Anda di halaman 1dari 6

Setiap mahluk hidup melakukan respirasi yang membutuhkan oksigen.

Oksigen adalah
salah satu kebutuhan yang paling vital dalam respirasi. Seekor hewan masih dapat bertahan
hidup beberapa hari tanpa air dan beberapa minggu tanpa makanan tetapi tanpa oksigen hanya
beberapa menit saja. Fungsi respirasi adalah mahluk hidup menyediakan oksigen untuk darah
dan mengambil karbondioksida dari dalam darah (Tim Dosen, 2014).
Respirasi pertukaran gas adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel
yang aktif dengan lingkungan luarnya atau antara cairan tubuh hewan dengan lingkungan
tempat hidupnya. Definisi respirasi juga meliputi proses biokimia yang berlangsung di dalam
sel berupa perombakan molekul-molekul makanan dan transfer energi yang dihasilkan
(respirasi seluler). Proses respirasi erat kaitannya dengan laju metabolisme (metabolit rate)
yang didefinisikan sebagai unit energi yang dilepaskan per unit waktu. Laju respirasi pada
hewan tergantung pada aktivitas metabolisme total dari organisme tersebut. Fungsi utama
respirasi adalah dalam rangka memproduksi energi melalui metabolisme aerobik dan hal
tersebut terkait dengan konsumsi oksigen (Santoso, 2009).
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat
diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan
reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada
proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk
proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon
dioksida (CO2) dikelurkan melalui proses pernafasan. Karena hewan hewan tingkat rendah
dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk
dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi.
Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak. Untuk bernafas, hewan hewan
tertentu memiliki alat pernafasan. Alat alat pernafasan tersebut berperan dalam proses
pemasukan oksigen dari lingkungan luar ke dalam tubuh serta pengeluaran CO 2 dari tubuh
kelingkungan luar. Alat alat pernafasan pada hewan berbeda beda sesuai dengan
perkembangan struktur tubuh dan tempat hidupnya. Hewan darat menggunakan paru paru
untuk bernafas dan pada kelompok burung, paru paru dilengkapi dengan kantong udara.
Pada katak dewasa selain menggunakan paru paru juga menggunakan kulit untuk membantu
pernafasan. Hewan yang hidup diperairan (hewan akuatik), misalnya ikan dan udang
mempunyai insang. Serangga umumnya mempunyai alat perrnafasan berupa trakea dan
hewan invertebrata yang lain memiliki organ yang berbeda pula. Alat pernafasan hewan pada
dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan udara. Apabila alat pemasukan ke
dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada

protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui permukaan tubuh,
kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen pigmen
darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin
terkandung di dalam sel darah merah (Syamsuri, 2003).
Oksigen merupakan salah satu unsur makronutrient yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup dan proses fisiologis maupun metabolisme di dalam tubuh organisme
hidup. Secara umum, konsentrasi oksigen terlarut dalam air terus-menerus berubah setiap hari
akibat adanya konsumsi atau produksi oksigen oleh organisme akuatik, difusi dan pengaruh
musim. Penurunan konsentrasi oksigen terlarut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
adanya respirasi organisme akuatik dan dekomposisi bahan organik. Adanya penurunan
konsentrasi oksigen terlarut sampai batas titik kritis akan menyebabkan terjadinya hypoxia.
(Mubarak, dkk, 2010).
Cacing belum memiliki alat respirasi khusus. Oksigen berdifusi ke dalam kapiler
darah yang terdapat pada kulit melalui permukaan kulit yang lembab. Oksigen akan diikat
oleh hemoglobin yang terkandung dalam darah cacing untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Gas
hasil respirasi yaitu karbondioksida dikeluarkan dari tubuh juga melalui permukaan kulitnya.
Karena respirasi cacing dilakukan melalui permukaan tubuhnya (integument), maka respirasi
cacing disebut respirasi integumenter (Jasin, 1992).
Perpindahan gas melalui permukaan membran pernafasan masuk dan keluar sel
tubuh secara difusi jika tersedia dalam air,gas itu akan larut dalam membran yang
permukaannya basah dan melewatiya menurut gradient konsentrasi. Karena itu oksigen
dipergunakan oleh sel-sel maka kadarnya dalam sel dan tubuh akan selalu rendah daripada
dalam lingkungan, baik didalam air maupun diudara tempat hewan itu hidup. Sebaliknya selsel memproduksi CO2 karena itu dalam sel dan gas itu terdapat dalm jumlah yang lebih besar
daripada lingkunganya. Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle),
juga tabung- tabung trakea dan trakeola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan
jumlah tekanan gas N2, O2, CO2, dan gas lainnya. O2 sendiri masuk kedalam jaringan dengan
satuu proses tunggal adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O 2 dengan demikian
harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan (Campbell, 2008).
Untuk membandingkan keseimbangan metabolisme dibawah dua pengaruh
fisiologis,konsumsi oksigen dan pengeluaran CO2 selama temperatur sejuk,dingin dan sangat
dingin.Kenyataannya

yang paling dikenal adalah pertukaran gas di lingkungan ektoderm

yang tergantung pada kondisi lingkungan. Oksigen yang masuk dalam tubuh hanya sedikit,

yang dapat disimpan dalam tubuh yaitu berupa oksimioglobin (dalam otot) dan sebagai
oksihaemoglobin (dalam darah). Frekuensi pernafasan berkisar antara 13-18/menit (Tim
Dosen, 2014:10).
Tetapi frekuensi ini pada setiap orang berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut.:
1. Usia
Anak-anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa. Hal ini
disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak memerlukan
energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih banyak dibandingkan
orang tua.
2. Jenis kelamin.
Laki-laki lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada perempuan. semakin banyak
energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2 yang diambil dari udara. Hal
ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak daripada perempuan
3. Suhu tubuh.
Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat.Di
lingkungan

yang

panas

tubuh

mengalami

peningkatan

metabolisme

untuk

mempertahankan suhu agar tetap stabil. Untuk itu tubuh harus lebih banyak
mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini membutuhkan energi
yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen sehingga akan
dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan frekwensi
4. Posisi tubuh
Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi diam.
frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk. Frekuensi
pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap
5. Kegiatan Tubuh
Untuk membuktikan pengaruh faktor ini, Berarti semakin berat kerjanya maka semakin
banyak kebutuhan energinya, sehingga frekuensi pernapasannya semakin cepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi :
a. Berat tubuh
Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan
dan semakin cepat proses respirasinya.
b. Suhu tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh, maka kebutuhan energi semakin banyak pula sehingga
kebutuhan O2 juga semakin banyak.
c. Kegiatan tubuh
Makhluk hidup yang melakukan aktivitas tubuh memerlukan energi. Berarti semakin
berat aktivitasnya,maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya
semakin cepat(Sutarno, 2001: 108).
Laju respirasi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

Ketersediaan substrat.
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan
respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan
respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia
cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan
oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda
bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang
sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju
respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh
lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.

Suhu.
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10,
dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu
sebesar 10 C, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur
o

tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan


demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan (Darmadi, 2005).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh
per satuan waktu. Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya
oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk
menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya
cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen (Tobin, 2005) Semakin suatu
spesies banyak melakukan aktivitas maka oksigen yang diperlukan semakin tinggi, dengan
meningkatnya laju respirasi, energi yang dihasilkan meningkat. Beberapa faktor yang
mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan
dan aktivitas. Kecepatan penggunaan oksigen dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan berat
badan dan lingkungan (Wijayanti, et all, 2011). Faktor lingkungan juga mempengaruhi
kehidupan hewan yang berkenaan dengan kecepatan penggunaan oksigen yaitu oksigen yang
terlarut, pH, berat badan dan banyaknya aktivitas yang dilakukan (Zaman, et all, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan-Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Darmadi, Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: UT.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Mubarak, A. Shofy, dkk. 2010. Korelasi Antara Konsentrasi Oksigen Terlarut Pada Kepadatan
Yang Berbeda Dengan Skoring Warna Daphnia Spp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. Vol. 2 (1).
Santoso, 2009. Bahan Ajar Fisiologi Hewan. Padang: Universtas Andalas.
Sutarno, Nono. 2001. Biologi Umum Lanjutan 1. Makassar: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Syamsuri. 2003. Biologi 2. Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Fisiologi Hewan. 2014. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Jember :
Universitas Jember.
Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Canada: Thomson Brooks Cole.
Wijayanti, et all. 2011. Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst
Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta. Vol 7 No 1. ISSN 0854-4425.
Zaman, Badrus. 2008. Pemetaan Spasial Sebagai Dasar Analisis Kondisi Hewan Makrobentos
Akibat Buangan Air Limbah PLTU-PLTGU. Program Studi Teknik Lingkungan
FT Undip. Vol. 4 No.1 ISSN 1907-187X.

Anda mungkin juga menyukai