Anda di halaman 1dari 2

Haplogroup B4a1a1

Haplogroup B4a1a1 yang meliputi motif Polinesia (PM) B4a1a1a (motif Polinesia
bukan sebuah haplogroup, hanya motif), telah dikaitkan dengan ekspansi bangsa
Austronesia yang mendukung perkembangan Budaya Lapita, dan sampai pada
pendudukan Polinesia dan Mikronesia. Mayoritas garis keturunan B di Asia
Tenggara jatuh dalam haplogroup B4a, yang paling banyak terdapat di antara
penduduk asli Taiwan, Filipina dan Indonesia (lihat gambar di atas). Namun,
hanya haplogroup B4a dan satu tipe turunan (yang mungkin lahir karena mutasi
berulang) terdapat di Asia Tenggara dan Taiwan. B4a1a sering ditemui pada
suku Amis dan Yami. Bahkan, sebagian besar garis keturunan B4a Taiwan
berada di cabang terpisah (B4a2a, umumnya ditemui suku-suku bagian selatan:
Paiwan, Puyuma, Rukai, dan Yami).
Nenek moyang bersama (TMRCA) baik pendahulu dari "Motif" (B4a1a) di Taiwan,
Filipina, dan Indonesia (Maluku & Nusa Tenggara), dan "Motif" di Oseania cukup
menimbulkan masalah secara genetik kepada hipotesis "Out of Taiwan". Estimasi
molekul lebih tua dari umur arkeologi (masalah klasik). Jaman Neolitik di Taiwan
yang diduga awal ekspansi Austronesia selanjutnya hanya berumur sekitar 6.000
tahun, sedangkan umur perpaduan terbaik untuk prekursor B4a1a di Taiwan dan
Maluku diperkirakan sekitar 13,169 3,841 tahun yang lalu. Di Kepulauan
Bismarck, dimana Budaya Lapita berumur tidak lebih dari 3.300 tahun yang lalu,
tetapi TMRCA untuk "Motif" di Papua pesisir (tapi sangat mungkin di pulau
Halmahera) dan Polinesia adalah 9,300 2.500 tahun yang lalu (sejak saat itu,
estimasi untuk "Motif" diperkirakan dalam 13 urutan, menggunakan dua metode
yang berbeda, di 7.900 1.700 tahun yang lalu, dan 6,200 1.800 tahun yang
lalu).
Mengkaitkan haplogroup B4a1a1, yang dominan di Polinesia dan Mikronesia,
dengan perpindahan penduduk pada pertengahan Holosen, dari Taiwan, telah
mendapat masalah lebih rumit seiring dengan cakupan yang lebih sempurna.
Yang jelas adalah bahwa prekursor dari "Motif" (B4a1a1) berasal di wilayah
barat daya dan timur dari Wallacea (meliputi Maluku, Nusa Tenggara) pada awal
Holosen; bahwa "Motif" secara utuh dengan ditandai transisi di np 14022 hanya
ada, atau lahir, di kawasan timur Indonesia (Halmahera, Wallacea, di mana
sampel berada, dengan frekuensi tertinggi).
Haplogroup B4a1a sangat beragam di Taiwan, Maluku, Nusa Tenggara
dan Filipina, akan tetapi subclade (B4a1a1) ditandai dengan mutasi di
np 14022 tidak ditemui di Taiwan dan Filipina. Mengapa B4a1a harus
berasal dari Taiwan jika sudah ada di Maluku, Nusa Tenggara dan Filipina sejak
awal? Sementara itu motif B4a1a1a tidak ada di tempat asalnya (Taiwan)?
Apakah semua suku pribumi Taiwan meninggalkan tanah air mereka tanpa
meninggalkan jejak? Bagaimana dengan suku Ami, Atalya, atau Paiwan atau apa
pun itu, yang sekarang dianggap sebagai turunan 'murni' Austronesia, hanya
karena mereka berbicara bahasa dari salah satu dari sembilan bahasa dalam
rumpun proto-Austronesia?

Motif Polinesia (ditandai dengan transisi tambahan pada np 16247) terbukti


berasal dari haplogroup B4a1a1 dan dengan demikian dinamai B4a1a1a. Tidak
adanya motif Polinesia (np 16247) di penduduk pulau Batan dan di Filipina juga
mendukung hipotesis munculnya motif Polinesia di wilayah yang lebih jauh ke
selatan dari Batan dan Filipina, yang tak lain adalah wilayah Indonesia Timur
(tepatnya pulau Halmahera, Maluku). Mungkinkah di daerah Kepala Burung Irian?
Bisa saja, karena Y-DNA C2 (C-M38), yang asli berasal di sana, juga ikut
menyebar dengan mtDNA B4a1a1a seluruh Pasifik bersama-sama.
Jika seseorang menyimpulkan bahwa Filipina adalah tempat asal motif Polinesia,
tapi np 14022 mutasi tidak ditemui di sana, penjelasannya adalah bahwa garis
keturunan B4a1a1 mungkin dibawa ke Filipina oleh migrasi balik dari Indonesia
Timur, kemudian menyebar ke seluruh Pasifik. Karena motif utuh, B4a1a1a,
ditemukan dengan frekuensi tertinggi di Maluku, dan di situlah Polynesian Motif
lahir.
Setelah menetapkan asal-usul geografis motif Polinesia di Halmahera, Maluku
(Indonesia bagian timur), yang tidak ada hubungannya dengan Taiwan dan / atau
Filipina sebagai lokasi asal-usul, sekarang kita dapat memeriksa dan menguji
lebih lanjut ekspansi Austronesia dari data ketatabahasaan, arkeologi dan
antropologi, dari seluruh wilayah Pasifik dan Samudra India, dan daerah di antara
keduanya.
Sekali asumsi dasar sebuah teori secara konklusif terbantahkan, maka
keseluruhan teori akan dipertanyakan dan diuji ulang dari tiap disiplin ilmu yang
mendukungnya. Kita tahu bahwa membantah salah satu bagian dari sebuah teori
terkenal tidak berarti membantah teori secara keseluruhan. Hal berikutnya yang
harus dilakukan adalah memeriksa ulang asumsi-asumsi dasar dari disiplin
ketatabahasaan.

Anda mungkin juga menyukai