Anda di halaman 1dari 17

Kondom

Pengertian Kondom
Kondom adalah selubung tipis dari karet, vinil, atau produk alamiah dapat berwarna
maupun tidak berwarna, biasanya ditambahkan spermisida untuk perlindungan
tambahan, serta digunakan untuk menutupi penis sesaat sebelum berhubungan.

Cara Kerja Kondom


a. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemaskan sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
b. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari
satu pasangan kepada pasangan yang lain ( khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vinil).

Cara Pemakaian Kondom


Berikut ini cara pemakaian kondom
a. Kondom ada yang ujungnya biasa dan ada yang berputing. Sebelum membuka
kondom, tekanlah ujungnya untuk mengeluarkan udara yang tersedia tempat untuk
mani yang akan dikeluarkan.
b. Bukalah gulungan kondom sebelum persetubuhan, lalu pasang pada waktu zakar
tegang/ berdiri.
c. Sesudah cairan mani keluar dan tertampung di ujung kondom, keluarkan zakar
ketika masih tegang dengan memegang kondomnya secara erat, agar cairan
tersebut tidak tertumpah kedalam vagina.
d. Buanglah kondom setelah sekali pakai pada tempat yang aman dari jangkauan
anak-anak (Huliana M, 2003).

Efektifitas Kondom
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual.
Pada beberapa pasangan, pemakaina kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara

konsisten. Secara Ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 212 kehamilan per 100 perempuan pertahun.

Keuntungan dan Kerugian Kondom


a. Keuntungan kondom :

1) Mencegah kehamilan
2) Memberi perlindungan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)
3) Dapat diandalkan
4) Sederhana, ringan, disposable, dan mudah digunakan
5) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow-up
6) Reversibel
7) Pria ikut aktif dalam kegiatan KB
8) Efektif segera setelah dipasang
9) Tidak mempengaruhi kegiatan laktasi
10) Dapat digunakan sebagai pendukung metode kontrasepsi lain
11) Tidak mengganggu kesehatan
12) Tidak ada efek samping sistemik
13) Mudah didapatkan dan tidak perlu resep dokter
14) Murah karena digunakan dalam jangka pendek
b. Kerugian kondom :
1) Efektivitas dipengaruhi kesediaan akseptor mematuhi instruksi yang diberikan
dan motivasi akseptor.
2) Efektivitas tidak terlalu tinggi
3) Perlu menghentikan aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang
kondom.
4) Dapat mengurangi sensitifitas penis sehingga ereksi sukar dipertahankan
(Saifuddin A, 2006).
AKDR/IUD

Pengertian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau intra uterine device (IUD)
adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik
bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam
kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fert ilisasi, dan menyulitkan
telur berimplantasi dalam uterus (Hidayati, R, 2011). AKDR atau IUD bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada
pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag).
Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone (Kusmarjati, 2011).

Menurut Saifudin (2010), pemakaian IUD sangat efektif, reversible dan berjangka
panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-380A), haid menjadi lebih lama dan lebih
banyak, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduksi, serta tidak diperbolehkan dipakai oleh perempuan
yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS).

Jenis-Jenis AKDR/IUD
Jenis - jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :
a. Copper-T

Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen


dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang
cukup baik. Menurut ILUNI FKUI ( 2010), Spiral jenis copper T (melepaskan
tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma
untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.

b. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan


dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7. Menurut Imbarwati
(2009), IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2,
fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

c. Multi load

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan
dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung
atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan
luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada
tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

d. Lippes loop

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf
spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut
ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe
B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe

D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka


kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila
terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik.

Cara Kerja AKDR/IUD


Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Efektivitas AKDR/IUD
Keefektivitasan IUD adalah sangat efektif yaitu 0,5 1 kehamilan per 100 perempuan
selama 1 tahun pertama penggunaan (Sujiyantini dan Arum, 2009).

Keuntungan
Menurut Saifudin (2010), Keuntungan IUD yaitu:
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
Sangat efektif 0,6 - 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama
( 1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan).
b. AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT 380A dan tidak perlu
diganti)
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT -380A)

h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI


i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
j. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
k. Tidak ada interaksi dengan obat obat
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Kerugian AKDR/IUD
Menurut Saifudin (2010), Kerugian IUD:
a. Efek samping yang mungkin terjadi
1) Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi Lain:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2) Merasa sakit dan kejang selama 3 5 hari setelah pemasangan
3) Perdarahan berat pada waktu haid yang memungkinkan penyebab anemia
4) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas
f. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal

Pemasangan IUD
Menurut Prawirohardjo (2008), IUD dapat dipasang dalam keadaan:

a. Sewaktu haid sedang berlangsung


Karena keuntungannya pemasangan lebih mudah oleh karena servik pada waktu
agak terbuka dan lembek. Rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang
timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinana
pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
b. Sewaktu post partum
Pemasangan IUD setelah melahirkan dapat dilakukan:
1) Secara dini yaitu dipasang pada wanita yang melairkan sebelum
dipulangkan dari rumah sakit
2) Secara langsung yaitu IUD dipasang dalam masa 3 bulan setelah partus
atau abortu
3) Secara tidak langsung yaitu IUD dipasang sesudah masa tiga bulan setelah
partus atau abortus
c. Sewaktu abortus
d.

Beberapa hari setelah haid terakhir

Cara pemasangan AKDR/IUD


Menurut Wiknjosastro H (2002), cara pemasangan IUD antara lain:
1. Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan
memudahkan insersi melalui Servikalis
2. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran, dan posisi
uterus
3. Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi Pelvik
4. Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik, misalnya dengan
obat merah atau yodium
5. Inspekulum, Serviks ditampilkan dan bibir depan Serviks dijepit dengan
cunam Serviks, penjepitan dilakukan kira-kira 2 cm dari Ostium Uteri
Eksternum dengan cunam bergigi satu.
6. Sambil menarik Serviks dengan cunam Serviks, masukkanlah sonde uterus
untuk menentukan arah sumbu Kanalis Servikalis dan uterus, panjang kavum

uteri, dan posisi Ostium Uteri Internum. Tentukan arah Ante dan Retroversi
Uterus, Jika sounde masuk kurang dari 5 cm atau Kavum Uteri terlalu sempit,
insersi AKDR jangan dilakukan.
7. Tabung penyalur dengan AKDR didalamnya dimasukkan melalui kanalis
servikalis sesuai dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan
sonde, kadang-kadang terdapat tahanan sebelum fundus uteri tercapai. Dalam
hal demikian pemasangan diulangi.
8. AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung
penyalur atau dapat pula dengan mendorong penyalur kedalam Kavum Uteri,
cara pertama agaknya dapat mengurangi perforasi oleh AKDR
9. Tabung dan penyalurnya kemudian dikeluarkan, filamen AKDR ditinggalkan
kira-kira 2 3 cm.

Cara pencabutan AKDR/IUD


Menurut Wiknjosastro H (2002), cara pencabutan antara lain:
1. Mengeluarkan AKDR lebih mudah jika dilakukan sewaktu haid.
2. Inspekulo, filamen ditarik perlahan-lahan, jangan sampai putus. AKDR-nya
akan ikut keluar perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah,
lakukan sonde uterus, sehingga Ostium Uteri Internum terbuka. Sonde diputus
90 perlahan-lahan. Selanjutnya AKDR dikeluarkan seperti diatas.
3. Jika filamen tidak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan dengan
mikrokuret.

kadang-kadang

diperlukan

anastesi

paraservikal

untuk

mengurangi rasa nyeri.


4. Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau batang
laminaria. AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan secara berkala, jika
posisinya baik, tidak ada efek samping, dan pasien masih mau memakainya,
AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri, hanya AKDR lembaga perlu
dikeluarkan dan diganti secara periodik (2 - 3 tahun), sedangkan Progestasert
1 2 tahun.

Pemeriksaan AKDR/IUD
Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD
Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 2 bulan pasca pemasang
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. 1 tahun sekali
e. Bila terlambat haid 1 minggu
f. Perdarahan banyak dan tidak teratur
Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan pada:
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 3 bulan berikutnya
c. Berikutnya setiap 6 bulan

Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang


Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2004), Setelah IUD dipasang seorang klien
wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat spermisida dan kondom pada
bulan pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh dari konsepsi karena
IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii tempat yang memungkinkan
pembuahan dan penanaman sel telur dan ini merupakan kurun waktu IUD dapat
terlepas secara spontan. Klien harus melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam
waktu kurang lebih enam minggu. Kunjungan ini harus dilakukan setelah masa
menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan pertama
kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah berakhir.
IUD dapat diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi yang tepat.
Selain itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan IUD
secara mandiri dan beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi. Kunjungan
ulang member kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan member semangat serta
meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil berupa peningkatan jumlah

pengguna IUD. Data-data terkait IUD berikut dapat diperoleh pada kunjungan ulang
ini.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat
berkemih (sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan hubungan
seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD: mengapa
7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaan kehamilan jika ada indikasi

b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen

2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA, jika


diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.

c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan
basah bila diindikasikan.
2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan

d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan
mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada
kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti mengkaji
riwayat penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear,
kultur klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan pengulangan
kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas. Pengarahan supaya klien
memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi bila muncul masalah

atau untuk membuat perjanjian sebelum kunjungan tahunnya dapat


ditinjau kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini.

Tubektomi
Tubektomi (Metode Operasi Wanita/MOW) adalah metode kontrasepsi mantap yang
bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara
mengoklusi tuba falupii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

Waktu Penggunaan
1. Idealnya dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan
2. Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi sesar
3. Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan, ditunda 4-6
minggu.

Manfaat dan Keterbatasan Tubektomi


Manfaat
1. Kontrasepsi
a. Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan)
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui
c. Tidak bergantung pada faktor sanggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
f. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

2. Non kontrasepsi
Berkurangnya risiko kanker ovarium

Keterbatasan

1. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan


kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
2. Dilakukan oleh dokter yang terlatih

Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vas deferensia sehingga jalur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi penyatuan dengan ovum tidak terjadi (Arum, 2009).
Pada pelaksanaan vasektomi ini saluran sel mani yang berfungsi menyalurkan sperma
(sel mani) keluar, diikat atau di potong sehingga sperma tidak dikeluarkan dan tidak
bisa bertemu dengan sel telur. Dengan demikian bila suami istri melakukan hubungan
seksual tidak akan terjadi kehamilan, yang disebabkan karena tidak terjadinya
pertemuan antara sperma suami dan sel telur istri (BKKBN, 2008).

Efektivitas
Belfield (1997, dalam Everett, 2007) mengatakan bahwa vasektomi adalah
bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka kegagalan langsungnya adalah 1 dalam
1000; angka kegagalan lanjutnya adalah antara 1 dalam 3000.

Kelebihan Vasektomi (Meilani, et al.2010):


a. Tidak mengganggu ereksi, potensi seksual, dan produksi hormon.
b. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan
seumur hidup.
c. Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri.
d. Lebih aman (keluhan lebih sedikit).
e. Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan).
f. Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil).
g. Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan).

Keterbatasan Vasektomi (BKKBN, 2008):

a. Harus dengan tindakan pembedahan


b. Walaupun merupakan operasi kecil, masih dimungkinkan terjadi komplikasi
seperti pendarahan dan infeksi.
c. Tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual.
d. Masih harus menggunakan kondom selama 20 kali ejakulasi.
e. Jika istri masih menggunakan alat kontrasepsi disarankan tetap mempertahankan
selama 2 bulan sampai 3 bulan sesudah suami menjalankan vasektomi.
f. Klien perlu istirahat total selama 1 hari dan tidak bekerja keras selama 1 minggu.

Persyaratan Klien untuk Vasektomi (BKKBN, 2008):


a. Sudah merasa cukup jumlah anak dan dalam keadaan sehat.
b. Atas kehendak sendiri, mendapat persetujuan dari istri.
c. Dalam kondisi keluarga yang harmonis.
d. Pasutri dalam keadaan sehat
e. Usia istri minimal 25 tahun

Kontra Indikasi Vasektomi (Meilani, et al.2010):


a. Penderita hernia
b. Penderita kencing manis
c. Penderita kelainan pembukuan darah
d. Penderita penyakit kulit atau jamur di daerah kemaluan.
e. Tidak tetap pendiriannya
f. Memiliki peradangan pada buah zakar
g. Infeksi di daerah testis (buah zakar) dan penis
h. Hernia (turun bero)
i. Verikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar)
j. Buah zakar membesar karena tumor
k. Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar)
l. Buah zakar tidak turun (kriptokismus)
m. Penyakit kelainan pembuluh darah

Efek Samping Tindakan Vasektomi (Hartanto, 2004)


a. Infeksi
b. Hematoma
c. Granuloma Sperma
d. Rekanalisasi spontan
e. Pendarahan
Hal hal yang dilakukan dalam pelaksanaan vasektomi
a. Fase persiapan
1) Istirahat yang cukup
2) Mandi yang bersih dan memakai celana dalam yang bersih
3) Makan dahulu sebelun berangkat ke klinik
4) Membawa surat persetujuan dari istri yang telah ditandatangani atau cap
jempol
5) Datang ke tempat pelayanan dengan ditemani oleh orang dewasa, istri atau
keluarga

b. Fase pelayanan
1) Dilakukan konseling akhir oleh petugas
2) Dilakukan tindakan medis vasektomi

c. Fase pasca pelayanan


1) Istirahat di tempat pelayanan minimal 15 menit setelah vasektomi, untuk
mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan.
2) Istirahat total selama 24 jam
3) Menghindari kerja keras selama 5-7 hari
4) Menjaga luka bekas operasi agar selalu bersih dan kering
5) Bila terjadi demam, nyeri, pendarahan, atau pembengkakan segera
menghubungi dokter/klinik.

6) Minum obat sesuai anjuran dokter.


7) Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu. Jika istri tidak ,memakai alat
kontrasepsi, maka pada saat senggama diharuskan memakai kondom
selama 20-25 kali hubungan seksual atau 3 bulan.

Kegagalan Vasektomi Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mengontrol


kesuburan pria namun masih mungkin dijumpai suatu kegagalan. Vasektomi
dianggap gagal bila (Saifuddin, 2006):
a. Pada analisis sperma setelah 3 bulan paska vasektomi atau setelah 20 kali
ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
b. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
c. Istri (pasangan) hamil.

Daftar Pustaka

Arum, DNS., dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.


Yogyakarta : Nuha Medika.
BKKBN, 2003. Kamus Istilah Kependudukan KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta.
Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi.
Jakarta : EGC.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar
Harapan
Hidayati, Ratna. 2011. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta:
Salemba Medika.
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara.
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD
pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Semarang: UNDIP.

Kusmarjadi,

Didi.

2010.

KB

IUD

(=Intrauterine

http://www.drdidispog.com/2010/02/kb-iud-intrauterine-device.html

divece).
(Diakses

hari Jumat, tanggal 17 Desember 2010).


Meilani, Setiyawati, dkk, 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Penerbit Fitramaya.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka.
Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina
Pustaka.
Saifuddin, AB. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina
Pustaka.
Varney,H. 2006. Buku ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC
Wiknjosastro H, 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai