KETERAMPILAN NEGOSIASI
Oleh
Aditya Bimantara
11711135
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2012-2013
KETERAMPILAN NEGOSIASI
Konsep Negosiasi
Negosiasi adalah proses untuk mempertimbangkan, berdiskusi, atau tindakan untuk
menyelesaikan ketentuan ketentuan serta syarat bagi suatu tawar-menawar, jual beli atau
transaksi bisnis lainnya sampai suatu penawaran diterima[1]. Negosiasi dengan perundingan
merupakan padanan kata. Namun negosiasi memiliki pengertian yang lebih luas, suatu
perundingan dianggap terjadi jika dua orang atau lebih yang memiliki kepentingan yang berbedabeda duduk atau berdiri dan berbicara satu sama lain untuk mencapai suatu kesepakatan tertentu,
yang tidak harus berbentuk tertulis. Sedangkan bernegosiasi untuk mecapai suatu kesepakatan
tertentu dalam bentuk tertulis yang lazimnya disebut kontrak. Kontrak adalah suatu persetujuan
di antara dua atau lebih orang yang mencapai kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang khusus. Suatu kontrak memiliki unsur-unsur yaitu pihak-pihak yang kompeten,
pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, persetuan timbal balik, dan kewajiban timbal balik.
Ciri kontrak yang utama adalah tulisan yang memuat persetujuan dari para pihak, lengkap
dengan ketentuan dan syarat-syarat, serta berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya
(seperangkat) kewajiban. Tujuan bernegosiasi yang dilakukan kedua belah pihak adalah untuk
mencapai kesepakan yang adil dan masuk akan sehingga memuaskan masing-masing pihak.
Contohnya, dalam hubungan pembeli dan penjual, pihak penjual berharap untuk memperoleh
laba yang masuk akan disamping menerima pengembalian semua biaya yang dikeluarkan pada
saat memproduksi barang atau hasa, sedankan pihak pembeli berusaha untuk medapatkan harga
yang paling rendah untuk barang atau jasa yang mempunyai kualitas paling baik [2].
Yang paling penting bahwa negosiasi harus dipandang sebagai kegiatan yang potensial
dan bermanfaat untuk kedua belah pihak. Negosiasi bukan hanya pelancar bagi kegiatan
perdagangan, melainkan juga bagi interaksi sosial yang lain [3].
_____________________
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 181
2
Ibid., h. 182-183
Negosiasi harus berlangsung terus sampai terjadi kesepakatan diantara pihak-pihak yang
terlibat. Dan seorang negosiator harus mengetahui secara persis kapan harus berhenti
bernegosiasi. Selalu ada titik akhir dari setiap negosiasi. Kalau terlalu dipaksaka, pihak
yangdiajak bernegosiasi akan melakukan reaksi yang tidak masuk akan dan dapat meninggalkan
meja negosiasi. Pada dasarnya, hubungan antara kedua belah pihak akan berlangsung terus
setelah mereka mencapai kesepakatan. Kalau kedua belah pihak terikat oleh kontrak, hubungan
mereka akan terus berlanjut sampai kontrak tersebut selesai atau berakhir. Karena kontrak
tersebut akan mengikat pihak-pihak yang telah menyetujui kontrak tersebut dengan
menandatangi ( hitam diatas putih ). Biasanya yang telah memiliki kontrak satu sama lain dan
ketika kontrak tersebut telah habis, biasanya mereka akan terlibat bersama kembali dalam
peluang-peluang bisnis lainnya di masa yang akan datang [2].
Jeremi G. Thorn, Terampil Bernegosiasi, (Jakarta, Pustaka Binama Pressinda; 1995) h. 7-27
Untuk dapat mencapai kesepakatan dengan lebih cepat melalui negosiasi, seorang
negosiator bisa menggunakan tiga teknik utama berikut :
1. Menyusun strategi sebelum melakukan negosiasi atau selama tahap awal sesi
negosiasi.
2. Menggunakan taktik atau metode-metode yang bisa diambil dari buku setiap saat
pada waktu negosiasi berlangsung untuk mencapai kesepakatan.
3. Menciptakan taktik-taktik non-standar [4]
Negosiasi Efektif
Negosiasi yang efektif artinya para pihak yang sedanga bernegosisasi merasa sebagai
pemenang dan berada pada posisi yang sama-sama menguntungkan. Untuk meningkatkan
kemampuan bernegosiasi bisa dilakukan dengan mengadakan negosiasi secara langsung,
mengikuti workshop, membantu dalam pengembangan rencana dalam negosiasi, mempraktekkan
teknik-teknik negosiasi, dan mengevaluasi hasilnya.
Cara untuk menjadi negosiator yang handal :
1. Mengevaluasi keefektifan negosiasi selama dan sesudah menyelesaikan sesi
negosiasi, dan
2. Membuat garis besar tindakan-tindakan untuk meningkatkan kualitas kesepakatan
untuk masa mendatang.
Kemampuan untuk bernegosiasi dapat semakin baik ketika kita memiliki komunikator
yang handal, mampu mengobservasi dan membaca pikiran orang lain dan mempunyai
kemampuan untuk berfikir sendiri dengan cepat. Semua kombinasi kepribadian yang berasal dari
sifat, keterampilan, motivasi, rasa percaya diri, dan kekuatan untuk membentuk jaringan kerja
yang menyenangkan dapat mempengaruhi keperibadian negosiator [5].
1. Motivasi dapat mempengaruhi hasil negosiasi. Dengan memiliki motivasi
yang
tinggi maka akan mempunyai keinginan yang kuat untuk menunjukkan mengapa
permintaan harus diterima oleh orang lain.
___________________
5
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 185
2. Rasa percaya diri, seiring dengan banyaknya pengalaman maka rasa percaya diri
tersebut akan muncul
3. Kekuatan, sangat penting dalam negosiasi, karena ketika lawan berusaha untuk
mengendalikan jalannya negosiasi maka ia akan mampu memberikan respon yang
seimbang dengan lawan tersebut. Namun seseorang harus dapat fleksibel dan bersedia
sedikit mengalah, karena kalau tidak kesepakatan bisa-bisa tidak akan tercapai [5]
Disamping terampil, mempunyai motovasi yang tinggi, mempunyai rasa percaya diri dan
mempunyai kekuatan, seorang negosiator harus mampu untuk :
1. Merencanakan (planning)
Dalam bernegosiasi sebaiknya negosiator memiliki rencana yang baik sebelum
masuk ke dalam meja negosiasi. Sehingga negosiator dapat memisahkan masalahmasalah yang dapat menimbulkan pertentangan dan dapat menghasilkan kesepakatan
yang menguntungkan. Keterampilan. Kemampuan untuk merencanakan bisa diperoleh
melalui pendidikan bisnis dan pengalaman.
6. Mempunyai empati
Empati artinya merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tapi tidak ikut
terlarut dalam perasan orang lain tersebut. Dengan adanya empati maka kita dapat
menciptakan hubungan yang memuaskan dengan pihak lawan.
7. Komunikasi
Seorang negosiator harus bisa berkomunikasi dengan baik secara lisan atau
tertulis. Untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi diperlukan
pendidikan dan pengalaman [6].
I. Langkah Negosiasi
1. Persiapan negosiasi
Sebelum melakukan negosiasi, seorang negosiator harus mempelajari sebanyak
mungkin tentang pihak yang akan diajak negosiasi. Kemudian tentukan target
kesepakatan. Jangan mecoba bernegosiasi tanpa target dan tujuan yang jelas. Negosiator
harus percaya diri bahwa ia akan mencapai kesepakatan yang telah ditentukan dan telah
memperhitungkan segala seusatu yang akan terjadi dalam negosiasi tersebut[6].
___________________
6
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 186-187
Perencanaan yang masuk akal dan persiapan yang hati-hati sangat penting untuk
negosiasi yang berhasil. Karena tidak selamanya negosiasi yang kita harapkan akan
mudah atau seseuai dengan harapan kita. Jika kita gagal merencanakan berarti
merencanakan untuk gagal, itu adalah ungkapan klise jika kita tidak merencanakan
dengan hati-hati sebelum bernegosiasi [7].
____________________
7
Perlu dicatat bahwa dalam memilih anggota tim jangan masukkan orang-orang yang tidak
diperlukan. Pilihlah anggota-anggota yang memiliki kemampuan yang baik dan paling
konstruktif
2. Memulai Negosiasi
Dalam melakukan negosiasi seorang negosiator harus mempertimbangakan hal-hal
seperti berikut [8] :
a. Memilih waktu yang tepat
Dalam melakukan negosiasi, seorang negosiator professional akan memperhitungkan
kapan waktu deadline pihak lawan. Karena bernegosiasi dengan pihak lawan pada saat
deadlinenya akan menguntungkan. Seperti pada hari minggu merupakan hari yang baik
untuk bernegosiasi.
____________________
8
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 186-189
dibuat. Untuk itu, perlu dipisahkan hal-hal yang bersifat pribadi dari masalah yang sedang
dihadapi.
h. Berkomunikasi secara efektif
Dalam melakukan negosiasi, seseorang hendaknya membicarakan posisi lawan
sesering mungkin. Semua orang akan merasa puas kalau mengetahui mereka didengarkan
dan posisi mereka kita pahami.
i. Meningkatkan keterampilan mendengar
Negosiator yang baik adalah pendengar yang aktif. Sesi negosiasi dapat ditingkatkan
efektivitasnya dengan cara mendengarkan secara aktif apa yang dikatakan pihak lawan.
Dengan menunjukkan kesabaran dan perhatian terhadap apa yang dikatakan, masing-masing
pihak akan saling membantu untuk mencapai kesepakatan dalam waktu singkat tanpa
menimbulkan konflik [9].
II. Strategi dan Taktik Dalam Negosiasi
Strategi meliputi berbagai macam rencana dan teknik yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu. Dengan adanya strategi, negosiasi dapat dilakukan dengan tenang dan mencapai hasil
yang memuaskan kedua belah pihak.
Terlepas dari itu, yang harus tetap diingat adalah bahwa negosiasi harus tetap etis.
Suasana saling menghormati diantara pihak-pihak yang melakukan negosiasi harus tetap terjaga
selama negosiasi berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebaiknya sesuai dengan
kategori:
a. Langsung. Pertanyaan langsung adalah pertanyaan yang sangat spesifik. Misalnya,
meminta kepada lawan untuk mengemukakan pemikiran mengenai hal khusus yang
sedang dibicarakan.
b. Faktual. Pertanyaan faktual menanyakan informasi mengenai data aktual.
c. Delegasi. Pertanyaan yang didelegasikan berarti memberikan pertanyaan kepada orang
lain di pihak tim negosiasi lawan. [10].
__________________
9
10
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 189-192
ibid., h. 192-193
c. Menggunakan diversi
Dalam hal ini, salah satu pihak bertindak seakan-akan mempunyai lebih banyak
informasi dari pada yang dimilikinya.
d. Memanfaatkan partisipasi
Salah satu pihak berusaha untuk mengurangi partisipasi menentang anggota tim
negosiasi.
e. Menyalahkan pihak ketiga
Untuk menghindari pengakuan atas kesalahan sendiri, pihak ketiga disalahkan
karena tidak memberikan informasi atau data yang cukup.
f. Menggunakan taktik tekanan
Pertimbangan untuk memberi peringatan kepada pihak lawan dengan cara
tertentu bahwa negosiasi bisa diakhiri lebih awal kalau pihak lawan tidak mau kompromi
untuk masalah tertentu[11].
3. Menghindari Kesalahan-Kesalahan Taktis
Dalam melakukan negosiasi hindari hal-hal sebagai berikut:
a. Mengajukan permintaan awal yang tidak masuk akal.
b. Membuat konsesi bebas. Konsesi yang tidak bersyarat biasanya akan berubah menjadi
konsesi bebas karena lawan tidak akan memberikan satu konsesi pun kalau tidak
dipaksa.
c. Melakukan negosiasi terlalu cepat. Membuat kesepakatan terlalu cepat bisa
mengakibatkan resiko yang lebih besar. Kesepakatan yang terlalu cepat seringkali
berarti kesepakatan menang-kalah (win-lose agreement) yang ekstrem.
d. Memulai tanpa daftar penawaran. Jangan melakukan penawaran sampai mendapatkan
tawaran dari pihak lawan.
e. Melakukan negosiasi saat terkejut. Dalam melakukan negosiasi, negosiator harus dalam
kondisi yang siap.
f. Menghargai tawaran yang tidak masuk akal. Jangan sampai pernah memberikan respon
terhadap tawaran yang tidak masuk akal dengan memberikan tawaran balik.
___________________
11
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 193-194
g. Takut diam atau berbicara terus menerus. Dengan lebih banyak diam, akan membuat
pihak lawan mengalami tekanan psikologis yang sangat besar. Jangan merasa malu
untuk diam dalam waktu yang cukup lama selama sesi negosiasi.
h. Marah. Jangan sampai kehilangan kesabaran dalam melakukan negosiasi. Orang yang
terlalu emosional tidak akan bisa berpikir dengan jernih kalau mendapatkan tekanan.
i. Tidak menuliskan hasil negisoasi. Kesepakatan yang berisi hal-hal penting atau utama
harus diselesaikan dengan dokumen tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
j. Melakukan negosiasi pada saat lelah. Negosiasi yang dialkukan pada saat lelah dapat
menyebabkan negosiator membuat kesalahan dan mudah dipengaruhi oleh pihak lawan.
k. Tahu kapan harus melakukan negosiasi. Ada batas akhir dalam setiap negosiasi.
Negosiasi yang terlalu dipaksakan dapat menyebabkan pihak lawan bereaksi secara
irasional dan meninggalkan ruangan negosiasi [12].
4. Gamesmanship
Gamesmanship digunakan para negosiator yang berpengalaman dalam kondisi yang
ekstrem atau tegang. Seringkali gamesmanship dilalukan secara spontan dan tanpa
persiapan. Gamesmanship merupakan taktik yang tidak bisa diramalkan atau diketahui.
a. Mengatasi kemacetan
Kemacetan adalah satu atau lebih unsur negosiasi, tidak berarti bahwa
keseluruhan negoisasi macet. Beberapa cara untuk mengatasi kemacetan meliputi :
1)
2)
Menganti isi program mendatang, jadwal, atau hal-hal lain menjadi paketpaket kerja yang lebih kecil.
3)
4)
___________________
12
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 194-195
berusaha
mencapai
tujuanya
dengan
kerugian
pihak
yang
14
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 195-197
Ibid., h. 197-198
dianggap
a.
b.
Wewenang terbatas
Para ahli negosiasi sendiri tidak atau hanya sedikit mempunyai wewenang untuk
memberi konsesi.
c.
Taktik emosi
Mereka bermuka merah, mengangkat suara dan berlaku kasar khawatir janganjangan orang lain mengambil keuntungan dari mereka. Kadang-kadang mereka keluar
meninggalkan rapat dengan langkah-langkah besar dalam keadaan marah.
d.
e.
peristiwa resminya
dengan
___________________
16
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 199
2) Lawan perasaan
Lawan perasaan adalah lawan yang menonjolkan perasaan, yang bukan saja
tidak sepakat dalam pokok pandangan yang dikemukakan, tetapi juga secara
subyektif tidak sepakat dengan orang yang mengemukakan pokok pandangan itu.
Bagi lawan seperti ini, semua nalar, fakta, gagasan dan bukti yang dikumpulkan tidak
akan pernah cukup [17].
3. Negosiasi untuk Kompromi
Kompromi tidak sama dengan kerjasama. Menurut definisi yang sebenarnya,
kompromi menghasilkan suatu persetujuan dimana masing-masing pihak mengorbankan
sesuatu yang benar-benar diingininya. Itu adalah suatu hasil dimana tak seorang pun
memenuhi kebutuhannya dengan lengkap.
Siasat kompromi bersandar pada pendirian yang salah bahwa kebutuhan kedua belah
pihak selalu berlawanan, karenanya, tidak mungkin pernah dicapai keputusan timbal-balik.
Apabila tekanan telah berkembang pada kedua belah pihak, untuk mengesampingkan
perbedaan demi berbagai kepentingan secara keseluruhan, dibuatlah kompromi di tengah
masing-masing pihak yang amat berjauhan. Penyelesaian ini diterima untuk menghindari
jalan buntu, akan tetapi tidak satu pun dari masing-masing pihak yang benar-benar puas [17].
Tipe-tipe kompromi bisa didefinisikan di mana:
a. Setiap pihak menentukan posisi terakhir sebelum bersedia melakukan kompromi.
b. Kompromi dianggap sebagai langkah terakhir dalam negosiasi.
c. Kedua belah pihak sama-sama merasa puas (misalnya mencapai kesepakatan dengan
harga terbaik yang bisa diterima kedua belah pihak).
d. Para negosiator yang berpengalaman berhasil mencapai kompromi; tetapi kalau salah satu
pihak lebih kuat dari yang lain, kompromi yang berhasil dicapai boleh jadi tidak
seimbang.
____________________
17
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta, UII Press; 2002) h. 200-201
DAFTAR PUSTAKA