Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Rifka Indi
1113081000014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Makalah yang berjudul Kunci Keberhasilan Bisnis Rasulullah SAW ini
saya buat untuk memenuhi kompetensi mata kuliah prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Dalam penyusunan makalah ini, saya telah berusaha sekuat tenaga. Namun tentu saja,
makalah ini tidaklah luput dari kesalahan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, agar makalah ini menjadi lebih baik.
Dalam pembuatan makalah ini kami mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Syamsul,
selaku dosen mata kuliah prinsip-prinsip ekonomi Islam serta kedua orang tua saya
yang telah memberikan dukungannya baik secara moril maupun materil.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai Rasul terakhir, Nabi Muhammad SAW tercatat dalam sejarah adalah
pembawa kemaslahatan dan kebaikan yang tiada bandingan untuk seluruh umat
manusia. Bagaimana tidak karena Rasulullah SAW telah membuka zaman baru
dalam pembangunan peradaban dunia. Beliau adalah tokoh paling sukses dalam
bidang agama sebagai Rasul sekaligus dLm bidang duniawi sebagai pemimpin
negara dan peletak dasar peradaban Islam yang gemilang selama 1000 tahun.
Kesuksesan Rasulullah SAW itu sudah banyak dibahas dan diulas oleh para
ahlu sejarah Islam maupun Barat. Namun ada salah satu sisi Muhammad SAW
ternyata jarang dibahas dan kurang mendapat perhatian oleh para ahli sejarah
maupun agama yaitu sisinya sebagai seorang pebisnis yang sukses. Padahal
manajemen bisnis yang dijalankan Rasulullah SAW hingga kini maupun di masa
mendatang akan selalu relevan diterapkan dalam bisnis modern. Setelah kakek
yang merawatnya sejak bayi meninggal, seorang pamannya yang bernama Abu
Thalib lalu memeliharanya.
Abu Thalib yang sangat menyayangi Muhammad SAW sebagaimana anaknya
sendiri adalah seorang pedagang. Sang paman kemudian mengajari Rasulullah
SAW cara-cara berdagang (berbisnis) dan bahkan mengjaknya pergi bersama
untuk berdagang meninggalkan negerinya (Makkah) ke negeri Syam (yang kini
dikenal sebagai Suriah) pada saat Rasulullah SAW berusia 12 tahun. Tidak heran
jika beliau telah pandai berdagang sejak berusia belasan tahun. Kesuksesan
Rasulullah SAW dalam berbisnis tidak terlepas dari kejujuran yang mendarah
daging dalam sosoknya.
Kejujuran itu telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga beliau diberi gelar
Al-Shiddiq. Selain itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh memegang
kepercayaan (amanah) dan tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu.
Tidak heran jika beliau juga mendapat julukan Al Amin (Terpercaya). Menurut
sejarah, telah tercatat bahwa Muhammad SAW melakukan perjalanan bisnis ke
luar negeri sebanyak 6 kali di antaranya ke Syam (Suriah), Bahrain, Yordania,
dam Yaman. Dalam semua perjalanan bisnis, Muhammad SAW selalu mendapat
kesuksesan besar dan tidak pernah mendapat kerugian.
Seperti dikatakan oleh Prof. Aflazul Rahman dalam bukunya Muhammad: A
Trader bahwa Rasulullah SAW adalah pebisnis yang jujur dan adil dalam
membuat perjanijan bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggannya
mengeluh. Dia sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang
dipesan dengan tepat waktu. Muhammad SAW pun senatiasa menunjukkan rasa
tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dalam berbisnis. Dengan
kata lain, beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu kepuasan
pelanggan, pelayanan yang unggul, kemampuan, efisiensi, transparansi,
persaingan yang sehat, dan kompetitif.
Dalam melakukan bisnisnya, Muhammad SAW tidak pernah mengambil
keuntungan sangat tinggi seperti yang biasa dilakukan para pebisnis lainnya pada
masanya. Beliau hanya mengambil margin keuntungan secukupnya saja dalam
menjual produknya. Ternyata metode pengambilan margin keuntungan yang
dilakukan beliau sangat efektif, semua barang yang dijualnya selalu laku terjual.
Orang-orang lebih suka membeli barang-barang yang dijual Muhammad SAW
daripada pedagang lain karena bisa mendapatkan harga lebih murah dan
berkualitas. Dalam hal ini, beliau melakukan prinsip persaingan sehat dan
kompetitif yang mendorong bisnis semakin efisien dan efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah Rasulullah SAW berbisnis?
2) Apakah strategi yang membuat Rasulullah SAW sukses berbisnis?
3) Bagaimanakah kebijaksanaan Rasulullah SAW dalam berbisnis?
4) Bagaimanakah prinsip keadilan dalam berdagang menurut Rasulullah SAW?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bisnis Nabi Muhammad SAW
Sebelum diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT, Muhammad telah
berkecimpung dalam dunia bisnis selama kurang lebih 25 tahun. Beliau mulai
merintis karir dagangnya saat berusia 12 tahun dan memulai usahanya sendiri ketika
berumur 17 tahun.1 Allah SWT mengukuhkan Nabi Muhammad SAW sebagai
teladan bagi seluruh umat manusia termasuk dari sisi bisnis. Dalam aktivitas bisnis,
Nabi SAW memberikan teladan terbaik bagaimana merintis, mengelola, dan
mengembangkan bisnis secara lurus dan bersih. Rasulullah menunjukkan keteladanan
dalam menyiapkan mentalitas dan kepribadian yang kelak mendukung kesuksesan
bisnisnya; ketekunan, kejelian, dan kesuksesan bisnis yang telah dijalankannya;
bagaimana kisahnya; strategi pemasaran dan pelayanan; cara menghadapi pesaing;
pengalaman bisnisnya; sejauh mana relasi dan pengalaman dalam menekuni bisnis
sehingga sangat memahami permasalahan bisnis.
2.1.1 Masa Kecil Membentuk Jiwa Wirausaha
Terjunnya Muhammad SAW dalam perniagaan sejak dini tidak terlepas dari
kenyataan yang menuntut beliau untuk belajar hidup mandiri. Pada usia enam
tahun, Muhammad SAW sudah ditinggal wafat kedua orangtuanya. Sejak itu,
beliau sempat diasuh sang kakek Abdul Muttalib.2 Setelah kakeknya wafat,
Muhammad SAW tinggal bersama pamannya, Abu Thalib yang berprofesi
sebagai pedagang sebagaimana kebanyakan pemimpin Quraisy lain. Sebab,
berdagang merupakan pendapatan utama penduduk Makkah.
1
Zaidah Kusumawati, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Wirausahawan, (Jakarta: Lentera
Abadi, 2011), hlm. 47
2
Muhammad Syafii Antoni, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, (Jakarta:
Tazkia Publishing, 2011), hlm.12
Ibid hlm.12
Ibid, hlm. 15
Zaidah Kusumawati, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Wirausahawan, (Jakarta: Lentera
Abadi, 2011), hlm. 49
6
Ibid, hlm. 50
Nabi SAW begitu menonjol dalam hal ketekunan dan kesungguhannya dalam
bisnis. Ia pernah menunggu pembelinya, Abdullah bin Abdul Hamzah selama
tiga hari. Abdullah bin Abdul Hamzah mengatakan, Aku telah membeli sesuatu
dari Nabi sebelum beliau menerima tugas kenabian, tapi karena masih ada suatu
urusan dengannya, lalu ia menjanjikan untuk mengantarkan padanya, tetapi aku
lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian aku pun pergi ke tempat tersebut dan
menemukan Nabi masih berada di sana. Nabi berkata, Engkau telah
membuatku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu. (HR. Abu
Dawud).7 Peristiwa ini menunjukkan kesabaran dan pengorbanan Nabi
Muhammad SAW yang luar biasa untuk tidak membuat relasi atau pelanggan
kecewa. Ia tidak marah, ia hanya menyampaikan bahwa ia merasa resah karena
telah menunggu tiga hari.
Kecerdasan bisnisnya sangat teruji. Ia pernah menjual barang dagangan di
pasar Busradan meraih keuntungan dua kali lipat dibanding para pedagang lain.8
Ketika mengetahui bahwa Muhammad berhasil mendapat keuntungan sangat
besar yang belum pernah diraih oleh siapapun sebelumnya. Khadijah memberi
bagian keuntungan yang lebih besar dibanding yang telah mereka sepakati.
Kepiawaian Nabi Muhammad SAW dalam bisnis dan penguasaannya atas
pasar sangat luar biasa. Pernah suatu ketika Nabi Muhammad SAW diminta
membawa barang dagangan milik Khadijah. Para pedagang senior Quraisy
Mekkah tidak suka kepada Muhammad yang jujur dalam berdagang. Bagi
mereka, berdagang adalah hal yang terpisah dari kejujuran. Mereka
berpandangan bahwa kejujuran tidak mungkin diterapkan dalam berdagang.
Mereka membuat rencana untuk membuat Muhammad SAW bangkrut. Ketika
rombongan mereka datang ke Syam, mereka sengaja menjatuhkan harga. Nabi
7
8
Ibid, hlm. 51
Ibid, hlm. 51
9
10
Ibid, hlm. 51
Ibid, hlm.52
11
Muhammad Syafii Antoni, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, (Jakarta:
Tazkia Publishing, 2011), hlm.18
12
Ibid, hlm. 19
13
Zaidah Kusumawati, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Wirausahawan, (Jakarta:
Lentera Abadi, 2011), hlm. 53
Muhammad SAW sudah mencapai apa yang disebut sebagai kebebasan uang
dan waktu. Ketika Muhammad SAW berusia 37 tahun, beliau mulai mengurangi
aktivitas bisnis dan lebih banyak melakukan kontemplasi. Nabi Muhammad
SAW terus mengurangi aktivitas bisnis terutama sesudah datangnya kenabian.14
2.2 Strategi Sukses Bisnis Rasulullah
Keberhasilan bisnis Nabi Muhammad SAW sangat terkait dengan dua prinsip
yang menjadi kunci suksesnya: Pertama, keberhasilan dalam membangun
kepercayaan, sehingga beliau sangat dipercaya (al-Amin). Dengan citra dirinya
sebagai al-Amin, orang-orang senang melakukan transaksi bisnis dengan beliau dan
tidak segan-segan menginvestasikan modal mereka kepadanya. Kedua, kompetensi
dan kemampuan secara teknis. Muhammad SAW mengetahui benar cara berinteraksi
dengan (calon) pembeli atau mitra bisnis. Beliau juga mengenal pasar-pasar dan
tempat-tempat perdagangan di Jazirah Arab. Muhammad SAW memahami seluk
beluk aktivitas perdagangan dan perekonomian. Beliau memahami keuntungan suatu
perdagangan dan bahaya riba serta berbagai transaksi perdagangan yang menyalahi
nilai-nilai syari.15
Ketika berdagang, Muhammad SAW tidak sekedar menjual produk, tetapi
beliau juga menjual nilai-nilai kepada mitra bisnis dan para pelanggannya. Maksud
dari menjual nilai-nilai adalah senantiasa mengedepankan etika bisnis yang dijiwai
dengan nilai-nilai syari.16 Nilai-nilai yang dijual antara lain: sopan saat bersikap,
santun kala berucap, jujur saat menjelaskan sifat/ karakter suatu produk, proporsional
dalam menentukan laba dari setiap produk, memberikan kelonggaran pembayaran
kepada pelanggan yang tidak mampu, dan berlaku adil serta transparan terhadap
pelanggan atau mitra bisnis.
14
Ibid, hlm. 54
Muhammad Syafii Antoni, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW, (Jakarta:
Tazkia Publishing, 2011), hlm. 160
16
Ibid, hlm. 161
15
10
Dalam Islam, hakikat seorang pedagang mengandung makna yang luas dan
mendalam. Allah menegaskan bahwa perniagaan dengan Allah merupakan suatu
solusi agar kita dapat selamat dari azab neraka.17 Dalam perwujudannya, perniagaan
dengan Allah melandasi setiap aktivitas berdagang/berbisnis untuk meraih
keridhaan-Nya dan sebagai bagian dari beribadah. Kemudian menjadikan setiap
usaha/bisnis yang dijalankan tidak berlebihan dalam memandang harta dan
keuntungan materi.
Nabi telah membuktikan bahwa sukses bisnis yang digapainya, banyaknya
kekayaan yang diraihnya, sama sekali tidak membuat beliau lupa diri dan hidup
dalam kemewahan. Sebaliknya, beliau memilih pola hidup yang sederhana dan
membelanjakan semua kekayaannya di jalan Allah.
Sejalan dengan memaknai bisnis/perdagangan secara Islami, Syarif (2005)
mengemukakan, bahwa bisnis yang terbaik adalah bisnis yang berkah. Bisnis yang
dikatakan berkah adalah bisnis yang melibatkan nilai (value), antara lain:
1. Tidak hanya berorientasi untuk mendapatkan uang, tetapi lebih berorientasi
kepada misi: mengharap keridhaan Allah.
2. Mengutamakan tujuan jangka panjang (ukhrawi) dibandingkan hanya mencari
keuntungan jangka pendek (duniawi).
3. Menjadikan sumber daya manusia sebagai aset, bukan sebagai alat.18
Maka pedagang yang senantiasa menerapkan etika bisnis syari seperti yang
dicontohkan Nabi SAW, tidak akan pernah merugi dalam menjalankan usahanya.
Sebab, dalam Islam, keuntungan tidaklah semata-mata ditinjau berdasarkan materi
semata. Hakikat keuntungan perniagaan dalam Islam sesungguhnya antara lain
mencakup: 1) bila kegiatan berdagang menambah amal shalih, 2) dapat membantu
17
18
11
orang lain, 3) menambah ilmu dan pengalaman, dan 4) menjalin silaturahim dan
networking.19
2.3 Kebijaksanaan Nabi Berbisnis
Profesionalisme Nabi SAW dalam berbisnis melekat erat dengan karakter
yang ada pada diri beliau. Karakter ini mencakup sifat Nabi yang mulia, yaitu siddiq,
amanah, fatanah, dan tabligh. Dalam konteks bisnis, sifat-sifat tersebut menjadi dasar
dalam setiap aktivitas bisnis beliau yang kemudian menjadi sikap dasar manusiawi
yang mendukung keberhasilan.20
2.3.1 Siddiq
Siddiq berarti jujur atau benar. Dalam menjalankan bisnisnya, Nabi
Muhammad SAW selalu menunjukkan kejujuran. Beliau meyakini bahwa
membohongi para pelanggan sama dengan menghianati mereka. Mereka akan
kecewa bahkan tertipu. Akibatnya, mereka tidak akan bertransaksi bisnis lagi.
Akibatnya, lambat laun bisnis pun akan hancur.
Dalam manajemen pemasaran modern, karakter siddiq sangat menentukan
terciptanya layanan informasi secara benar. Bahkan, karakter siddiq merupakan
dasar yang harus menyertai aktivitas bisnis. Dengan jiwa siddiq, hak atau
kepentingan pelanggan tetap terpenuhi.21
Kejujuran Nabi sebagai pebisnis anatara lain:
a. Tidak mengingkari janji yang telah disepakati.
b. Tidak menyembunyikan cacat atas sesuatu yang ditransaksikan.
c. Tidak mengelabui harga pasar.
19
20
21
12
2.3.2 Amanah
Amanah berarti dapat dipercaya. Dalam konteks ini, amanah adalah tidak
mengurangi atau menambah sesuatu dari yang seharusnya atau dari yang telah
disepakati.22 Itu bisa terjadi antara penjual dan pembeli, penyewa dan yang
menyewakan, maupun antara penggadai dan yang menggadaikan. Setiap orang
yang diberi amanah harus benar-benar dapat menjaga dan menanggung amanah
tersebut.
Seorang pebisnis haruslah dapat dipercaya, seperti yang telah dicontohkan
Nabi Muhammad SAW dalam memegang amanah. Saat menjadi pedagang, Nabi
Muhammad SAW selalu memberikan hak pembeli dan orang-orang yang
mempercayakan modalnya kepada beliau.
Bersikap amanah mutlak diterapkan dalam setiap transaksi bisnis atau
muamalah. Sebab, dengan adanya sikap ini kita dapat menghindar dari berbagai
perilaku yang menyalahi aturan syariat. Sikap amanah dalam bertansaksi antara
lain:
a. Tidak mengurangi sesuatu yang disetujui.
b. Tidak menambah sesuatu yang disepakati.
c. Memberikan sesuatu sesuai pesanan.23
2.3.3 Fatanah
Fatanah berarti cakap atau cerdas. Pebisnis yang cerdas mampu
memahami peran dan tanggung jawab bisnisnya dengan baik. Dia pun mampu
menunjukkan kreativitas dan inovasi guna mendukung dan mempercepat
keberhasilan.24 Seiring itu, pebisnis yang cerdas mampu memberikan sentuhan
nilai yang efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan pemasaran.
22
23
24
Ibid, hlm. 64
Ibid, hlm. 66
Ibid, hlm. 65
13
Di dunia bisnis yang penuh persaingan saat ini, kecerdasan dalam berbisnis
(kreativitas dan inovasi) sangat vital. Jika tidak, sukses dan keberhasilan hidup
suatu usaha akan terancam. Dalam transaksi muamalah, prinsip-prinsip yang
dijiwai dari sifat fatanah tercarmin dari:
a. Mengadministrasikan dokumen transaksi.
b. Menjaga profesionalisme dan kualitas pelayanan.25
c. Kreatif dan inovatif.
d. Mengantisipasi perubahan yang terjadi di pasar, baik yang berhubungan
dengan produk, teknologi, harga, maupun persaingan.
2.3.4 Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Dalam konteks bisnis, pemahaman tabligh
bisa mencakup argumentasi dan komunikasi. Penjual hendaknya mampu
mengomunikasikan produknya dengan strategi yang tepat. Artinya, tepat dalam
memilih media promosi, seperti TV, radio, surat kabar, dan majalah; tepat dalam
membidik segmentasi pasar, gender dan usia; tepat dalam menentukan target daya
beli; tepat dalam memberikan bulan diskon; tepat dalam menentukan biro iklan
atau model yang akan menjadi brand ambassador produk.26
Dengan sifat tabligh, seorang pebisnis diharapkan mampu menyampaikan
keunggulan-keunggulan produk dengan menarik dan tepat sasaran tanpa
meninggalkan kejujuran dan kebenaran. Dengan itu, pelanggan dapat dengan
mudah memahami pesan bisnis yang disampaikan.
Rasulullah SAW telah menunjukkan dirinya sebagai pedagang yang
argumentatif dan komunikatif. Beliau juga merupakan sosok komunikator yang
ulung, sehingga banyak mitra dan palanggan merasa senang berbisnis dengannya.
25
26
Ibid, hlm. 66
Ibid, hlm. 67
14
Lebih dari itu, beliau mampu memberi pemahaman kepada mereka perihal bisnis
yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
2.4 Prinsip-Prinsip Perdagangan Yang Adil
Muhammad benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang adil
dalam transaksi-transaksinya. Selain itu ia juga selalu menasehati para sahabatnya
untuk melakukan hal serupa. Ketika berkuasa, ia telah mengikis habis transaksitransaksi dagang dari segala macam praktik yang mengandung unsur-unsur penipuan,
riba, judi, ketidakpastian, keraguan, eksploitasi, pengambilan untung yang berlebihan
dan pasar gelap. Ia juga melakukan standarisasi timbangan dan ukuran, dan melarang
orang-orang mempergunakan standar timbangan dan ukuran lain yang kurang dapat
dijadikan pegangan.27
2.4.1 Penghasilan Terbaik
Nabi mendapatkan penghasilan halal dengan cara bekerja keras selama tinggal
di Makkah, baik di masa mudanya maupun setelah dewasa. Seseorang bertanya
pada Nabi, jenis penghasilan mana yang terbaik. Nabi menjawab, Hasil kerja
seseorang dengan tangannya sendiri dari setiap transaksi perdagangan yang
disetujui (HR Ahmad).28 Nabi juga bersabda, Sesuatu yang halal sudah jelas
dan apa yang haram juga sudah jelas, tetapi di antara keduanya ada hal-hal yang
samar yang banyak orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa menjaga dirinya
dari sesuatu yang meragukan, berarti ia memelihara agamanya dan kemuliaan
pribadinya, tetapi barangsiapa menjatuhkan dirinya ke dalam sesuatu yang
meragukan, berarti ia jatuh ke dalam hal-hal yang diharamkan, seperti seorang
27
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1996),
hlm. 20
15
Ibid, hlm. 20
Ibid, hlm. 21
16
berkah (HR Bukhari dan Muslim).31 Orang yang menjual barangnya dengan
sumpah palsu menurut Rasulullah SAW termasuk pada orang yang padanya
Allah tidak akan berbicara pada Hari Kebangkitan, ke arahnya Allah tidak
melihat, yang tidak Allah sucikan dan mereka mendapat azab yang pedih.
Kemudian, Abu Said meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata, Saudagar
yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para Nabi,
orang-orang jujur dan para syuhada (HR Tirmidzi).32
2.4.5 Hak-hak Kelompok dalam Transaksi
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan pertukaran barang dengan persetujuan
antara kedua belah pihak dalam suatu transaksi dagang sebagai sesuatu yang
halal, dan melarang mengambil benda orang lain tanpa persetujuan dan izin
mereka. Ini sangat penting, selain untuk mempertahankan perdamaian dan
ketertiban dalam masyarakat, juga untuk memelihara hubungan yang baik dan
harmonis di kalangan anggota masyarakat. Nabi telah meletakkan dasar-dasar
hukum dan peraturan guna melakukan transaksi-transaksi. Selain itu, ia juga
telah memberikan hak pada tiap kelompok untuk meneruskan atau membatalkan
transaksi dengan syarat-syarat tertentu.
Nabi juga melarang segala macam praktek riba. Ibn Umar berkata, Nabi telah
melarang penjualan dengan kredit yang jumlah pembayarannya berbeda pada
waktu yang lain (Daruqutni).33 Nabi juga melarang pertukaran logam mulia,
buah-buahan dan makanan yang terbuat dari gandum jika ada kemungkinan
timbulnya praktek riba, sebagaimana diperlihatkan oleh contoh-contoh berikut.
Menurut riwayat Abu Said Khudri, Rasulullah SAW berkata, Emas harus
dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma
31
Ibid, hlm. 22
Ibid, hlm. 22
33
Ibid, hlm. 23
32
17
dengan kurma dan garam dengan garam, atas dasar persetujuan bersama, dan
pembayaran dilakukan segera. Jika seseorang memberikan lebih atau meminta
lebih, maka ia telah memperdagangkan riba, yang menerima dan memberi samasama berdosa (HR Muslim).
2.4.6 Persetujuan Kedua Belah Pihak
Al-Quran memerintahkan kaum Muslim untuk melakukan perdagangan
dengan persetujuan kedua belah pihak (kesepakatan bersama). Kesepakatan
bersama mengandung arti bahwa semua transaksi harus dilakukan dengan
persetujuan bersama, bukan atas dasar paksaan maupun penipuan.34 Contohnya,
walaupun kenyataannya ada kesepakatan bersama dalam pemberian bunga dan
suap menyuap, namun jelas bahwa pihak yang membutuhkan dipaksa oleh
keadaan untuk setuju akan transaksi semacam itu. Di dalam perjudian, seperti
peserts tertipu oleh harapan palsu untuk menang. Tidak seorang pun akan setuju
akan setuju untuk berjudi kalau ia tahu bahwa ia akan kalah. Begitu juga setiap
kasus transaksi yang melibatkan unsur-unsur penipuan. Pihak yang tertipu setuju
karena ketidaktahuannya bahwa di situ terjadi penipuan. Seandainya ia
mengetahui bahwa ia akan tertipu, ia akan menolaknya.
2.5 Orientasi Kepada Pelanggan
2.5.1 Mencintai Pelanggan
Dalam berdagang Rasulullah sangat mencintai pelanggan seperti dia
mencintai dirinya sendiri. Itu sebabnya beliau melayani pelanggan dengan
sepenuh hati. Bahkan, beliau tidak rela pelanggan tertipu saat membeli. Sikap ini
34
Ibid, hlm. 26
18
35
Muammar Nas, Kedahsyatan Marketing Muhammad, (Bogor: Pustaka Iqro Internasional, 2010),
hlm.51
36
Ibid, hlm. 53
37
Bambang Trim, Business Wisdom of Muhammad SAW 40 Kedahsyatan Bisnis ala Nabi SAW,
(Bandung: Madani Prima, 2008), hlm. 29
19
38
Ibid, hlm. 33
Muammar Nas, Kedahsyatan Marketing Muhammad, (Bogor: Pustaka Iqro Internasional, 2010),
hlm. 65
39
20
Nabi SAW bersabda: Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersamasama nabi, orang-orang shadiqin, dan para syuhada (HR Tirmidzi dan Ibnu
Majah).40 Seseorang yang berbisnis tanpa berorientasi pada menanamkan
kepercayaan maka bisnisnya sudah pasti akan segera bubar meskipun dari hal ini
dia bisa kaya raya.
40
Bambang Trim, Business Wisdom of Muhammad SAW 40 Kedahsyatan Bisnis ala Nabi SAW,
(Bandung: Madani Prima, 2008), hlm. 31
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sebelum diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT, Muhammad telah
berkecimpung dalam dunia bisnis selama kurang lebih 25 tahun. Keberhasilan bisnis
Nabi Muhammad SAW sangat terkait dengan dua prinsip yang menjadi kunci
suksesnya yakni: Pertama, keberhasilannya dalam membangun kepercayaan.
Profesionalisme Nabi SAW dalam berbisnis melekat erat dengan karakter yang ada
pada diri beliau, yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh. Sifat-sifat inilah yang
menjadi dasar aktivitas bisnis beliau, sehingga orang-orang senang melakukan
transaksi bisnis dengan beliau dan tidak segan-segan menginvestasikan modal mereka
kepadanya.
Kedua, kompetensi dan kemampuan secara teknis. Muhammad SAW
mengetahui benar cara berinteraksi dengan (calon) pembeli atau mitra bisnis. Beliau
senantiasa memperlakukan pelanggannya seperti raja, dengan selalu mencintai,
menghargai, memudahkan, dan memenuhi janjinya terhadap pelanggan. Beliau juga
memahami keuntungan suatu perdagangan dan bahaya riba serta berbagai transaksi
perdagangan yang menyalahi nilai-nilai syari, sehingga selalu melaksanakan prinsip
keadilan dalam berdagang.
3.2 Saran
Dengan mempelajari kisah Nabi Muhammad SAW dalam berbisnis, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa berdagang itu penting dan dapat dijadikan sebagai
sarana untuk mengangkat derajat seseorang. Maka kita sebagai seorang mahasiswa,
sudah seharusnya belajar berdagang sejak dini, seperti yang telah dicontohkan Nabi
Muhammad SAW yang mulai berdagang sejak umur 12 tahun. Kemudian untuk
22
menjadi seorang pedagang yang sukses, sosok Nabi Muhammad SAW dapat
dijadikan sebagai suri teladan yang terbaik bagaimana merintis, mengelola, dan
mengembangkan bisnis secara lurus dan bersih. Dimana berdagang bukan hanya
berorientasi pada keuntungan saja, tetapi juga menjunjung tinggi prinsip kejujuran
dan keadilan.
23
GLOSARIUM
24
25
26
DAFTAR PUSTAKA
27