Anda di halaman 1dari 69

UPAYA MEMBUDAYAKAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(K3)
MASYARAKAT INDUSTRI

KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan pedoman pembelajaran mahasiswa yang mengambil mata
Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3), oleh karena itu wajib dimilikinya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah program nasional yang dipakai
sebagai acuan penyelenggara perusahaan dalam mengelola industrinya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) termasuk program pembangunan
ketenagakerjaan yang diandalkan agar berperan dalam mewujudkan produktivitas
kerja optimal.
Slogan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) setiap tahunnya terpasang di
halaman kawasan industri memperlihatkan betapa pentingnya menyadarkan
masyarakat mampu membudayakannya dalam setiap aktivitas kerja.
Semoga buku ini memberikan manfaat bagi mereka pemerhati Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dimanapun berada.

Malang,

Juli 2006

Drs. Ir. MOEADI, M. Kes.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB 1

ORIENTASI K3 DALAM MASYARAKAT INDUSTRI.................

BAB 2

UNDANG-UNDANG TERKAIT DENGAN K3.............................

BAB 3

SISTEM MANAJEMEN K3............................................................

10
BAB 4

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA.............................................

16
BAB 5

PSIKOLOGI KERJA........................................................................

20
BAB 6

KESEHATAN DAN DAYA KERJA OPTIMAL..............................

26
BAB 7

HYGIENE PERUSAHAAN.............................................................

32
BAB 8

TOKSIKOLOGI INDUSTRI............................................................

39
BAB 9

ERGONOMI....................................................................................

43
BAB 10

PENCEMARAN LINGKUNGAN KERJA......................................

47
BAB 11PENYEBAB KECELAKAAN KERJA..................................................
51
BAB 12

PENANGGULANGAN KEBAKARAN..........................................

55
BAB 13

GIZI KERJA.....................................................................................

59
PUSTAKA ACUAN

ii I
BAB

ORIENTASI K3 DALAM MASYARAKAT INDUSTRI


Memasyarakatkan dan membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
untuk menyadarkan masyarakat pentingnya K3 dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Kampanye nasional tentang K3 memberikan pesan khususnya masyarakat industri
bahwa setiap tema yang terpasang memiliki makna dan peran besar dalam mengelola
industrinya. Pola gerakan nasional membudayakan K3 dimaksudkan agar semua pihak
dapat menggunakannya sebagai pedoman pokok dalam upaya pembudayaan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada pembentukan tenaga profesional
yang mandiri, beretos kerja dan produktif. Dalam pembangunan ketenagakerjaan perlu
dibina dan dikembangkan perbaikan syarat kerja serta perlindungan tenaga kerja sistem
hubungan industrial Pancasila.
Penerapan ilmu dan teknologi bukan tanpa resiko dan membutuhkan tenaga ahli
dan terampil, tanpa tenaga kerja yang berkualitas dengan peralatan semakin canggih
justru menimbulkan kesulitan dan dapat membahayakan tenaga kerja.
Masalah K3 tidak bisa dikesampingkan dan ternyata bukan masalah kecil akibat
ditimbulkannya menjadi kerugian cukup besar.

1.

K3 dalam Aspek Kehidupan di Masyarakat


Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : KEP.462/93
tanggal 21 Desember tentang Pola gerakan Nasional Membudayakan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan Undang-Undang Nomor1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja memberikan petunjuk bahwa berbagai pihak menyadari pentingnya K3
mutlak dilaksanakan dalam beraktivitas kerja.
Ke depan program pola gerakan nasional membudayakan K3 memberikan arah
terciptanya kehidupan masyarakat dalam berbagai aktivitasnya terbebas dari segala
ancaman kecerobohan dan kelalaian di lingkungan kerjanya.
Membudayakan

K3

dalam

kehidupan

bermasyarakat

berarti

menumbuhkembangkan prakasa dalam kegiatan K3 secara arif dan melaksanakan


pekerjaan didasarkan kaidah manusiawi.
Ruang lingkup K3 garis tetap berada di semua lini kegiatan baik di sektor
formal maupun di sektor non formal, sebab potensi ancaman bahaya kecelakaan
mengancam dimanapun berada.
Banyak contoh yang bisa diambil misalnya di sektor pertanian, perkebunan
akibat penggunaan pestisida, kemudian di perhubungan darat sejumlah kecelakaan
kendaraan, kecelakaan di wilayah perairan, di media massa dapat dibaca betapa
kejamnya kecelakaan akibat tidak memperdulikan K3.
Memang benar K3 sangat erat hubungannya dengan sikap dan perilaku
manusia di samping ketidaktahuan makna K3 dalam kehidupan.
Ketiga tema diatas sudah memberikan gambaran betapa pentingnya K3 dalam
kehidupan di masyarakat.
2.

K3 dalam Aspek Masyarakat Industri


Kampanye K3 yang terpasang setiap tahun bisa disimak dengan seksama
bahwa K3 merupakan pedoman yang tepat dalam kehidupan di masyarakat industri.
Tema K3 tahun 1991, Jadikanlah Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai Naluri
Kehidupan Budaya Bangsa. Tema K3 tahun 2005, Pemantapan Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui budaya kerja yang Disiplin Mandiri dan
Produktif untuk menjamin pekerjaan yang layak. Tema K 3 tahun 2000, Gelorakan
Gema Daya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kehidupan Bermasyarakat.

Tiga macam K3 memberikan gambaran betapa pentingnya K3 di masyarakat


industri.
Undang undang keselamatan kerja menyatakan setiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Setiap
orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.
Setiap sumber produksi perlu dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Berhubungan dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina normanorma perlindungan kerja. Pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan
kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat industrialisasi, teknik dan
teknologi.
Kampanye nasional K3 diawali tahun 1984 sudah mendapat tanggapan positif
dari masyarakat industri, ini menunjukkan bahwa pabrik dan perusahaan sudah
menghayati pentingnya K3 dalam kegiatan proses produksi. Kalangan industri
sudah memperlihatkan sikap, semula K3 dianggap sebagai beban, kini sudah
beralih bahwa K3 sebagai kebutuhan. Terbukti sudah memperlihatkan sikap dan
kebijakan manajemen perlunya peningkatan pengetahuan K3 di semua hal lini
jajarannya.
Di samping itu undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan kerja
menyatakan

bahwa

kesehatan

kerja

diselenggarakan

untuk

mewujudkan

produktivitas kerja optimal. Bahwa kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan


kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat-syarat kerja. Bahwa upaya
kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap tenaga kerja bekerja secara sehat tidak
merugikan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya.
Mengingat gerakan nasional K3 adalah bersifat sentral maka strategi
pencapaian tujuan harus melalui beberapa pendekatan. Pertama pendekatan wilayah
atau regional, melalui pemerintah daerah tingkat satu bersama para asosiasi terkait
dan dinas-dinas terkait melakukan seminar, pertemuan terpadu agar pelaksanaan K3
berfungsi baik. Kedua pendekatan sektoral, bahwa setiap instansi sektoral diberi
kewenangan membina dan mengelola perusahaannya masing-masing, upaya aktif
meningkatkan partisipasi K3 dan bekerja sama dengan dinas terkait. Intensif

menegakkan hukum menjadikan K3 sebagai kebutuhan esensial di unit


produksinya. Ketiga pendekatan akademik, perguruan tinggi relevan dengan visi
misi K3 memberikan pelayanan tentang K3, bahwa ke depan para tunas bangsa
lebih berperan memimpin perusahaan dengan membawa misi K3 sebagai unsur
menentukan. Melalui kajian lapangan, penelitian, maka K3 membudayakan di
tengah masyarakat.
Dalam era globalisasi yang tengah berlangsung dewasa ini, tertentu membawa
perubahan-perubahan yang terus dikembangkan agar peran serta K3 menjadi
penilaian prioritas utama. Produktivitas kerja yang semakin baik memberikan
aspirasi bahwa kemauan dan kecakapan seseorang diandalkan untuk memenuhi
tuntutan perusahaan.

BAB 2
UNDANG-UNDANG TERKAIT DENGAN K3
Pentingnya mempelajari undang-undang adalah memberikan kekuatan hukum,
peraturan-peraturan kepala bermasyarakat untuk dipatuhi dan dilaksanakan terkait
dengan tugas-tugas kerja.
Setiap warga negara berhak mematuhi hukum yang berlaku dan setiap pelanggaran
dikenakan sangsi sesuai dengan penjelasan dalam undang-undang.
1.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


Undang undang ini merupakan pokok pikiran upaya pembinaan tenaga kerja
yang melakukan aktivitas kerja di industri. Terdapat lima butir pokok pikiran yang
terkandung di dalamnya, pertama bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Kedua bahwa setiap
orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.
Ketiga bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien. Keempat bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya
upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja. Kelima bahwa pembinaan
norma-norma itu perlu diwujudkan dalam undang-undang yang memuat ketentuan
ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.
Sebelum berlakunya undang undang keselamatan kerja, diterbitkan peraturan
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7, tahun 1964 tentang syarat kesehatan,
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, sehingga dapat dipakai penguat
hukum kewenangan dalam mengelola perusahaan.
Memperkuat pemahaman undang-undang keselamatan kerja tersebut perlu
diperhatikan juga bunyi undang-undang dasar 1945 pasal 27, pada butir satu
menyebutkan segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada
kecualinya. Kemudian pada butir dua dan disebutkan tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
8

Semua warga negara Republik Indonesia memahami dengan sesungguhnya


bahwa undang-undang negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai
ideologi nasional, asas kerohanian negara dan jati diri bangsa, karenanya menjadi
asas normatif, filosofis, ideologis, konstitusional bangsa, menjiwai, melandasi dan
memandu cita budaya dan moral politik nasional (memorandum, nasional,
laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang, 2005).
Pembukaan UUD 1945 merupakan hasil kesepakatan para pemimpin rakyat
Indonesia tanggal 22 Juni 1945 dan diperbaiki bersama tanggal 18 Agustus 1945,
karena itu pembukaan UUD 1945 adalah bagian dan tidak bisa dipisahkan dari
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Memasyarakatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja peran serta perusahaan
bekerja sama dengan dinas terkait (Disnaker Trans) dalam menyebarluaskan pesanpesan K3 dapat menyentuh perhatian masyarakat.
Mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai program prioritas
untuk meningkatkan produktivitas dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja.
2.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Kerja


Masalah pokok yang terkandung dalam undang-undang kesehatan kerja adalah
terpenuhinya kesehatan tenaga kerja dalam beraktivitas kerja untuk mewujudkan
produktivitas kerja optimal, upaya kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap
tenaga kerja bekerja secara sehat jasmani dan sehat rohani.
Sesuai Rekomendasi Internasional Labour Organization (ILO) dan Badan
Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tentang kesehatan kerja,
dinyatakan bahwa perlindungan pekerja terbebas dari resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan harus mendapatkan prioritas utama.
Dalam program kesehatan kerja, pencemaran di tempat kerja menjadi prioritas
utama juga evaluasi dan pengukuran serta proses mekanisasi proses produksi.
Program kesehatan kerja harus meliput pelajaran kesehatan tenaga kerja,
menetapkan syarat kerja sesuai kondisi personal, mendeteksi daerah atau lokasi
proses-proses produksi.
Dalam undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan kerja
dinyatakan

bahwa,

kesehatan

kerja

diselenggarakan

untuk

mewujudkan

produktivitas kerja optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja


pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat-syarat kerja, upaya tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya agar diperoleh
produktivitas kerja optimal.
Sektor ketenagakerjaan perlindungan tenaga kerja yang harus dipenuhi secara
hukum, jaminan sosial tenaga kerja, penegasan secara hukum, dimuat dalam
undang-undang Nomor 3 tahun 1992, bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya
insani merasa aman dan berdedikasi dalam pekerjaannya, lebih produktif dan hidup
sejahtera.
Semakin meningkatnya peranan tenaga kerja diikuti meningkatnya penggunaan
teknologi di berbagai sektor industri mengakibatkan tingginya resiko yang
mengancam keselamatan dan kesehatan.
Perlindungan tenaga kerja melalui program jaminan sosial selain memberikan
ketenangan kerja juga mempunyai dampak positif peningkatan disiplin untuk
kepentingan produktivitas kerja.
Program ini menekankan pada

perlindungan tenaga kerja, secara moral

manajemen mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan tenaga


kerja berperan aktif atas pelaksanaan program jaminan sosial.
Jaminan pemeliharaan kesehatan untuk meningkatkan produktivitas tenaga
kerja sehingga dapat melaksanakan tugas dan merupakan upaya kesehatan. Jaminan
sosial tenaga kerja menanggulangi risiko kerja sekaligus menciptakan ketenangan
kerja. Program yang berorientasi pada pemenuhan perlindungan tenaga kerja yang
merupakan faktor strategis dalam mendukung kemajuan perusahaan. Pemeriksaan
kesehatan dilakukan rutin berdasarkan analisis medical yang kompeten,
pemeriksaan rutin dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan, dan
kemungkinan menilai pengaruh negatif yang terjadi sehingga tidak mengganggu
kesehatannya. Adakalanya pemeriksaan khusus apabila terdapat keluhan tertentu
karena pekerjaannya bisa berakibat akut atau kronis berkepanjangan.
Diambil contoh masalah kebisingan yang menyebabkan gangguan telinga dan
berdampak pada konsentrasi, bunyi kebisingan yang menetapkan (steady state
noise) ditetapkan 80 Db, adalah angka pemaparan bising untuk waktu & jam secara
terus menerus (sesuai rekomendasi OSHA, 1971).

10

Tidak selamanya sumber kebisingan menetap, adakalanya melebihi angka 80


Db. Seseorang harus di rotasi bila di tempat kerja terdapat intensitas 97 dBA maka
lama pemaparan diperkenankan hanya 3 jam. Tindakan berkala diadakan tes
pendengaran (audio metric screening) tujuannya mengetahui status pendengaran
dan memantau efektivitas pendengaran.
Pencahayaan di tempat kerja harus terkontrol, pencahayaan yang baik
menjamin fungsi mata peranannya bagi tinggi rendahnya

produktivitas.

Pencahayaan lokal (local illumination) adalah pencahayaan menerangi tempat kerja


secara visual misalnya tukang bubut, tempat pembacaan panel, manometer dan
sejenisnya diharuskan terpasang intensitas penerangan 200 lux sampai dengan 500
lux.
Pencahayaan umum (general illumination) adalah intensitas penerangan untuk
memenuhi kebutuhan ruangan secara merata dapat terpasang 50 lux sampai 100
lux. (Rekomendasi Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964).
3.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945 dilaksanakan dalam pembangunan nasional Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat,
martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil
makmur dan merata baik materiil maupun spirituil.
Pembinaan

hubungan

industrial

sebagai

bagian

dari

pembangunan

ketenagakerjaan diarahkan untuk mewujudkan hubungan industrial yang harmonis,


dinamis dan berkeadilan.
Untuk melindungi keselamatan tenaga kerja guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya
keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para tenaga kerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Konvensi dasar International Labour Organization merekomendasikan bahwa
pencegahan gangguan kesehatan disebabkan oleh kondisi kerja, perlindungan dari

11

resiko faktor pengganggu kesehatan. Di samping itu setiap perusahaan wajib


menerapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan. Sistem perusahaan K3 adalah komitmen dan kebijakan manajemen,
dan kebijakan manajemen tentang K3 menjadi pernyataan tertulis sekaligus sebagai
visi perusahaan.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan
kerja. Untuk mengungkap kemungkinan tersebut dapat dianalisis melalui akar
penyebab kecelakaan terjadi dampak termasuk tingkat keseringannya, berikutnya
dilakukan secara seksama melalui penelitian menetapkan beberapa variabel
pengikat sehingga menjadi data yang tepat.
Sejak era reformasi tahun 1998 di bidang ketenagakerjaan internasional
penghargaan terhadap hak asasi manusia di tempat kerja dikenal melalui delapan
konvensi dasar ILO. Komitmen bangsa Indonesia terhadap meratifikasi konvensi
tersebut, kemudian dibuat undang-undang ketenagakerjaan yang mencerminkan
ketaatan dan penghargaan terhadap keberadaan tenaga kerja pada umumnya, hal ini
memuat : landasan asas dan tujuan pembangunan ketenagakerjaan : perencanaan
tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan, pemberian kesempatan dan perlakuan
yang sama bagi tenaga kerja; Pelatihan kerja yang diarahkan untuk meningkatkan
dan mengembangkan keterampilan serta keahlian tenaga kerja gun meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan; Pelayanan penempatan tenaga
kerja dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja secara optimal dan penempatan
tenaga kerja pada pekerjaan yang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan
sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam upaya perluasan
kesempatan kerja; Penggunaan tenaga kerja asing yang tepat sesuai dengan
kompetensi yang diperlukan; Pembinaan hubungan industrial yang sesuai dengan
nilai Pancasila diarahkan untuk menumbuhkan hubungan yang harmonis, dinamis
dan berkeadilan antar para industrial termasuk perjanjian kerja bersama, lembaga
kerja sama bi partit lembaga kerja sama tri partit permasyarakatan hubungan
industrial dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial (Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003).

12

Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) mempunyai fungsi


mitra manajemen memiliki peran yang cukup berarti dalam operasional di
perusahaan bidang K3. bila manajemen menerapkan kebijakan di bidang K3, tenaga
kerja mempunyai tanggung jawab untuk mematuhinya.
Undang undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan mencakup
masalah : mengatur sistem ketenagakerjaan di industri; Hubungan industrial;
Pelatihan kerja profesional yang akreditatif; K3; Pengupahan; Mogok kerja;
Pemutusan hubungan kerja; Pengawasan pembinaan penyidikan; Konvensi dasar
ILO; Hubungan industrial intinya manajemen dan organisasi tenaga kerja
mempunyai

fungsi

menciptakan

kemitraan

yang

mengembangkan

usaha

memperluas lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan.


Khusus keselamatan dan kesehatan kerja dinyatakan bahwa setiap tenaga kerja
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas substansi K3, perlindungan
atas moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat
manusia serta nilai agama.

13

BAB 3
SISTEM MANAJEMEN K3
Dalam kegiatan industri segala kendala kerja harus disingkirkan, pengelola industri
menghendaki produktivitas dicapai secara maksimal. Sistem manajemen K3 (SMK3)
hakekatnya mengungkap kelemahan operasional dalam pekerjaan yang memungkinkan
terjadi kecelakaan kerja.
Manajemen

perusahaan

membuat

kebijakan

menetapkan

sasaran

melalui

perencanaan dan mengamati keputusan tepat. Manajemen menyusun kerangka tindakan


antara lain membentuk Panitia Pembina keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3),
penyempurnaan ergonomis dan pengawasan kebiasaan kerja. SMK3 (Permen Naker No.
Per 05 / MEN / 1996) membentuk struktur organisasi menetapkan perencanaan,
tanggung jawab. Pelaksanaan (prosedur, proses), sumber daya. SMK3 perlu
dikembangkan dan diterapkan, dikaji dalam rangka pencapaian tujuan yaitu tempat
kerja aman, tertib dan efisien.
Penerapan SMK3 adalah komitmen dan kebijakan manajemen, dalam kebijakan
berikutnya dibuat perencanaan dan bagaimana penerapannya. Berikutnya dilakukan
pengukuran dan evaluasi, dilakukan peninjauan ulang dan ini merupakan peningkatan
manajemen yang merupakan peningkatan berkelanjutan.
Merujuk Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 menyatakan setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Diharapkan
setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama.
1.

Asas Manajemen K3
Dalam dunia usaha pertimbangan ekonomi menjadi pertimbangan yang selektif
dalam mengelola perusahaan. Produktivitas menjadi sasaran utama (target
oriented), namun dipertimbangkan juga masalah K3 yang mencakup biaya
kecelakaan dan biaya pencegahan juga dipertimbangkan.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor sistem produksi yang sering terlibat
dalam kecelakaan kerja, oleh sebab itu sub sistem perangkat lunak seperti

14

profesionalitas

tenaga

kerja,

kebijakan

dan

persyaratan

kerja

harus

dipertimbangkan. Hal yang sama sub sistem perangkat kerja seperti sumber
produksi dan proses produksi serta mutu produksi dan proses produksi serta mutu
produksi harus berjalan sinergis.
Secara umum kecelakaan kerja diartikan kejadian yang tidak dapat diduga,
tetap juga bisa diramalkan akibat perbuatan dan kondisi yang tidak memenuhi
persyaratan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
Perbuatan bahaya (an safe act) harus mendapat perhatian serius dari
manajemen K3, beberapa indikator yang dapat ditampilkan atas perbuatan
berbahaya

antar

lain

Pertama,

kekurangan

pengetahuan

dalam

kerja

(unknowledge), kekurangan kecelakaan dan ( un skilled), sikap dalam kerja


(attitude).
Kedua, faktor kecelakaan dan faktor kebosanan. Ketiga, gangguan psikologis.
Keempat, bekerja tidak sepadan secara ergonomis. Kelima, karena faktor sosio
ekonomis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor manusia penyebab
kecelakaan kerja, bahkan mereka akan menerima beban yang berkelebihan serta
kondisi lingkungan kerja tidak mendukung.
Karena itu sistem manajemen K3 berperan aktif dalam rangka pengendalian
kerugian. Ke depan manajemen harus berfikir serius menyongsong semakin
canggihnya peralatan dalam proses produksi, itu sebabnya doktrin K3 harus
bertumpu pada pengendalian dan perhatian pada tenaga kerja.
Manajemen perusahaan harus bertolak pada perencanaan yang cermat, setiap
resiko harus dikendalikan secara teknis dan sistematis, tidak semata-mata dijamin
oleh besarnya asuransi.
Masa sekarang dan seterusnya kalangan industri sudah mulai memperlihatkan
sikap dari semula K3 perlu ditingkatkan untuk menghadapi tantangan kemajuan
teknologi. Perlindungan tenaga kerja harus ditingkatkan melalui perbaikan kondisi
kerja, peningkatan kesejahteraan, penegakan hukum K3.
Peranan manajemen dalam membangkitkan partisipasi tenaga kerja tidak
dilandasi oleh aturan otoritas melainkan lebih berdaya guna bila dibangkitkan
melalui kepemimpinan profesional ketauladan dengan tujuan utama better safety

15

and better production. Sebenarnya kendala psycologis yang ditanggulangi bersama


melalui kepemimpinan paternalistic berusaha mendisiplinkan tenaga kerja
menanamkan kepatuhan norma K3 dalam menanggulangi resiko.
Metode pencegahan kecelakaan dan pengendalian resiko bertumpu pada empat
tahapan; Pertama, pendekatan legalistik mengacu pada peraturan perundangan
norma kerja; Kedua, pendekatan administratif difokuskan pada tata laksana kerja
dan disiplin kerja dan disiplin kerja; Ketiga, pendekatan teknis mengacu pada
teknologi proses produksi, standar kerja; Keempat, pendekatan persuasif mengacu
pada struktur organisasi, kultur kerja. Keempat pendekatan tersebut dilakukan
secara berimbang.
SMK3 lebih condong pada pendekatan persuasif, karena struktur organisasi
yang menangani masalah K3 lebih diutamakan peranannya terutama unsur
manajemen. Pendekatan persuasif melihat bahwa K3 dijadikan salah satu unsur
produksi dalam mainstream manajemen, mengutamakan pembinaan dalam sistem,
memperdayakan lapisan bawah berperan serta memecahkan permasalahan.
Dalam SMK3 peran P2K3 mempunyai fungsi sebagai mitra kerja, suatu
kerjasama yang bernafaskan simbiosis dipastikan sebagai motor penggerak dalam
menciptakan tempat kerja yang aman dalam suasana yang nyaman.
2.

Fungsionalisasi Bi Partite dan Tri Partite


Merujuk referensi kesehatan kerja versi ILO dan WHO antara lain :
Perlindungan tenaga kerja dari resiko beberapa faktor yang mengganggu kesehatan,
pencegahan gangguan kesehatan disebabkan oleh kondisi kerja, penempatan tenaga
kerja dalam lingkungan kerja yang sesuai dengan kemauan fisik dan psikologis;
Penyesuaian setiap tenaga kerja terhadap pekerjaannya dan promosi dan
pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan sosial dari para tenaga kerja.
Selanjutnya Hiperkes memberikan referensi kepada manajemen perusahaan
yang bertujuan agar tenaga kerja sehat dan produktif. Ke depan manajemen
perusahaan memberikan perhatian khusus akan keselamatan dan kesehatan selama
beraktifitas dalam kondisi stabil. Setidak-tidaknya perusahaan dapat mengemban
beberapa diktum sebagai berikut : Kesehatan preventif yang mencegah tenaga kerja
mengalami gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja, pengamanan bahaya

16

yang mungkin timbul oleh proses produksi sehingga menurunkan derajat kesehatan;
kesejahteraan dan produktivitas kerja dan penyerasian di antara tenaga kerja dan
pekerjaannya dengan tujuan kegairahan dan efisiensi kerja serta dampak
promosional dalam meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja.
Sistem manajemen K3 berdasarkan Permen Naker No. Per 05/Men/1996
mengemban tugas : membentuk struktur organisasi K3, perencanaan dan
pengenterapan fungsi K3 di perusahaan.
Penerapan sistem manajemen K3 mencakup komitmen dan kebijakan,
perencanaan SMK3, penerapan SMK3, pengukuran dan evaluasi, peninjauan ulang
dan peningkatan manajemen.
Manajemen K3 merupakan ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan
aspek eksak dalam pengambilan keputusan.
KEBIJAKAN MANAJEMEN

PERBUATAN TIDAK SELAMAT


KEADAAN TIDAK SELAMAT

KECELAKAAN KERJA

KERUGIAN MATERI

Akar Permasalahan

Gejala

Kejadian

KERUGIAN TENAGA KERJA

Dalam manajemen perusahaan terdapat lima teori manajemen yang mendasari


pemikiran antara lain : Pertama, manajemen teknologi prinsip dasar adalah proses
produksi dan ekonomi, faktor paling penting adalah peralatan yang andal dan mesin
yang efisien.
Kedua, manajemen manusia, prinsip dasar komunikasi dan hubungan kerja
yang serasi, faktor penting tenaga kerja dan manajemen, titik tumpuan manusia dan
kesejahteraan.

17

Ketiga, manajemen administrasi, prinsip dasar tata tertib dan tata kerja, faktor
penting manajemen selaku penguasa tunggal, titik tumpuan organisasi yang teratur.
Keempat, manajemen ilmiah prinsip dasar hasil penelitian dan kemampuan
interprestasi, faktor terpenting dalam perusahaan mutu produksi dan penambahan
nilai titik tumpuan pola keputusan manajerial.
Kelima, manajemen sasaran, prinsip dasar pembinaan sumber daya manusia,
faktor terpenting prestasi karyawan, dan titik tumpuan sasaran pembinaan.
Kelima teori manajemen tersebut manusia atau karyawan selalu terlibat dalam
pemikiran, namun dicarikan teori manajemen mana yang paling cocok dalam
ukuran K3.
Dalam perusahaan adalah dua substansi yang saling berhubungan kuat dalam
melaksanakan pekerjaan rutin yaitu manajemen perusahaan dalam hal tertentu
disebut manajer, mereka bertanggung jawab sepenuhnya mengelola unit kerja.
Secara struktural telah diatur pembagian tugas dan kewenangan (delegation of
authority), semua tata tertib dan norma-norma kerja diatur oleh manajemen.
Berikutnya adalah komunitas karyawan, adalah sekumpulan tenaga kerja yang
berfungsi sebagai tenaga kerja (Operation on the job). Komunitas karyawan
diharapkan orang-orang yang profesional di bidangnya.
Kedua substansi (manajerial dan komunitas karyawan) harus komunikatif,
keduanya tidak ada peluang untuk saling menjatuhkan, keduanya saling sinergis.
Pemahaman bi partite adalah meletakkan dasar hubungan simbiosis, keduanya
memiliki persamaan persepsi dalam memajukan perusahaan dan meningkatkan
produktivitas kerja.
Pemahaman tri partite adalah langkah hubungan simbiosis, keduanya memiliki
persamaan persepsi dalam memajukan perusahaan dan meningkatkan produktivitas
kerja.
Pemahaman tri partite adalah langkah hubungan simbiosis antara dinas terkait
yang membidangi masalah tenaga kerja dan manajemen perusahaan serta observasi
fisik kegiatan tenaga kerja oleh dinas terkait setelah otonomi daerah diberlakukan
kewenangan dinas tenaga kerja diberikan otoritas pengawasan ke daerah industri di
wilayahnya masing-masing. Dinas tenaga kerja (pengawas keselamatan dan

18

kesehatan kerja) berhak mengadakan pemeriksaan atas problema keselamatan kerja,


mengadakan konsultasi dengan manajemen perusahaan.
Berdasarkan aturan perusahaan mempekerjakan sekitar 100 orang harus
dibentuk panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja yang bertugas memberi
pertimbangan kepada manajemen bahwa tindakan preventif diutamakan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep 35/MEN/1979
tanggal 4 April 1979 mengutamakan fungsi Tri Partite yang mendasari sistem tri
anggulasi.

19

BAB 4
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
Pembangunan sektor ketenagakerjaan adalah salah satu bagian dari pembangunan
nasional, diarahkan pada peningkatan martabat dan kemampuan manusia serta
menanamkan kepercayaan diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera
dan menanamkan jiwa spiritual.
Peran serta tenaga kerja semakin meningkat, oleh sebab itu kepada tenaga kerja
perlu diberikan perlindungan hukum, pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesejahteraannya sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
Bentuk perlindungan hukum dan lain sebagainya diselenggarakan dalam program
jaminan sosial tenaga kerja dan program pelayanan kesehatan.
1.

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja


Program jaminan sosial tenaga kerja dikukuhkan dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992. Tenaga kerja sebagai sumber daya insani
akan merasa aman dan lebih berdedikasi dalam pekerjaannya. Program jaminan
sosial adalah salah satu kebutuhan bagi tenaga kerja untuk dapat bekerja lebih
produktif dan lebih sejahtera, di sisi lain perusahaan akan lebih bersungguhsungguh dalam meningkatkan usahanya karena tenaga kerja yang bekerja
terlindung dan terjamin oleh program jaminan sosial tenaga kerja.
Semakin meningkatnya penggunaan teknologi di berbagai sektor kegiatan
usaha dapat meningkatkan semakin tinggi risiko yang bisa mengancam keselamatan
dan kesehatannya sehingga perlu upaya peningkatan perlindungan tenaga kerja.
Program jaminan sosial tenaga kerja akan memberikan ketenagaan kerja dan
berdampak positif terhadap usaha berdisiplin diri disertai peningkatan terhadap
usaha berdisiplin diri disertai peningkatan produktivitas disegala kegiatan.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan kegiatan
kerja, dan kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat pekerjaan atau perjalanan sebaliknya yang selalu dipakai sebagai jalur
perjalanan tetap.

20

Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja meliputi : Pertama,


jaminan kecelakaan kerja, gangguan kesehatan akibat kerja merupakan risiko yang
senantiasa dihadapi setiap saat, untuk menanggulangi peristiwa tersebut akibat
kecelakaan baik kecelakaan fisik maupun mental termasuk kematian program
kecelakaan kerja harus berfungsi.
Kedua, jaminan pemeliharaan kesehatan, untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sehingga terus dapat melaksanakan tugasnya merupakan upaya
kesehatan di bidang penyembuhan. Ketiga, jaminan hari tua, akibat terputusnya
hubungan kerja karena masa pensiun atau pensiun dini karena proses
ketenagakerjaan terputus. Akibat terputusnya hubungan kerja tidak menimbulkan
kerisauan, maka agar tidak mempengaruhi ketenangan sewaktu kerja maka
program-program jaminan hari tua dimasukkan dalam program jaminan sosial
tenaga kerja. Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam program
jaminan sosial tenaga kerja pengelolaannya diatur melalui mekanisme asuransi.
Kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan risiko dalam tempat kerja maka
program ini ditanggung oleh manajemen perusahaan.
Mengingat program jaminan sosial tenaga kerja merupakan program lintas
sektoral, maka program jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan secara bertahap
dan saling menunjang, peranan Dinas Tenaga Kerja sangat berperan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 tentang
penyakit yang timbul karena hubungan kerja, adalah mengingatkan kepada
manajemen perusahaan harus paham butuh sejumlah penyakit (terhadap tiga puluh
satu macam penyakit) yang dinyatakan penyakit karena hubungan kerja.
Landasan hukum keputusan Presiden Republik Indonesia tersebut adalah lebih
meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja. Beberapa keputusan yang
ditetapkan antara lain : Pertama, penyakit yang timbul karena hubungan kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Kedua,
bahwa setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan
kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam
hubungan kerja maupun sektor hubungan kerja berakhir.
2.

Pemeriksaan Kesehatan

21

Program pemeriksaan kesehatan merupakan tujuan utama dalam pemenuhan


perlindungan tenaga kerja sekaligus sebagai langkah strategis mendukung
kemajuan industri, dan program jaminan sosial tenaga kerja di tempat kerja.
Penyakit akibat kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja yang diketemukan
dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan selanjutnya diambil langkahlangkah serta kebijaksanaan penanggulangannya. Penyakit akibat kerja didiagnosis
sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, hasil

pemeriksaan

kesehatan ini bisa cepat diketahui apakah penyakit yang diderita itu merupakan
penyakit akibat kerja atau bukan.
Program pemeriksaan kesehatan tenaga kerja atau pemantauan biologic
berusaha mengukur parameter yang berhubungan langsung dengan pengaruh
kesehatan berbagai bahan yang menyebabkan gangguan kesehatan. Pemantauan
biologic merupakan cara terbaik untuk menduga resiko kesehatan bagi tenaga kerja
yang terpapar.
Terutama proses produksi yang menggunakan bahan-bahan toksik tinggi
seperti bahan berbahaya beracun (B3) yang bisa mengancam kesehatan berdampak
akut. Maka pemeriksaan kesehatan dampak pemaparan harus diperiksa secara teliti
(biologic health monitoring) juga melakukan pengukuran kadar bahan terpakai
(dosis internal measurement).
Dasar keputusan Menteri Tenaga Kerja No : KEP. 64A/MEN/1992 tanggal 15
Februari 1992 sebagai dasar pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena
kecelakaan dan penyakit kerja. Keputusan ini memberikan pertimbangan bahwa
pengaruh aneka industri yang menyebabkan peningkatan penyakit maupun
kecelakaan kerja, di sini pentingnya pemeliharaan kesehatan kerja.
Dengan demikian tim medis sesuai dengan spesialisasi keahliannya diberikan
wewenang melakukan pemeriksaan dan pengobatan.
Beberapa bidang penyakit yang terus-menerus dilakukan pemeriksaan
kaitannya dengan pekerjaan antara lain : Pertama, bidang penyakit mata, banyak
penyebab sehingga mengganggu normalitas penglihatan, diantara pengaruh cahaya,
debu dan berkurangnya daya akomodasi.

22

Kedua, bidang penyakit T.H.T sistem pendengaran yang terganggu akibat


bising, menyebabkan telinga kurang berfungsi dengan baik. Keadaan bising di
tempat kerja usahakan tidak melebihi 80 dB, angka in sudah kategori tuli berat.
Rongga hidung merupakan tapisan pertama bagai udara yang dihisap, polusi
udara, debu, asap merupakan paparan yang kurang sehat (sinusitis kronis).
Adapun gangguan tenggorok kaitannya dengan inspeksi akibat gangguan suara
parau, pernafasan, pendarahan.
Ketiga, bidang orthopaedi, gangguan kelainan gerak mengakibatkan kelainan
anatomik, dan terakhir gangguan otot.
Keempat, bidang penyakit dalam, seperti penyakit jantung, ginjal, saluran
pencernaan, hari dan sistem pembentukan darah, penyakit tersebut diperlukan
penanganan khusus dari dokter spesialis.
Kelima, bidang penyakit paru, akibat pemaparan debu, gas dan uap
menyebabkan fungsi paru kurang berfungsi. Sakit batuk, nafas pendek dan nyeri
dada adalah perlu diwaspadai dan segera diperlukan penanganan khusus.
Keenam, bidang penyakit karena radiasi, radiasi akibat pengelasan bisa
merusak jaringan kulit dan penyerapan energi pada sel tubuh, membuat sakit mata
seperti katarak.
Ketujuh, bidang psikiatri merupakan penyakit gangguan jiwa bak sementara
maupun menetap. Ketidaktenangan bekerja karena faktor hubungan personal
kurang baik, remedial bidang psikiatri diperlukan bantuan psikolog yang
memahami masalah psikologi.
Kedelapan, bidang neurology, penyakit yang mengenai sistem syaraf, akibat
gangguan metabolisme dan traumatic pada pekerjaan tertentu. Kelainan motorik
menyebabkan kelumpuhan sehingga otot tidak berfungsi.
Kesembilan, bidang penyakit kulit, pengaruh lingkungan kerja di bidang kimia,
fisik dan pengaruh psikologik bisa mengakibatkan penyakit kulit, iritasi, alergi
adalah penyakit kulit karena paparan zat kimia, makanan, jamur dan kuman kulit.
Kesepuluh bidang penyakit tersebut harus dapat diperiksa seksama oleh tim
medis sesuai bidang spesialisasinya, dan sebaiknya dilakukan secara berkala sesuai
peraturan yang berlaku.

23

BAB 5
PSIKOLOGI KERJA
Dewasa ini, semua industri merekrut tenaga kerja sesuai kebutuhan dalam
menetapkan pekerjaan sesuai dengan kapasitasnya dalam rangka mengisi lowongan
jabatan.
Industri sadar dalam pentingnya menetapkan pekerjaan sesuai dengan latar
belakang personal, baik latar belakang pendidikan, bakat dan sikap.
Proses pengembangan kecakapan dipenuhi melalui program pelatihan program ini
diharapkan memperoleh nilai tambah pengetahuan, keterampilan dan mempertinggi
daya kerja, mengembangkan cara berfikir kritis dan inovatif.
1.

Psiko Analisis dan Pembinaan Sumber Daya Manusia


Untuk pekerjaan diperlukan tenaga kerja yang sesuai dan profesional di
bidangnya, mampu memadai setiap masalah dan berakhir dengan kepuasan dalam
tugasnya.
Secara psikologis seseorang berusaha mengejar kebutuhan memuaskan diri
dalam bekerja, berawal dari kepuasan kerja adalah target tertentu, dengan demikian
seseorang berusaha menciptakan kondisi agar bekerja lebih bersemangat.
Psiko analisis adalah salah satu proses untuk mendapatkan keterangan dan
kejelasan dari seorang tentang kepribadiannya, berdasarkan hasil psiko analisis
dapat menentukan karakteristik yang harus dimiliki seseorang dalam jabatan
tertentu. Psiko analisis dapat merangkum proses rekruitmen dan kelak penempatan
seseorang sesuai daya keahlian, minat dan kemampuan sesuai dengan martabat, hak
asasi perlindungan hukum.
Psiko analisis bisa sebagai alat bantu dalam menelaah struktur organisasi
perusahaan, dalam manajemen psiko analisis sangat diperlukan.
Psiko analisis mencakup beberapa hal antara lain : Pertama, faktor fisik
meliputi kesehatan, postur tubuh dan kemampuan, panca indera. Kesehatan
diutamakan mengingat terkait produktivitas kerja, oleh karena dalam kerja terdapat
aktivitas fisik yang diandalkan.

24

Postur tubuh dipertimbangkan untuk pekerjaan tertentu yaitu kesesuaian postur,


dan kepribadian yang menarik, sedang peran kemampuan panca indera disesuaikan
dengan aneka ragam pekerjaan misalnya bagian penelitian tidak memiliki rabun
penglihatan, di samping pengaruh gangguan sensoris terhadap kualitas pekerjaan.
Kedua, faktor psikis meliputi intelegensi, bakat dan minat, kepribadian, motivasi.
Keempat faktor psikis tersebut dalam industri skala menengah ke atas
dipertimbangkan secara bersungguh-sungguh.
Psiko analisis ke depan berperan khususnya untuk persyaratan pengisian
jabatan, menetapkan standar untuk pola karier, evaluasi jabatan.
Pembinaan sumber daya manusia adalah upaya manajemen dalam rangka
meningkatkan prestasi kerja, dengan mengembangkan kecakapan adalah untuk
menambah keahlian kerja sehingga di dalam melaksanakan tugasnya lebih efisien
dan efektif.
Pengembangan

kecakapan

kerja

dilaksanakan

dengan

berbagai

cara

diantaranya melalui program training, dengan training dimaksudkan untuk


mempertinggi daya kerja, mengembangkan cara berfikir kreatif dan bertindak tepat
dalam mengelola pekerjaan.
Sasaran tujuan training adalah Pertama, meningkatkan produktivitas kerja, bila
performance ini meningkat maka berakibat peningkatan pada produktivitas
perusahaan. Kedua, akan meningkatkan mutu kerja dalam pengembangan nilai
profesionalisme. Ketiga, upaya meningkatkan moral kerja, dan upaya ini
mendorong iklim dan suasana kerja lebih sehat dan harmonis, lebih dari itu dengan
training ditingkatkan pemahaman pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungannya. Keempat, program training menunjang pertumbuhan pribadi
(Personal growth) yang sangat penting dalam ketenangan pribadi.
Kebutuhan berprestasi ditingkatkan melalui achievement motivasi training,
pembentukan motivasi ini dalam rangka menaruh kepercayaan terhadap
kemampuan diri untuk mandiri, kreatif dan cakap serta adatif terhadap masalah
baru. Achievement motivasi training lebih mengarah pada task oriented yaitu
gambaran tingkah laku pada kemampuan menyelesaikan tugas dengan berbagai
macam resiko dan menerima segala konsekuensinya baik masa sekarang maupun
masa yang akan datang (future oriented).

25

Achievement motivasi training berorientasi pada people oriented, suatu sikap


yang memperhatikan umpan balik dari pernyataan orang lain atau sejawat untuk
kesempurnaan tugas.
Program pembinaan sumber daya manusia di industri lebih tertumpu pada
fungsional dan bukan pada intelektual, intelektual adalah produk pendidikan
formal, tetapi pembinaan menitik beratkan pada sikap dan kemampuan fungsional
sehingga situasi pembinaan terpenuhi dalam suasana dan iklim spiritual kerja.
2.

Lingkungan Pekerjaan dan Produktivitas Kerja


Usaha untuk berupaya meningkatkan produktivitas kerja dan mutu produk
merupakan keharusan, karena hanya mereka yang berhasil di dalam usaha ini dapat
bertahan dan berkembang secara kompetitif di era globalisasi.
Untuk memasuki pasar internasional hasil produksi suatu perusahaan harus
memenuhi persyaratan cukup ketat, persyaratan dan itu sering dikaitkan dengan
mutu produksi yang bersertifikasi. Internasional Standardization of Organization
(ISO) adalah yang berkenaan label kelulusan bahwa produk dapat beredar di pasar
internasional.
Produktivitas suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja tenaga kerja
(produktivitas kerja) dan peralatan yang berteknologi tinggi yang digunakan dalam
proses produksi.
Penggunaan peralatan produksi (sumber produksi) harus match dengan
kemampuan dan keterampilan yang memadai serta dikelola secara profesional.
Kenyataan membuktikan dalam era globalisasi dewasa ini tingkat persaingan
usaha semakin tajam dan semakin komplek. Kondisi persaingan memaksa
perusahaan

harus

menawarkan

produk-produk

unggulan

yang

memiliki

karakteristik dalam bersaing.


Kemampuan memanfaatkan peluang dan mampu menawarkan produk sesuai
karakteristik unggulan dikatakan memang dalam persaingan, setidak-tidaknya
bertahan dalam persaingan global.
Pemberdayaan tenaga kerja dalam memperkuat personal setting diperlukan
tenaga kerja dengan produktivitas kerja optimal, dalam hal ini produktivitas kerja
diiringi zero accident, yang dibuktikan selama produksi tidak terdapat kecelakaan

26

kerja, sistem manajemen K3 (SMK3) memberikan pekerjaan tanpa mengalami


kecelakaan dalam kerja, secara perhitungan ekonomi keberhasilan dalam
menjalankan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan mengurangi
pengeluaran biaya yang tidak semestinya terjadi.
Pada dasarnya kesehatan kerja menunjukkan keadaan kondisi lingkungan kerja
dapat menyajikan kondisi yang sangat mendukung bagi produktivitas kerja. Bagi
pekerja masalah keberhasilan kesehatan kerja diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilannya meningkat secara optimal.
Kepentingan manajemen akan memperoleh manfaat atas dua hal : Pertama,
memperkuat pengeluaran biaya dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan
kesehatan, Kedua meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang didorong oleh
tingkat kesehatan tenaga kerja yang semakin baik dan spirit kerja konsisten.
Implementasi program SMK3 berimplikasi pada tumbuhnya lingkungan kerja
yang kondusif sehingga mendorong terjadinya gairah dan motivasi kerja yang
tinggi serta memacu peningkatan produktivitas kerja dalam proses produksi secara
proporsional.
Lingkungan pekerjaan yang bagaimana bisa menyumbang keberhasilan
produktivitas kerja optimal, suatu kegiatan mendalam tentang persyaratan
lingkungan pekerjaan antara lain : Pertama, situasi dan kondisi lingkungan yang
harmonis tanpa konflik, membuang jauh sifat egois, hubungan kerja terjalin dalam
suasana kekeluargaan. Kedua, lingkungan kerja teknis yang memenuhi syarat
antara lain memperhatikan nilai ambang batas.
Lingkungan pekerjaan diartikan sebagai suatu di sekitar tenaga kerja yang
dapat mempengaruhi diri dalam melaksanakan tugas, lingkungan pekerjaan yang
manusiawi akan menjadi pendorong kegairahan kerja.
Dalam teori keseimbangan dinamis paling tidak terdapat lima faktor
lingkungan kerja yang mempengaruhi beban tenaga kerja diantaranya, pertama,
faktor fisik meliputi kebisingan, pencahayaan, getaran mekanis, radiasi. Kedua,
faktor kimia meliputi asap, debu, gas dan cairan zat. Ketiga, faktor biologis seperti
virus, jamur, serangga. Keempat, faktor fisiologis meliputi sikap kerja dan cara
kerja, kesesuaian mesin terhadap tenaga kerja. Kelima, faktor psikologis meliputi
hubungan kerja harmonis baik vertikal maupun horisontal.

27

Lingkungan kerja yang tenang, aman dan manusiawi merupakan faktor yang
sangat berperan dalam terciptanya kegairahan kerja.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, diperlukan perencanaan
sebagaimana terpenuhinya keseimbangan dinamis yang diungkapkan di muka.
3.

Implementasi Kepuasan Kerja Terhadap Kesehatan Jiwa


Kepuasan kerja merupakan masalah cukup menarik perhatian, terbukti besar
manfaatnya bagi kepentingan individu dinyatakan bahwa kepuasan kerja
memungkinkan timbulnya usaha peningkatan kebahagiaan dalam kehidupan. Bagi
manajemen dinyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai pendorong peningkatan
produksi dan ke depan sebagai tolok ukur untuk kesejahteraan.
Usaha menemukan faktor yang menjadi sumber kepuasan kerja antara lain dari
kondisi tenaga kerja yang produktif disertai kemampuan kerja optimal, mengurangi
absentisme, menekan angka kecelakaan.
Dengan pembaharuan sumber produksi berteknologi, peran tenaga kerja tetap
memegang peranan penting, betapapun sempurnanya perencanaan struktur
organisasi bila mereka tidak menjalankan tugas dengan minat dan gembira maka
perusahaan kurang produksi optimal.
Memberikan motivasi agar tercapai kepuasan kerja merupakan kewajiban
setiap manajemen.
Menciptakan kondisi refleksi job attitude yang positif terus menerus dilakukan,
seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Ini
berarti kepuasan kerja sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan kerja
terjadi saling menguntungkan.
Setidak-tidaknya terdapat lima faktor yang bisa menimbulkan kepuasan kerja :
Pertama, jaminan finansial dan sosial yang memadai. Kedua, kedudukan jabatan
tertentu. Ketiga, pangkat dan golongan. Keempat, faktor harmonic dalam suasana
kerja. Dan kelima, usia produktif yaitu usia 25 sampai 45 tahun. Berdasarkan
penelitian kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor psikologik yaitu faktor yang
berhubungan dengan kejiwaan tenteram dalam bekerja, sikap perilaku terhadap
kerja. Faktor lain seperti kondisi fisik lingkungan kerja termasuk sistem pengaturan
waktu

kerja

(rolling),

keadaan

standar.

Kemudian

faktor

sosial

yang

28

menggambarkan interaksi sosial atasan dan bawahan dan terakhir faktor finansial
berupa besarnya gaji dan jaminan sosial.
Faktor pendorong untuk mencapai taraf penghidupan adalah kepuasan yang
mempengaruhi mental spiritual, berbagai kebutuhan primer seperti kebutuhan
sandang, pangan dan papan (basic needs). Kedua, kebutuhan perasaan aman baik
rasa lahir dan rasa batin (safety needs). Ketiga, kebutuhan saling menghargai, saling
rasa memiliki (social needs). Keempat, kebutuhan akan harga diri (esteem needs).
Dan kelima, kebutuhan akan hak mengungkapkan pendapat, ide berfikir untuk
perbaikan (self actualization needs). Disamping itu manajemen terus menerus
melakukan upaya perbaikan melalui Pembentukan Panitia Keselamatan Kesehatan
Kerja (P2K3), sebagai kegiatan panitia tetap ikut berpartisipasi menciptakan
kondisi yang harmonis dan secara aktif menyebarkan informasi tentang budaya K3.
Tenaga kerja berprestasi adalah indikator utama suksesnya perusahaan,
berbekal pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya tenaga kerja yang
bersangkutan memegang predikat : better safety on the job.

29

BAB 6
KESEHATAN DAN DAYA KERJA OPTIMAL
Berbagai kemungkinan gangguan kesehatan kerja serta upaya penanggulangannya
merupakan masalah realita yang harus dikerjakan seiring kemajuan dan perkembangan
industri.
Kondisi lingkungan kerja sering disebut-sebut sebagai faktor penyebab daya
kerja kurang optimal dan akan berpengaruh pula pada gangguan kesehatan atau terkena
penyakit yang disebabkan pekerjaan.
Keadaan semacam ini menjadikan masalah tersendiri dari kebijakan
manajemen dalam sistem perlindungan kerja yang meliputi tindakan-tindakan
pencegahan salah satu diantaranya tersedianya jaminan sosial tenaga kerja dan
memperbaiki kondisi lingkungan kerja.
1.

Beban Kerja Terhadap Lingkungan Kerja Sekitarnya


Beberapa program yang berorientasi pada kebutuhan perlindungan tenaga kerja
merupakan langkah strategis dalam rangka mendukung kemajuan industri yang ada
hubungannya dengan daya kerja yang optimal.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang pedoman diagnosa dan penilaian
cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang memberikan pedoman
dalam rangka perlindungan kerja diperlukan upaya pemeliharaan kesehatan tenaga
kerja secara terpadu disamping memperbaiki kondisi lingkungan kerja disekitarnya.
Dua substansi ini yaitu program pemeliharaan kesehatan dan memperbaiki
kondisi lingkungan kerja harus dikerjakan oleh kebijakan manajemen dalam
keseimbangan. Keseimbangan tersebut akibat dari faktor : beban kerja, beban
tambahan akibat dari lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
Beban kerja seseorang dipengaruhi oleh aspek fisik, mental dan sosial, untuk
beban kerja yang aspek fisik yaitu aktivitas kerja pada kegiatan bersifat tenis seperti
proses bongkar muat bang di gudang atau reparasi sepeda motor. Aspek mental
lebih banyak pada aktivitas tenaga kerja di kantor yang berisiko pada beban mental,
dan aspek sosial terlihat pada aktivitas kemasyarakatan untuk kemanusiaan.

30

Kadang-kadang terjadi beban kerja dari ketiga aspek aktivitas terakumulasi secara
terpadu kelak mempunyai penilaian tersendiri.
Dalam melaksanakan pekerjaan di perusahaan terlihat juga beban yang
terakumulasi atau sebagian dari beberapa aspek tertentu ditambah dengan beban
tambahan (extra loads) akibat lingkungan kerja.
Terdapat lima faktor penyebab tambahan yaitu faktor fisik yang meliputi
penerangan cahaya, suhu ruang, kebisingan dan radiasi, faktor kimia adalah
pengaruh zat kimia seperti gas, uap, debu dan cairan proses kimia paparan zat kimia
(chemical hazards) sangat membahayakan kesehatan. Berikutnya faktor fisiologis
yang memperhatikan sikap perilaku pekerja terhadap pekerjaannya dan konstruksi
mesin yang memerlukan tindakan adaptasi bagi pekerjanya, kemudian faktor
biologi seperti terkena virus binatang, gigitan ular dan sengatan lebah, dan terakhir
faktor mental psikologis faktor ini menggambarkan suasana kerja dan iklim
interaksi sesama maupun interaksi karyawan / pekerja dengan atasannya.
Kapasitas kerja lebih menyangkut keterampilan dan kemauan bekerja,
kesegaran fisik, motivasi dan sebagainya. Kesegaran fisik akan mencerminkan
produktivitas kerja seseorang. Demikian pula keadaan gizi terutama pekerja teknik
sebagai penentu derajat produktivitas kerja.
Lingkungan

kerja

juga

mempengaruhi

produktivitas

kerja,

misalnya

kebisingan, penerangan kerja, kelembaban, dan radiasi, cuaca kerja, bau-bauan di


tempat kerja. Lingkungan kerja sebagaimana beberapa penyebab di atas bisa
dicegah melalui pengukuran nilai ambang batas yang diperkenankan, penggunaan
alat pelindung diri, dan perlakuan teknik lainnya sesuai dengan petunjuk dari dinas
terkait.
Intensitas kebisingan bisa menimbulkan ketulian baik ketulian sementara
maupun ketulian menetap. Kebisingan atau kualitas suara dinyatakan dengan
decibel. Klasifikasi tenang dinyatakan 20 sampai 40 dB, dan 60 sampai 80 dB
untuk klasifikasi kuat. Penerangan di tempat kerja perlu ditetapkan sesuai obyek
pekerjaannya misalnya untuk penerangan dalam pabrik antara 30 lux sampai
dengan 100 lux. Penerangan di tempat kerja keadaannya dengan pencahayaan
sangat penting hindari kelelahan mata karena merusak indera penglihatan. Iklim

31

kinerja seseorang, kelembaban udara, kecepatan aliran udara dalam ruang kerja
berpengaruh terhadap tubuh manusia.
Mekanisme pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya perlu
dianalisis misalnya radiasi, konduksi, evaporasi. Suatu saat akan terjadi
aklimatisasi, suatu proses adaptasi fisiologis terhadap lingkungan kerja yang
ditandai dengan pengeluaran keringat yang meningkat.
Radiasi di tempat kerja mempengaruhi fisik tenaga kerja, seperti radio
elektromagnetik (micro waves), radiasi panas, sinar infra merah, sinar ultraviolet,
radiasi radio aktif. Cara pengukuran di tempat kerja melalui beberapa cara sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing.
Gelombang mikro mempunyai pengaruh kepada tenaga kerja yang bekerja di
daerah sumber radiasi terutama gangguan faali tubuh sampai tahapan akhir sumber
radiasi mempengaruhi sistem peredaran terutama syaraf terkecil.
Sinar lazer termasuk emisi energi tinggi ( pengelasan, pelapisan ) dana operasi
bidang kedokteran, efek utama sinar lazer terhadap manusia adalah mata dan kulit,
kerusakan mata terutama pada retina dan menimbulkan kebutaan.
Sinar infra merah terdapat pada tanur tuang., sinar inframerah, menyebabkan
katarak, dan sinar ultraviolet dihasilkan atas proses pengelasan, sinar matahari,
maka gunakan kaca mata khusus.
Sinar radio aktif memiliki sinar alpha, daya tembus radio aktif menyebabkan
penyakit akur-kronis tergantung nilai pemaparan. Sinar alpha, sinar beta dan sinar
gama dimiliki oleh sinar radio aktif, komulatif sinar-sinar tersebut mengakibatkan
kelainan sistemik dan menyebabkan pada kematian.
Kasus bau-bauan termasuk pencemaran udara, mekanisme penciuman
tergantung perubahan-perubahan cuaca lokasi kerja dan faktor dari luar. Dalam
keadaan bekerja bisa dibedakan antara penyesuaian atau adaptasi lingkungan dan
kelelahan penciuman, adaptasi akan menjadi kurang pekanya setelah di rangsang
bau-bauan terus menerus, sedang kelelahan penciuman apabila sudah tidak mampu
mencium kadar bau tersebut dan mengganggu kesehatan. Salah satu cara praktis
adalah bantuan air conditioning dan memakai masker khusus.
Beban kerja lain dalam kaitannya tempat kerja yaitu pengaruh debu. Dalam
tinjauan toksikologi industri bahan-bahan penyakit akibat kerja antara lain debu,

32

dalam lingkungan kerja pasti terdapat debu yang aneka ragam asalnya, dianggap
berbahaya adalah debu kapas, debu semen, debu berkadar besi, debu asbes.
Debu yang mengganggu kenikmatan kerja adalah debu yang tidak fibrosis
kepada paru, namun atas penghirupan masih mempunyai reaksi potensial misalnya
mengganggu penglihatan, hidung dan tenggorok. Debu kapas (byssinosis), debu
logam seng, mangan (berryliosis), debu timah kategori berbahaya. Mengingat sudah
masuk kategori berbahaya, maka penanganan baik preventive maupun curative
diperlukan diagnosa medis spesialis.
Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pemaparan di
lingkungan kerja dari debu, gas dan asap. Kelainan yang terjadi bisa akut dan
kronis yang berkepanjangan. Keluhan penyakit berupa batuk, sesak napas dan nyeri
dada.
Membina lingkungan kerja adalah tanggung jawab manajemen, pendekatan
melalui pengendalian secara mekanik teknis seperti substitusi, isolasi, ventilasi dan
segregsi, berikutnya pengendalian secara administrasi yaitu pemeriksaan kesehatan,
rotasi dan fasilitas sanitasi serta kegiatan penyuluhan dan pelatihan serta seminar
internal.
Udara dalam ruang kerja sangat perlu diperhatikan, karena dalam ruang kerja
sangat banyak kontaminasi udara tercemar antara lain gas dan mikroba.
Diusahakan kualitas udara dalam rang dan sekitarnya dalam kondisi sehat dan
kenyamanan, diatasi melalui ventilasi. Sekarang melalui teknologi sejak udara
antara lain super plasma ionizer atau virus doctor, mikro plasma ion. Dengan
program indoor air quality diharapkan ruang kerja memperbaiki kondisi sirkulasi
udara. Tujuan utama adalah mempertahankan suhu tubuh normal sekitar 37o C.
Mengontrol suhu iklim kerja menggunakan indek suhu bola basah (ISBB) yang
merupakan parameter iklim kerja, suhu tubuh dipertahankan menetap yaitu akibat
kesetimbangan panas tubuh metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh
dengan lingkungan.
Pertukaran panas antara lain karena konduksi, radiasi dan evaporasi.
2.

Evaporasi Beberapa Penyakit Akibat Kerja

33

Berbagai resiko dan penyakit akibat kerja serta upaya penanggulangannya


harus dievaluasi dan diagnosa penyebabnya, dalam rangka upaya tersebut
diperlukan program pemeliharaan kesehatan tenaga kerja secara terpadu.
Bahwa tenaga kerja yang menderita kecelakaan dan penyakit akibat kerja
mempunyai hak sesuai ketentuan, karena itu kecelakaan dan penyakit akibat kerja
perlu di diagnosis dan dinilai serta ditetapkan tingkat kecocokannya. Bentuk
perlindungan adalah perlindungan terhadap K3, serta perlindungan terhadap risiko
dalam bentuk jaminan sosial yang diatur dalam undang-undang jaminan sosial yang
diatur dalam Undang Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Pedoman diagnoses dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyalur akibat
kerja tertuang dalam kepedulian Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP 62
A/MEN/1992, menimbang perkembangan industri berakibat meningkatnya
penyakit akibat kerja dan upaya pemeliharaan kesehatannya. Sebelumnya
diterbitkan peraturan menteri tenaga kerja dan pemerataan kerja. Peraturan itu
menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan agar tenaga kerja dalam kondisi
kesehatan yang sesuai untuk pekerjaan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai
penyakit menular dan sesuai untuk pekerjaan yang dilakukan sehingga keselamatan
dan kesehatan kerja yang bersangkutan dapat terjamin.
Kemudian diperkuat dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22
tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Keputusan
Presiden menekankan lebih meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja,
berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja. Penguatan atas kecelakaan kerja
dibuktikan atas hasil diagnosis dokter yang merawat penyakit diakibatkan oleh
pekerjaan.
Terdapat tiga puluh satu macam penyakit yang diakibatkan atas hubungan
kerja, sebagian besar karena pengaruh bahan kimia (chemical hazards).
Penyakit akibat kerja pada mata disebabkan pemaparan cahaya, asap, panas
sehingga menyebabkan kelainan penglihatan, lapang pandang, pedih dan
penglihatan warna. Penyakit telinga, hidung dan tenggorok (THT), akibat suara di
atas ambang batas (90 dB) maka terjadi penciuman akibat terpapar zat toksik
(chemical hazards), sehingga gangguan tenggorok akibat tertelannya zat kimia
sehingga sakit tenggorokan dan suara parau dan mengganggu sistem pernafasan.

34

Gangguan paru akibat pemaparan faktor risiko di tempat kerja antara lain
berupa : debu, gas, uap dan asap. Penyakit paru dapat berupa kelainan kronik dan
kelainan akut, diagnosis melalui anamnesis yaitu tentang riwayat pekerjaan
termasuk zat pemaparan. Keluhan penyakit seperti batuk, nafas, nyeri dada, mengi.
Gangguan akibat radiasi, akibat pemaparan radiasi di tepat kerja misalnya proses
pengelasan, pengobatan, pemeriksaan sinar lazer, akibat pemaparan laboratorium
tentang patologi anatomi, hemoglobin dan penyakit lain akibat kerja. Gangguan
syaraf (neurology), disebabkan gangguan metabolisme, infeksi dan traumatic
sehingga kelainan system syaraf bisa kelainan motorik, kelainan sensibilitas. Susah
juga bila terjadi gangguan syaraf motorik bisa menjadikan kelumpuhan.
Gangguan kulit, akibat pekerjaan dan lingkungan kerja yang berupa faktor
resiko fisik, kimia, mekanik dan psikologik. Diagnosis meliputi : anamnesis
(keluhan, riwayat pekerjaan), hasil pemeriksaan dokter, secara patogenesis
gangguan kulit karena iritasi yaitu proses merusak kulit dan alergik terjadi
dermatitis akibat mekanisme hipersensitivitas dan dermatomikosis disebabkan oleh
jamur, perubahan warna kulit hipo atau hiperpigmentasi, tumor ganas kulit.
Tumor ganas kulit disebabkan oleh zat bersifat karsinogen seperti sinar
ultraviolet, radiasi ionisasi, sinar x, sinar beta.
Oleh sebab itu pekerjaan pengelasan, pekerjaan penempaan dan pekerja pada
tanur pengecoran logam harus mendapatkan proteksi.

35

BAB 7
HIGINIE PERUSAHAAN
Tujuan utama higinie perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan dari pengaruh bahaya yang timbul. Kegiatannya adalah melakukan
pengukuran setiap akses produksi agar mengetahui bahaya-bahaya (polutan) yang
timbul baik secara kualitatif maupun kuantitatif, serta berusaha melakukan perbaikan
dan pencegahan, cara kerja higinie perusahaan adalah masalah teknik.
Pertama-tama yang harus diketahui tentang keberadaan dan peran higinie
perusahaan adalah mengenal keberadaan perusahaan dan macam produksinya,
kemudian bahan baku apa yang diolahnya, bagaimana pula proses kerja dari unit
kerjanya, bahan-bahan penolong macam apa yang digunakan, berikutnya macam limbah
yang dihasilkan apakah limbah padat, cair dan bau.
Khususnya pemeriksaan terhadap tenaga kerja, secara rutin dilakukan pemeriksaan
kesehatan, monitoring daya kerja, menerima keluhan dari pekerja apa yang dirasakan
selama bekerja.
1.

Analisis Lingkungan Tempa Kerja


Koreksi tempat kerja bagian penting dari peran Hiperkes agar diketahui kadar
faktor penyebab penyakit hubungan terutama gangguan fisik. Koreksi ini harus
dinyatakan oleh seberapa prediksi oleh karyawan yang terpapar dan kemudian
dibuktikan dengan pengukuran di tempat kerja. Terutama proses produksi yang
menggunakan bahan kimia (chemical hazards). Toksik bahan kimia dalam jumlah
relatif kecil dianggap berbahaya bagi kesehatan.
Toksilogi industri dalam hygiene perusahaan dan kesehatan kerja sangat
penting peranannya. Nilai ambang batas adalah jalan keluar sebuah pedoman kadar
aman sebagai pegangan dalam proses produksi-produksi. Kegunaan NAB sebagai
bimbingan praktek yang dinyatakan sebagai pedoman perencanaan pengendalian,
sebagian kadar standar perbandingan, sebagai subsitusi bahan-bahan lain untuk
mengurangi kadar racun. Dalam kadar tertentu NAB seseorang menderita gangguan
kesehatan bereaksi fisiologis berdampak kronis, dan seseorang menderita akut
berarti bahan kimia diatas NAB. Jenis debu termasuk berbahaya bagi kesehatan.
36

Penimbunan debu dalam paru-paru menyebabkan seseorang menderita sesak nafas,


batuk.
Karena itu penempatan ventilasi penting untuk mengurangi kadar debut di
udara, pekerja menggunakan pelindung hidung. Bahan-bahan lain seperti logam
dan metaloid juga banyak dipakai dalam industri, timah hitam, air raksa, arsen,
nikel, dan fosfor. Disamping bahan-bahan korosif terdiri asam dan basa serta proses
penggaraman termasuk bahan berbahaya.
Racun berupa gas seperti Karbon Monoksida (CO) hasil pembakaran tak
sempurna, juga berbahaya bagi manusia. Gas in menyebabkan sesak nafas.
Pemahaman tentang sick building syndrome adalah untuk menyadarkan betapa
pentingnya kualitas dan kuantitas sehatnya udara dalam berbagai aktifitas kerja.
Banyak hal yang perlu dipelajari untuk memperkecil dampak akibat frekuensi
pergantian udara dalam ruangan tidak seimbang. Kedua, pencemaran udara berasal
dari aktifitas didalam gedung sendiri seperti gas CO, mesin fotokopi, asap rokok,
bahan pembunuh serangga. Ketiga, pencemaran oleh mikroorganisme akibat
ketidaksengajaan bahan-bahan yang terbawa kedalam gedung seperti jamur, virus
dan bakteri, fiber glass, karpet. Keempat pencemaran oleh kotoran binatang
pengerat dan serangga.
Hal-hal yang disebutkan di atas harus dijawab oleh komitmen dan kebijakan
prinsip dasar SMK3 yaitu setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
tentang K3 yang terintegrasi dengan manajemen makro perusahaan.
Meningkatnya perkembangan industri, semakin kuat pula meningkatnya
pencemaran di tempat kerja yaitu adanya limbah industri yang keluar dari proses
produksi. Usaha mencegah pencemaran di tempat kerja melalui treatment yang
disediakan. Salah satu dampak negatif yaitu pencemaran baik pencemaran zat cair,
zat padat, bau dan gas. Limbah industri seperti larutan kimia, pewarna bisa merusak
kulit, pencemaran udara seperti asap, debu gas sangat mengganggu pernafasan,
pencemaran lainnya bertahan lama seperti plastik, serat mengganggu kesuburan
tanah.
Usaha pencegahan terus dilakukan mengingat limbah tersebut disamping
merugikan tenaga kerja, juga mengganggu lingkungan sekitarnya.

37

Pencemaran zat cair didesain fasilitas pengelola air limbah industri (waste
water treatment plant), selepas ini dimonitor terus sampai pada batas toleransi yang
ditetapkan. Pencemaran udara sangat mengganggu pernafasan, karena itu setiap
industri harus mematuhi NAB yang ditetapkan, pengujian emisi dilakukan setiap
saat. Desain perlengkapan (safety treatment) dipasang pembersih debut (dust
collector), dan dilepas ke udara bebas.
Pencemaran tanah akibat limbah cair, sampah padat. Pengolahan yang
beraktifitas pengeboran minyak, pembuangan limbah harus dipetakan diluar area
pertanian subur.
Proses pembakaran harus di tempat yang disediakan jauh dari komunitas penduduk,
dan pemusnahan racun dari endapan harus ditanam dalam area tertentu.
Mengingat pertumbuhan industri berada di wilayah kerja tertentu maka perlu
ada keputusan pemerintah daerah yang mengikat. Peraturan pemerintah daerah
yang mengikat. Peraturan dituangkan dalam Keputusan Gubernur Daerah Tingkat
Satu Jawa Timur Nomor 129 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan
Emisi Sumber tidak bergerak berlaku di Propinsi Daerah Tingkat Satu Jawa Timur.
Pedoman tentang baku emisi yang dinyatakan dalam NAB diharapkan industri
harus mematuhi dengan penuh tanggung jawab.
Industri berwawasan produktivitas ramah lingkungan (green productivity)
merupakan program yang terpadu, peraturan mengenai lingkungan mendorong
industri mengurangi emisi dengan memasang instalasi peralatan pengurangan
polusi gas dan pengolahan air limbah.
Integrasi pengendalian pencemaran meliputi berbagai basis seperti sumber
produksi, proses produksi, peran informasi, pemulihan memantau kualitas
lingkungan.
Evaluasi masing-masing basis dilakukan menurut karakter masing-masing
substansi, misalnya proses produksi bahan baku apa yang diolah, proses produksi
apakah menggunakan bahan kimia serta limbah yang dihasilkan apakah
membahayakan bagi karyawan. Selanjutnya evaluasi lingkungan dilakukan melalui
pengukuran, statistik pengukuran menjadi andalan untuk dianalisis.
Industri yang maju harus berorientasi pada occupational health and safety atau
Hiperkes dan keselamatan kerja. Hiperkes lebih berorientasi pada upaya agar

38

tenaga kerja sehat dan produksi, dan keselamatan kerja lebih ditekankan pada aspek
teknis

dalam

melaksanakan

pekerjaan

berpedoman

pada

undang-undang

keselamatan kerja (undang-undang Nomor 1 tahun 1970), bahwa setiap tenaga


kerja dan tenaga lainnya berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melaksanakan pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup,
dan sumber produksi dipergunakan secara aman dan efisien serta melakukan upaya
membina norma-norma perlindungan kerja yang diwujudkan dalam undang-undang
disesuaikan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi.
2.

Mendeteksi Penyakit Akibat Hubungan Kerja


Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 tentang
penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Menyebutkan bahwa untuk lebih
meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja perlu menetapkan beberapa
macam penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Karena itu setiap tenaga kerja yang menderita
penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan
kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja
berakhir.
Hak atas jaminan kerja yang hubungan kerja telah berakhir, apabila menurut
hasil diagnosa dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan
selama tenaga kerja. Dalam keputusan Presiden tersebut terdapat tiga puluh satu
penyakit yang timbul atau ditetapkan karena hubungan kerja, diantaranya yang
terbanyak akibat toksis bahan kimia dan pengaruh debu. Pemaparan melalui
pernafasan (inhalasi) dan iritasi kulit mendominasi dampak pemaparan.
Jaminan kecelakaan kerja diperlukan mengingat penyakit akibat kerja
merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja saat melakukan pekerjaan.
Akibat dari cacat karena kecelakaan kerja mengakibatkan tingginya angka
absentisme. Hal yang sama diperlukan jaminan pemeliharaan kesehatan, dalam
kurun waktu tertentu diperlukan pemeriksaan tertentu diperlukan pemeriksaan
kesehatan, dimaksudkan untuk tetap sehat serta upaya meningkatkan produktivitas
kerja serta merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan.

39

Berbagai macam cara mendeteksi gangguan kesehatan pertama mengadakan


monitoring di lokasi tempat kerja, kondisi semacam apa sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan dan melakukan tanya jawab kepada tenaga kerja terkait dengan
tugasnya. Ungkapan mereka adalah benar bisa dipakai bahan pertimbangan. Kedua
laporan medis pusat pemeriksaan kesehatan, memperhatikan macam penyakit yang
timbul, diagnosa medik sangat membantu sehingga memberikan rekomendasi
kepada manajemen tentang aneka ragam penyakit yang timbul untuk diambil
sebagai kebijakan.
Deteksi lain atas gangguan kesehatan adalah kesehatan gizi pada umumnya,
ternyata akibat gizi buruk mempengaruhi produktivitas kerja, adapun keadaan gizi
kurang baik dikarenakan penyakit endemis dan parasitis sehingga mengurangi daya
tahan tubuh.
Lingkungan kerja tidak higienis kurang membantu produktivitas optimal
tenaga kerja. Faktor psikologis bisa mempengaruhi produktivitas kerja, terutama
pengaruh kepribadian yang melekat misalnya segan bertanya, kurang terbuka dalam
mengemukakan pendapat.
Manajemen harus mengetahui secara tepat bagaimana harus memutuskan
kebijakan khususnya penyakit akibat hubungan kerja. Perlu dibina keahlian tenaga
kesehatan (P2K3) tentang human engineering. Perlu diadakan applied research
tentang kesehatan kerja, gizi kerja.
Peranan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja dalam hubungan kerja lebih
produktif, diharapkan mampu mendeteksi prediktif penyakit akibat hubungan kerja.
Pendekatan yang dilakukan dalam kedokteran pencegahan, epidemiologi sangat
baik dilakukan.
Masyarakat sekelilingnya mempunyai saham yang besar terutama ikut
monitoring kesehatan di lingkungan, sebab aspek lain tentang penyebaran dan
pemaparan bisa diterima oleh masyarakat.
Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja memberi perhatian pada toksikologi
terutama karakteristik pemaparan, pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan dan
mengurangi pemaparan terhadap bahan yang berbahaya di lingkungan kerja sampai
ke tingkat yang tidak membahayakan kesehatan.

40

Sistem pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya yang diduga


menghasilkan zat berbahaya melalui beberapa cara, misalnya cara isolasi untuk
mencegah kontaminasi terhadap udara ruang kerja. Sistem ventilasi di tempat kerja
untuk menjamin suhu yang nyaman, sirkulasi udara segar untuk melarutkan zat
pencemar sampai batas yang diperkenankan.
Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja memberikan pada masa terhadap
upaya mempertahankan pemaparan yang rendah terhadap zat yang toksik (zat kimia
dan debu).
Sistem pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya yang diduga
menghasilkan zat berbahaya melalui beberapa cara, misalnya cara isolasi untuk
mencegah kontaminasi terhadap udara ruang kerja. Sistem ventilasi di tempat kejra
untuk menjamin suhu yang nyaman, sirkulasi udara segar untuk melarutkan zat
pencemar sampai batas yang diperkenankan.
Untuk mengenal faktor lingkungan kerja pertama yang diperhatikan produksi
dan limbah. Informasi tentang material safety data sheet juga harus dipelajari.
Setiap bahan baku yang digunakan tentu disertakan label kemasan bahan sebagai
pedoman kerja.
Melalui keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993
ditetapkan beberapa macam penyakit akibat hubungan kerja : terdapat tiga puluh
satu macam penyakit yang timbul karena hubungan kerja antara lain sebagai
berikut :
1.

Pnemokoniosis akibat debu mineral membentuk jaringan parut (Asbertos


silokosis) menyebabkan cacat atau kematian.

2.

Penyakit paru dan saluran pernafasan yang disebabkan oleh debu logam.

3.

penyakit paru dan saluran pernafasan akibat debu kapas, henep.

4.

Asma akibat zat perangsang yang berada dalam proses pekerjaan.

5.

Alveolitis allergika disebabkan faktor dari luar akibat penghirupan debu organik.

6.

Penyakit akibat menghirup berilium atau persenyawaannya yang beracun.

7.

Penyakit akibat cadmium atau persenyawaannya yang beracun.

8.

Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya .

9.

Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaanya yang beracun.

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.

41

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour dan persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivate hologen persenyawaan hidrokarbon alifatik
atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivate hidro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glisol dan keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia dan beracun seperti
karbon monoksida, hidrogesianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun,
amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot, urat, tulang
persendian, pembuluh darah tepi atau syarat tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit ( dermatosis ) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh teripic, bitumen, minyak
mineral antrasena atau persenyawaan, produsen atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh kimia lainnya termasuk bahan otot.
Keterangan :

Ketiga puluh satu penyakit akibat hubungan kerja sesuai Keputusan


Presiden Republik Indonesia

42

BAB 8
TOKSOLOGI INDUSTRI
Di zaman industrialisasi penggunaan bahan-bahan kimia hampir menempati proses
industri, sehingga diperlukan pemikiran pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan,
terutama bahan-bahan kimia dinilai cukup tinggi (chemical hazards). Oleh sebab itu
kalangan medical di bidang kesehatan kerja menaruh perhatian sangat besar terhadap
pemaparannya.
Nilai ambang batas sebagai alat indikator berfungsinya pengukuran kualitas baik
dalam masa penggudangan (storage system), maupun dalam proses-proses berikutnya
(continuity process).
Toksikologi adalah ilmu tentang racun dan cara kerja racun dan terhadap gangguan
kesehatan saat melakukan tugas dalam kerja. Toksikologi industri lebih mengkhususkan
pengaruh toksis bahan-bahan baik metal dan metalloid yang masuk ke dalam tubuh baik
dalam wujud padat, cair dan gas.
1.

Bahan-bahan Kimia dalam Proses Produksi


Mempelajari

toksikologi

industri

menjadi

sangat

penting

terutama

hubungannya dengan penyakit akibat paparan bahan-bahan kimia.


Eksperimentasi chemical hazard memperhatikan kepekaan tenaga kerja
sehingga dapat kelainan perilaku dan tindakan berikutnya bisa mengganggu
kelangsungan kerja berikutnya.
Karakteristik pemaparan terjadinya respon toksik tergantung pada sifat kimia
dan fisik bahan tersebut, situasi pemaparan dan kerentanan sistem biologis dari
tenaga kerja tersebut. Informasi mengenai jenis kimia harus memperhatikan
Material Safety Data Sheet (MSDS), yang memuat karakteristik bahan,
mempelajari proses pengerjaan dan sifat toksik limbah yang ditimbulkannya.
Material safety data sheet mencakup cara penyimpanan, cara transportasi, dan caracara penggunaan dalam proses berikutnya. Faktor utama yang mempengaruhi
toksisitas yang berhubungan dengan pemaparan terhadap bahan-bahan kimia
tertentu adalah jalur ke dalam tubuh, waktu pemaparan dan frekuensi pemaparan.

43

Jalur masuk pemaparan ke tubuh manusia yang paling berbahaya melalui


sistem inhalasi yaitu jalur hidung melalui tenggorok dan berakhir di paru-paru.
Berikutnya pemaparan lewat percikan zat cair (topical) sehingga akan
mengakibatkan iritasi kulit (dermatitis) lebih membahayakan bila zat cair dan
terkena mata.
Pemaparan berikutnya berupa zat padat yang sangat lembut yaitu debu, aneka
ragam debu yang masuk ke tubuh terutama melalui sistem inhalasi, sangat
membahayakan sistem pernafasan, semula radang hidung (pharingitis), berikutnya
radang tenggorok (bronchitis) dan terakhir radang paru (pneumoconiosis).
Pneumokonious yang membahayakan antara lain : debu kapas (byssinosis),
debu asbes (asbestosis), debu besi (siderosis), debu silica (silicosis), debu arang
batu (anthracosis).
Penyakit akibat kerja (occupational disease) harus diwaspadai secara cermat,
melalui studi epidemiologis bisa diprediksi berbagai macam penyakit akibat kerja.
Analisis ditempuh melalui pengenalan latar belakang pemaparan baik kuantitatif
dan kualitatif paparan, berikutnya dilakukan evaluasi yaitu serangkaian analisis data
yang didukung oleh pemantauan biologik berdasarkan analisis medik. Berikutnya
tindakan pengendalian dari berbagai bahaya dan resiko kerja, pemaparan biologis
merupakan penilaian keseluruhan dari zat-zat kimia yang berada di tempat kerja
melalui pengukuran penentu yang sesuai sebagai panduan dalam mengevaluasi
bahaya kesehatan yang potensial dalam rangka aktualisasi kesehatan lingkungan
kerja.
Dalam

situasi

yang

ideal

aspek

kesehatan

dan

keselamatan

kerja

diperhitungkan dalam tahap perencanaan (design process), pelaksanaan kerja


diikuti oleh pedoman kerja yang betul serta ditunjang oleh penerapan ergonomic
dapat dipastikan bisa meningkat produktivitasnya.
2.

Fungsionalisasi Nilai Ambang Batas


Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi pemaparan
terhadap bahan yang berbahaya di lingkungan kerja, teknik pengendalian adalah
untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja. Betapa
kompleksnya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi, maka

44

deteksi yang cermat kaitannya dengan kesehatan kerja secara periodik harus
terukur. Betapa pentingnya nilai ambang batas yang berfungsi sebagai patokan
melindungi tenaga kerja beraktivitas dan proteksi dalam lingkungan kerja. Nilai
ambang batas bahan setidaknya bisa dipakai standar apakah seseorang masih
mampu secara tetap 8 jam perhari atau 40 jam setiap minggu, dengan persyaratan
tidak mengakibatkan gangguan kesehatan atau berpenyakit akibat kerja.
Mengetahui secara tepat nilai ambang batas sangat penting apakah toksik
berpengaruh terhadap daya kesehatan dana bereaksi secara faali oleh bahan dengan
kadar tertentu. Nilai Ambang Batas (NAB) atau Threshold Limit Value (TLV)
adalah

kadar

tertentu

suatu

bahan

sehingga

seseorang

masih

sanggup

menghadapinya secara kurun tertentu dengan tidak ada tanda penyakit kronis.
Nilai ambang batas dapat dipakai pedoman untuk perencanaan dinyatakan
aman (no exposure level), disamping itu nilai ambang batas sebagai standardisasi
perbandingan. Terdapat ukuran yang lain yaitu kadar tertinggi diperkenankan
(KTD) atau maximum allowable concertration (MAC) adalah dimensi di atas NAB
kadar ini kadang-kadang dipergunakan untuk kepentingan proses produksi tertentu.
Jenis gangguan kesehatan atau penyakit akibat hubungan kerja dari bahan
tertentu dengan gradasi KDT mengakibatkan penyakit akut.
Efek Akut
Perubahan Faali
Dosis

NAB
Perubahan Perilaku (efek kronis)
Biokimia tubuh

Beban faali
Gejala Tertentu

Mengingat kepentingan eksistensi industri gradasi toksisitas dibedakan : non


toxic, low toxic, moderately toxic, highly toxic dan extremely highly toxic.
Extremely highly toxic - (5)

Grade

Highly toxic (4)


Moderately toxic
Low toxic (2)
Non toxic (1)
Gejala Tertentu

45

Keterangan :
(1) -

Non Toxic

(2) -

Low Toxic, menimbulkan gangguan kesehatan dan gejala klinis,


menyebabkan penyakit kronis.

(3) -

Moderately

toxic,

mendapatkan

perhatian

khusus

secara

medis

menyebabkan teknis akut.


(4) -

Highly toxic, pemaparan tingkat membahayakan.

(5) -

Extremely high toxic, bisa mengakibatkan kematian.

Kemajuan industri banyak memakai bahan yang berisiko tinggi, yaitu


menggunakan bahan berbahaya beracun (B3) seperti alumunium, tembaga serta
udara di tempat kerja harus mendapatkan perhatian terus menerus secara produk
terukur nilai ambang batasnya.
Terdapat sepuluh kelompok besar polutan di udara yang terdaftar dan terus
diwaspadai.
1.

Karbon oksida (CO dan CO2).

2.

Nitrogen oksida (N2O, NO2, NO).

3.

Sulfur oksida (SO2, SO3)

4.

Hidrokarbon (CH4, C6H6, C4H10).

5.

Oksida fotokimia (O3).

6.

Kelompok partikulat (debu, minyak, partikel logam, asap, garam sulfat).

7.

Senyawa organik (as bestos, hidrogen flourida, hidrogen sulfide, amonia, asam
sulfat, pestisida).

8.

Substansi radioaktif (tritium, nuklir).

9.

Kebisingan.

10. Toksik metaloid.

46

BAB 9
ERGONOMI
Ergonomi adalah aktualisasi ilmu biologis tentang faal manusia terhadap efisiensi
kerja, bersama ilmu teknik dan teknologi melakukan optimalisasi penyesuaian kerja
diukur dari nilai produktivitas.
Sikap badan (biomekanika) dan gerakan Faalli kontinu (kinetika) merupakan
rangkaian ergonomi.
Keuntungan desain ergonomi adalah faktor kenyamanan dan efisiensi kerja,
pekerjaan lebih cepat, mengurangi resiko kecelakaan, faktor kecelakaan ditekan secara
alamiah.
Obyek utama ergonomi adalah upaya memperdayakan otot dan tulang dalam
ukuran tubuh seseorang sehingga menentukan kemampuan fisiknya. Ergonomi
mempunyai peranan penting industrialisasi, dengan peran desain ergonomi mengurangi
beban kerja.
1.

Peran Ergonomi dalam Aktivitas Kerja


Difokuskan pada output kapasitas kerja seberapa jauh kegiatan fisik dapat
memenuhi tuntutan pekerjaan sehingga produktivitas perusahaan terus meningkat.
Beberapa pertimbangan prinsip ergonomis adalah pertama faktor fisiologis yaitu
sikap tubuh dalam menyelesaikan pekerjaan, setting mesin, penempatan peralatan
kerja. Kedua, memperhatikan ukuran tubuh (antropometri) yaitu ukuran tubuh saat
berdiri, duduk terhadap kecekatan kerja. Ketiga, arah pandang, arah pandang
disesuaikan dengan kuat cahaya terhadap obyek pekerjaan, disamping iklim suhu
ruang. Keempat, waktu efektif dalam bertugas. Kelima, terdapatnya beban
tambahan.
Menjaga suhu ruang kerja perlu diperhatikan mengingat perbedaan suhu tubuh
normal terhadap suhu ruang sekitarnya. Dalam industri sering disebut seberapa jauh
beda suhu tubuh terhadap lingkungan kerja, panas misalnya terdapat proses
produksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Keempat pertukaran panas tersebut erat
hubungannya dengan jumlah keringat tubuh yang sedang beraktivitas.

47

Di sini pentingnya perlengkapan kerja yang sudah diuji dan didesain secara
ergonomis, disamping memperhatikan dampak toksik karena pengaruh proses
produksi. Debu, gas, asap dan bau adalah produk sampingan, namun harus
diproteksi secara benar dan aman agar supaya kesehatan kerja tidak terganggu.
Program ergonomi meliputi penemuan problematik, pembuktian hasil observasi
(trial and errors), gerakan fisik dan sikap badan yang berpengaruh secara
sensomotoris.
Gerakan dan aktivitas kerja diperhitungkan : denyut jantung, tekanan darah,
suhu tubuh konsumsi oksigen dan produk berkeringat. Dalam beraktivitas kerja
tentu ada yang sangat dominan. Desain ergonomis, menggambarkan fungsi yang
harus dilaksanakan terhadap syarat kerja manusia, apakah kelak menjadi ruang
lingkup kerja manusia. Apabila desain ergonomic teruji efektivitasnya maka
dipastikan tuntutan jabatan dapat dipenuhi.
Konsumsi oksigen menjadi prioritas utama, begitu besar pengaruh efek
fisiologis membutuhkan oksigen relatif banyak. Referensi Stevenson 1987,
menyebutkan kebutuhan satu liter oksigen menghasilkan 4,8 kilo kalori energi.
Energi total merupakan andalan yang diperlukan, terutama pekerjaan manual.
Rekomendasi National Institute of Occupation Safety and Health memberikan nilai
pentingnya peranan ergonomic dalam beraktivitas kerja (action limit) khususnya
manual handlings. Contoh mengangkat beban 5 kg sampai 15 kg tidak diperlukan
khusus, mengangkat beban 15 sampai 25 kg diperlukan metode mengangkat,
mengangkat 25 kg sampai 35 kg diperlukan rancang bangun dan angkat di atas 35
kg harus dibantu peralatan mekanik.
Safety engineering merupakan desain teknologi ditekankan pada indifikasi
hazards yang berdampak pada gangguan kesehatan kerja. Difinitif safety
engineering diartikan sebagai strategi pengendalian kecelakaan, penggunaan
proteksi, penerapan norma kerja yang akhirnya untuk perlindungan keselamatan.
Safety desain meliputi product penelitian dikembangkan dalam development
process. Bila ternyata memberikan bukti andalan diaplikasikan dalam factory
activity.

48

2.

Sinkronisasi Tekno Struktural dan Sosio Prosesual


Kedua sub sistem tekno struktural dan sosio prosesual bisa dipadukan secara
ergonomik guna meningkatkan produktivitas, mesin dan perlengkapan kerja harus
disesuaikan dengan keadaan komunitas kerja. Perangkat kerja dalam hal ini tekno
struktural dan tata ruang kerja harus disesuaikan dengan rata-rata ukuran
antropometri tenaga kerja. Perangkat kerja dalam hal ini tekno struktural dan tata
ruang kerja harus disesuaikan dengan rata-rata ukuran antropometri tenaga kerja.
Tujuan utama sinkronisasi adalah meminimalkan faktor kelelahan dan ketidak
efisiensian gerak tubuh, tidak terbuang waktu dan energi serta meletakkan dasar
bekerja selamat dan sehat.
Sistem kerja di industri hendaknya mengikuti prosedur yang ditetapkan,
dengan kerja yang efektif harus dapat menjelaskan tuntutan pekerjaan terjawab oleh
komunitas tenaga kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memberi perhatian penuh kepada
komunitas tenaga kerja agar dalam berkarya dalam kondisi selamat dan sehat,
khususnya dalam era industrialisasi menghendaki cara berfikir dan kebiasaan
perilaku mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.
Koordinat menggambarkan dimana keserasian dan sinkronisasi perkembangan
teknologi (tekno struktural) dan aktifitas tenaga kerja (sosio prosesual), dengan ke
depan bekerja lebih produktif.
Aspek komunitas tenaga kerja (sosio prosesual) disesuaikan dengan pendidikan
dan pengalaman terhadap tuntutan spesifikasi pekerjaan, memiliki rasa tanggung
jawab, memiliki motivasi tinggi, mampu menyesuaikan dengan peralatan kerja, dan
mampu mencerna norma-norma K3 secara sadar.
Aspek peralatan kerja (tekno struktural), harus didesain secara ergonomic guna
melancarkan proses produksi dan meningkatkan produktivitas kerja.
Kecelakaan bisa timbul akibat kecerobohan (an safe actions), bisa dari unsur
peralatan kerja (technical errors) dan karena faktor lingkungan kerja (environment
errors) bisa menimbulkan kecelakaan.

49

Pekerjaan yang lebih bersifat kontinuitas diperlukan perancangan tempat kerja


berdasarkan data anthropometri dan data statis (proses teknologikal struktural dan
sosio prosesual).
Analisis sistem sambungan kerangka (batas jangkauan, ruang gerak
beraktifitas), gerak otot dan aktivitasnya, kemudian rasa nyeri kerangka otot yang
disebabkan oleh pekerjaan. Ketiga substansi di atas mendapat perhatian dari obyek
ergonomis.
Semua aktifitas tubuh manusia diatur dan dikendalikan oleh sistem susunan
saraf bagaimana mengendalikan gaya-gaya dinamis, dalam kenyataan memang
terdapat gaya seperti itu.
Faktor kelelahan kerja menjadi penentu, karena meningkatnya kerja
memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri.
Perasaan adanya kelelahan umum bisa ditandai oleh beberapa variabel antara
lain :
1.

Kelelahan mental

2.

Kelelahan visual

3.

Kelelahan urat saraf

4.

Pikiran tegang atau stress

5.

Rasa malas bekerja


Pendekatan alternatif melalui menyusun dasar sistem istirahat kerja, interval

rotasi kerja, beban kerja serta penyediaan gizi kerja seimbang.

50

BAB 10
PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau di masuknya zat omega atau


komponen lain ke dalam suatu sistem kehidupan oleh kegiatan manusia sehingga
mempengaruhi kualitas tertentu sampai turun ke tingkat lebih rendah dan
mempengaruhi normalitas kehidupan.
Penurunan kualitas lingkungan hidup oleh perusakan dan tindakan mengakibatkan
lingkungan tidak berfungsi sebagaimana dikehendaki oleh komunitas pada umumnya
menerapkan normalitas lingkungan di perlukan kriteria tertentu dalam menetapkan baku
mutu lingkungan hidup yaitu menstandarkan ukuran semua zat, bahan, omega, sebagai
unsur pencemaran. Kekuatan hukum tentang pengelolaan lingkungan hidup tertuang
dalam

Undang-Undang

Republik

Indonesia

Nomor

23

tahun

1997.

untuk

menanggulangi masalah pencemaran lingkungan hidup diperlukan upaya pelestarian


daya dukung yang merupakan rangkuman untuk melindungi terhadap setiap perubahan
yang berdaya negatif keluarga bagi kesehatan manusia.
1.

Pencemaran Lingkungan Kerja Dan Penerangan


Lebih spesifikasi pencemaran lingkungan untuk mengantisipasi adanya
pencemaran di tempat lingkungan kerja. Bentuk pencemaran tersebut bisa
mengganggu pola komunitas tenaga kerja sehingga bila pencemaran tidak
dikendalikan akan mengakibatkan gangguan kesehatan dan berakhir dengan daya
kerja tidak optimal.
Dalam industri pencemaran lebih banyak diakibatkan pemakaian bahan-bahan
kimia, dan limbah yang diakibatkan atau proses produksi sehingga penanganan
ditempuh melalui tiga langkah utama yaitu pengenalan bahan pencemar, evaluasi
tentang dampak yang ditimbulkannya dan pengendalian lingkungan kerja dari
berbagai resiko kerja, pengenalan bahan-bahan pencemar meliputi karakter bahan
yang dikemas dalam MSDS, evaluasi dikembangkan pola analisis seberapa besar
pengaruh terhadap kesehatan, peranan nilai ambang batas menjadi kriteria penting
dan diperhitungkan, sehingga pemantauan biologic menjadi dasar evaluasi.

51

Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran


bahan-bahan yang

digunakan, mengurangi

pemaparan

bahan-bahan yang

digunakan, mengurangi pemaparan besar ditempuh beberapa udara segar dalam


ruang kerja.
Pencemaran lingkungan kerja terutama melalui media udara diduga dominan
menggunakan kesehatan, terdapat beberapa kelompok polutan udara antara lain
karbon oksida (CO, CO2); Sulfur oksida (SO2, SO3) Nitrogen oksida (No, NO2);
Hidro karbon (CH4, C6H6), Pertikulat (Asap, debu, partikel logam, minyak),
senyawa organik (H2, SO4, NH3, H2S), substansi radio aktif dan kebisingan).
Semua kelompok polutan tersebut bila digunakan dalam aktifitas kerja perlu
diukur nilai ambang batasnya, polutan udara ini diserap melalui proses pernapasan,
organ tubuh yang terganggu adalah hidung, tenggorokan dan paru-paru sangat fatal
sekali bahwa gangguan paru-paru sudah mengarah pada kanker paru akibat
pemaparan polutan udara.
Masalah penerangan tempat kerja juga menjadi perhatian utama terutama untuk
menghindari kelelahan mata dan penurunan konsentrasi kerja, karena itu ketajaman
penglihatan harus diukur sesuai dengan kebutuhan obyeknya kelelahan visual
timbul sebagai akibat stress intensif pada fungsi mata, ditandai dengan iritasi pada
selaput lendir dan mata merah, penglihatan menjadi rangkap disertai pusing,
menurunnya ketajaman penglihatan.
Desain penempatan lampu penerangan harus disesuaikan dengan lokasi kerja,
untuk lokasi gudang sedikitnya kekuatan 50 lux, untuk penerangan di lokasi
pekerjaan logam, pelapisan perabot sedikitnya 200 lux, untuk penerangan di lokasi
pekerjaan dengan ketelitian sedikitnya 300 lux, penerangan untuk pekerjaan dengan
pengujian ketelitian sedikitnya 1000 lux.

52

2.

Analisis Dampak Lingkungan


Pencemaran lingkungan adalah masuknya zat, energi kedalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga tingkat tertentu menyebabkan kondisi
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi baik sebagaimana layaknya.
Zat dan energi yang masuk harus diukur batas kadarnya yang sering disebut
baku mutu lingkungan, karena itu setiap penyelenggara kegiatan di industri sangat
dipengaruhi sangat diharapkan terdapat badan uji karakter material, dan aneka
limbah di dalam industri kaitannya dengan dampak terhadap kesehatan lingkungan
kerja.
Dampak lingkungan berdimensi komplek bersifat lintas sektoral dan kadangkadang berdimensi waktu panjang, siklus perubahan lingkungan diawali oleh
aktifitas proses produksi atau aktivitas manusia, dengan berbagai dampak
pengembangan

teknologi

melahirkan

akumulasi

bahan

pencemar

dan

mempengaruhi kualitas lingkungan kerja, berikutnya dan mengganggu kualitas


kesehatan manusia.
Membangun industri adalah membangun kawasan lingkungan usaha terutama
di sektor produk setengah jadi atau barang siap pakai, kegiatan industri yang
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan teknologi dengan melibatkan
komunitas manusia sebagai pelaku didalamnya. Pencemaran lingkungan seharusnya
diukur setiap perubahan yang dianggap peka seperti komunitas gangguan kesehatan
kronis seperti merosotnya kekebalan tubuh. Fenomena diatas harus ditandai melalui
pengendalian pencemaran melalui berbagai strategi pencegahan lingkungan sehat
dibedakan antara lingkungan dampak tinggal keluarga (space for general line) dan
lingkungan tempat mencari nafkah (resources for live), keduanya harus memiliki
ruang kesehatan. Menurut definisi kesehatan dunia (WHO) kesehatan dialihkan
sehat fisik, sehat mental, sehat sosial dan sehat spiritual.
Dalam kegiatan manapun lingkungan diharapkan memberikan dukungan
kesehatan yang proporsional misalnya kehidupan makro, lingkungan memberikan
pengaruh kesehatan masyarakat, pada kehidupan mikro lingkungan memberikan

53

dukungan kesehatan keluarga dimana bertempat tinggal, sedangkan kehidupan


maso lingkungan kerja memberikan pengaruh sehat untuk berkarya dan memiliki
spirit kerja.
Pengaruh kesehatan akibat lingkungan (Environmental Agents) seperti bahanbahan pencemar harus diukur cermat tingkat toksiknya. Bahan-bahan yang
dianggap bahaya baik fisik atau kimia harus diketahui nilai ambang batasnya
sebenarnya besar pengaruh berperan dalam lingkungan kerja, peraturan diagnosa
patologik besar manfaatnya.
Pengendalian pencemaran terpadu (integrated pollution control management)
merupakan upaya meningkatkan kualitas lingkungan kerja agar terpenuhi
produktivitas kerja optimal.
Dalam pendekatan bahasa hipotetik ditanyakan semakin tinggi tingkat
kelayakan kerja berarti menekan serendah mungkin tingkat kecelakaan kerja,
berarti penyelenggaraan The world day for safety and health at work adalah
indikasi hubungan kerja dengan kesehatan kerja. Dengan demikian secara
konseptual maupun praktikal peranan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) adalah investasi yang sangat berharga dalam upaya
membangun kebiasaan kerja yang baik.
Meningkatnya perkembangan industri semakin kuat meningkatnya pencemaran
dan limbah industri perlu diantisipasi nilai ambang batas pencemaran yang dilepas
sebagai konsumsi komunitas pekerja.

54

BAB 11
PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan


mengungkapkan kelemahan setiap operasional yang sering dimungkinkan terjadinya
kecelakaan kerja, kesalahan operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak terlepas
dari perencanaan yang kurang baik, dan pengambilan keputusan yang tidak tepat, serta
pertimbangan manajemen yang kurang mantap.
Fungsi manajemen K3 dapat dilaksanakan dengan dua cara pertama mengungkap
penyebab terjadinya kecelakaan kedua mengevaluasi sistem pengendalian tidak
dilaksanakan secara tepat dan cermat. Perusahaan terus-menerus mengadakan investasi
atas pencegahan kecelakaan sampai mencapai keseimbangan tertentu.
Akibat kecelakaan perubahan manusia (human error) dan keadaan tempat kerja
yang tidak mendukung termasuk technological error akan berakhir dengan gangguan
kesehatan dan meningkat menjadi kecelakaan kerja.
1.

Penyebab Kecelakaan Pelaksanaan Kerja


Penyebab kecelakaan kerja dari faktor manusia (human error) sering terjadi
pada mereka tidak cakap, perilaku ceroboh, spirit kerja yang tidak terkontrol, oleh
sebab itu peranan pendidikan menjadi penting terutama terkait dengan
pekerjaannya.
Beberapa

hal

yang

disebutkan

diatas

bisa

menyebabkan

kurang

menguntungkan dilihat dari produktivitas kerja, perbuatan yang salah terutama


ketidaktahuan prinsip operasional serta faktor kecerobohan (perilaku kasar, suka
bergurau dalam bekerja) akan berakibat pada kecelakaan dan berakibat pula
kerugian perusahaan. Untuk menghindari segala kemungkinan terjadinya kerugian
maka saat rekruitmen diperlukan tes kemampuan, psikoteknik, tes kesehatan.
55

Apabila sudah diterima sebagai tenaga kerja masih diperlukan masa pelatihan
dan bimbingan kerja masa pelatihan diperlukan untuk memenuhi tiga aspek, yaitu
aspek pengetahuan, aspek keterampilan dan aspek dedikatif.
Bimbingan diarahkan pada profesionalitas kerja, keyakinan bahwa program
keselamatan dan kesehatan kerja adalah kepentingan bersama, Referensi
Internasional Labour Organization (ILO) dalam accident preventif pengarahan
menetapkan manajemen menuntut partisipasi dan kerjasama semua pihak agar terus
mempertahankan kondisi kerja yang aman (safe working conditions).
Kebiasaan berperilaku kerja yang baik dan mengikuti prosedur akan dapat
menjamin produktivitas kerja optimal. Disisi lain tenaga kerja mempelajari
berbagai perkembangan teknologi untuk mampu berinteraktif secara fisiologis.

2.

Analisis Keselamatan Kerja


Setiap perusahaan wajib mengendalikan kecelakaan kerja, menunjukkan bahwa
terdapat kepedulian manajemen berhasil memprediksi daerah kelemahan yang
sering terjadi kecelakaan. Setiap kecelakaan harus dianalisis mengapa kecelakaan
harus terjadi dan mengetahui penyebabnya, selanjutnya langkah apa yang harus
diambil agar kecelakaan serupa tidak terulang.
Akibat kecelakaan kerja paling tidak terdapat dua subsitusi yang dirugikan,
pertama kerugian tenaga kerja berupa sakit mungkin cacat tubuh dan tidak masuk
kerja untuk berupa hari, sehingga berpengaruh pada absentisme. Kedua kerusakan
material atau komponen sumber produksi sehingga sementara waktu tidak dapat
operasional dan perlu waktu mengganti suhu cadang.
Apa yang disebutkan diatas adalah kerugian bagi anggaran perusahaan, oleh
sebab itu kerugian finansial akibat kecelakaan kerja memberikan jawaban berbagai
kecelakaan akibat kerja, analisis dituntut agar dapat diungkapkan sebab
sesungguhnya dari kecelakaan, sebab sesungguhnya dari kecelakaan, analisis harus
didukung laporan kecelakaan (formulir disesuaikan keputusan manajemen).

56

Sistem pencatatan kecelakaan kerja merujuk nota ILO adalah pertama angka
kekerapan kelemahan (accident frequeny rate), kedua angka kejadian kecelakaan
(accident incidence rate) dan ketiga angka keparahan (severe rate).
Ketiga pencatatan kecelakaan tersebut diformalisikan dalam rumus :
Accident Frequency Rate (FR) sebagai berikut :
FR

Jumlah seluruh kecelakaan x 1.000.000


Jumlah seluruh jam ker ja

Accident Incident Rate


IR

Jumlah seluruh kcelakaan x 1.000


Jumlah rata rata orang beresiko kecelakaan

Beratnya Kecelakaan (Accident Quality)


AQ

Jumlah hari terbuang x 1.000


Jumlah seluruh jam ker ja

Disamping itu ada juga laporan angka sakit (Morbility Rate) angka sakit
tersebut mencakup penyakit umum dan penyakit akibat kerja untuk suatu penyakit.

IR

Jumlah kasus yang ditemukan dalam satu tahun


Populasi tengah tahun

Laporan prevalence rate suatu penyakit


P.R Suatu penyakit

Jumlah kasus penyakit tumbuhan pada suatu saat


Populasi pada saat tersebut

Kemudian dilaporkan juga angka kematian (mortalitiy rate) angka kematian ini
meliputi : angka kematian awal dari semua sebab penyakit (crude death rate).
CD

Jumlah kematian selama satu tahun x 1.000


Populasi tengah malam

Angka kematian oleh suatu sebab penyakit (Single Death)

57

SD

Jumlah kematian suatu penyakit selama satu tahun x 1.000


Populasi tengah tahun

Ratio kematian suatu penyakit (Case Fatality Ratio)


Cfr

Jumlah kematian karena penyakit tertentu x 100


Jumlah kasus penyakit tertentu

Dalam dimensi K3 pokok perkiraan yang dimasukkan dalam persyaratan


statistik untuk keperluan kompensasi kecelakaan dilakukan : Statistik kecelakaan
tentang tingkat Frekuensi Rate (FR) dan tingkat keparahan (SR) dikelompokkan
sesuai dengan kebutuhan.
Pencegahan kecelakaan kerja bisa ditempuh melalui beberapa cara, pertama
melalui pelatihan tentang sebagai metode kerja yang aman, penggunaan alat
pelindung diri, perilaku menyikapi problematik dalam pekerjaan. Kedua sosialisasi
peralatan perundangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja termasuk hak dan
kewajiban karyawan tentang terpenuhinya sosialisasi tersebut dalam situasi
industrial.
Ketiga supervisi medik adalah pantauan para medical di tempat kerja bisa
mengungkap berbagai kemungkinan prediktif pada medical tentang hubungan di
tempat kerja terhadap aktivitas kerja, kemungkinan pemaparan zat atau bahan yang
mengganggu kesehatan. Pemantauan biologik berusaha mengukur parameter yang
berhubungan langsung dengan pengaruh kesehatan dikaitkan dengan gejala
gangguan kesehatan waktu diadakan pemeriksaan fisik.
Keempat peranan supervisi oleh Forman di tempat kerja, supervisi ini penting
dilakukan mengingat kebiasaan dan kelelahan sering menimbulkan kecelakaan,
supervisi juga pola unit-unit produksi yang memerlukan Safety Guard Mekanik,
termasuk situasi ruang kerja yang erat hubungannya dengan keamanan kerja.
Higinitas dan iklim kerja termasuk tanggung jawab supervisor.

58

BAB 12
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Disetiap perusahaan diharuskan terpasang unit instalasi pemadam kebakaran untuk
mengantisipasi bahaya kebakaran dan lingkungan kerja, telah dapat dibayangkan
apabila kobaran api membara dengan ganasnya dapat dibayangkan apapapun yang
berada didekatnya pasti dilalapnya, akibat dari peristiwa kebakaran musnahlah harta
benda yang dimiliki kecuali hanya puing-puing beserta abu yang tersisa dapat akibatnya
dengan penyelesaian dan kesedihan sebagai dan bencana yang tidak boleh diremehkan.
Melawan kebakaran merupakan perlombaan antara kecelakaan dan kecekatan
dalam menguasai alat pemadam kebakaran terhadap waktu. Petugas di katakan menang
apabila mengusai kebakaran api dalam waktu sesingkat-singkatnya, dan sebaliknya akan
mengalami gagal total bila lembar memanfaatkan waktu sehingga api lebih menguasai
kerakusannya.
Bahaya kebakaran adalah suatu bahaya yang tidak diinginkan akibat ditimbulkan
adanya kontak nyala api yang tidak terkendali sehingga melalap barang-barang
sekitarnya.
Disetiap lokasi tertulis DILARANG MEROKOK adalah peringatan serius,
termasuk tindakan preventif awal bentuk pencegahan agar tidak terjadi kebakaran. Bila
terjadi proses pembakaran tindakan awal adalah menentukan titik api, karena tindakan
awal ini strategis memenuhi tepat sasaran. Peristiwa ini termasuk, represif, mengingat
kebenaran api tindakan termasuk proses kebakaran merata di ikuti dengan bunyi
peledakan yang berbahaya karena terdapat proses pertambahan tekanan yang amat
cepat akibat reaksi exothermic yang cukup besar.
1.

Teori Segitiga Api Dalam Proses Pembakaran


Api terbentuk dari beberapa sumber, pertama api dari panas bumi, kedua api
terbentuk akibat musim kemarau panjang sehingga membakar hutan, ketiga api
akibat hubungan arus pendek dari suatu instalasi listrik, keempat dari terbentuk oleh
tindakan manusia.
Api berkobar dan membesar akibat terakumulasi secara merata antara panas
yang ditimbulkan dan bahan bakar sebagai media antara serta peran oksigen

59

sebagai faktor penentu proses pembakaran. Proses pembakaran adalah peristiwa


kimia akibat reaksi exothermic akibat ketiga unsur diatas terakumulasi sehingga
terbentuk segitiga api, oksigen (O2) dengan minimal 15% sudah dapat menunjang
terjadinya kebenaran, udara bebas mengandung rata-rata 21% O2 dan 79% N2.
Dasar sistem pemadaman adalah merusak keseimbangan reaksi api dalam
proses pembakaran. Berbagai upaya yang dilakukan bagaimana cara mengalahkan
dan merusak kerusakan keseimbangan reaksi api agar api tidak membesar. Terdapat
tiga cara penanggulangan kebakaran antara lain : pertama dengan cara penguraian
yaitu memisahkan atau menyingkirkan bahan-bahan yang terbakar dari lingkungan
sekelilingnya, kedua dengan cara pendinginan yaitu dengan menurunkan panas
sehingga suhu turun sampai dibawah titik nyala, ketiga dengan cara isolasi yaitu
dengan menurunkan kadar oksigen sampai dibawah angka 12%.
Dalam kegiatan di industri masalah kebakaran, hanya ditinjau dari olah tangan
manusia dalam penanganan teknis misalnya bahan-bahan kimia yang mudah
terbakar perbaikan sistem pada mekanisme penyalaan pada kendaraan tindak
perawatan pada jaringan instalasi listrik yang rawan kecelakaan, serta faktor
kelalaian lupa tidak mematikan putung rokok, mengelas dekat bahan mudah
terbakar.
Membahas supaya kebakaran beserta aspek yang timbul didalamnya, perlu
mempelajari klasifikasi kebakaran, tujuan mempelajari klasifikasi kebakaran,
adalah pertama mendapatkan penggolongan jenis bahan yang terbakar kedua untuk
menetapkan jenis alat pemadam kebakaran yang sesuai.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.
04/Men/1980 tanggal 14 April 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) agar bisa menyesuaikan jenis apa
yang sesuai dan bagaimana pula teknik dan taktik pemadaman.
Teknik pemadaman diperlukan penguasaan pengetahuan tentang pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran, dapat cepat menggunakan peralatan dan
perlengkapan pemadaman dengan cepat dan benar dan sudah terlatih menghadapi
berbagai situasi. Sedang taktik pemadaman adalah tindakan dengan cepat dan tepat
tanpa menimbulkan kerugian yang lebih besar. Untuk mengatasi taktik pemadaman

60

tersebut perlu memperhatikan arah pengaruh angin, warna asap kebakaran, lokasi
tempat kebakaran.
Klasifikasi kebakaran Indonesia mirip dengan klasifikasi di Amerika Serikat
yaitu national fire protection association yaitu kelas A yang terbakar bahan bakar
padat yang meninggalkan orang atau abu, kelas B adalah bahan bakar cair atau
yang sejenis, kelas C kebakaran akibat instalasi listrik hubungan pendek, dan kelas
D kebenaran logam. Masalah kebakaran terangkat isu karena hubungan pendek atau
konsleting pentingnya instalasi listrik harus teruji melalui biro instalatur yang
andalan sesuai dengan standar yang ditetapkan Lembaga Masalah Kelistrikan
(LMK-PLN) kontraktor instalatur listrik harus memiliki sertifikat dan tergabung
dalam Asosiasi Kontrakstor Listrik Indonesia (AKLI-PLN).
2.

Teknik Penanggulangan Kebakaran


Dasar sistem pemadaman api adalah merusak keseimbangan reaksi api, hal ini
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pertama penguraian dengan menyingkirkan
bahan-bahan yang mudah terbakar, kedua pendinginan dengan menurunkan panas
sehingga suhu bahan yang terbakar berada pada bawah titik nyala, dan ketiga cara
isolasi dengan menurunkan kadar oksigen dibawah 12% dari ketiga cara diatas
dipilih cara mana yang bisa dilakukan dengan efektif sehingga proses pembakaran
terkendali, di ingatkan dalam penanggulangan kebakaran berpacu dengan waktu,
keterlambatan memanfaatkan waktu, akan berakibat kerugian yang amat besar.
Pada saat kejadian kebakaran, tindakan awal adalah sangat menentukan karena
pada saat itu api masih berkobar kecil mudah dan mudah dikendalikan, karena itu
tindakan awal harus cepat dan tepat, untuk ini diperlukan pengetahuan tentang caracara pencegahan dan penanggulangan kebakaran dengan baik.
Dalam dunia industri masalah pencegahan bahaya kebakaran menjadi perhatian
serius, setiap orang yang berada dalam lingkungan industri harus taat pada semua
aturan kaitannya dengan peringatan kebakaran. Pencegahan bahaya kebakaran
dimaknai segala usaha yang dilakukan secara bersungguh-sungguh agar tidak
terjadi penyalaan api yang tidak dapat dikendalikan.
Pencegahan bahaya kebakaran memiliki dua pengertian pertama dinyatakan
penyalaan api belum ada dan diusahakan agar tidak terjadi penyalaan api, misalnya

61

di tempat-tempat pembelian bensin di wilayah gudang penimbunan barang di


tempat reparasi kendaraan bermotor. Kedua, penyalaan api sudah ada diusahakan
agar kobaran api tersebut menjadi terkendali, misalnya pada tempat-tempat
pembakaran rutin, bengkel-bengkel pande besi daerah ketel uap dan lain
sebagainya.
Memahami teknik dan taktik pemadaman harus di tempatkan pada proporsi
yang tepat. Dua pemahaman didefinisikan : bahwa teknik pemadaman adalah
kemampuan bagaimana cara yang tepat mempergunakan alat dan perlengkapan
pemadam kebakaran dengan sebaik-baiknya sehingga hasil yang dicapai sangat
optimal, sedangkan teknik pemadaman adalah kemampuan menganalisa situasi
kebakaran sehingga dapat melakukan tindakan dengan cepat dan tepat tanpa
menimbulkan korban maupun kerugian yang lebih besar.
Beberapa fenomena kebakaran yang terjadi dapat dipelajari bagaimana
menguasai teknik pemadaman antara lain menempatkan ragu pemadam kebakaran
yang sudah terlatih sanggup menguasai situasi kebakaran, dapat mempergunakan
peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran dengan cepat dan benar,
menguasai dengan baik pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran.
Adapun menguasai taktik pemadaman diperlukan menganalisa situasi
kebakaran antara lain menguasai pengaruh angin, warna asap kebakaran, lokasi
kebakaran dan bahaya-bahaya lain yang mungkin bisa terjadi akibat kebakaran.
Terdapat model-model instalasi listrik unit kebakaran yang dipelajari misalnya alat
pemadam api ringan, peralatan pemadam api instalasi tetap, peralatan pemadam api
yang bergerak dan sekarang sudah banyak ragam alat pemadaman yang lebih baik.

62

BAB 13
GIZI KERJA
Berdasarkan referensi bidang kesehatan disepakati bahwa masukan gizi merupakan
salah satu penentu dalam menentukan kualitas

manusia. Kualitas

manusia

mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja dalam melakukan kegiatannya.


Waktu bekerja 8 jam perhari adalah waktu cukup panjang mendorong tenaga kerja
untuk mencukupi masukan gizinya di tempat kerja.
Mengingat waktu perjalanan dari rumah ke tempat kerja cukup jauh jaraknya,
berarti harus memperhitungkan waktu keberangkatan ke tempat kerja. Situasi ini
menyebabkan pekerja tidak sempat membawa makanan ke tempat kerja. Waktu yang
disediakan untuk istirahat kerja satu jam, waktu istirahat dimanfaatkan untuk makan,
berarti harus makan di luar. Faktor ini merupakan salah satu alasan disediakan makan di
tempat kerja, sehingga diperlukan manajemen pengaturan dan pengelola makanan.
Terselenggaranya penyediaan makanan di tempat kerja harus memenuhi syarat gizi
dan kesehatan guna mencapai produktivitas kerja optimal.
1.

Konsumsi Makanan Berimbang


Terfokus terselenggaranya penyediaan makanan di tempat kerja diperlukan
ketenagaan yang ahli gizi, terampil dan higienis. Manajemen harus menempatkan
personal yang cakap dan bertanggung jawab terselenggaranya makanan yang
disediakan, biasanya manajemen mengambil rekanan tata boga yang profesional,
tahu tentang menu-menu harian yang sesuai kebutuhan tenaga kerja.
Kecukupan makanan menurut empat sehat lima sempurna adalah untuk
mempertahankan kondisi fisik yang tangguh sehingga tidak mudah terjangkit lemah
semangat. Letih, lemah dan lesu, kurang bergairah menunjukkan seseorang
kekurangan gizi.
Asupan makan hendaknya mengikuti pengaturan gizi seimbang, keadaan gizi
yang telah terbukti meningkatkan kemampuan bekerja. Para pekerja yang mendapat
kalori dan protein dalam asupan makanan dipastikan meningkat kemampuan
bekerjanya, meningkat pula energi yang dikeluarkannya.

63

Masalah anemia gizi terutama kekurangan zat besi adalah gambaran turunnya
produktivitas kerja, secara konkrit dapat disimpulkan peranan status gizi secara
langsung mempengaruhi kesehatan dan kualitas kerja.
Sajian makanan diberikan saat masa istirahat dapat membantu memperbaiki
produktivitas kerja dan meniadakan kelelahan, makan pagi adalah sangat baik
berpengaruh membangun energi untuk bekerja. Jika nilai gizi terpenuhi tidak
diperlukan menambah frekuensi makan, makanan dengan gizi baik berpengaruh
mengurangi zat-zat racun. Dalam rangka promosi nutrisi kesehatan ilmu gizi sangat
berperan bagi tenaga kerja bisa sebagai model fenomena sosial budaya bagi
masyarakat bahwa makanan dengan pola tersebut memang sesuai dengan
kebutuhan kesehatan.
Energi dibutuhkan oleh setiap karyawan untuk mempertahankan daya kerja.
Kalori merupakan standar untuk mengukur nilai energi yang terkandung dalam
bahan makanan, diharapkan jangan sampai menderita kekurangan kalori protein
(protein energy mal nutrition).
Suatu gejala bila seseorang atau komunitas orang bekerja kurang semangat,
cepat lesu,

mengalami penurunan kepekaan syaraf motorik dan mudah stress

mental menunjukkan gejala kekurangan gizi.


Selaras dengan pembangunan di bidang kesehatan diharapkan kualitas sumber
daya manusia dibina dan diarahkan agar menjadi manusia yang kuat, cerdas dan
kreatif. Gizi adalah unsur penting disamping masukan lain seperti air bersih dan
lingkungan hidup sehat, peran gizi merupakan masukan vital bobot fisik dan
kualitas non fisik. Bobot fisik menggambarkan kemampuan beban kerja dan
mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja. Perlu disadari oleh manajemen bahwa
masyarakat pekerja yang sehat akan bekerja giat dan produktif dan berimbas pada
upaya mencegah kecelakaan dalam tugas sehari-hari.

64

Berikut gambaran korelasi makanan terhadap kesehatan yang mempunyai


dampak gangguan kesehatan.
Kesehatan

Makanan

Kurang
Gizi

Bergizi

Bergizi
Makanan

Olahraga

Tidak Teratur
Kebersihan Olahraga Tidak
Teratur

Jasmani
Rohani

Makan
Minum

Insidental

Gangguan Kesehatan

Untuk menjaga kondisi kesehatan disamping mengkonsumsi makanan,


seseorang harus menjalani pola hidup sehat antara lain : konsumsi makanan sehat
gizi seimbang, istirahat cukup, olahraga teratur, mengendalikan stress, memelihara
kesehatan mental, menghindari perilaku menyimpang, selalu berfikir positif.
2.

Pemahaman Nutrisi
Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh para pekerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Kesehatan dan daya kerja
sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi seseorang.
Di dalam tubuh selalu terjadi kegiatan sel baik untuk membangun tenaga
(metabolisme). Perjalanan makanan sampai perubahan menjadi gizi melalui tiga
fase : pencernaan, penyerapan dan fase metabolisme.
Fungsi dan sumber nutrisi yang diperlukan setiap orang sebagai makanan
harian dengan komposisi karbohidrat 2%, lemak 15%, protein 20%, vitamin 1%,
mineral 5%, dan air 57%.
Tubuh memerlukan enam jenis zat gizi utama yaitu : karbohidrat sebagai
pembangkit dan sumber energi, lemak berfungsi sebagai cadangan makanan dan
pelindung terhadap cuaca, protein fungsinya pembangun jaringan sel, vitamin
sebagai pengendali pusat kesehatan dan pertumbuhan organ tubuh, mineral
berfungsi sebagai penyusunan pembentukan darah, air sebagai alat transportasi dan
menjaga suhu badan.

65

Pembawa makanan ke seluruh organ tubuh melalui darah, oleh sebab itu darah
harus baik fungsinya (tekanan darah, kadar kolesterol) harus dijaga betul tentang
keamanan makanan (food safety), upaya pencegahan pencemaran makanan harus
terdeteksi sedini mungkin, kerusakan makan oleh pengaruh zat kimia, perlakuan
fisik, di samping faktor penyimpanan.
Mundurnya kesehatan bisa diakibatkan makanan yang mempunyai nilai gizi
kurang (under nutrition). Kesehatan yang buruk menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh dan perubahan perilaku.
Pemahaman nutrisi erat hubungannya dengan pengelolaan dan pelayanan
makanan, kemajuan dalam bidang jasa boga dewasa ini dinilai cukup baik, selaras
bertambahnya perkembangan teknologi dan industri tata boga sehingga masyarakat
sangat menaruh perhatian di bidang ini. Dengan demikian jasa boga memiliki
ketetapan khusus dalam mengatur kegiatan penyelenggaraan menu makanan yang
akan disajikan.
Selanjutnya manajemen menetapkan beberapa ketentuan yang menyangkut :
pembelian bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, persiapan untuk
pemasakan, distribusi makanan. Berbagai ketentuan yang ditetapkan tersebut
manajemen menempatkan ahli gizi yang fungsinya mengawasi, mengelola menu
makanan untuk siap dihidangkan.
Yang tidak kalah pentingnya adalah faktor kebersihan, sanitasi di lingkungan
pekerjaan tersebut. Faktor kebersihan meliputi peralatan dapur, penataan meja,
pengaturan ventilasi dan pencahayaan serta pencucian tangan.
Penerapan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan diperhitungkan akibat
menurunnya resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan yang ditularkan
melalui makanan. Sanitasi pada hakekatnya adalah usaha pencegahan penyakit dan
pengawasan terhadap faktor lingkungan yang merupakan mata rantai berhubungan
penyebaran penyakit.
Fasilitas sanitasi meliputi penyediaan air bersih, tempat cuci tangan,
pembuangan air limbah dan sampah.
3.

Olahraga Teratur

66

Tujuan berlatih olahraga adalah untuk memperoleh kesegaran jasmani dan


kesehatan menjadi lebih baik. Oleh sebab itu harus menjalankan latihan-latihan
olahraga yang benar sesuai kemampuan fisiknya. Dalam kegiatan berolahraga
tekanan dan konsentrasinya pada olahraga kesehatan bukan olahraga untuk
kompetititf.
Olahraga untuk kesehatan diperlukan program yang terencana, sistematik dan
teratur, misalnya jalan cepat, bersepeda, senam pagi. Pemeriksaan oleh dokter
sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh daya ketahanan tubuh akibat
berolahraga.
Berolahraga yang

teratur dan terukur merupakan keharusan dilakukan,

berolahraga melampaui takaran akan berbahaya bagi kesehatan. Besaran takaran


yang terukur diperlukan untuk menetapkan intensitas latihan, lamanya latihan dan
frekuensi latihan.
Takaran intensitas dalam latihan diperlukan khususnya olahraga yang
memerlukan energi misalnya olahraga aerobik, detak denyut nadi harus diketahui
secara benar, dengan hitungan detak denyut nadi bisa didapat kondisi kesehatan.
Sebaiknya tolok ukur atau zona latihan denyut nadi sekitar 70% sampai 85%, bila
bilangan diperoleh intensitas di bawah 70% dari denyut nadi maksimal akan kurang
manfaatnya, sebaliknya kalau berlatih melampaui 85% denyut nadi maksimal akan
berbahaya.
Sebagai angka pedoman rentangan denyut nadi angka dimaksimalkan menjadi
72% sampai 87%. Mengingat pentingnya mengetahui denyut nadi, para medik
memberikan tabel antara umur terhadap zona latihan, sekedar contoh usia 40 tahun,
zona latihan antara 130 sampai 157 denyut per menit.
Agar terdapat pengaruh baik pada denyut jantung dan peredaran darah
sebaiknya berolahraga pada posisi zona latihan dengan takaran lamanya latihan
(durasi) paling sedikit 20 sampai 45 menit. Berolahraga kurang dari 20 menit
menunjukkan kurang cukup takaran latihan, sebaliknya melebihi angka 45 menit
setara target zona latihan semakin baik.
Frekuensi latihan paling sedikit tiga hari seminggu lebih baik kalau bisa empat
hari sampai lima hari seminggu, terdapat analisis mengapa berlatih sedikitnya tiga
hari seminggu sehingga setelah perhitungan empat puluh delapan jam atau dua kali

67

sehari semalam daya tahan seseorang mulai menurun (masa endurance), sebelum
masa endurance sebaiknya sudah berolahraga lagi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berolahraga, periksa betul denyut jantung,
bila mendadak naik atau mendadak turun dari ukuran normal maka kurangi takaran
latihan. Bila waktu latihan terjadi rasa nyeri di dada, merasa pusing keluar keringat
dingin, rasa mual menunjukkan latihan terlalu keras, sebaiknya kurangi latihan.
Diperingatkan jika pada awal latihan ternyata nafas merasa sesak berarti masa
pemanasan (warm up) kurang cukup.
Yang benar waktu berlatih berolahraga lambung dalam keadaan kosong, dua
jam sebelum latihan olahraga sebaiknya sudah selesai makan. Setelah selesai
latihan istirahat selama kurang lebih setengah jam boleh makan agak ringan, minum
bisa dilakukan sebelum atau sesudah latihan badan menjadi panas dan berkeringat,
jangan dihalangi penguapan keringat, usahakan peredaran darah cepat kembali
normal.
Setiap akan menjalankan latihan olahraga jangan lupa pemanasan dan cooling
down atau masa pendinginan dengan melakukan latihan olahraga yang teratur dan
terukur sangat menguntungkan bagi kesehatan terutama kesegaran jasmani.
Keuntungan bagi kesehatan terutama kesegaran jasmani. Keuntungan itu antara lain
: jantung menjadi lebih kuat karena otot-otot jantung bekerja dengan lancar,
menjadikan tekanan darah tetap normal, menjaga kadar lemak mengurangi serangan
jantung, berat badan cenderung stabil, kelenturan otot terpelihara dengan baik,
elastisitas tulang lebih baik, lebih tahan terhadap pengaruh stress.

68

PUSTAKA ACUAN
American conference of governmental hygienist (1993). Threshold Limit Value and
Biological Exposure Indices for 1993-1994. Cincinnati, Ohio.
Fuad Amsyari (1996). Membangun Lingkungan Sehat. Airlangga University Press.
Haryoto Kusnoputranto (1995). Toksikologi Lingkungan. Universitas Indonesia.
Fakultas Kesehatan Masyarakat .
Haryuti dan Siswanto (1990). Kebisingan. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa
Timur. Departemen Tenaga Kerja.
Lembaga Informasi dan Publikasi Indonesia (1995). Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
dan Perundangan di Bidang Ketenagakerjaan, Membudayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Nico. S. Kalangie (1994). Kebudayaan dan Kesehatan. Pengembangan Pelayanan
Kesehatan Primer melalui Pendekatan Sosial Budaya.Universitas Indonesia.
Purdon, P.W (1980). Environmental Health. New York. Academic Press.

69

Anda mungkin juga menyukai