Anda di halaman 1dari 7

Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan

kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas


pelayanan kesehatan. Berdasarkan data dari SDKI 2007, Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi bila dilihat dari
target Millenium Development Goals (MDGs) yakni 110 per 100.000 kelahiran hidup,
maka AKI saat ini masih perlu diturunkan lagi. Penyebab kematian ibu selain karena
perdarahan, preeklamsia/eklamsia adalah tingginya paritas pada seorang ibu, yang
diikuti rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu program untuk
menurunkan angka kematian ibu dan menekan angka pertumbuhan penduduk yakni
melalui program Keluarga Berencana (KB). Program KB memiliki peranan dalam
menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia
kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah Pasangan
Usia Subur (PUS). Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009
adalah meningkatnya penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKPJ) seperti
IUD (Intra Uterine Device), implant (susuk) dan sterilisasi.

Definisi IUD

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau lebih dikenal dengan IUD (Intra
Uterine Device) adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam
rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010). AKDR merupakan
pilihan kontrasepsi yang efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduktif (Maryati dalam Utami, 2011). Lilitan logam
menyebabkan reaksi anti ferilitas dengan jangka waktu penggunaan antara 2-10
tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya spermatozoa/sel mani ke dalam
saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi IUD harus dilakukan oleh
tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular
seksual (IMS) (Nilakusumawati, 2012).

Jenis-Jenis IUD
Jenis-jenis IUD dapat dibedakan menjadi

Copper-T, yaitu IUD berbentuk T terbuat dari bahan polyethelen yang bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik;

Copper-7, yaitu IUD berbentuk angka 7 dimaksudkan untuk memudahkan


pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 200 mm2,
fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T;

Multi load, IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan
256 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas(Nilakusumawati, 2012).

Keunggulan Penggunaan IUD


Pada tahun 1991 hingga 2003 IUD adalah alat kontrasepsi yang menjadi prioritas
pemerintah untuk dicanangkan serta digemari oleh peserta KB hal ini karena
dipengaruhi oleh keuntungan
memakai IUD yaitu:

IUD tinggi, langsung efektif bekerja setelah dipasang

metode kontrasepsi jangka panjang (sekitar 10 tahun dan tidak perlu diganti

tidak ada efek samping hormonal sehingga tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI

dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

dapat digunakan sampai menopause(Permatasari, 2013).

meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil,

tidak ada interaksi dengan obat-obat (Saifudin dalam Maulani, 2013).

Efek Samping Penggunaan IUD


Data tentang angka pemakaian kontrasepsi di Indonesia cenderung mengalami
penurunan dari tahun 1991 hingga 2007. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan yang dilakukan oleh Macro International, Indonesia merupakan salah satu
negara di dunia yang mengalami peningkatan penghentian kontrasepsi IUD. Menurut
data SDKI pada tahun 1991, proporsi pemakaian IUD sebesar 13,3%, tahun 1994
10,3%, tahun 1997 8,1%, tahun 2003 6,2%, dan pada tahun 2007 turun menjadi
4,9%(Permatasari, 2013). AKDR merupakan alat kontrasepsi yang efektif akan tetapi
dapat menimbulkan gangguan pada organ reproduksi karena keberadaanya di dalam
rahim dimana AKDR merupakan benda asing bagi rahim sehingga banyak
menimbulkan efek samping. Salah satu komplikasi penggunaan IUD adalah
terjadinya ekspulsi. Ekspulsi IUD adalah IUD yang terlepas atau keluar dari rongga
rahim. Pengguna IUD perlu mengetahui tanda-tanda lepasnya IUD/AKDR. Gejala
ekspulsi antara lain kram, pengeluaran per vagina, spotting atau perdarahan, dan
dispareni (Rumiati, 2012). Waktu dan metode pemasangannya serta kemampuan
tenaga (Dokter dan Bidan) berpengaruh terhadap keberhasilan pemasangan IUD.
Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100 wanita pada tahun pertama
setelah pemasangan. Angka kejadian ekspulsi setelah post partum juga tinggi, pada
insersi setelah plasenta lepas kejadian ekspulsi lebih rendah dari pada insersi yang
dilakukan pada masa interval (Paula. at all dalam Rumiati, 2012).

Gambaran kejadian ekspulsi pemasangan IUD pasca persalinan berdasarkan


berdasarkan waktu ekspulsi

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa kejadian ekspulsi terjadi pada hari
ke 7 sampai dengan hari ke 14 pasca pemasangan, dan dapat diketahui pula bahwa
rata-rata kejadian ekspulsi pemasangan IUD pasca persalinan di wilayah Kedung
banteng dan Baturraden adalah 9 hari. Akseptor KB IUD paska persalinan setelah
seminggu datang untuk kontrol ke fasilitas kesehatan, dan bagi yang mengalami
ekspulsi mengeluh sakit pada daerah vagina, pada saat dilakukan pemeriksaan
inspekulo terlihat IUD sudah ekspulsi. Pada hari ke 7 sampai hari ke 14 pemasangan
IUD pasca persalinan waktu terbesar terjadinya ekspulsi. Hal ini dikarenakan masamasa ini adalah masa terjadinya involusi uterus. Dan pada hari ke 10 uterus susah di
raba diatas symphisis, dengan demikian akan mempengaruhi insersi IUD di dalam
uterus(Prawirohardjo dalam Rumiati, 2012).
Efek samping lainnya yang timbul akibat penggunaan IUD sebagai alat kontrasepsi
yaitu:

mengakibatkan efek samping yang umum terjadi adalah perubahan siklus haid
(umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid
lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting) antarmenstruasi, dan saat haid

lebih sakit; disebabkan adanya faktor mekanik pada endometrium karena


ketidak serasian antara besarnya AKDR dan rongga rahim serta kemungkinan
disebabkan karena kehamilan intrauteri atau ektopik.

komplikasi lain seperti merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang
apabila pemasangannya benar);

nyeri bersenggama,

menstruasi yang banyak, keputihan.

penyakit radang panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS


memakai IUD. PRP dapat memicu infertilitas;

mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera sesudah melahirkan (Nilakusumawati, 2012).

Pencegahan komplikasi IUD :

Teknik insersi yang baik, atau tidak dilakukan oleh tenaga ahli

Waktu yang tepat untuk insersi juga sangat mempengaruhi keberhasilan IUD

Ukuran IUD juga mempengaruhi terjadinya ekspulsi, semakin kecil


ukurannya semakin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi. Selain itu jenis
bahan yang dipakai dapat berpengaruh, semakin elastis semakin besar
kemungkinan ekspulsinya.

Faktor psikis atau akseptor mengalami gangguan psikologis seperti stress, hal
ini juga dapat menyebabkan ekspulsi.

IUD dianjurkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat (Rumiati, 2012).

Dapus
Maulani, Rizki. 2013. Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Tentang Pemakaian
Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Duakabupaten Pidie Jaya. Jurnal
Karya Tulis Ilmiah

Nilakusmawati, Desak Putu Eka Dan Gde Nitiyasa. 2012. Studi Operasional
Peningkatan Pemakaian Kontrasepsi IUD di Provinsi Bali. Jurnal Kependudukan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Vol. Viii. No. 2 : 103 113. Pusat Penelitian
Kependudukan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Udayana.

Permatasari, Nur Endah, Wati, Dwi Martiana, Ramani, Andrei. 2013. Determinan
Penghentian Penggunaan IUD di Indonesia. Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 1 No. 1.
Fakultas

Kesehatan

Masyarakat

Universitas

Jember.

e-mail:

permatasari.nurendah@yahoo.com.

Ratnawati, Sri, Isfentiani, Dina, Widiasti, Sinta. 2011. Hubungan Penggunaan Kb


Implant Dengan Peningkatan Berat Badan Pada Peserta Implant di RB Kartini
Surabaya. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 161. Vol. II No. 3. ISSN: 20863098.

Rumiati, Susi Dan Rohmi Handayani. 2012.


Gambaran Kejadian Ekspulsi
Pemasangan Iud Pasca Persalinan Di Kecamatan Baturraden Dan Kedungbanteng
Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 3. No. 2. Akademi Kebidanan
Ylpp Purwokerto.
Utami, Sri, Ayu Sukesi, Wike Hikmah. 2011. Hubungan Efek Samping Dengan
Kejadian Drop Out Pada Akseptor AKDR di Poli KB I RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 144. Vol. II. No. 3. ISSN:
2086-3098.

Anda mungkin juga menyukai