Anda di halaman 1dari 1

Strategi Rubel Mengambang Lindungi Rusia dari Inflasi

24 November 2014
dari Russia Beyond The Headlines (RBTH) Indonesia
Oleh Konstantin Korischenko,
Bank Rusia telah mengumumkan peralihan tahap akhir ke kebijakan kurs tukar
mengambang untuk rubel dan menghapus semua batasan, koridor, serta atribut lain terkait
pengendalian nilai tukar rubel. Apa dampak kebijakan tersebut bagi praktik nyata saat ini dan
bagaimana hal tersebut memengaruhi dinamika inflasi di Rusia?
Perlu diingat bahwa ekonomi Rusia secara signifikan bergantung terhadap harga
minyak mentah. Ketergantungan tersebut terlihat dari pertumbuhan harga minyak mentah
dalam rubel yang terus terjadi. Ketika harga minyak dunia naik pada 2003-2011, rubel
bahkan dapat menguat dengan sendirinya. Sedangkan saat harga minyak dunia stabil atau
turun setelah 2011, rubel mulai melemah, bahkan tahun ini hal tersebut terjadi dengan tempo
yang sangat cepat. Selain itu, ketika harga minyak mentah dalam dolar jatuh, harga minyak
dalam rubel justru tetap berada di tingkatan yang sama, berkat jatuhnya nilai tukar valuta
nasional itu sendiri.
Tren ini disebabkan oleh struktur perekonomian Rusia dan jumlah anggaran
pemerintah Rusia. Berdasarkan analisis IMF tahun ini, perbandingan cadangan devisa negara
dengan PDB Rusia mencapai angka lebih dari 70 persen. Dalam satu dekade terakhir, Rusia
memusatkan anggaran mereka di bidang sosial, sistem dana pensiun, dan pendanaan bidang
militer. Dengan kebijakan tersebut, perusahaan-perusahaan mengandung kepemilikan negara
menjadi pembayar pajak utama. Sementara, pendapatan mereka tergantung pada penetapan
tarif barang dan jasa dari pemerintah (seperti yang terjadi pada BUMN monopoli bidang
kereta api Rusia RZhD), situasi geopolitik Rusia, dan nilai tukar rubel (seperti perusahaan
raksasa migas Rusia Gazprom dan Rosneft). Untuk mempertahankan keuntungan bisnis dan
perhitungan pembayaran pajak ke pemerintah, perusahaan-perusahaan tersebut berharap ada
kebijakan kenaikan harga tarif dan harga rubel pada komoditi barang tambang ekspor.
Dari sudut pandang pemerintah, peralihan ke nilai tukar rubel mengambang didasari
oleh transisi ke politik pentargetan nilai inflasi. Akan seperti apa kebijakan pentargetan nilai
inflasi dalam model ekonomi seperti itu? Pertama, pasar valuta akan berada dalam posisi
yang sangat rapuh, karena sumber utama pembelian valuta rubel dari luar (para eksportir dan
investor asing) tidak tertarik untuk memiliki aktiva lokal Rusia dalam kondisi seperti
sekarang ini. Mereka lebih mudah mengambil pinjaman jangka pendek dengan bunga
tahunan sepuluh hingga 15 persen dari bank dan membayar pajak, lalu mendapat keuntungan
besar dari perbedaan nilai tukar. Kedua, untuk menopang keseimbangan yang rapuh pada
pasar mata uang, Bank Rusia harus menerapkan kebijakan yang sangat keras terhadap
pemberian kredit, yang tanpa diragukan lagi memberi tekanan pada pertumbuhan ekonomi
Rusia. Namun hal tersebut menuntun Rusia pada penurunan tingkat inflasi tahun ini.
Setidaknya, penekanan moneter tahun ini dapat membantu penurunan tingkat inflasi.
Ketiga, ketegangan geopolitik yang masih berlanjut akan menstimulasi arus keluar
modal, terutama akibat tuntutan untuk membayar utang luar negeri. Jumlah utang luar negeri
Rusia mencapai lebih dari 600 miliar dolar AS. Kebutuhan pendanaan ulang akan sangat
memengaruhi keputusan investasi perusahaan dan perbankan Rusia. Arus keluar modal juga
akan diperburuk oleh syarat pinjaman uang dalam perekonomian Rusia. Untuk meredam arus
keluar modal, perlu ada perluasan kredit dalam negeri Rusia, namun hal tersebut bertentangan
dengan usaha perlindungan stabilitas pasar valuta.
Secara keseluruhan, kebijakan penargetan tingkat inflasi ini didasari oleh penggunaan
suku bunga sebagai instrumen dasar penurunan nilai inflasi. Akan tetapi, harga yang harus
dibayar akibat penggunaan metode tersebut untuk mencapai penurunan tingkat inflasi bisa
jadi sangatlah tinggi, yakni penurunan tempo pertumbuhan ekonomi Rusia, konversi
penyimpanan uang dalam dolar (simpanan dalam rubel telah kehilangan 20-30 persen dari
nilai awalnya), serta penurunan taraf hidup warga Rusia. Kemungkinan setelah melalui tahap
pertama adaptasi terhadap kebijakan ekonomi baru yang cukup keras ini, kita akan melihat
pertumbuhan ekonomi Rusia dalam tingkat inflasi yang rendah. Namun tanpa adanya
perluasan kredit dan tingkat suku bunga yang rendah, kecil kemungkinan hal tersebut akan
terwujud.

Anda mungkin juga menyukai