(03)
(09)
(15)
(21)
MUHAMMAD DAVA A.
(27)
RYAN MARSHELINO F.
(33)
BATIK
Nama Kerajinan
Asal Daerah
Jenis Bahan
: Batik
: Semarang, Yogyakarta, Madura, Pekalongan
: Malam (tinta batik), kain mori
Teknik Pembuatan
KERAJINAN PERAK
Nama Kerajinan
Asal Daerah
Jenis Bahan
Teknik Pembuatan
: Kerajinan Perak
: Kotagede Yogyakarta
: Perak
:
KAIN SONGKET
Nama Kerajinan
Asal Daerah
Jenis Bahan
Teknik Pembuatan
: Kain Songket
: Minangkabau, sumatera utara (Medan)
: Benang sutera, benang mengkilat
:
Sebelum ditenun, benang diberi warna dengan cara dicelupkan pada warna yang diinginkan.
Dulu kain songket tradisional dicelup dengan menggunakan pewarna alami, seperti
menggunakan kayu sepang dan akar mengkudu untuk mendapatkan warna merah dan kunyit
untuk mendapatkan warna kuning.
Pada waktu pencelupan ditambahkan pula tawas agar warnanya tidak luntur. Warna dominan
songket Palembang adalah merah, namun kini kain songket memiliki warna yang lebih
bervariasi karena menggunakan pewarna tekstil.
Setelah dicelup, benang kemudian dijemur di bawah terik matahari. Setelah kering dimulailah
proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang diinginkan,
untuk kemudian dilanjutkan dengan ditenun. Proses penenunan ini memerlukan ketelitian,
ketekunan, dan kesabaran.
Menenun tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru karena hasilnya nanti tidak bagus,
sebaliknya menenun harus dilakukan dengan sabar dan sepenuh hati. Hal itulah yang
menyebabkan proses pembuatan songket memerlukan waktu yang lama hingga berbulan-bulan.
Mengingat bahan baku yang masih diimpor, serta proses pembuatan yang lama dan rumit,
maka tidak heran jika harga kain songket cukup mahal. Songket juga sering dijadikan barang
yang bernilai tinggi sehingga dijadikan mahar, busana adat kebesaran, busana pengantin, atau
menjadi koleksi keluarga yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Jika dirunut kebelakang, dahulu kain songket memang hanya dikenakan oleh keluarga kerajaan
dan kaum bangsawan. Seiring dengan perkembangan zaman, kain songket pun mulai menyebar
keluar kerajaan. Meskipun demikian, hingga saat ini sebagian besar pengrajin songket biasanya
masih keturunan kerajaan atau bangsawan, karena keterampilan menenun songket memang
diperoleh secara turun temurun. [ER/traveltext]
ARCA
Nama Kerajinan
Asal Daerah
Jenis Bahan
Teknik Pembuatan
: Arca
: Magelang, Yogyakarta, Bali
: Batu adhesit, batu kali
:
Batu dengan ukuran besar yang berasal dari sungai, kemudian di tatah menggunakan besi
penatah, membentuk arca seperti ganesha atau anoman, dan juga budha .
Tahap-tahap pembuatan :
1.
2.
3.
4.
5.
Tahap Persiapan
Tahap Pembuatan Negatif
Tahap Pembuatan Statif
Tahap Pembuatan Positif (replika)
Tahap Penyelesaian (finishing)
WAYANG KULIT
Nama Kerajinan
Asal Daerah
Jenis Bahan
Teknik Pembuatan
: Wayang Kulit
: Yogyakarta
: Kulit Sapi atau kulit domba
:
Tahapan proses sungging dalam seni kriya wayang kulit adalah sebagai berikut:
1. Andasari
Proses pemberian warna dasar pada kulit seluruh bagian wayang secara merata dan tipis. Warna
yang digunakan biasanya adalah warna kuning gading (campuran dari warna kuning dan putih),
atau warna putihan balung (warna putih dari abu tulang). Tujuan dari kegiatan in adalah untuk
menutup pori-pori kulit agar permukaannya mejadi rata dan padat. Warna ini menjadi dasar
untuk warna-warna selanjutnya.
2. Merna
Proses penerapan warna pada wayang. Secara berurutan pewarnaannya adalah sebagai berikut:
Nyemeng (hitam), yaitu memberikan warna hitam pada wayang dibagian-bagian yang
harus diwarnai hitam seperti pada rambut, wajah/muka (wayang-wayang tertentu), dan
sebagainya.
Amrada, yaitu memberikan warna emas pada bagian-bagian wayang yang harus diberi
warna prada. Pewarnaan ini yaitu mewarnai dengan bahan emas yang dibuat piph
seperti kertas. Kadar emas yang umum dipakai untuk bahan ini berkisar antara 18
sampai 22 karat. Prada diletakkan terlebih dahulu sebelum warna lainnya. Tetapi bila
memakai warna emas yang bukan dari emas asli (biasa disebut Brom), dapat dilakukan
setelah warna lainnya selesai.
Amepesi, yaitu mebetulkan bagian yang seharusnya tidak diprada dan juga
menyempurnakan bentuk hiasan dengan menggunakan warna putih yang sekaligus
menjadi warna dasar sari warna selanjutnya diprada agar sesuai dengan keinginan kita
dalam hal menggunakan warna putih.
Anjambon, yaitu menerapkan warna merah mudah pada bagian wayang yang pantas
diberikan warna merah muda.
Anjene, yaitu memberi warna kuning pada bagian-bagian wayang yang seharusnya
berwarna kuning seperti konca, ukiran patran dan bagian lain yang nantinya akan diberi
warna orange dan hijau. Warna kuning yang digunakan ada dua macam, yaitu kuning
enom yang nantinya untuk gradasi warna hijau, dan warna ktua (menyerupai warna
kunyit), yang nantinya digradasi dengan warna kapurento dan jingga.
Ngijem Nem, yaitu memberi warna wayang dengan warna hijau muda. Diterapkan pada
bagian yang sudah diwarnai kuning muda.
Ambiru, yaitu memberikan warna biru muda pada bagian-bagian yang pantas diberi
warna biru muda. Biasanya untuk menggambarkan inten-intenan ,penggambaran
bebatuan yang biasa digunakan sebagai perhiasan.
Anjingga, yaitu memberi warna jingga atau orange yang biasanya dikombinasikan
dengan warna ungu. Diterapkan pada bagian yang telah diwarnai kuning tua.
Anyepuhi, yaitu member warna pada bagian yang telah diberi warna enom (muda) dan
tua dengan warna-warna yang lebih tua atau gelap. Hal yang perlu diperhatikan adalah
gradasi antara warna yang satu dengan warna yang lain jangan terlalu jauh. Tingkatan
warna disesuaikan dengan bidang sungging, dan jumlah tingkatannya tidak dibatasi.
Namun semakin banyak tingkatannya akan semakin bagus. Untuk membuat warna
menjadi lebih tua atau gelap, bisa ditambahkan dengan warna hitam, semakin banyak
warna hitam yang dicampurkan, maka warna yang dihasilkan akan semakin tua.
3. Isen-isen
Isen-isen adalah memberi variasi isian pada bidang kulit yang telah diwarnai. Proses ini
bertujuan untuk memperindah sunggingan itu sendiri. Bentuk isian yang biasa digunakan antara
lain cawen (cawi), drenjeman, waleran, isian caah gori (bempa garis silang), sisik dan
sebagainya.
4. Angedus
Angedus atau ambadar merupakan tahap terakhir dalam proses sungging wayang kulit. Tujuan
dari proses ini adalah memberikan lapisan penutup/pelindung terhadap warna agar lebih kuat,
mengkilap dan tahan lama bagi permukaan kulit yang sudah diwarna dengan bahan transparan.
Bahan yang biasa digunakan antara lain ancur lempeng, putih telur, vernis dan politer. Selain
menggunakan bahan tradisional tersebut, pelapisan juga bisa menggunakan bahan pelapis
modern. Namun untuk pelapis modern biasanya tidak menggunakan kuas, melainkan alat
semprot (spreyer). Bahan yang digunakan antara lain pisatif, varnish acrelic dan sebagainya.
Bahan penutup yang sudah disiapkan dioleskan secara merata, tipis dan diulangi hingga
permukaan kulit mengkilap. Tetapi untuk prada , biasanya tidak dilapisi, karena bila terkena
lapisan kilat emasnya akan hilang.
Setelah semua proses pembuatan wayang kulit selesai, jadilah wayang kulit yang indah dan
mengagumkan dari seni tatahannya maupun sunggingannya. Dan bila dimainkan oleh seorang
dalang dibalik kelir, keindahannya pun semakin terlihat dari bayangannya yang sempurna.
Gerabah
Nama Kerajinan
: Gerabah
Asal Daerah
Jenis Bahan
: Tanah liat
Teknik Pembuatan
a. Tahap persiapan
Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2). Mempersiapkan bahan campurannya
3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
b. Tahap pengolahan bahan.
Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang dimiliki kriyawan.
Alat pengolahan bahan yang dimiliki masing-masing kriyawan gerabah dewasa ini
banyak yang sudah mengalami kemajuan jika dilihat dari perkembangan teknologi yang
menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan
peralatan tradisi dengan berbagai pertimbangan dianggap masih efektif. Pengolahan bahan
ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada
umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan gera bah tradisional di
Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering. Teknik ini dianggap lebih efektif
dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang
diperlukan lebih lebih sedikit. Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya
dilakukan oleh kriyawan yang telah memiliki peralatan yang lebih maju. Karena
pengolahan secara basah ini akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan
dengan pengolahan secara kering. Misalnya : bak perendam tanah,
alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain.
Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1). Penumbukan bahan sampai halus.
2). Pengayakan hasil tumbukan
3). Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir halus atau
serbuk batu padas, dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan
kriyawan gerabah masing - masing. Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air
secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen. Selanjutnya bahan gerabah sudah siap
DOMPET KULIT
Nama Kerajinan
: Dompet Kulit
Asal Daerah
: Tanggulangin, Malang
Jenis Bahan
Teknik Pembuatan
1.
PEMOLAAN
2.
PEMOTONGAN
3.
PERAKITAN
4.
FINISHING