diukur tidak bias.
DAFTAR PUSTAKA
Bintoro, M.H. 1989. Toleransi Tanaman Jagung
terhadap Salinitas. Disertasi. Fakultas
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1992. Ilmu
Tanah. Penerjemah : Soegiman. Bhratara
Karya Aksara. Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1988. Fisiologi Tumbuhan
Jilid 2. Gramedia. Jakarta.
Fitter, A.H. dan R.K.M, Hay. 1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman. Penerjemah: Sri
Ardani dan Purbayanti. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Gardner, F. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya.
UI Press. Jakarta.
Harjadi, S.S dan S. Yahy. 1988. Fisiologi Stres
Lingkungan. Pau Bioteknologi IPB Press.
Bogor.

Gambar 1, Kecambah kedelai diberi NaCl 0,00;


0,01; 0,03; 0,05; 0,1; 0,2
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kekurangan unsur hara makro pada
tanaman seperti -P dan Mg menyebabkan
batang tanaman kerdil dan ditemukannya
bintik-bintik kuning pada daun dan akhirnya
menyebabkan kematian pada tanaman.
Sedangkan kekurangan unsur lain seperti
K, -Ca, -N, -S, -Mikro dan unsur lengkap
tidak begitu memperlihatkan gejala
defisiensi yang cukup jelas pada
percobaan.
2. Konsentrasi garam NaCl yang tinggi dapat
menurunkan penyerapan unsur Mg dan Mn
yang menyebabkan daun menguning.
Dengan demikian, pengguguran daun akan
dipercepat apabila daun telah mengalami
kehilangan klorofil.

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi


Tumbuhan. PT. Grafindo Persada. Jakarta.
Levitt, J. 1980. Responses of Plant to
Environmental Stress Voll II. Acad. Press.
New York. 497P.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher
Plants. Academis Press.London
Marvelia A, Darmanti S, Parman S. 2006.
Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea
Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan
dengan Kompos Kascing dengan Dosis
yang Berbeda. FMIPA UNDIP. Semarang
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 2. ITB. Bandung.
Slinger, D. dan Tenison, K. 2005. Salinity Glove
Box Guide - NSW Murray and
Murrumbidgee Catchments. An initiative of
the Southern Salt Action Team. NSW
Department of Primary Industries.

Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik.


Kanisius. Yogyakarta.
Sutedjo, M.M. 1994. Pupuk dan
Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Cara

Treshaw. 1970. Environment And Plant


Respons. Grawhill book Company. New
York.
Wityanara, S.S.A. 1988. Pengaruh Kadar Air
Tanah Tersedia dan Pemupukan Nitrogen
terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Terigu (Triticum aestivum L.)
Varietas IWP72. Tesis. Fakultas Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai