DHF
DHF
1. Fungsi darah
a. Penghubung antara organ tubuh
b. Membawa O2 yang diabsorpsi oleh traktus gastrointestinal untuk
metabolisme sel
c. Mengukur produk sampah hasil metabolisme paru-paru, kulit dan
ginjal keluar tubuh
d. Membawa hormon dan antibodi ke sel target
2. Sumsum Tulang
Sumsum tulang menempati bagian tulang poris dan bagian tengah
rongga tulang punggung.
kuning.
a. Sumsum merah :
Merupakan tempat produksi sel darah darah merah aktif dan
merupakan organ hemotopoiet utama
b. Sumsum kuning :
Tersusun atas lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah.
Jumlah sumsum kuning pada pertambahan usia akan meningkat,
sumsum merah pada orang dewasa terbatas pada rusuk, kolumna
vertebrates dan tulang pipih lainnya
3. Eritrosit
Normal berbentuk cakram bikonkaf, konfigurasinya mirip bola lunak
yang dijepit oleh jari. Volume darah merah +90 mm3. Karena membran
eritosit sangat tipis. Oksigen (O2) dan CO2 dapat berdisfusi melaluinya.
95% sel darah merah dewasa mengandung hemoglobin. Normal darah
mengandung
15
gram
hemoglobin/1000 eritosit.
hemoglobin/100ml
darah
atau
30m
bersirkulasi adalah 120 hari, sel darah merah tua dibuang dari darah oleh
sistem RES dalam inti dan limpa yang menghasilkan bilirubin.
4. Leukosit
Leukosit terdiri dari granulosit dan sel mononukleus (agranulosit).
Dalam darah normal jumlah total leukosit 5000-10000 sel/mm3 darah.
a. Granulosit
Mempunyai granula dalam sitoplasma, berdasarkan komponennya
mengikat warna. Granulosit dibagi menjadi:
1) Eusinofil, memiliki granula berwarna merah terang
2) Basofil, memiliki granula berwarna biru
3) Neutrofil, memiliki granula berwarna ungu
b. Agranulosit/Leukosit Mononulear
Merupakan sel darah putih dengan inti satu lobus dan sitoplasmanya
tidak bergranula. Ada dua tipe:
1) Monosit
a). Dalam keadaan normal pada orang dewasa berjumlah sekitar
5% dari total leukosit
b). Merupakan leukosit terbesar yang diproduksi oleh sumsum
tulang dan dapat tumbuh menjadi histiosit jaringan, termasuk
sel kupser di hati, makrofag peritonieal, makrofag alveolar, dan
komponen lain dari RES dan dapat bertahan berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun
2) Limfosit
Dalam keadaan normal pada orang dewasa +30% dari total leukosit
diproduksi oleh nodus limpa dan jaringan limfoid usus, limpa dan
kelenjar timus dari sel prekusor sel stem sumsum
Jenis-jenis Limfosit:
a).
b).
mengontrol perdarahan
d). Granula trombosit melepaskan substansi yang dapat mengikat
trombosit lain untuk membentuk sumbatan dan menghentikan
perdarahan.
Fungsinya:
Jalur intrinsik
Jalur ekstrinsik
XII
XI
XIIa
HMWK
Prokalikrein
XIa
Ca++
++
Ca
IX
IXa
VIII Lipoprotein
Trombosit
Ca++
Protrombin
Xa
Ca++, V
Fibrinogen
Fibrin longgar
X
Trombin
Fibrin longgar
XIIIa
Fibrin kuat
Jalan
biasa
Kemudian
Fungsi
90%
Protein
8%
Long organik
0,9%
Substansi organik
1.1%
2.
3.
KONSEP DASAR
A. Definisi
Demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV, Jilid III).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif dengan/tanpa
ruam disertai beberapa/ semua gejala perdarahan seperti: petechia spontan
yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena,
trombositopenia, masa perdarahan dan masa protombin memanjang,
hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit. Sindrom renjatan
dengue ialah penyakit DHF yang disertai renjatan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
I).
Demam berdarah dengue ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I).
Demam berdarah dengue adalah demam yang disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthopad Borne Virus (Arbovirus), Genus
Flavivirus, famili flaviviridae dan memiliki empat jenis serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan.
Sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak
dapat memberkan perlindungan terhadap serotipe lain. (Depkes RI,2004).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang
disebabkan dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus serta memenuhi kriteria WHO untuk demam berdarah dengue. (PB
PAPDI, 2006)
B. Etiologi
Disebabkan oleh virus dengue, dengan serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3
dan DEN-4, terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe akan
menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut.
Virion
b. Saat fase demam mulai cenderung dan klien tampak seakan sembuh,
tetapi juga sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari
demam
c. Hari ke 3, 4 dan 5 adalah fase kritis yang harus dicermati dan pada hari
ke 6 dapat terjadi syok, kemungkinan terjadi perdarahan dankadar
trombosit sangat rendah
2. Tanda-tanda Perdarahan
Penyebab perdarahan pada DBD adalah: trombositopenia dan gangguan
fungsi trombosit serta koagulasi intravascular yang menyeluruh. Jenis
perdarahan terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tourniuquet
positif, petechia, purpura ekimasis, dan perdarahan konjunctiva. Petechia
merupakan tanda khas perdarahan yang sering ditemukan. Tanda ini dapat
ditemukan pada epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis dan
dapat perdarahan subkonjunctiva atau hematuria.
3. Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dan hanya sekedar dapat
diraba sampai 2 cm di bawa lengkungan iga kanan. Derajat pembesar hati
tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah
tepi hati, berhubungan dengan adanya perdarahan, pada sebagian kecil
kasus dapat dijumpai ikterus.
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun. Demam turun disertai dengan keringat, perubahan
denyut nadi dan tekanan darah, ujung ekstremitas teraba dingin, disertai
kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi
sebagai akibat dari perembesa plasma beberapa saat setelah suhu turun
antara hari ke 3-7 terdapat tanda kegagalan sirkulasi.
a.
kulit teraba kasar dan lembab terutama di ujung jari dan kaki
b.
c.
d.
e.
pada saat akan syok beberapa klien tampak sangat lemah, gelisah
dan sakit perut
Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, klien dapat
meninggal dalam waktu 12-24 jam atau cepat sembuh setelah penggantian
cairan. Apabila syok tidak dapat diatasi akan terjadi komplikasi asidosis
metabolik.
a. Perdarahan saluran cerna hebat
b. Kejang dan koma (pada klien dengan perdarahan intraserebral)
Gejala tambahan pada demam berdarah:
1. Perdarahan
2. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari
3. Peningkatan suhu secara tiba-tiba
4. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supra orbital dan tetra
orbital
5. Nyeri hebat pada otot dan tulang bila tendon dan otot perut ditekan
6. Mual dan muntah
7. Batuk ringan
8. Pada masa ditemukan pembengkakan, infeksi konjuctiva lakrimasi dan
fotofobia dan otot-otot sekitar mata terasa pegal
9. Eksontem muncul pada awal demam, terlihat pada muka dan dada yang
berlangsung pada beberapa jam kemudian muncul kembali pada hari 3-6
10. Bercak di tangan dan kaki lalu seluruh tubuh
11. Pada hari ke 4 dan ke 5, nadi cepat kemudian normal/lebih lambat
12. Brakardi menetap pada masa penyembuhan
13. Lidah kotor dan konstipasi
14. Hari ke 3 dan ke 5 muncul petechia, purpura, ekomosis, hematemesis,
melena, dan epistaksis
15. Hati membesar dan nyeri tekan (+)
16. Gejala syok
17. Sianosis perifer terutama pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki
D. Patofisiologi
Perubahan patofisiologi pada DHF antara lain:
1. Meningkatnya permeabilitas kapiler yang menyebabkan bocornya plasma
ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal
2. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia,
koagulopati
3. Renjatan
4. Menurunnya fungsi agregasi trombosit karena proses imunologis yang
dibuktikan dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah
5. Kelainan sistem koagulasi karena hati yang terganggu karena aktivitas
sistem koagulasi
Perdarahan Luas
Secondary heterolagous dengue infection
Peflikasi virus
Agregasi trombosit
Penghancuran
trombosit oleh RES
Aktivasi koagulasi
Aktivasi
Komplemen
plasma
Pengeluaran
platelet faktor
III
Aktivasi factor
Hageman
Anafilaktosin
Koagulapati
konsumtif
Sistem
kinin
Peningkatan
permeabilitas
kapiler
Penurunan
factor
pembekuan
Kinin
Trombositopenia
FDP meningkat
Perdarahan
masif
(Sumber : Suvatte, 1997, Depkes RI)
Syok
Replikasi Virus
Aktivasi Komplemen
Komplemen
Anafilatoksin (C3a, C5a)
Ht meningkat
30% pada kasus syok
Perembesan Plasma
Natrium menurun
Cairan dalam rongga serosa
Hipovolemia
Shock
Anoksia
Asidosis
Meninggal
(Sumber: Suvvate 1997)
E. Diagnosis
Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memehuni:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini:
a.
b.
Petechia, ekomosis/purpura
c.
d.
Hematenesis/melena
3.
Trombositopenia (<100.000/mm3)
4.
F. Derajat
1. Derajat I demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi
perdarahan hanya berupa uji tourniquet positif dan/atau mudah memar
2. Derajat II : derajat I disertai perdarahan ringan
3. Derajat III : terdapat kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah atau
hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
4. Derajat IV : renjatan tekanan darah dan nadi tidak teratur
DBD derajat III dan IV digolongkan dalam sindrom renjatan dengue
G. Komplikasi
1. Perdarahan Luas
Infeksi virus dengue menyebabkan terbentuknya antigen-antibodi
yang dapat mengaktivasi sistem kompelem. Juga menyebabkan agregasi,
trombosit dan mengaktivasi sistem kongulasi melalui kerusakan sel
beberapa hari
Penurunan kesadaran
Saat terjadi infeksi virus dengue kemudian mengalami replikasi
maka terbentuk kompleks virus antibodi yang menyebabkan efek salah
satunya permeabilitas kapiler yang meningkat sehingga terjadi penurunan
transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran
5.
Disseminated
Intrasvascular
Coagulation
(DIC)
Perdarahan yang terjadi pada klien DBD terjadi karena
trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan
hebat dapat terjadi terutama pembekuan intravaskular yang mengaktifkan
mekanisme fibrinolitik, akibatnya enzim proteolitik yaitu plasmin aktif.
Sebagai substrat untuk plasmin, fibrin dipecah menjadi beberapa
polipetida fibrin split product (FDP). Pada keadaan fibrinolisis patologis
terjadi pemecahan fibrinogen dan faktor beku lain, terutama faktor V, VII
dan fibrin. FDP merupakan antikogulasi yang menghambat reaksi trombin
fibrinogen. Gangguan pembekuan dapat terjadi karena antikoagulasi yang
beredar di darah yang menyebabkan DIC.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Jumlah Leukosit
Normal biasanya menurun dengan jumlah dominasi sel neutrofil.
Selanjutnya pada akhir fase demam, jumlah leukosit dan sel neutrofil
bersama-sama menurun sehingga jumlah limfosit secara relative
meningkat. Peningkatan jumlah sel limfosit tipikal atau limfosit plasma
biru 74% di daerah tepi dapat dijumpai pada hari sakit ke 3 sampai hari
ke7.
2.
Jumlah Trombosit
Pada umumnya
Kadar Hematokrit
Terjadinya peningkatan kadar hematokrit yang menggambarkan hemo
konsentrasi
4.
b.
Penurunan
faktor
koagulasi
dan
fibrinolitik
(fibrinogen, protombin, faktor VIII, faktor VI, and anti trombin III)
c.
Waktu
tromboplastin
dan
waktu
potrombo
memanjang
d.
e.
5.
Pemeriksaan Radiologis
Pada foto thoraks (DBD derajat III / IV dan sebagian besar derajat II)
didapatkan efusi pleura, terutama di sebelah hemithoraks kanan. Ascites
dan efusi pleura juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG
6.
Pemeriksaan Petechia
a.
b.
c.
7.
I. Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya pengobatan penderita DBD/DSS bersifat simtomatik dan
suportif, seperti:
1.
Tirah baring
b.
Obat antipiretik
c.
d.
e.
2.
atau
cairan
intravena
untuk
mencegah
dehidrasi
dan
hemokonsentrasi berat
c. Transfusi trombosit bila terjadi penurunan trombosit yang sifnificant
d. Pemantauan tanda-tanda vital setiap 2 jam dan trombosit dan
hematokrit tiap 6 jam
3.
Yang perlu dikaji adalah gaya hidup klien, latar belakang pendidikan,
sumber ekonomi, pola komunikasi dan lingkungan sekitar rumah
6. Pola kebiasaan sehari-hari
Yang perlu dikaji meliputi aktivitas adalah keluhan lemah, letih, adakah
keluhan. Nafsu makan menurun, mual dan penurunan berat badan.
7. Pemeriksaan fisik
Aktivitas: kelemahan, kelelahan, nyeri otot dan sendi, sirkulasi
trombositopenia, leukopenia, ekimosis, hemateinesis melena. Eliminasi:
BAB darah, BAK darah, konstipasi atau diare.
Makanan/cairan:
Pernapasan:
Intervensi
Mandiri
1. Observasi warna kulit, membran mukosa dan turgor kulit
Rasional: menentukan derajat kekurangan cairan
2.
3.
4.
Beri kompres dingin, maka akan bisa menyerap panas tubuh sehingga
penurunan suhu terjadi yang akhirnya meningkatkan rasa nyaman.
Rasional: dengan kompres dingin, maka akan bisa menyerap panas tubuh
sehingga penurunan suhu terjadi yang akhirnya meningkatkan rasa
nyaman
2. Kaji tanda-tanda vital
Rasional:
komplikasi
3. Berikan klien minum air putih yang cukup sesuai kebutuhan tubuh
Rasional: menyeimbangkan cairan tubular, kulit tidak kering akibat panas
4. Berikan massage pada bahu, punggung dan otot-otot yang terasa pegan
dan nyeri, kemudian kompres dengan air hangat
Rasional: mengurangi sensasi nyeri dan dapat merelaksasikan ketegangan
otot sehingga klien dapat beristirahat
5. Jaga klien agar tetap/bedrest danbantu dalam memenuhi kebutuhan seharihari
Rasional: mengurangi pergerakan yang dapat meningkatkan rasa nyeri
Kolaborasi
6. Berikan antipiretik sesuai indikasi seperti asetaminnofen
Rasional:
Mandiri
1. Monitor tanda-tanda vital
Rasional:
komplikasi
2. Berikan posisi nyaman
3. Berikan klien makan pada keadaan hangat dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: menurunkan stimulasi pada saat muntah dalam tubuh klien
4. Hidangan dengan menarik
Rasional: meningkatkan nafsu makan klien dan tidak merangsang mual
5. Auskultasi usus dapat membantu menentukan respon klien terhadap
pemberian makan
Rasional: bising usus dapat membantu menentukan respon klien terhadap
pemberian makanan
6. Lakukan oral hygine setiap sebelum makan
Rasional: kebersihan oral penting dalam meningkatkan nafsu makan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional: menentukan jenis makanan yang dapat diberkan kepada klien
DX 4: Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan
Tujuan dan kriteria hasil:
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Beri posisi yang datar
3. Observasi tanda-tanda perdarahan
4. Observasi intake dan output
5. Monitor hasil laboratorium seperti Hb, Ht dan trombosit ukur dan catat
perdarahan yang tampak dari muntahan, cairan lambung, urine dan feses
Rasional: penurunan jumlah trombosit dapat mengindikasikan adanya
perdaran
DX 5:
pencegahan
D. Evaluasi
1. Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi
2. Gangguan rasa nyaman terpenuhi
3. kebutuhan nutrisi terpenuhi
4. pengetahuan klien dan keluarga meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Rani A., dkk. 2006. Panduan Pelayanan Medik FAPDI. Jakarta:Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Brunner & Suddart 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 edisi 3. Jakarta :
Media Aesclapius