Anda di halaman 1dari 7

Emulsi Kosmetik dan Lotion

00.24 LANSIDA No comments


Emulsi merupakan sistem multifase di mana salah satu fase (fase kontinyu) mengandung
droplet fase yang lain (fase terdispersi). Biasanya emulsi perawatan kulit merupakan sistem
dua fase di mana fase kontinyu memiliki volume relatif lebih besar daripada fase terdispersi.
Selain bentuk emulsi yang sederhana, terdapat emulsi jenis lain yaitu multiple phase
emulsion (misalnya emulsi O/W/O), emulsi liquid kristalin, dll.
Keuntungan penggunaan bentuk emulsi kosmetik antara lain :
1. Ditinjau dari sisi estetika, sediaan emulsi terlihat elegan, lebih menyenangkan dalam
penggunaan karena kandungan air dalam sediaan dapat memberikan efek dingin pada kulit
bila dibandingkan dengan sediaan yang hanya menggunakan minyak.
2. Dapat dibuat menjadi bermacam-macam bentuk sediaan dengan berbagai sifat
Emulsi dapat dibuat menjadi bermacam bentuk sediaan seperti krim, lotion, susu, dan pasta.
Selain itu, emulsi memiliki bermacam sifat bahan penyusun mulai dari yang ringan sampai
berat, dari yang berminyak sampai kering, dari yang mudah diabsorpsi sampai yang sulit
diabsorpsi (membentuk lapisan film pada kulit).
3. Merupakan inklusi zat aktif karena emulsi dapat mengandung berbagai macam zat aktif,
baik yang larut minyak maupun larut air.
4. Dapat menurunkan biaya secara keseluruhan karena adanya kandungan air.

Hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan emulsi adalah ukuran partikel, energi
yang dibutuhkan, dan kondisi selama pembuatan. Masalah yang paling utama dalam
pembuatan emulsi kosmetik adalah minyak dan air tidak dapat bercampur. Hal ini disebabkan
oleh tingginya tegangan permukaan antarfase sehingga surface energy system juga akan
meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut maka tegangan permukaan harus diturunkan.
Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan, yaitu :
1. Cara kimiawi (menggunakan surfaktan atau emulgator)
Emulgator merupakan molekul yang bersifat amfifatik sehingga dapat berikatan dengan fase
air dan fase minyak.
2. Cara mekanik (menggunakan pengadukan).
Pengadukan dengan kecepatan tinggi akan menurunkan ukuran partikel fase terdispersi
sehingga stabilitas semakin tinggi.
Ada beberapa faktor yang menentukan bentuk sediaan emulsi yaitu pemilihan emulgator,
sifat fisika kimia dari komponen fase minyak, volume tiap fase, dan ukuran droplet.
Tipe Emulgator

Tipe-tipe emulgator yang dapat digunakan yaitu :


Emulgator anionik
Emulgator anionik yang diduga pertama kali digunakan adalah sabun. Sabun dihasilkan dari
netralisasi asam stearat dengan natrium hidroksida. Sabun mempunyai sisi hidrofilik yang
bermuatan dan sisi hidrofobik yang merupakan lemak. Kelemahan dari sabun adalah masalah
pH dan mudah dipengaruhi oleh garam logam berat. Oleh karena itu, sabun tidak digunakan
lagi sebagai emulgator.
Emulgator anionik yang lebih canggih yaitu minyak kelapa yang dimodifikasi. Minyak
kelapa yang dimodifikasi tersebut membentuk basis dari emulgator anionik sulfat dan eter
sulfat (seperti natrium lauril sulfat). Selain itu, substitusi eter pada rantai lemak akan
mengurangi sifat hidrofobik rantai lemak sehingga menghasilkan sistem emulsi yang kurang
menempel pada kulit.
Emulgator nonionik
Emulgator nonionik biasa digunakan dalam pelembab. Emulgator ini tidak mempunyai
muatan. Rantai karbon tak jenuh mudah disubstitusi oleh etilen oksida. Proses etoksilasi yang
berbeda dapat menghasilkan sifat amfifatik yang berbeda. Apabila panjang rantai karbon dan
cabang rantai berbeda maka akan dihasilkan molekul yang berbeda yang dapat digunakan
dalam pembuatan produk perawatan kulit.
Emulgator kationik
Emulgator kationik digunakan dalam formulasi produk perawatan kulit. Sebagian besar
emulgator kationik dikenal memiliki aktivitas antimikroba. Emulgator tipe ini tidak stabil
pada pH tinggi dan konsentrasi ion negatif yang tinggi. Permukaan kulit memiliki muatan
negatif sehingga emulgator kationik akan terikat pada kulit.
Emulgator polimerik
Emulgator polimerik biasa digunakan dalam pelembab. Contoh emulgator tipe ini adalah
silikon atau asam poliarilik. Polimer ini akan terdistribusi sepanjang permukaan air dan
minyak. Sisi lipofilik akan berikatan dengan fase minyak dan sisi hidrofilik akan berikatan
dengan fase air.
Pemilihan Emulgator
Sistem HLB (Hydrophilic / Lipophilic Balance) dikenalkan secara sederhana sekitar 50 tahun
yang lalu. Nilai HLB menunjukkan keseimbangan antara ukuran dan kekuatan gugus
hidrofilik (polar) dengan gugus lipofilik (non polar) dari emulgator.
Semakin polar suatu molekul maka emulgator akan semakin mudah masuk ke fase air dari
emulsi tersebut. Sebaliknya semakin non polar bagian yang lain, maka emulgator akan
semakin menjadi bagian dari fase minyak. Polaritas relatif tidak hanya akan mempengaruhi
posisi akhir emulgator di permukaan tetapi juga mempengaruhi stabilitas dan fluiditas emulsi
tersebut.
Sistem HLB menggunakan skala 1-20. Kombinasi emulgator dengan nilai HLB yang berbeda
(misal HLB 5 dan HLB 15) dengan proporsi yang sama akan menghasilkan sistem HLB ratarata (HLB 10). Sistem HLB ini dapat digunakan untuk menentukan emulgator yang tepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi HLB meliputi faktor kimia, stereokimia, kemurnian tiap
emulgator, dan kemampuan untuk bercampur terhadap minyak dan air. Faktor-faktor ini

bermanfaat dalam perhitungan HLB. Selain itu bermanfaat untuk menentukan apakah emulsi
itu termasuk sistem w/o atau o/w.
Emulgator nonionik paling banyak dipilih karena sistem HLB-nya lebih seimbang daripada
emulgator anionik dan kationik. Emulgator anionik lebih tepat digunakan untuk produkproduk leave-on. Campuran emulgator nonionik dan anionik berguna sebagai awal
pembuatan emulsi dengan memadukan keuntungan dari kedua tipe emulgator. Emulgator
nonionik memiliki keuntungan yaitu lebih stabil pada perubahan pH, sedikit terpengaruh oleh
konsentrasi garam, dan lebih mudah dikombinasikan sebagai campuran emulgator.
Campuran emulgator dapat dibuat dengan menggunakan panjang rantai karbon yang sama
dan derajat etoksilasi yang berbeda. Meskipun campuran emulgator memiliki HLB yang
ekivalen dengan emulgator tunggal pada panjang rantai yang serupa, namun akan
menghasilkan emulsi dengan kualitas yang lebih baik.
Stabilitas
Stabilitas adalah keadaan yang menggambarkan bagaimana produk dapat diterima dalam
penyimpanan dan penggunaan setelah proses pembuatan, pengemasan, dan penyimpanan
sementara di etalase toko.
Beberapa faktor masalah yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi antara lain :
Masalah
Penyebab
Cara Mengatasi
Koalesensi dari Kemungkinan
droplet Meningkatkan tegangan antarmuka
droplet
fase tidak
stabil
pada dengan memilih campuran emulgator
terdispersi
antarmuka minyak-air
yang lebih stabil
Gerak Brown
Mengubah volume relatif tiap fase
Mengentalkan fase kontinyu
Flokulasi
dari Droplet berikatan secara
droplet
fase van der waals sehingga
terdistribusi
menghasilkan
droplet
yang lebih besar.
Pengendapan
Perbedaan
kecepatan
atau floatingdari pengendapan yang besar
droplet
fase antara fase terdispersi
terdispersi
dan fase kontinyu

Mengubah muatan permukaan droplet.


Mengubah volume relatif tiap fase
Mengentalkan fase kontinyu

Pembalikan fase

Volume relatif yang


tinggi
Ketidakstabilan
antarmuka minyak-air

Mengubah volume relatif tiap fase


Mengubah campuran emulgator
Mengubah
proses
dengan
meningkatkan tekanan geser dan
mengurangi ukuran partikel

Ostwald ripening

Terbentuknya
droplet
fase terdispersi yang
besar, yang terbentuk
dari gabungan droplet
ukuran kecil
Ketidakstabilan
permukaan minyak-air

Mengubah
sifat
kelarutan
dari
komponen fase terdispersi untuk
mencegah migrasi atau perpindahan
fase kontinyu

Mengubah kecepatan pengendapan tiap


fase
Mengubah viskositas fase kontinyu
Memperkecil ukuran partikel fase
terdispersi

Masalah-masalah tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun saling mempengaruhi. Sebagai


contoh peningkatan viskositas dari fase kontinyu akan mengurangi efek gerak Brown dari
fase terdispersi. Penggunaan bahan tambahan seperti lilin (untuk fase kontinyu yang berupa
minyak) atau polimer (untuk fase kontinyu yang berupa air) akan meningkatkan kecepatan
pengendapan dari fase kontinyu, mengubah tegangan antarmuka air-minyak, dan
mempengaruhi sifat alir.
Masalah-masalah di atas dapat diatasi dengan penggunaan co-emulsi. Contohnya adalah setil
alkohol CH3(CH2)15OH di dalam sistem o/w. Bagian hidrofiliknya (alkohol) akan
menempatkan diri pada bagian hidrofil dari emulgator utama. Bagian hidrofobiknya tidak
akan compatible dengan fase air tetapi akan lebih mudah bergabung dengan bagian
hidrofobik lainnya. Akibatnya beberapa bagian hidrofilik dari emulgator kedua ini akan
diproyeksikan kembali ke arah fase air dan bagian hidrofobiknya akan berkumpul
membentuk bilayer. Sebagai perluasan dari prinsip ini, sebuah jaringan dengan struktur
lamela dapat membentuk matriks di seluruh fase kontinyu sehingga menghasilkan emulsi
liquid kristalin.
Keuntungan struktur tersebut adalah dapat menambah stabilitas sistem dan menambah
keuntungan dalam perawatan kulit karena efek long-term moisturization, serta memperbaiki
estetika. Peningkatan stabilitas disebabkan oleh penggunaan polimer. Beberapa macam
polimer yang digunakan pada sistem o/w adalah selulosa dan alginat. Polimer lain yang
umum digunakan untuk menstabilkan emulsi adalah sistem co-polimer, polyacrylic
acid (karbopol). Pada kasus yang ekstrim, dapat juga berperan sebagai emulgator tunggal dan
karbopol termodifikasi dapat membuat emulsi yang bebas emulgator.
Pada prinsipnya, penambahan material akan menambah potensial interaksi yang dapat
mengakibatkan ketidakstabilan emulsi. Oleh karena itu formulator harus mengerti sifat fisika
kimia bahan mentah yang digunakan sehingga menghasilkan produk yang baik, yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
Ada berbagai metode yang digunakan untuk mengukur stabilitas emulsi :
Metode
Prinsip
Keterangan
Mikroskopis
Melihat perbedaan fase
Metode ini berguna untuk uji
kualitatif
Yang dapat diamati : dark field,
kekontrasan
fase,
cahaya
terpolarisasi, danNomarski optics
Emulsi biasanya rusak selama proses
Laser
particle Droplet akan berinteraksi Dibutuhkan sampel yang cair
sizer
dengan sinar laser yang
proporsional
dengan
ukurannya
Tensiometer
Mengukur tekanan yang Memberikan
informasi
dasar
dibutuhkan untuk menarik tegangan antarmuka tetapi hanya
cincin atau piringan melalui dapat dilakukan jika luas permukaan
interval antara 2 lapisan
interfase-nya besar
Rheometer

Mengukur perubahan sifat Kondisi


tekanan
danparameter
viskoelastis
emulsi
di interest spesifik terhadap tipe emulsi
bawah tekanan

Turbidometer

Memeriksa sifat bulk light Stabilitas yang besar dapat diuji


scattering
secara cepat dengan tes percepatan

Stabilitas organoleptis dan fisikokimia


Karakteristik fisikokimia pada tabel di atas dapat membantu menentukan stabilitas.
Viskositas dan penampilan mikroskopis biasanya digunakan untuk menentukan stabilitas.
Perubahan viskositas yang cepat menunjukkan perubahan struktur emulsi. Peningkatan dan
penurunan viskositas dapat mempengaruhi stabilitas dan pengeluaran dari pengemas.
Metode mikroskopis dapat membantu memahami alasan perubahan stabilitas. Dengan metode
ini, struktur emulsi dan homogenitas droplet (dalam hal ukuran dan struktur) dapat
digambarkan.
Kriteria lain penilaian stabilitas difokuskan pada aspek sensory seperti bau, warna, dan
viskositas. Selain itu sifat-sifat objektif seperti pH dan viskositas mudah dicatat, sedangkan
test stabilitas dengan sifat-sifat sensory membutuhkan referensi sampel standar, yang
biasanya disimpan di suhu kamar.
Di antara faktor-faktor tersebut, pH produk adalah faktor yang paling sering dites dan
perubahan pH dapat digunakan sebagai indikator keamanan. Hal ini hanya berlaku untuk
emulsi o/w, dan perubahan pH pada formulasi w/o dapat mempengaruhi stabilitas produk
keseluruhan.
Karakteristik stabilitas akan ditentukan oleh pengemas. Sementara itu, gelas memiliki sifat
inert, sedangkan plastik dapat menyerap bahan baku. Beberapa ester yang digunakan dalam
formulasi dapat melarutkan pengemas tipe tertentu. Efek yang dihasilkan bervariasi, mulai
dari pelunakan pengemas dan deformasi pengemas sampai berkurangnya kemampuan
pengemas sebagai pelindung dari pertukaran gas dan kerusakan oleh mikroba.
Stabilitas mikrobial
Kontaminasi mikroba dapat mempengaruhi keamanan produk. Sumber kontaminasi berasal
dari bahan baku, proses dan penyimpanan bahan baku, pengemasan, penyimpanan produk
akhir, dan penggunaan dan penyimpanan produk oleh konsumen.
Pengemas produk juga menjadi bagian penting. Pump pack dan squeeze bottlesdapat
mencegah kontaminasi dari kontak langsung dengan tangan. Namun squeeze bottles
mempunyai kekurangan yaitu dapat mengalami kontaminasi karena adanya peristiwa suckback. Produk yang digunakan berkali-kali mempunyai ruang udara yang besar dan
mengalami kondensasi pada sisi-sisi pengemas yang dapat menciptakan lingkungan yang
cocok untuk tumbuhnya mikroba.
Penambahan pengawet dan penggunaan metode barrier (seperti pump pack, single dose
format) merupakan 2 strategi yang umum digunakan sebagai pelindung terhadap kontaminasi
setelah proses produksi. Untuk mengurangi kontaminasi selama proses produksi, perlu
mengikuti Good Manufacturing Practice (GMP). Bahan baku atau proses yang digunakan
tidak boleh meningkatkan resiko kontaminasi mikroba.
BASIC MOISTURE LOTION
Tabel di bawah ini memberikan uraian tentang beberapa macam basis lotion yang berfungsi
sebagai pelembab.
Basis lotion
Kegunaan
Keterangan
Air
Pelarut dari bahan aktif
Merupakan fase kontinyu

Paraffinum
liquidum

Memberikan efek dingin


Memberikan lapisan occlusiv dari
emolient
Menjaga dan membuat kulit
menjadi halus

Merupakan disperse phase


Harga murah
Resiko oksidasi rendah
Kemampuan untuk bercampur
dengan fase air rendah
Gliserin
Humektan
Secara polar dapat mengikat air
Caprylic/capric Merupakan minyak mineral
Dengan rantai yang relatif
triglycerid
Memiliki estetika yang lebih baik pendek, caprylic/capric triglycerid
apabila strukturnya ester
dapat digunakan untuk mengatur
karakteristik
lotion
dalam
formulasinya.
Dimethicone
Membuat kulit menjadi licin Adanya perbedaan tingkatan
Sebagai barrier dengan adanya minyak silikon dalam hal panjang
fase minyak.
ikatan dan viskositas, akan
memberikan
manfaat
yang
berbeda sebagai barier dan
memberikan sensasi yang bebedabeda di kulit.
Gliseril stearat Emulgator nonionik
Lipofilik > lipofobik dengan HLB
4
PEG100 stearat Emulgator nonionik
Lipofilik < lipofobik dengan HLB
18
Setil alkohol
Co-emulgator /lilin
Menstabilkan permukaan droplet
fase pendispersi
Berperan
dalam
menetukan
viskositas
Karbomer
Cairan pengental
Menaikkan stabilitas,
Menambahkan volume lotion
Natrium
Penetral asam dari karbomer
hidroksida
Tetranatrium
Sebagai
sequestrant,
untuk Menjaga stabilitas mikrobial
EDTA
mencegah ion logam berikatan dengan menghilangkan ion logam
dengan gugus kationik dari cairan
pengental
Parfum
dan
persevative
Agar dapat menggunakan basis-basis di atas, fase minyak harus ada dalam bentuk cairan
ketika berada pada suhu kamar. Fase minyak yang tetap berbentuk cair dalam suhu ruangan
adalah ester rantai pendek. Selain itu, minyak mineral juga dapat dipakai dengan manfaat dan
stabilitas yang lebih baik daripada ester. Resiko minyak mineral untuk menjadi tengik lebih
rendah bila dibandingkan dengan ester. Selain itu, minyak mineral juga memiliki harga yang
lebih murah. Akan tetapi, estetika yang dihasilkan oleh minyak mineral tidak terlalu bagus,
sedangkan ester dapat menaikkanskin-feel tanpa mengurangi lubrisitas. Setil alkohol dapat
membentuk stabilitas emulsi dan menjaga viskositas. Penambahan viskositas dari fase air
tidak hanya menambah stabilitas, tetapi juga menambah volume lotion. Gliserin yang
ditambahkan sebagai pelembab memiliki efektifitas yang lebih baik dibandingkan dengan
jenis pelembab lain. Level dari pemakaian gliserin tergantung pada target pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai