PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistitis merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Yang merupakan
salah satu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu adanya peradangan bacterial yang
berkembangbiak di saluran kemih disertai adanya kolonisasi mikroba di urin. Sedangkan
Sistitis sendiri merupakan peradangan pada kandung kemih itu sendiri tanpa disertai
radang bagian atas saluran kemih.
Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada masa
reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang.
Salah satu penyakit yang banyak dan sering menyerang kaum wanita, tapi tidak disadari
adalah Cystitis. Penyakit Cystitis, memang sifat dan gejalanya cenderung sebagai
gangguan yang biasanya tidak terlalu ditanggapi oleh penderitanya. Misalnya, penderita
akan sering ke belakang dan saat berkemih terasa perih. Selain itu, bagi yang telah
menikah akan terganggu saat melakukan hubungan intim.
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas Sistem
Perkemihan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sistitis.
1.3.2
Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot polos.
Vesika urinaria berfungsi untuk tempat penyimpanan urin. Apabila terisi sampai 200 300
cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses yang dapat
dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.
Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada laki
laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum. Pada
perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong, berukuran
kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi urine, tingginya
dapat mencapai um bilicus dan berbentuk seperti buah pir.
Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :
a. Serosa
Lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal, rongga abdomino
pelvis. Hanya di bagian atas pelvis
b. Otot Detrusor
2.4 Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis :
a. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea,
dan pseudomonas.
Makalah Asuham Keperawatan pada pasien dengan Sistitis
b. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksiinfeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi.
c.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi
yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
d. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena
adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.
Jalur infeksi :
a.
Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih
sering ditemukan pada wanita
b. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih
misalnya appendisitis
d. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
2.5 Manifastasi Klinis
Menifestasi klinis dari sistitis menurut (NurSalam, Fransisca, 2008), antara lain:
1. Kemerahan pada kandung kemih
2. Edema pada kandung kemih
3. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
4. Disuri
5. Eritema mukosa kandung kemih
6. Hematuria
7. Demam
8. Kondisi umum menurun
9. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)
2.6 Patofisiologi
Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya
berupa sistitis akut karena jarak uretra karena jarak uretra dan vagina pendek, kelainal
periuretral, rektum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta efek kambuhan
mikroorganisme gram negatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina,
dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika urinaria. Infeksi terjadi
mendadak akibat E.coli pada tubuh pasien.
Bagian distal uretra biasanya dikolonisasi oleh bakteri setelah kolonisasi di vagina,
defek mukosa uretra, vagina, atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat
dan berkolonisasi di suatu tempat diperiuretra dan masuk ke dalam kandung kemih.
Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh Escherichia coli. Hubungan seksual
berkaitan dengan UTI, terutama pada wanita yang gagal berkemih setelah berhubungan
seksual. Berkemih dianggap dapat membersihkan bakteri dari kandung kemih. Infeksi
juga dapat berkaitan kotrasepsi spernis-diafragma karena jenis kontrasepsi ini dapat
menyebabkan obstruksi parsieluretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap. Selain itu kontrasepsi ini juga mengakibatkan perubahan pH dan flora normal
vagina.
Pada laki-laki abnormal sumbatan menyebabkan striktur dam hiperplasi prostatik.
Infeksi saluran kemih bagian atas penyebab penyakit kandung kemih kambuhan. (
NurSalam, Fransisca 2008, hal : 112 )
PATHWAY SISTITIS
Refluk uretrovesikal, kontaminasi rektal, pemakaian kateter
Kolonisasi bakteri
Penyebaran M.O ke kandung kemih
sistitis
Jaringan degeneratif
disuri
prostaglandin
Rangsangan sensorik
hematuria
Ansietas
Kemotaksis SDP
Kurang pengetahuan
Diapedesis SDP
Piuria
Kemotaksis makrofag dan metrofil
Fagositosis M.O
pyrogenik
Ubah setpoint hipotalamus
Suhu tubuh meningkat
hipertermi
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut NurSalam, Fransisca, 2008
1. Uncomplicated sistitis : wanita harus diterapi antimikroba dosis tunggal atau
jangka pendek (1-3hari) sesuai hasil kultur. Obat pilihan yang sensitif terhadap
E.coli : nitrofurantoin, trimetramopin-sulfametoksaksol, atau ampisilin. Laki-laki
diterapi selama (7-10 hari) denagn antibiotik. Lakukan kultur untuk
meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping : mual, diare, kemerahan,
dan kandidiasis vagina.
2. Antikolinergik (propantheline bromide) untuk mencegah hiperirritabilitas
kandung kemih dan fennazopirridin hidroklorid sebagai anti septik saluran kemih
2.9 Komplikasi
Komplikasi menurut NurSalam, Fransisca, 2008
1. Pyelonefritis : infeksi pada medula dan korteks ginjal
2. Infeksi bakteri melalui darah melalui penyebarab hematogen.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1.
Data demografi
Nama, jenis kelamin (perempuan 7x lebih sering dari pada laki-laki), umur (usia
lanjut), status perkawinan (lebih banyak terjadi sudah menikah), suku bangsa (suku
pedalaman), pekerjaan (supir).
2.
Riwayat kesehatan
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri dan terasa panas saat berkemih
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengalami sering berkemih, rasa panas dan nyeri saat bekemih, terasa nyeri
atau spasme pada area kandung kemih dan suprapubis.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien dengan sistitis sebelumnya pernah mengalami riwayat striktur ureter, infeksi
prostat, epididimitis atau batu kandung kemih, sedangkan pada pasien wanita
sebelumnya memiliki riwayat kontrasepsi spermisid-diafragma karena jenis
kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi parsial uretra dan pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap.
Riwayat penyakit keluarga :
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
3.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan TTV
a. TD : normal 120/80mmhg
b. RR : Takipnea >18-20x/menit
c. N : Takikardia > 80-100x/menit
d. T: Hipertermi >36,5-37,5 C
Pemeriksaan Head to Toe
a. BB : menurun
b. Kulit : Hangat,turgor kulit kembali > 2 dtk.
c. Kepala, leher : Rambut tipis, mengkilat, wajah tampak pucat, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid
10
Palpasi
Perkusi
Perkusi
: distensi hipogastrik
Perkusi
: timpani
k. Genetalia
Inspeksi : adanya kemerahan
Palpasi
: nyeri
11
c) Pola eliminasi
BAK : Poliuria, hematuria, mengalami spasme berlebih pada kandung
kemih
BAB : normal
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien
lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan
bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
e) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa tidur dengan tenang karena merasa nyeri pada
kandung kemih.
f)
Data
Etiologi
Problem
Proses peradangan
Gangguan rasa
saat berkemih
nyaman nyeri
12
Do :
P : nyeri bertambah saat
berkemih
Q : nyeri tertusuk
R : regio hipogastrik
S : skala nyeri 7
T : nyeri persisten
Wajah tampak meringis
Tampak menahan sakit saat
berkemih.
Menarik nafas dalam
Leukositosis
Kriteria mayor :
Wajah tampak meringis
Skala nyeri: sedang
Kriteria minor :
Leukositosis
TTV
o TD
normal
120/80mmhg
o RR : Takipnea >1820x/menit
o N : Takikardia > 80100x/menit
T: Hipertermi >36,5-37,5
celcius
Kriteria mayor :
Adanya bakteri
Gangguan pola
Frekuensi kencing
pada kandung
eliminasi urin
menurun
kemih
(disuri)
Kriteria minor :
Piuria
13
Ds : pasien mengatakan
Proses inflamasi
Peningkatan
suhu tubuh
Do :
KU lemas
Wajah tampak kemerahan
Diaforesis
Suhu > 36,5-37,5
Leukositosis >12.000
Intervensi
Rasional
Dx
hasil
Setelah dilakukan
1. Mengetahui
selama 2x24jam
2. Berikan
diharapkan nyeri
lingkungan yang
berkurang
tenang.
Kriteria hasil :
K : klien mengerti
TTD
3. Ajarkan teknik
nafas dalam
dan memberikan
rasa nyaman
14
penyebab nyeri
4. Ajarkan teknik
3. Mampu
A : klien menghindari
pengurangan nyeri
mengurangi rasa
dengan teknik
memicu nyeri
distraksi
P : klien mampu
4. Teknik distraksi
5. Kolaborasi
merupakan teknik
mendemonstrasikan
pemberian
pengalihan
analgetik sesuai
perhatian
relaksasi
indikasi
sehingga
P : skala nyeri
mengurangi
emosional dan
kognitif
5. Obat analgetik,
memblok eksitasi
serabut saraf nyeri
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan
1. Jalin hubungan
1. Meningkatkan
keperawatan selama
2. Kaji TTV
2x24jam diharapkan
3. Ukur
keefektifan
intervensi
dan
catat 2. Mengetahui
keadaan umum
normal
berkemih
pasien
Kriteria hasil :
4. Anjurkan
untuk 3. mengetahui
K : klien mengetahui
berkemih setiap 2
adanya perubahan
penyebab disuri
3 jam
A : klien mau
menjaga kebersihan
5. Palpasi
kandung
mengetahui
6. Kolaborasi :
perianal
Ambil
P : klien menjaga
urine
input/out put
4. Untuk mencegah
untuk
terjadinya
penumpukan urine
dalam
P : produksi urine
urinaria.
vesika
5. Untuk mengetahui
(2,5-5ml/jam/BB)
adanya
distensi
kandung kemih.
15
6. menentukan
jumlah
bakteri
Kriteria mayor :
Takikardi
Kriteria minor :
Wajah tampak
kemerahan
baik dapat
meningkatkan
kerjasama
dengan klien
khususnya pada
sehingga
Tujuan : setelah
3. Anjurkan
dilakukan tindakan
keperawatan selama
yang menyerap
1x24jam diharapkan
keringat
pengobatan dan
perawatan
mudah
dilaksanakan.
2. Pemberian
kompres hangat
4. Observasi tanda-
normal
tanda vital
Kriteria hasil :
K : pasien mengerti
denyut nadi
penyebab demam
hubungan yang
2. Berikan kompres
Diaforesis
1. Dengan
5. Kolaborasi dengan
A : pasien mau
mendiskusikan bila
pemberian obat-
obatan terutama
P : klien mampu
anti piretik.,
melakukan teknik
antibiotika
merangsang
penurunan suhu
tubuh.
3. Baju yang tipis
akan mudah untuk
menyerap keringat
yang keluar
4. Observasi tanda-
kenyamanan terhadap
suhu
tubuh dengan
nonfarmakologi
P : TTV dalam batas
normal
Makalah Asuham Keperawatan pada pasien dengan Sistitis
tanda vital
merupakan
deteksi dini
untuk
mengetahui
komplikasi yang
terjadi sehingga
16
TD : 120/80mmhg
cepat mengambil
RR : 18-20x/menit
tindakan
N : 80-100x/menit
5. Pemberian obat-
S: 36,5-37,5 celcius
obatan terutama
antibiotik akan
membunuh kuman
sehingga
mempercepat
proses
penyembuhan
sedangkan
antipiretik untuk
menurunkan suhu
tubuh.
No
tgl
dx
Rabu/09.3
1,2
0/
Implementasi
Menjalin hubungan
Ds : klien membalas
sapaan perawat
3/09/12
09.35
Respon klien
Ttd
Do : klien kooperatif
1
Memerikan
Ds : klien
lingkungan yang
mengungkapkan
tenang
kenyamanan
Do : keluarga klien
kooperatif
09.40
2,3
Mengobservasi tanda-
Ds : klien menanyakan
tanda vital
17
N: >80-100x/m
S: >36,5-37,5 C
10.00
Ds : klien
mengungkapkan sekala
nyeri berkurang
Do : skala nyeri 5, wajah
pasien rileks.
10.20
10.30
10.45
3.
Do : klien koeperatif
Melakukan palpasi
Ds : -
Do : klien kooperatif
Menganjurkan
Ds : klien mengatakan
iya
yang menyerap
Do : klien kooperatif
keringat
10.50
Mengajarkan teknik
Ds : klien
nafas dalam
mengungkapkan dapat
melakukan nafas dalam
Do : klien mampu
mendemonstrasikan
tehnik nafas dalam
11.00
Mengajarkan teknik
Ds : klien mengatakan
pengurangan nyeri
Do : klien dapat
mendemonstrasikan
tehnik distraksi
11.50
Memberikan kompres
Ds : klien mengatakan
mengerti tentang
perawat
Do : klien kooperatif
paha
18
12.20
1,2,3 Berkolaborasi
pemberian analgetik,
Ds : Do : klien kooperatif
antipiretik, sesuai
indikasi
Kloaborasi
laboratorium :
Tes urin
Hari /tgl
No Dx
Rabu/03/09/12 1.
Evaluasi
Ttd
Rabu/03/09/12 2.
Rabu/03/09/12 3.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing,
2004)
2. Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis,
Sering terjadi pada wanita karena saluran uretranya lebih pendek dari laki-laki
menjadikan bakteri memudahkan untuk terjadinya infeksi.
3. Klasifikasi sistisis ada 2 yaitu primer dan sekunder.
4. Patofisiologi sistisis Sistitis merupakan asending infection dari saluran
perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra karena
jarak uretra dan vagina pendek, memungkinkan organisme masuk ke vesika
urinaria. Infeksi terjadi mendadak akibat E.coli pada tubuh pasien. Pada laki-laki
abnormal sumbatan menyebabkan striktur dam hiperplasi prostatik. Infeksi
saluran kemih bagian atas penyebab penyakit kandung kemih kambuhan.
5. Manifestasi klinis sistisis meliputi : Kemerahan pada kandung kemih, Edema pada
kandung kemih, Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine, Sering berkemih,
Eritema mukosa kandung kemih, Hematuria, Demam, Mual, Muntah, Lemah ,
Kondisi umum menurun, Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)
6. Pemeriksaan diagnostik sistisis Urea dipstick : darah (ada), sel darah putih:
nitrat:infeksi, Mikroskopik : sel darh putih tanpa epitel (piuria), Kultur urine :
untuk menguji sensitivitas berbagai jenis antimikroba dan mengetahui respon obat
yang di sekresimdi urine (konsentrasi meningkat).
7. penatalaksanaan sistis : Uncomplicated sistitis dan Antikolinergik (propantheline
bromide)
8. komplikasi sistisis adalah Pyelonefritis dan Infeksi bakteri melalui darah melalui
penyebarab hematogen
9. Asuhan
keperawatan
sistisis
meliputi
pengkajian,
diagnosa,
intervensi,
20
4.2.Saran
4.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
4.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
4.2.3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien Sistisis
21
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8.
Jakarta. EGC.
Kowalak, Jenniver P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta : EGC.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Nursalam, & Fransisca. (2009). Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan sistem
perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Prince, Sylvia Anderson. Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Prosesproses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.
22