Anda di halaman 1dari 2

rugi propagasi.

Kebanyakan model propagasi yang


biasanya digunakan adalah model propagasi
Okumura Hata dan COST 231.
Namun
pada
kenyataannya
model
propagasi yang sering digunakan ini belum tentu
cocok digunakan untuk menghitung redaman
propagasi di Indonesia khususnya di wilayah
Bandung. Hal ini dikarenakan rumusan rumusan
empirik untuk menghitung redaman propagasi
yang ada saat ini pada umumnya dikembangkan di
daerah lain yang belum tentu sesuai dengan
karakteristik propagasi di Indonesia khususnya di
wilayah Bandung. Oleh karena itu pada tugas akhir
ini akan dilakukan pendekatan rumus redaman
propagasi yang sesuai dengan karakteristik
propagasi di wilayah Bandung untuk jaringan
GSM dan UMTS dengan cara mencari nilai akurasi
dari model propagasi Okumura Hatta dan Cost 231
untuk daerah urban, sub urban, dan rural.
2. Dasar Teori
2.1 Propagasi Gelombang
Mekanisme
perambatan
gelombang
elektromagnetik pada umumnya terdiri atas
refraksi, difraksi, dan hamburan. Untuk sistem
komunikasi wireless yang beroperasi di daerah
urban yang jarang sekali terdapat jalur LOS antara
transmitter dan receiver, serta dengan adanya
gedung gedung yang tinggi akan menghasilkan
rugi rugi difraksi yang besar. Ini disebabkan,
sinyal yang dikirimkan mengalami pantulan
berkali kali oleh objek yang berlainan dan
gelombang akan melintasi jalur yang berbeda
dengan panjang lintasan yang berbeda pula.
Interaksi gelombang gelombang ini akan
menimbulkan fading, yang mengakibatkan kuat
sinyal yang diterima pada receiver akan menurun
sesuai pertambahan jarak transmitter dan receiver.
Gambar 2.1 menunjukkan propagasi gelombang
antara BS dengan MS

Gambar 2.1 propagasi gelombang BS - MS


2.2 Okumura - Hata
Model Okumura Hata merupakan model
propagasi hasil pengembangan dari model
propagasi Okumura yang dikembangkan di Kanto
(dekat Tokyo). Hatta mengembangkan sebuah
formula matematika dari prediksi kurva Okumura
untuk mendapatkan aplikasi perhitungan yang
lebih sederhana. Olehkarena itu model propagasi
ini disebut model propagasi Okumura Hata.
Model Okumura Hata digunakan untuk
memprediksi redaman propagasi di daerah urban,

suburban, dan rural. Selain itu model propagasi ini


valid digunakan untuk frekuensi 150 MHz - 1500
MHz. Berikut merupakan bentuk rumus propagasi
Okumura Hata
URBAN
Lu(dB) = 69.55 + 26.16logfc - 13.82loghte
a(hre) + (44.9 6.55loghte) logd
SUBURBAN
Lsu(dB) = Lu 2 {log( )} - 5.4
RURAL
Lr(dB) = Lu 4.78 (log ) + 18.33 log 40.94
Dimana :
Lu
: pathloss untuk daerah urban
Lsu
: pathloss untuk daerah sub
urban
Lr
: pathloss untuk daerah rural
: frekuensi carrier dalam MHz
: jarak dari base station (km)
hte
: tinggi base station (m)
hre
: tinggi mobile station (m)
a(hre)
: factor koreksi untuk
ketinggian antenna mobile station (dB)
Untuk kota kecil dan menengah
a(hre) [dB] = (1.1 log
0.7) hre
(1.56 log
0.8)
Untuk kota besar
a(hre) [dB] = 8.29 (log 1.54
hre) - 1.1
untuk 200 MHz
a(hre) [dB] = 3.2 (log 11.75
hre) - 4.97
untuk 400 MHz
2.3 Cost 231
COST 231 merupakan model propagasi
hasil pengembangan dari model propagasi
Okumura Hata. Model propagasi ini akan valid
jika digunakan untuk range frekuensi antara 1500
2000 MHz. Coverage dari model COST 231
adalah
Frekuensi adalah 1500 2000 MHz
Ketinggian efektif antena transmitter
adalah : 30 200 m
Ketinggian efektif antenna receiver
adalah : 1 10 m
Jarak link (d) : 1 20 km
Rumus pathloss pada model propagasi COST 231
ini adalah sebagai berikut
(dB) = 46.3 + 33.9 log ( ) 13.82 log
( ) a( ) + [44.9 6.55
log( )] log (d) + C
Dimana :
: frekuensi dalam MHz
: tinggi base station (m)
: tinggi mobile station (m)
: 0 dB untuk kota menengah dan
kota suburban, sedangkan 3 dB
untuk pusat kota metropolitan
a( ): faktor koreksi antena mobile
yang nilainya sebagai berikut

Untuk kota kecil dan menengah


0.7)
- (1.56 log
a( ) = (1.1 log
0.8
dimana, 1 10 m
Untuk kota besar
a( ) = 8.29 (log 1.54 hre) - 1.1
untuk 200 MHz
a( ) = 3.2 (log 11.75 hre) - 4.97
untuk 400 MHz
2.4 MSE (Mean Square Error)
Di dalam statistik, MSE merupakan salah satu
cara untuk mendeskripsikan perbedaan antara
suatu estimator dengan sejumlah nilai yang
diestimasi dan mewakili keadaan/ informasi
sebenarnya. MSE merupakan rata rata dari error
yang terjadi karena estimator tidak mencakup
seluruh informasi.
MSE = [ ( Pm Pr) /(N 1)]
Dimana : Pm adalah pathloss pengukuran (dB)
Pr adalah pathloss perhitungan (dB)

Nth
PT1
M
r1
rk

Rx level merupakan suatu kriteria pengukuran


dalam sistem GSM yang menyatakan besarnya
level daya terima dari suatu MS. Rata rata daya
yang diterima MS yaitu Pr pada jarak d dari antena
pemancar dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut :

d
d
0

Pr (dBm) = P0 (dBm) 10 log

Pr = daya terima MS
P0 = daya yang diterima dari BS pada jarak 0 d
a = path loss exponent, untuk cellular (daerah
urban a = 4)
d = jarak BS GSM dengan user (meter)
d0 = jarak pendek BS GSM dengan user (meter)
2.6 Level Daya Terima UMTS
Dalam suatu sel, UE menerima sinyal pilot
dari node B yang akan melayaninya dan dari node
B sekelilingnya. UE selalu mengukur level sinyal
pilot yang diterimanya (RSCP).
Dalam
pengukuran UMTS digunakan parameter RSCP
dimana RSCP merupakan penjumlahan (Ec/I0) dan
RSL dari sel UMTS. Pilot yang diterima (Ec/I0)
dari node B dapat ditentukan dari persamaan
sebagai berikut :
1

Pp ilot .r1 .10 10

=
k
1
M
1 N + P .(1 a ).r .10 10 + P .r .10 10
Tk k
1
th
T1
k =2

= Path loss exponent ; untuk cellular


(daerah urban = 4)
= Thermal noise MS
= Total daya pancar BS (node B)
= Jumlah total BS penginterferensi
= Jarak BS1 dengan user (meter)
= Jarak BS penginterferensi dengan user
(meter)
= Shadowing ; 8-10 dB
= Faktor ortogonal downlink ; 0,6

Untuk perhitungan RSL UMTS dengan persamaan

d
d
0

Pr (dBm) = P0 (dBm) 10 log

Pr = daya terima MS
P0 = daya yang diterima dari BS pada jarak 0 d
a = path loss exponent, untuk cellular (daerah
urban a = 4)
d = jarak BS GSM dengan user (meter)
d0 = jarak pendek BS GSM dengan user (meter)
dimana :

2.5 Perhitungan Rx Lev GSm

Ec

Io

RSCP (dBm) = Ec/Io(dB) +RSL(dBm)

3. Metodologi Penelitian
3.1 Metode pengukuran
Drive test dilaksanakan dengan menggunakn
satu buah laptop, GPS, software drive test yaitu
TEMS 8 dan dua telepon telepon 3G Sony Ericson
Z800i. Pengukuran dilakukan tanpa melakukan
calling ke suatu nomor panggilan manapun. Hal ini
ditujukan agar tidak ada trafik yang terukur selama
proses pengukuran. Jadi sinyal hanya akan terukur
pada kanal pilotnya saja.
3.2 Parameter Hasil Ukur Drive test
Ada dua jenis parameter drive test yang
digunakan yaitu RSCP untuk jaringan UMTS dan
Rx Level untuk jaringan GSM.
3.2.1RSCP
RSCP merupakan jumlah sinyal power pada
satu kode yang diterima oleh UE. RSCP biasanya
berasosiasi dengan downlink. RSCP ini terukur
pada kanal pilot. Dalam suatu sel, UE menerima
sinyal pilot dari node B yang akan melayaninya
dan dari node B sekelilingnya. UE selalu
mengukur level sinyal pilot yang diterimanya
(RSCP). RSCP merupakan penjumlahan antara
Ec/I0 dan RSL dari sel UMTS.
RSCP terukur pada kanal komunikasi
fisik Primary CPICH (Common Pilot Channel) dan
merupakan keluaran demodulator hasil dari proses
despreading. RSCP digunakan sebagai kriteria
evaluasi 3G coverage, kriteria handover, dan
kalkulasi pathloss.

Anda mungkin juga menyukai