Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR

1. PENGERTIAN
Secara umum pengertian tambang bawah tanah adalah suatu sistim penambangan mineral
atau batubara dimana seluruh aktivitas penambangan tidak berhubungan langsung dengan
udara terbuka.

2. SYARAT-SYARAT PENERAPAN TAMBANG BAWAH TANAH


Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode penambangan
yang paling cocok dengan keunikan karakter (sifat alamiah, geologi, lingkungan, dll)
endapan mineral dan batuan yang akan ditambang, dengan memperhatikan batasan
tentang keamanan, teknologi dan ekonomi. Batasan keekonomian berarti bahwa dengan
biaya produksi yang rendah tetapi diperoleh keuntungan pengembalian yang maksimum
(return the maximum profit ataupun rate of return ROR) serta lingkungan.
Untuk menentukan tambang bawah tanah harus memperhatikan:
Karakteristik penyebaran deposit atau geometri deposit (massive, vein,
disseminated, tabular, platy, sill, dll)
Karakteristik geologi dan hidrologi (patahan, sesar, air tanah, permeabilitas)
Karakteristik geoteknik (kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, Rock Mass Rating,
Q-System, dll)
Faktor-faktor teknologi (hadirnya teknologi baru, penguasaan teknologi, Sumber
Daya Manusia, dll)
Faktor lingkungan (limbah pencucian, tailing, amblesan, sedimentasi, dll).
Catatan:
Rate of Return (ROR) secara umum diartikan sebagai tingkat pengembalian modal yang
dinyatakan dalam prosen. Investasi dinyatakan menguntungkan apabila mempunyai
ROR diatas tingkat bunga bank saat itu.
Cut-off grade:
1. Kadar rata-rata minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat
ditambang secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi saat itu
maupun lingkungan.
2. Kadar minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat ditambang
secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi saat itu maupun
lingkungan.

3. TAMBANG BAWAH TANAH DAN PROSPEK MASA DEPAN


Kecenderungan umum di masa yang akan datang, sistim tambang bawah tanah akan
menjadi pilihan utama eksploitasi mineral dan enerji (Hartman, 1987). Hal ini karena
beberapa hal:
a. Semakin berkurangnya deposit (cebakan) berkadar tinggi pada atau dekat
permukaan untuk ditambang. Dengan kata lain bertambahnya kedalaman deposit
akan menyulitkan bila ditambang dengan sistim tambang terbuka karena setiap
tambang terbuka dibatasi oleh besaran Stripping Ratio.
b. Berkurangnya mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka apabila
penambangan semakin dalam

c. Pengetatan dan pembatasan mengenai masalah-masalah lingkungan, dimana


tambang terbuka akan memberikan dampak lingkungan yang lebih besar
dibandingkan tambang bawah tanah.
d. Pengembangkan teknologi baru dalam peralatan Tambang Bawah Tanah,
khususnya dalam hal teknik penggalian dan peralatan penambangan yang kontinyu,
serta sistim konstruksi penyangga dan perkuatan yang semakin baik.
Catatan:
Stripping Ratio (SR) adalah perbandingan antara volume over burden (tanah penutup)
dalam Bank Cubic Meter (BCM) yang harus digali untuk dapat menambang satu ton
bijih. Pada tambang terbuka, penggalian yang semakin dalam akan menghasilkan nilai
SR yang semakin besar.

4. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TAMBANG BAWAH TANAH


Keunggulan tambang bawah tanah
a. Tidak terpengaruh cuaca karena bekerja dibawah permukaan tanah
b. Kedalaman penggalian hampir tak terbatas karena tidak berkait dengan SR
c. Secara umum beberapa metode tambang bawah tanah lebih ramah lingkungan
(misal: cut and fill, shrinkage stoping, stope and pillar)
d. Dapat menambang deposit dengan model yang tidak beraturan
e. Bekas penggalian dapat ditimbun dengan tailing dan waste.
Kelemahan tambang bawah tanah
a. Perlu penerangan
b. Semakin dalam penggalian maka resiko ambrukan semakin besar
c. Produksi relatif lebih kecil dibandingkan tambang terbuka
d. Problem ventilasi, bahan peledak harus yang permissible explossive, debu, gas-gas
beracun.
e. Masalah safety dan kecelakaan kerja menjadi kendala
f. Mining recovery umumnya lebih kecil
g. Losses dan dilusi umumnya lebih susah dikontrol

Catatan:
Waste adalah sisa-sisa penggalian pada tambang bawah tanah yang tidak bermanfaat
yang diperoleh pada saat underground development (persiapan penambangan bawah
tanah).
Barren rock adalah batuan yang tidak mengandung logam atau bagian dari bijih yang
mempunyai kadar bijih sangat kecil.
Mining recovery adalah perbandingan antara bijih yang dapat ditambang dengan bijih
yang ada didalam perhitungan eksplorasi, yang dinyatakan dalam persen
Losses adalah kehilangan bijih pada penambangan bawah tanah karena keterbatasan
atau kendala inheren pada metode yang diterapkan
Dilusi adalah bercampurnya barren rock dengan bijih hasil penambangan sehingga akan
menghasilkan kadar broken ore yang lebih kecil.

Permissible explossive adalah bahan peledak yang menghasilkan gas-gas tidak


beracun, dan dikhususkan pemakaiannya pada tambang bawah tanah.
Smoke adalah gas-gas yang tidak beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan peledak
yang meledak, terdiri dari gas-gas H2O, CO2, dan N2 bebas
Fumes adalah gas-gas yang beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan peledak yang
meledak, terdiri dari gas-gas CO dan NOX.

5. RUANG LINGKUP TAMBANG BAWAH TANAH


Jenis-jenis pekerjaan pada tambang bawah tanah antara lain:
1. Penyiapan sarana dan prasarana di permukaan
2. Penyiapan sarana dan pekerjaan bawah tanah, meliputi
a. pembuatan jalan masuk utama (main acces pada primary development)
b. pembuatan lubang-lubang sekunder dan tersier (secondary development dan
tertiary development)
3. Kegiatan eksploitasi: breaking (loosening) dengan pemboran dan peledakan,
pemuatan(loading), pengangkutan (hauling, tranporting)
4. Penanganan dan operasi pendukung: penyanggaan, penerangan, ventilasi,
penirisan, keselamatan kerja, dll).
Catatan:
Satu round adalah urut-urutan atau siklus eksploitasi tambang bawah tanah yang terdiri
dari kegiatan pemboran dan pengisian bahan peledak, peledakan, smoke clearing, roof
controlling, scalling, supporting, loading, hauling.

6. TAMBANG BAWAH TANAH DI INDONESIA


1. PT. Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua, bijih tembaga dan emas, metode
block caving
2. PT. Tambang Batubara Bukit Asam di Ombilin, Sumatera Barat, metode Longwall
Mining, dan room and pillar (tetapi sekarang sudah ditinggalkan)
3. PT. Aneka Tambang di Gunung Pongkor Bogor, bijih emas epithermal, metode cut
and fill dan shrinkage stoping
4. PT. Aneka Tambang di Cikidang, bijih emas epithermal, metode underhand stull
stoping
5. PT. Kitadin, batubara, metode longwall.
6. Tambang emas rakyat di Tasikmalaya, metode coyoting (lubang tikus)
Catatan:
Metode room and pillar pada batubara dahulu kala menjadi metode utama, tetapi saat ini
sudah ditinggalkan, karena:
1. berkembangnya teknologi penyanggaan
2. nilai batubara yang semakin meningkat
3. semakin berkurangnya endapan batubara
4. meningkatnya kebutuhan batubara.

BAB I
PENDAHULUAN
Mengapa aplikasi tambang bawah tanah saat ini mulai menggeser aplikasi tambang
terbuka?
1. Kebutuhan logam meningkat (demand, kebutuhan), sedangkan jumlah cadangan dan
kadar logam yang dijumpai sudah mulai menurun (supply, pasokan).
Bila kebutuhan meningkat sedangkan pasokan menurun, maka menurut hukum
ekonomi maka harga akan meningkat, sehingga dimungkinkan untuk menambang
bijih dengan kadar yang lebih kecil.
Kadar bijih yang lebih kecil tersebut, saat ini tidak terdapat di permukaan (yang dapat
ditambang dengan tambang terbuka) tetapi terdapat terbenam jauh di bawah tanah
(yang hanya dapat ditambang dengan tambang bawah tanah).
2. Terjadi perkembangan teknologi dan masalah lingkungan, sehingga terjadi pergeseran
aplikasi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.
Metode yang dahulu populer (misal stull stoping, square-set stoping, room and pillar,
cut-and-fill), sekarang mulai ditinggalkan
Kadar semakin kecil, sehingga diperlukan produksi besar-besaran (misal: block
caving, sublevel stoping)
Toleransi losses yang semakin tinggi untuk mengejar produktivitas (misal: block
caving, sublevel stoping, stope and pillar)

Cebakan bijih mempunyai karakteristik ore zone maupun country rock yang berbeda-beda,
bahkan didalam satu cebakan. Oleh sebab itu:
1. Suatu sistim tambang bawah tanah hanya cocok untuk cebakan tertentu saja, dan
menjadi tidak cocok untuk cebakan yang lain. Broken sulphide ore tidak cocok dengan
sistim shrinkage stoping (karena broken sulphide ore akan menggumpal bila ditumpuk
dalam waktu yang lama dalam stope sehingga akan menyulitkan dalam penarikan
broken ore tersebut), massive ore hanya cocok dengan sistim caving, cebakan tegaktipis hanya cocok dengan stull stoping.
2. Cebakan bijih tidak selalu dijumpai dalam karakter yang sama (baik geometri, mekanika
batuan, maupun kadarnya), sehingga sebuah cebakan bijih dapat ditambang dengan
dua atau lebih metode tambang bawah tanah (misal: cut and fill dan shrinkage, squareset stoping dan stull stoping)
3. Disukai sistim yang fleksibel, yaitu suatu metode tambang bawah tanah yang dengan
mudah dapat diubah menjadi tambang bawah tanah lain tanpa banyak melakukan
penyesuaian (misal: sublevel caving menjadi cut-and fill, cut-and fill menjadi shrinkage
stoping)

Strategi dalam pemilihan metode tambang bawah tanah ada tiga macam, yaitu
1. Overlying ground disangga pillar permanen dari bijih itu sendiri atau disebut dengan
natural support. Penambangan dilakukan diantara dua pillar, sehingga mining
recovery tidak sempurna sekitar 60%. Cara seperti ini disebut open stope methods.
2. Penambangan dilakukan tanpa atau dengan artificial support dan dilakukan filling
(waste rock, tailing). Dengan teknik pengisian ini, maka pillar dapat ditambang. Cara
seperti ini disebut supported stope methods.
3. Dibuat sebuah undercut dibawah cebakan bijih, sehingga cebakan bijih diatasnya
menjadi runtuh. Metode runtuhan ini tidak memerlukan penyanggan cebakan yang
terletak di atas stope. Cara seperti ini disebut caving methods.
Sebagaimana disebutkan didepan, bahwa cebakan bijih tidak mempunyai sifat yang
homogen malainkan heterogen, artinya pada suatu cebakan bijih selalu atau dimungkinkan
terjadi perubahan bentuk geometri, perubahan karakter mekanika batuan, dan perubahan
kadar. Oleh sebab itu, dimungkinkan sebuah cebakan bijih akan ditambang dengan dua
atau lebih metode yang berbeda. Berikut ini adalah metode penambangan di Tambang
Outokumpu Oy di Finlandia.

Mine
Open
Sublev
(produk utama)
Pit
Stoping
Vuonos
Cu
(X)
Vihanti
Zn,Cu
V
Pyhasalmi
Cu,Zn
V
V
Kemi
Cr
V
Kotalahti
Ni
(X)
V
Keretti
Cu
Hammaslahti
Cu
(X)
V
Hitura
Ni
V
Virtasalmi
Cu
(X)
V
Vammala
Ni,Cu
(X)
V
Keterangan:
V
= diterapkan saat ini
(X)
= diterapkan sebelumnya

Sublev
Caving
(X)

Shrinkage
Stoping

(X)
V

(X)

(X)

Room
Pillar
V

Cut and
Fill
V
V

(X)

DEFINISI BEBERAPA ISTILAH


Adit adalah jalan rnasuk yang horizontal atau hampir horizontal.
Back adalah atap atau bagian atas dari penggalian bawah tanah.
Chute adalah pengaturan loading yang memungkinkan gravitasi menggerakkan
material dari tempat yang tinggi ke bawahnya.
Cone adalah suatu corong yang ditempatkan di bagian atas dari Raise yang
digunakan untuk mengumpulkan broken ore di bagian atas.
Crosscut adalah bukaan di bawah tanah dengan arah horizontal atau hampir
horizontal, dengan arah memotong ore body.
Dip adalah suatu sudut yang dibentuk oleh kemiringan ore body dengan bidang horizontal.
Drawpoint adalah suatu tempat dimana bijih dapat dimuatkan dan dipindahkan.
Drift adalah bukaan di bawah tanah dengan arah horizontal atau hampir horizontal.
Finger Raise adalah system pengaturan dari beberapa raises yang disatukan pada
delivery point yang sama.
Footwall adalah dinding atau batuan di bawah endapan mineral relatif terhadap dip.
Grizzly adalah alat untuk memisahkan ukuran batuan yang tidak diinginkan masuk ke
dalam system transfer, berupa jejeran lembaran baja untuk menyaring batuan besar.
Hanging wall adalah dinding atau batuan di atas endapan mineral relatif terhadap dip.
Level adalah system penggalian bawah tanah yang horizontal yang dihubungkan dengan
shaft.
Manway adalah bukaan di bawah tanah yang digunakan untuk pengangkutan dan
komunikasi personel.
Ore adalah deposit mineral yang dapat dikerjakan dengan ekonomis pada kondisi ekonomi
tertentu.
Orepass adalah bukaan di dalam tanah dengan arah tegak atau miring yang digunakan
untuk mengangkut ore.
Prospect adalah suatu istilah yang digunakan untuk endapan mineral yang belum dapat
dibuktikan keberadaannya.
Raise adalah bukaan di dalam tanah yang mengarah ke atas dari suatu level ke
level di atasnya atau ke permukaan, dengan arah vertical maupun miring.
Ramp adalah bukaan miring untuk menghubungkan beberapa level atau area -area
produksi, biasanya dibuat miring untuk memungkinkan sebagai jalan lintasan
kendaraan dengan arah ke bawah.
Shaft adalah bukaan ke bawah tanah dengan arah miring atau vertical sebagai jalan
utama penambangan.
Slot adalah bagian bijih vertical atau miring yang digali untuk membuka stoping berikutnya,

Stope adalah penggalian di bawah tanah yang dibuat dengan memindahkan bijih
dari batuan di sekelilingnya.
Strike adalah arah utama horizontal dari endapan mineral.
Sublevel adalah system penggalian horizontal, yang biasanya digunakan hanya diantara
stoping area karena tuntutan produksi bijih.
Wall Rock adalah dinding-dinding yang diantaranya endapan bijih berada.
Waste adalah batuan yang mempunyai kadar rendah untuk ditambang secara ekonomis.
Winze adalah bukaan di dalam tanah yang mengarah ke bawah dari suatu level ke
level di bawahnya atau dari permukaan ke sautu level, dengan arah vertical maupun
miring.

TAMBANG TERBUKA YANG BERUBAH MENJADI TAMBANG BAWAH TANAH KARENA


NILAI STRIPPING RATIO YANG MEMBESAR

BAB II
PEMILIHAN DAN SISTEM TAMBANG BAWAH TANAH

II.1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN SISTEM TAMBANG


BAWAH TANAH
Pemilihan metode penambangan terhadap suatu cebakan tertentu dapat dibantu
dengan pemahaman terhadap kendala dan aplikasi setiap metode yang ada. Tidak ada
satupun rumusan eksak (pasti) yang dapat mencakup semua variasi yang terdapat secara
alamiah dalam suatu cebakan. Biasanya beberapa metode dapat cocok atau kurang cocok
apabila diterapkan pada kadar, ukuran, bentuk dan posisi badan bijih, dan kekuatan bijih
maupun batuan dinding. Dari keadaan itu, maka pemilihan metode dapat ditetapkan dengan
melihat kecocokannya dengan kondisi ekonomi-geologi dan kondisi lokal. Metode idealnya
adalah yang dapat memberi output terbesar dengan jam kerja minimaldan pemakaian
energi dan material terkecil, dan pada saat bersamaan memberikan keamanan mencukupi
terhadap pekerja, dan memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan maupun
development tambang dikemudian hari.
Dalam pemilihan suatu sistem tambang bawah tanah, memerlukan pertimbanganpertimbangan yang saling terintegrasi dari banyak faktor. Beberapa pertimbangan yang
perlu dilakukanantara lain :
1. Panjang, tebal dan lebar cebakan
Ketiga hal ini akan menentukan dimensi stope maksimum, yaitu yang dikenal sebagai
Minimum Stoping With.
2. Kemiringan cebakan
Kemiringan cebakan akan menentukan kemungkinan memanfaatkan grafitasi dalam
operasinya.
Menurut W.A. HUSTRULIT, 1982, kemiringan cebakan mempunyai kaitan langsung
dengan metode penambangan yang telah dipilih.

TABEL 2.1 : HUBUNGAN KEMIRINGAN CEBAKAN DENGAN METODE PENAMBANGAN


DIP

METODE PENAMBANGAN

KETERANGAN

Flat

Room-and-pillar

Badan bijih mendatar kuat

Flat

Longwall

Badan bijih lapisan tipis

Medium

Room-and-pillar

Badan bijih kuat

Medium

Inclined room-and-pillar

Kemiringan bijih tidak memungkinkan


mekanisasi

Medium

Step room-and-pillar

Badan bijih steping yang


memungkinkan mekanisasi

Medium

Longwall

Badan bijih lapisan tipis

Medium

Cut-and-fill

Badan bijih kuat, selektif dan


mekanisasi

Medium

Square-set

Bijih berkadar tinggi dengan batas


teratur

Steep

Sublevel

Badan bijih kuat dengan batas yang


teratur

Steep

Shrinkage

Bijih kuat, batas teratur,


pengambilan bijih tertunda

Steep

Cut-and-fill

Badan bijih kuat, selektif dan


mekanisasi

Steep

Sublevel caving

Badan bijih besar, perlu development


extensive

Steep

Block caving

Badan bijih massive, perlu


development extensive

Steep

Longwall

Badan bijih lapisan tipis

Steep

Square-set

Bijih kadar tinggi, tenaga buruh


intensive

Keterangan : 1. Flat dip

: 0 - 20

2. Medium dip : 20 - 50
3. Steep dip

: 50 - 90

10

3. Kedalaman Operasi
Rock failure menjadi lebih memngkinkan pada kedalaman yang besar. Pada deep mines
metode yang menggunakan pillar sebagai sistem penyanggaannya kadang kala menjadi
tidak layak.
4. Faktor waktu
Waktu akan mempengaruhi strength-stress ratio suatu exposed rock (misal pillar).
Semakin lama waktu suatu pillar berdiri (exposed), maka strength-stress ratio semakin
menurun.
5. Kadar cebakan
Sebagai pedoman maka cebakan berkadar rendah memerlukan metoda produksi besarbesaran yang sering mengabaikan persentase recovery. Di lain pihak, badan bijih kadar
tinggi memerlukan metode yang menjamin recovery tinggi.
6. Fasilitas lokal yang meliputi buruh dan material
Bila biaya buruh mahal, maka memerlukan metode yang mempunyai mekanisasi tinggi.
Ketersediaan timber dan material filling juga mempengaruhi penerapan metode yang
akan dipilih.
7. Modal yang tersedia
Biasanya semakin besar modal kerja awal, maka biaya operasi menjadi rendah.
Perusahaan dengan modal kecil memerlukan development yang murah, juga metode
yang cepat mendapatkan hasil.
8. Batas dengan badan bijih lain
Tingkat tegangan yang tinggi mungkin timbul pada pillar di permukaan kerja yang
berdekatan. Dalam kondisi seperti ini, mungkin diperlukan filling pada stope bekas
penambangan untuk mengurangi tegangan yang tinggi.
9. Strength dan karakteristik phisik bijih dan batuan dinding atau material yang berada di
atas bijih.
Hal ini akan mempengaruhi kompetensi, amblesan, kemudahan pemboran, karakteristik
breaking, cara handling yang cocok, cara ventilasi dan cara pemompaan.
Karakteristik-karakteristik tersebut termasuk :
a. tipe batuan
b. tipe dan penyebaran alterasi
c. weaknesses seperti perlapisan, schistocity, belahan mineral, patahan jointing, cavities
dan spasi maupun pada orientasi yang muncul
d. weaknesses sepanjang dinding cebakan

11

e. kecenderungan mineral berharga menghasilkan rich fines atau mud (misal emas)
f. kecenderungan broken ore untuk memadat atau menggumpal
g. kecenderungan broken ore teroksidasi dan terbakar (sulphide fires)
h. terjadinya swelling pada lantai
i. abrasiveness
j. terdapatnya air, porositas dan permeabilitas cebakan dan batuan disekitarnya
10. Biaya penambangan
Biaya metode penambangan antara lain berkaitan erat dengan nilai bijih yang akan
ditambang, periode modal kerja bisa diperoleh kembali, tipe keahlian buruh yang
tersedia.

TABEL 2.2 BIAYA METODE PENAMBANGAN


(menurut B.Acton, 1973)
METODE

BIAYA, $/ton

Open pit

1,50

Block caving

1,25

Sublevel stoping

2,50

Room and pillar

3,00

Shrinkage stoping

3,00

Sublevel caving

3,75

Cut-and-fill

6,00

Square set stoping

9,50

Undercut and fill

10,50

Keterangan :
- diambil dari rata-rata pada penambangan di Amerika Utara
- biaya open pit termasuk pengangkutan ke crusher
- biaya tambang bawah tanah meliputi biaya pada stope, seperti filling, peledakan dan
slushing, tidak termasuk transportasi ke permukaan

12

TABEL 2.3 BIAYA METODE PENAMBANGAN


(menurut William C. Peters, 1978)
METODE

BIAYA, $/ton

Open pit

0,4 1,25

Block caving

14

Room and pillar

2 10

Open stoping (longhole)

28

Sublevel stoping

3 15

Shrinkage stoping

8 18

Cut-and-fill

2 20

Square set stoping

10 - 22

Keterangan :
- sumber United States and Canadian mining journals
- data diambil dari penambangan di Amerika Utaraselama periode 1970 1976
- hanya menunjukkan direct cost, biaya indirect cost (overhead cost) sebesar 15 30 %
biaya direct cost.
Biaya penambangan akan sangat bervariasi tergantung kondisi spesifiknya. Tabel 2.3
memberikan gambaran biaya operasi (termasuk pengangkutan) berbagai metode untuk
tahun 1971.

11. Produktifitas
Produktifitas bisa dinyatakan dalam tons-per-manshift ratio, yaitu menyatakan
kemampuan setiap tenaga kerja menghasilkan broken ore (dalam ton) setiap gilir kerja.
12. Masalah lingkungan
Beberapa masalah lingkungan yang mungkin terjadi adalah amblesan (subsidence),
berkurangnya hutan lokal untuk penyanggaan, kualitas dump site dan lain-lain.

13

TABEL 2.4 PRODUKTIFITAS SETIAP METODE PENAMBANGAN

Metode

Tons-per-manshift ratio

Penambangan
Normal

Tinggi

Room-and-pillar

30-50

50-70

Sublevel caving

20-40

40-50

Block caving

15-40

40-50

Sublevel stoping

15-30

30-40

Cut-and-fill mining

15-20

30-40

Shrinkage stoping

5 - 10

10-15

Square-set mining

13

II.2 SISTEM-SISTEM TAMBANG BAWAH TANAH


Klasifikasi sistem tambang bawah tanah yang dikenal saat ini sangat banyak, walaupun
demikian pada dasarnya sistem tambang bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian, yaitu :
1. Stope dengan penyanggaan alamiah
a. Open stope dengan underhand stoping
b. Open stope dengan overhand stoping
c. Open stope dengan breast stoping (room and pillar)
d. Sublevel stoping
2. Stope dengan penyanggaan buatan
a. Cut and fill stoping
b. Shrinkage stoping
c. Square-set stoping
d. Stull stoping
e. Longwall mining
f. Undercut and fill
g. Top slicing
3. Metode Caving
a. Sublevel caving
b. Block caving

14

Anda mungkin juga menyukai