Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi kebanyakan orang mungkin belum mengerti apa itu transdermal.
Transdermal adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan
farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan
kulit, namun mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans
= lewat; dermal = kulit). Umumnya penggunaan transdermal adalah pada obat-obatan
hormon, misalnya estrogen. Yang paling umum ditemui mungkin koyo untuk
menghilangkan kecanduan rokok, atau menghilangkan nafsu makan (berfungsi
sebagai pelangsing). Bentuk transdermal menjadi pilihan terutama untuk obat-obat
yang apabila diberikan secara oral bisa memberi efek samping yang tidak diinginkan.
Misalnya efek penggumpalan darah akibat estrogen oral, atau iritasi lambung pada
obat-obat antiinflamasi non steroid dan aspirin/asetosal (Lucida, 2008).
Banyak sediaan utamanya pada kosmetik dan sediaan dermatologi yang
ditujukan untuk pemakaian melalui kulit karena berbagai alasan. Sediaan tersebut
misalnya lotio, salep, kirim, suspense, emulsi, dan lain-lain. Meskipun pada umumnya
dimaksudkan untuk pengobatan penyakit kulit dan kalaupun ditujukan agar obat
menembus permukaan kulit dihindari permeasi kie sirkulasisistemik tentu ada
beberapa pengecualian, akan tetapi jika obat telah berhasil menembus epidermis, akan
tetap ada kemungkinan obat tersebut menembus sirkulasi sistemik. Adanya obat yang
sampai ke sirkulasi sistemik dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kadar obat dalam
darah atau dalam urin. Tetapi untungnya, biasanya kadar obat yang tidak sengaja
menembus sirkulasi sistemik berjumlah kecil sehingga efeknya tidak dirasakan oleh
pasien(Anonim, 2010).
Proses masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi lapisan lapisan kulit
menuju posisi di bawah kulit hingga menembus pembuluh darah disebut absorbsi
perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang
ditentukan oleh gradient konsentrasi obat darikonsentrasi tinggi (pada sediaan yang
diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit. Obat dapat mempenetrasi kulit utuh
1|Page

melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak, atau kelenjar lemak. Dapat pula
melalui celah antar sel dari epidermis dan inilah cara yang paling dominan untuk
penetrasi obat melalui kulit dibandingkan penetrasi melalui folikel rambut,
kelenjar minyak, maupun kelenjar lemak. Hal ini terkait perbandingan luas
permukaan diantara keempatnya.Sebenarnya, kulit yang rusak pun (robek, iritasi,
pecah pecah, dll) dapat terpenetrasi oleh obat. Bahkan penetrasinya lebih banyak
dari pada kulit normal. Hal ini karena kulit rusak telah kehilangan sebagian lapisan
pelindungnya. Meski demikian, penetrasi melalui kulit yang rusak tidak dianjurkan
karena absorbs obat menjadi sulit untuk diprediksi (Anonim, 2010).
Senyawa peningkat penetrasi (penetration enhancers) lazim digunakan di
dalam sediaan transdermal dengan tujuan mempermudah transfer obat melewati kulit.
Rute pemberian obat secara transdermal merupakan suatu alternatif untuk
menghindari variabilitas ketersediaan hayati obat pada penggunaan per oral,
menghindari kontak langsung obat dengan mukosa lambung sehingga mengurangi
efek samping obat tertentu, juga untuk memperoleh konsentrasi obat terlokalisir pada
tempat kerjanya. Namun, kulit merupakan suatu barrier alami dengan lapisan terluar
(stratum corneum) tersusun atas jalinan kompak crystalline lipid lamellae sehingga
bersifat impermeable terhadap sebagian besar senyawa obat (Lucida, 2008).

B. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami mengetahui lebih dalam jenis jenis obat
yang digunakan pada kulit untuk pengobatan penyakit, sistem pemberian obat
transdermal.

2|Page

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kulit


1. Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat. (Ganong, 2008).
Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai
tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):

Stratum Korneum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.

Stratum Lusidum, berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit


tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

3|Page

Stratum Granulosum, ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng


yang intinya ditengah dan

sitoplasma terisi oleh granula basofilik

kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein


kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

Stratum Spinosum, terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan


tonofibril, dianggap filamenfilame tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek
abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.
Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
Terdapat sel Langerhans.

Stratum Basale (Stratum Germinativum), terdapat aktifitas mitosis


yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis
secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.Merupakan
satu lapis sel yang mengandung melanosit. Fungsi Epidermis : Proteksi
barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan
mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans) (Wasitaatmadja, 1997).

b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis
dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua
lapisan :

Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.


Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang

dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan


menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari
fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam
4|Page

jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi


kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis
mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon
inflamasi (Wasitaatmadja, 1997).
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan
kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi
Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori,

kontrol

bentuk

tubuh

dan

mechanical shock

absorber.

(Wasitaatmadja, 1997).
Reseptor yang cepat beradaptasi di kulit yaitu reseptor taktil (sentuh)
dikulit yang memberitahu mengenai perubahan tekanan pada permukaan
kulit. Karena reseptor ini cepat beradaptasi maka seseorang tidak
menyadari sedang memakai jam tangan, cincin dan sebagainya. Sewaktu
memakai sesuatu maka akan terbiasa karena adanya adaptasi cepat
reseptor tersebut. Sewaktu mencopotnya maka akan menyadarinya karena
adanya off response (Sherwood, 2001).
Mekanisme adaptasi untuk korpus atau badan Pacini (Pacinian
corpuscle) suatu reseptor kulit yang mendeteksi tekanan dan getaran
diketahui dari sifat-sifat fisiknya. Korpus Pacini adalah suatu ujung
reseptor khusus yang terdiri dari lapisan-lapisan konsentrik jaringan ikat
mirip kulit bawang yang membungkus ujung perifer suatu neuron aferen
(Sherwood, 2001).
Setiap neuron sensorik berespons terhadap informasi sensorik hanya
dalam daerah terbatas dipermukaan kulit sekitarnya, daerah ini dikenal
5|Page

sebagai lapangan reseptif (receptive field). Ukuran lapangan reseptif


bervariasi berbanding terbalik dengan kepadatan reseptor didaerah
tersebut. Semakin dekat penempatan reseptor jenis tertentu, maka semakin
kecil daerah kulit yang terpantau oleh reseptor tersebut. Semakin kecil
lapangan reseptif di suatu daerah maka semakin besar ketajaman (acuity)
atau kemampuan diskriminatif (Sherwood, 2001).
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak
antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan
jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi
papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu
cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran epidermis (Moffat, dkk., 2004).

2. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai

barier dari invasi

mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi


kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
6|Page

Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible


loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
Sensasi kulit adalah sensasi yang reseptornya ada dikulit, sedangkan sensasi
visera adalah sensasi yang berkaitan dengan persepsi lingkungan dalam, nyeri dari
alat-alat visera biasanya digolongkan sebagai sensasi visera. Terdapat 4 sensasi
kulit yaitu: raba-tekan (tekanan adalah rabaan yang ditahan agak lama), dingin,
hangat, dan nyeri. Kulit mengandung berbagai jenis ujung saraf sensorik yang
meliputi ujung saraf telanjang, saraf yang melebar, serta ujung saraf yang
terselubung (Ganong, 2008).

B. Fungsi Kulit
1. Dari Bagian Bagian Kulit
a. Lapisaan Epidermis terdiri dari :

Stratum germinativum untuk memproduksi pigmen melanin dan


membentuk sel-sel baru ke arah luar.

Stratum granulosum untuk pembentukan keratin dan membantu proses


kematian sel

Startum corneum untuk melindungi terhadap senyawa-senyawa yang


kontak dengan kulit

b. Dermis berfungsi untuk melindungi kulit dari kerusakan fisik, penyebaran


penyakit, pengatur suhu badan dan penerima rangsangan.
c. Epidermis merupakan lapisan kulit yang terdiri dari lapisan korneum/lapisan
tanduk dan lapisa malpighi.
7|Page

d. Pembuluh darah berfungsi menyuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan


epidermis dan dermis.
e. Folikel rambut merupakan kantong yang mengelilingi akar rambut.
f. Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak untuk mencegah kekeringan
kulit dan rambut, selain itu juga melindungi kulit dari bakteri.
g. Kelenjar keringat pada kulit berbentuk seperti pembuluh yang bergelung,
tersusun dari sel-sel yang berfungsi menyerap cairan di sekitar kapiler dan
menyimpannya di dalam pembuluh.
2. Keseluruhan Fungsi Kulit
a. Pelindung atau proteksi
Epidermis

terutama

lapisan

tanduk

berguna

untuk

menutupi

jaringanjaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari


pengaruhpengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar
dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit
tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil,
mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
b. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
c. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom.
Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau
sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar
keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masingmasing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara
tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat.

8|Page

d. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjarkelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan
membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui
kulit tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan
air transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.
e. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
f. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut
dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim
muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada
tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut
dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding
pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh
lainnya.
g. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang
tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain
dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit
memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.

C. Warna Kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat,
kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika
dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama
ditentukan oleh :
1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah
2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan
9|Page

3. Melanin yang berwarna coklat


4. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta
5. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabuabuan.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan
warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit
ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat dari
tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir
melanin

yang

berwarna

coklat,

serta

untuk

proses

ini

perlu

adanya

enzim tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih
lancar pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultra violet. Jumlah, tipe,
ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit
berbagai golongan ras atau bangsa di dunia. Proses pembentukan pigmen melanin
kulit terjadi pada butir-butirmelanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang
terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih.

D. Jenis Kulit
Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar dapat
menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik yang sesuai,
menentukan warna untuk tata rias serta untuk menentukan tindakan koreksi baik
dalam perawatan maupun dalam tata rias. Kulit yang sehat memiliki ciri :
1. Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun
2. Kulit senantiasa kenyal dan kencang
3. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya
4. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur
5. Kulit terlihat segar dan bercahaya
6. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.

10 | P a g e

Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi :


1. Kulit Normal
Kulit normal cenderung mudah dirawat. Kelenjar minyak (sebaceous gland)
pada kulit normal biasanya tidak bandel, karena minyak (sebum) yang
dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupun kekurangan. Meski demikian,
kulit normal tetap harus dirawat agarsenantiasa bersih, kencang, lembut dan segar.
Jika tidak segera dibersihkan, kotoran pada kulit normal dapat menjadi jerawat.
Selain itu kulit yang tidak terawat akan mudah mengalami penuaan dini seperti
keriput dan tampilannya pun tampak lelah.
Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar dan
bercahaya, halus dan mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak
yang berlebihan juga tidak terlihat kering. Meskipun jika dilihat sepintas tidak
bermasalah, kulit normal tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika
tidak dirawat, kekenyalan dan kelembaban kulit normal akan terganggu, terjadi
penumpukan kulit mati dan kotoran dapat menyebabkan timbulnya jerawat.
2. Kulit Berminyak
Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena
pengaruh hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri usia
sekitar 20 tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun yang
mengalaminya. Penyebab kulit berminyak adalah karena kelenjar minyak
(sebaceous gland) sangat produktif, hingga tidak mampu mengontrol jumlah
minyak (sebum) yang harus dikeluarkan. Sebaceaous gland pada kulit berminyak
yang biasanya terletak di lapisan dermis, mudah terpicu untuk bekerja lebih aktif.
Pemicunya dapat berupa faktor internal atau faktor eksternal, yaitu :
a. Faktor internal meliputi :

Faktor genetis : anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit berminyak,
cenderung akan memiliki kulit berminyak pula.

Faktor hormonal : hormon manusia sangat mempengaruhi produksi


keringat. Karena itulah pada wanita yang sedang menstruasi atau hamil
11 | P a g e

akan lebih sering

berkeringat. Selain itu stres dan banyak gerak juga

dapat menjadi pemicu keringat berlebihan.


b. Faktor eksternal meliputi :

Udara panas atau lembab.

Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti makanan


yang terlalu pedas baik karena cabai atau merica, makanan yang terlalu
asin, makanan yang berbumbu menyengat seperti bawang putih,
makanan yang terlalu berminyak serta makanan dan minuman yang
terlalu panas. Kulit berminyak memerlukan perawatan khusus
dibandingkan kulit normal. Pada jenis kulit ini, minyak berlebihan
yang dibiarkan akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan
bakteri yang pada saat selanjutnya akan menjadi jerawat, radang atau
infeksi.
Merawat kulit berminyak bukan berarti membuat kulit benarbenar

bebas minyak, karena minyak pada kulit tetap diperlukan sebagai alat
pelindung alami dari sengatan sinar matahari, bahanbahan kimia yang
terkandung dalam kosmetika maupun terhadap polusi. Yang perlu
dilakukan adalah menjaga agar kadar sebum tetap seimbang dan kulit tetap
dalam keadaan bersih agar bakteri penyebab jerawat dapat terhambat.
Memiliki jenis kulit berminyak, memiliki kelebihan yaitu membantu
menjaga kelembaban lapisan dermis hingga memper-lambat timbulnya
keriput.
Ciri-ciri kulit berminyak yaitu : minyak di daerah T tampak berlebihan,
tekstur kulit tebal dengan pori-pori besar hingga mudah menyerap kotoran,
mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah seringkali tidak
dapat melekat dengan baik dan cepat luntur serta tidak mudah timbul
kerutan.
3. Kulit Kering
Kulit kering memiliki karakteristik yang cukup merepotkan bagi pemiliknya,
karena pada umumnya kulit kering menimbulkan efek yang tidak segar pada kulit,
dan kulitpun cenderung terlihat berkeriput. Kulit kering memiliki kadar minyak
12 | P a g e

atau

sebum

yang

sangat

rendah

dan

cenderung

sensitif,

sehingga

terlihat parched karena kulit tidak mampu mempertahankan kelembabannya. Ciri


dari kulit kering adalah kulit terasa kaku seperti tertarik setelah mencuci muka
dan akan mereda setelah dilapisi dengan krim pelembab. Kondisi kulit dapat
menjadi lebih buruk apabila terkena angin, perubahan cuaca dari dingin ke panas
atau sebaliknya. Garis atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat
muncul dengan mudah pada wajah yang berkulit kering.
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering, diantaranya :
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan kondisi bawaan seseorang, termasuk kondisi
kulit wajah yang kering.
b. Kondisi struktur kulit
Kondisi kelenjar minyak yang tidak mampu memberi cukup lubrikasi
untuk kulit, menimbulkan dehidrasi pada kulit.
c. Pola makan
Pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi tertentu seperti vitamin A
dan vitamin B merupakan salah satu pemicu kulit menjadi kering.
d. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan seperti terpapar sinar matahari, angin, udara
dingin, radikal bebas atau paparan sabun yang berlebihan saat mandi atau
mencuci muka pun akan sangat berpengaruh pada pembentukan kulit
kering.
e. Penyakit kulit
Kondisi lainnya yang sangat berpeluang menjadi penyebab kulit kering
adalah karena kulit terserang penyakit tertentu seperti eksim, psoriasis dan
sebagainya. Kulit kering merupakan bentuk lain dari tanda tidak aktifnya
kelenjar thyroid dan komplikasi pada penderita diabetes. Kulit kering
terjadi jika keseimbangan kadar minyak terganggu. Pada kulit berminyak
terjadi kelebihan minyak dan pada kulit kering justru kekurangan minyak.
13 | P a g e

Kandungan lemak pada kulit kering sangat sedikit,sehingga mudah terjadi


penuaan dini yang ditandai keriput dan kulit terlihat lelah serta terlihat
kasar. Kulit kering memerlukan perawatan yang bersifat pemberian nutrisi
agar kadar minyak tetap seimbang dan kulit dapat selalu terjaga
kelembabannya.
Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah menjadi kasar, mudah
merekah dan terlihat kusam karena gangguan proses keratinisasi kulit ari, tidak
terlihat minyak berlebihan di daerah T yang disebabkan oleh berkurangnya
sekresi kelenjar keringat dan kelenjar palit atau kelenjar minyak. Ciri lainnya
yaitu mudah timbul kerutan yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit
dan berkurangnya daya kerut otot-otot, mudah timbul noda hitam, mudah bersisik,
riasan yang dikenakan tidak mudah luntur, reaktivitas dan kepekaan dinding
pembuluh darah terhadap rangsangan-rangsangan berkurang sehingga peredaran
darah tidak sempurna dan kulit akan tampak pucat, suram dan lelah.
4. Kulit Sensitif
Diagnosis kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala penambahan warna, dan
reaksi cepat terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit
lain sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan alergi
(allergen). Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf pada kulit sensitif terletak
sangat dekat dengan permukaan kulit. Jika terkena allergen, reaksinya pun sangat
cepat. Bentuk-bentuk reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa bercak merah,
gatal, iritasi hingga luka yang jika tidak dirawat secara baik dan benar akan
berdampak

serius.

Warna

kemerahan

pada

kulit

sensitif

disebabkan allergenmemacu pembuluh darah dan memperbanyak aliran darah ke


permukaan kulit. Berdasarkan sifatnya tadi, perawatan kulit sensitif ditujukan
untuk melindungi kulit serta mengurangi dan menanggulangi iritasi.
Kulit sensitif seringkali tidak dapat diamati secara langsung, diperlukan
bantuan dokter kulit atau dermatolog untuk memeriksanya dalam tes alergiimunologi.

Dalam

pemeriksaan

alergi,

biasanya

pasien

akan

diberi

beberapa allergen untuk mengetahui kadar sensitivitas kulit. Kulit sensitif


memiliki ciri-ciri sebagai berikut : mudah alergi, cepat bereaksi terhadapallergen,
mudah iritasi dan terluka, tekstur kulit tipis, pembuluh darah kapiler dan ujung
14 | P a g e

saraf berada sangat dekat dengan permukaan kulit sehingga kulit mudah terlihat
kemerahan. Faktor-faktor yang dapat menjadi allergen bagi kulit sensitif antara
lain : makanan yang pedas dan berbumbu tajam, kafein, nikotin dan minuman
beralkohol, niasin atau vitamin B3, kandungan parfum dan pewarna dalam
kosmetika, sinar ultraviolet dan gangguan stres. Kulit sensitif berbeda dengan
kulit reaktif. Meski timbul bercak kemerahan atau gatal-gatal akibat penggunaan
kosmetika tertentu, belum tentu menjadi gejala atau tanda kulit sensitif.
Kemungkinan bercak kemerahan tadi hanya menandakan iritasi ringan, yang akan
hilang sendiri. Kulit reaktif seperti ini dapat menjadi sensitif jika iritasi kemudian
meluas dan sukar sembuh. Untuk membedakannya perlu dilakukan tes alergiimunologi oleh dokter kulit.
5. Kulit Kombinasi atau Kulit Campuran
Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia.
Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit kombinasi :
kering-berminyak atau normal-berminyak. Pada kondisi tertentu kadang dijumpai
kulit sensitif-berminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak
merata. Pada bagian tertentu kelenjar keringat sangat aktif sedangkan daerah lain
tidak, karena itu perawatan kulit kombinasi memerlukan perhatian khusus. Area
kulit berminyak dirawat dengan perawatan untuk kulit berminyak dan di area kulit
kering atau normal dirawat sesuai dengan jenis kulit tersebut. Kulit kombinasi
atau kulit campuran memiliki ciri-ciri sebagai berikut : kulit di daerah T
berminyak sedangkan di daerah lain tergolong normal atau justru kering atau juga
sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit sesuai jenisnya yakni di area kulit
berminyak akan terjadi penebalan dan di area normal atau kering akan lebih tipis.

E. Jalur Transportasi Obat Melalui Kulit


1. Jalur Trans Epidermal
a. Transcellular
Jalur transport transcellular

merupakan jalur lipid. Jalur transport

transcellular terjadi proses partisi molekul obat pada kompartemen sel


Stratum Corneum yang sifatnya lipophilic dan hydrophilic.
15 | P a g e

b. Intercellular
Jalur transport ini juga masih dipengaruhi oleh intercellular lipid. Jalur
ini lebih mudah dibandingkan jalur transcellular.
2. Jalur Trans Appendageal
Rute ini berperan penting pada beberapa senyawa polar dan molekul ion yang
tidak bisa berpenetrasi melalui stratum corneum. Rute ini dapat menghasilkan
difusi yang lebih cepat segera setelah penggunaan. Pada rute ini obat terpenetrasi
melalui folikel rambut atau kelenjar keringat.

16 | P a g e

BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Trandermal


Ada berbagai jenis patch transdermal yang selanjutnya dimodifikasi untuk
meningkatkan potensi obat pengiriman. Obat Baru Sistem Pengiriman Transdermal
(TDDS)

Teknologi

sekarang

telah

dikembangkan

yang

dianggap

membantu dalam tingkat terkendali pengiriman obat yang sulit untuk mengelola. Ini
artikel yang menekankan sebagian besar teknologi yang terlibat dalam permeasi lebih
baik melalui kulit ke dalam Sistem Pengiriman Obat yang efektif (Bharadwaj, 2011).
Baru-baru ini TDDS telah menjadi salah satu yang paling topik untuk
penelitian yang inovatif untuk administrasi dari mereka obat yang mencoba untuk
penggunaan dengan rute transdermal. Perangkat transdermal pertama (patch) telah
disetujui oleh DA pada tahun 1981. Lebih dari 30 produk yang dapat digunakan
transdermal telah disetujui untuk dijual di Amerika Serikat, dan lebih dari 10 API
telah diambil untuk persetujuan untuk penggunaan global. Untuk TDDS efektif, obat
harus mampu menembus membran kulit sehingga obat yang dengan mudah dapat
mencapai ke situs target. Transdermal Sistem Pengiriman mencakup semua calon obat
topikal yang terkelola, dimaksudkan untuk memfasilitasi penyerapan obat ke dalam
sirkulasi sistemik. Dikendalikan dan terus menerus pemberian obat melalui kulit ke
sirkulasi

darah

mengembangkan

dapat

dicapai

untuk

oleh

sistem

ini. Berbagai

mengontrol

memiliki properties.can melepaskan

yang

berbeda

pelepasan
diamati

kombinasi
obat
dalam

telah
yang

perumusan

povidone (PVT): Etil selulosa (EC) bentuk yang berkelanjutan tingkat obat dapat
dicapai ketika diambil dalam rasio 1:05 sedangkan PVT: Eudragit formulasi kurang
efisien selama masa studi pelepasan terkontrol. Transdermal patch sekarang telah
menjadi teknologi yang besar untuk mengendalikan obesitas dengan mengurangi berat

17 | P a g e

badan akses. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan patch penurunan berat
badan alami yang mengandung bahan seperti gaurana, yerba mate, piruvat seng,
minyak biji rami, lesitin, l-karnitin, dll pada kulit itu adalah untuk mungkin untuk
mengurangi lemak tubuh. Karena memiliki keuntungan dari yang non invasif,
pengiriman ini harus memenuhi beberapa parameter seperti potensi tinggi,
permeabilitas yang lebih baik melalui kulit dan iritasi non untuk lebih
baikkepatuhan. Pada saat ini, beberapa kemajuan telah dibuat untuk perbaikan dalam
teknologi untuk mengontrol tingkat obat selama pengiriman, dan / atau menargetkan
pengirimanobat untuk jaringan. TDDS memiliki atribut yang sangat signifikan dan
meningkatkan utilitas seperti:

Target pengiriman obat ke jaringan tubuh.

Tinggi keamanan dan efektivitas.

Mengurangi frekuensi dosis dan dosis obat yang dibutuhkan.

Pengurangan tingkat beracun obat.

Kurang sensasi nyeri dalam administrasi calon obat.

kepatuhan pasien yang lebih baik(Bharadwaj, 2011).


TDDS dikembangkan dengan tujuan pengobatan sistemik melalui kontak pada

permukaan

kulit.

Contoh

pengembangannya

adalah

Scopolamine-releasing

Transdermal Drug Delivery System yang digunakan untuk perawatan profilaksis


atau motion-induced nausea, kemudian diikuti dengan pemasaran Nitroglyserinreleasing Transdermal Drug Delivery System yang sukses dan Isosorbide Dinitratereleasing Transdermal Drug Delivery System untuk perawatan angina pectoris,
Clonidine-releasing Transdermal Drug Delivery System (Catapres) untuk terapi
hipertensi, Estradiol-releasing Transdermal Drug Delivery System (Estraderm)
untuk perawatan sindrom postmenopause, serta Fentanyl-releasing Transdermal Drug
Delivery System (Duragesic) untuk perawatan analgesik pada penderita kanker
(Patel, 2011).

B. Transdermal Drug Delivery Pengganti Sistem Penghantaran Konvensional

18 | P a g e

1. Obat yang dihantarakan melalui TDD tidak mengalami first pass effect karena dia
tidak melewati portal hepatic sehingga dapat menghindari problem rendahnya
bioavailabilitas.
2. TDD dapat memberikan kadar obat yang terkontrol dan stabil sehingga dapat
mengurangi kebutuhan pengulangan konsumsi obat. Hal ini dapat ditimbulkan
akibat pelepasan obat dari sediaan yang dikontrol baik dengan sistem reservoir,
maupun sistem matriks (untuk penjelasan selangkapnya silakan bacabaca buku
terkait TDD).
3. TDD memberikan profil Cp relatif mirip dengan profil Cp intra vascular (landai)
tanpa menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman seperti dalam pemberian obat
secara intra vascular yang invasive. Landainya profil Cp pada TDD disebabkan
oleh panjangnya jarak tempuh obat dari sediaan menuju sirkulasi sistemik dan
adanya fasefase yang berbeda. Sehingga perlu diperhatikan onset dan KEMnya.
4. Jika ternyata terjadi side effect yang tidak diinginkan (adverse effect), maka
pemakaian dapat dihentikan dengan mudah. Bayangkan jika hal ini terjadai pada
pemberian p.o maupun pemberian secara invasive.
5. Bisa diberikan dalam waktu yang panjang tanpa diganti asalkan patch tidak
terlepas dari kulit. Keenam, tidak ada risiko interaksi dengan cairan lambung. Hal
ini penting mengingat banyak obat dapat terdegradasi oleh cairan lambung
maupun dapat mengiritasi lambung.
6. TDD sangat cocok untuk obat dengan waktu paro eliminasi pendek, therapeutics
window sempit, serta absorbsi rendah.

C. Sediaan Trasndermal
Sediaan transdermal merupakan sediaan obat yang digunakan melalui kulit
dengan tujuan untuk mencapai sirkulasi sistemik

yaitu dengan cara menembus

barrier (pertahanan) kulit.


Sedian transdermal yang biasa dijumpai dipasaran saat ini adalah Transdermal
therapeutic system yang biasa disebut sebagai plester atau transdermal patch. Patch
transdermal terbagi menjadi 4 jenis utama, antara lain:
19 | P a g e

a. Single layer drug in adhesive


b. Multi layer drug in adhesive
c. Reservoir
d. Matriks

D. Kegunaan Transdermal Drug Delivery


Yaitu untuk mengatasi berbagai masalah, seperti :
1. Banyak obat yang terdegradasi dalam saluran cerna utamanya pada hepar dan
usus. Contoh paling ekstrim dalam masalah ini adalah obatobat golongan peptida
dan protein seperti insulin. Sampai saat ini insulin belum memungkinkan untuk
dibuat sediaan per oral, meski dibuat dalam sediaan non konvensional sekali pun
karena insulin akan dirusak oleh enzimenzim pencerna protein dalam saluran
cerna yang menyebabkan insulin sangat tidak stabil dalam saluran cerna.
2. Banyak obat sukar diabsorbsi melalui saluran cerna. Banyak faktor yang
mengakibatkan permasalahan ini di antaranya adalah karena kelarutan obat yang
rendah dalam saluran cerna, kemampuan penetrasi yang rendah, maupun
kombinasi dari kedua faktor tersebut. Hal ini sangat terkait dengan masuk dalam
kelas manakah suatu obat dalam BCS.
3. Beberapa obat dapat menyebabkan iritasi pada saluran gastro intestinal, utamanya
pada lambung. Contoh yang paling terkenal dalam masalah ini adalah asam
salisilat maupun aspirin yang akan terdegradasi menjadi asam salisilat. Jika
dipaksakan, maka dapat menimbulkan bahaya tukak lambung.

E. Syarat Syarat Obat yang Diberikan Secara Transdermal


1. Memiliki koefeisien partisi sedang. Obat dengan koefisisn partisi tinggi dapat
dengan mudah melalui SC akan tetapi akan mengalami kesulitan untuk melewati
lapisan dermis yang hidrofil. Demikian pula sebaliknya, obat dangan koefisien
partisi rendah mungkin akan dapat dengan mudah melewati lapisan dermis akan
tetapi dia kesulitan untuk melewati lapisan SC.
20 | P a g e

2. Memiliki ukuran yang kecil, direpresentasikan dengan BM yang rendah (di bawah
500 Da). Ukuran obat yang terlalu besar akan menyulitkan dalam menembus
berbagai lapisan kulit tersebut kecuali jika digunakan TDD aktif.
3. Harus obat yang poten dalam artian dosis terapinya kecil. Bayangkan jika obat
dengan dosis besar seperit Amoxicillin (dosis sekali minum 500 mg) dihantarkan
dengan TDD. Mau berapa besar patch yang akan digunakan? Mau ditempel di
bagian tubuh mana patch sebesar itu?
4. Memiliki titik lebur yang rendah. Titik lebur ini terkait erat dengan BM. Semakin
besar BM, semakin tinggi pula titik leburnya.
5. Tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan pada kulit seperti iritasi dan
sensitisasi. Khusus aspek ini, reaksinya sangat individual. Sangat boleh jadi suatu
obat aman bagi individu A tetapi menimbulkan reaksi alergi yang demikian
mengganggu pada individu B.
6. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan suatu obat akan
dihantarkan melalui TDD adalah bentuk kristalnya terutama untuk obatobat yang
memiliki beberapa bentuk kristal. Tidak ada patokan yang pasti bentu kristal
seperti apa yang cocok untuk dihantarkan melalui TDD. Hal ini terkait
permeabilitas yang berbedabeda pada tiap bentuk kristal yang berbeda sehingga
permeabilitasnya tidak dapat diprediksi.

F. Mekanisme Kerja Transdermal


Secara struktural, kulit terdiri dari dua bagian utama; bagian luar, lapisan tipis
disebut epidermis dan bagian dalam yang lebih tebal disebut dermis. Epidermis
(Gb.2), terdiri dari sel yang morfologi dan fungsinya berubah secara berkelanjutan
dari basal ke permukaan lebih atas. Kerja ini telah difokuskan pada pembelajaran
struktur dari stratum corneum yang terdiri dari sel mati yang rata (corneocyte), yang
mana terisi oleh keratin sepenuhnya. Area antara sel terisi dengan lipid, yang
membentuk fase lamellar sebagai pembentuk barrier alami kulit. Lipid ini hanya
terdiri dari 1% stratum corneum dan SRS penting untuk mempelajarinya dengan skala
waktu yang masuk akal. Komposisi lipid juga berubah sepanjang epidermis, dengan
stratum corneum disusun terutama oleh asam lemak bebas, kolesterol dan ceramides.
21 | P a g e

Gambaran skema epidermis kulit. Struktur stratum corneum ditunjukkan pada gambar
sebelah kiri.
Transdermal patch atau plester transdermal atau plester kulit adalah plester
adesif yang mengandung obat yang ditempatkan pada kulit untuk menghantarkan
dosis pelepasan obat berdasarkan waktu melalui kulit dan ke dalam aliran darah.
Plester transdermal digunakan untuk menghantarkan sediaan farmasi dengan variasi
luas. Pertama kali tersedia secara komersil dan disetujui oleh FDA (Food and Drug
Administration) Amerika Serikat pada Desember 1979, yaitu scopolamine untuk
mabuk kendaraan. Plester kulit yang paling dikenal saat ini adalah plester nikotin
yang melepaskan nikotin untuk membantu menghentikan kebiasaan merokok. Plester
kulit lain yang didaftarkan adalah estrogen untuk menopause dan mencegah
osteoporosis pasca menopause, nitrogliserin untuk angina, dan lidokain untuk
menghilangkan rasa sakit akibat ruam saraf (herpes zoster). Perkembangan terbaru
memperluas penggunaannya untuk menghantarkan hormone, antidepresan dan bahkan
pembunuh rasa sakit. Beberapa sediaan farmasi harus dikombinasikan dengan
senyawa lain seperti alcohol untuk meningkatkan kemampuannya dalam berpenetrasi
ke dalam kulit agar dapat digunakan dalam bentuk plester transdermal. Molekul
insulin dan banyak sediaan farmasi lain yang terlalu besar untuk dihantarkan melalui
kulit.

22 | P a g e

G. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Transdermal


1. Keuntungan Sistem Penghantar Obat Secara Transdermal
a. Menghindari metabolisme lintas pertama obat
b. Mengurangi terjadinya fluktuasi kadar obat dalam plasma, sehingga
mengurangi efek samping yang mungkin terjadi.
c. Bermanfaat untuk obat-obat dengan waktu paruh yang pendek dan indeks
terapetik yang kecil
d. Mencegah rusaknya obat-obat yang tidak tahan terhadap pH saluran
pencernaan, dan juga mencegah terjadinya iritasi saluran cerna oleh obat yang
bersifat iritatif .
e. Mudah untuk menghentikan pemberian obat jika terjadi kesalahan dalam
pemberian obat sehingga dapat mencegah terjadinya toksisitas.
f. Mengurangi frekuensi pemberian dosis obat, sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien.
2. Kerugian Sistem Penghantar Obat Secara Transdermal
a. Efek terapi yang timbul lebih lambat dibandingkan pemberian secara oral.
b. Tidak sesuai untuk obat-obat yang iritatif terhadap kulit.
c. Hanya obat dengan kriteria tertentu (yang dapat menembus kulit), sehingga
tidak semua obat cocok untuk diberikan secara transdermal.
d. Memerlukan desain formulasi khusus sehingga obat dapat efektif jika diberikan
secara transdermal.

H. Contoh Pemakaian Sistem Transdermal


1. Skopolamin
Digunakan secara transdermal dikulit bagian belakang telinga untuk mengatasi
motion sickness/mual muntah. Mempunyai range terapetik yg sempit, sehingga
menguntungkan jika diberikan secara transdermal, karena dapat memberikan obat

23 | P a g e

dalam keadaan steady state (mantap) sehingga mencegah terjadinya fluktuasi


kadar obat dalam plasma. Pemberian skopolamin dapat sampai 3 hari (72 jam).
Contoh produknya: Transderm-Scop Ciba (merupakan perekat bundar dan
datar yg dirancang untuk melepaskan skopolamin secara kontinue melalui
membran dengan pori-pori mikro pengatur laju.
2. Nitrogliserin
Digunakan untuk obat jantung. Nitrogliserin berfungsi sebagai antiangina
yang mempunyai dosis rendah, waktu paruh plasmanya pendek. Bila digunakan
dibawah lidah maka akan dengan cepat dimetabolisme oleh hati, sehingga
bioavailabilitasnya rendah.
Contoh produknya :Transderm-Nitro (Ciba), Nitro-Dur (Key), Nitro-Disk (
Searle) produk-produk tersebut digunakan untuk penggunaan selama 24 jam.
Nitrogliserin juga dapat diberikan secara transdermal dalam bentuk sediaan
salep (Nitro ointment) yg mengandung 2% nitrogliserin dan laktosa sebagai suatu
pengabsorbsi lanolin, dengan basis vaselin putih, sehingga penglepasan obat dapat
diatur. Setiap inci salep yg dikeluarkan dari tube mengandung sekitar 15 mg
nitrogliserin. Penggunaan dioleskan di dada menggunakan aplikator agar salep
tidak melekat di kulit tangan. Dosis 1-2 inci (50 mm) dipakai setiap 8 jam sekali,
atau 4-5 inci (100-125 mm). Daerah kulit yg diolesi salep kemudian ditutupi
dengan bungkus plastik dan pita perekat, onsetnya 30 menit.
Contoh sediaan obat lainnya :
1. Scopolamine-releasing Transdermal Drug Delivery System yang
digunakan untuk perawatan profilaksis atau motion-induced nausea.
2. Nitroglyserin-releasing

Transdermal

Drug

Delivery

System

dan

Isosorbide Dinitrate-releasing Transdermal Drug Delivery System untuk


perawatan angina pectoris.
3. Clonidine-releasing Transdermal Drug Delivery System (Catapres)
untuk terapi hipertensi.
4. Estradiol-releasing Transdermal Drug Delivery System (Estraderm)
untuk perawatan sindrom postmenopause.
24 | P a g e

5. Fentanyl-releasing Transdermal Drug Delivery System (Duragesic)


untuk perawatan analgesik pada penderita kanker (Patel, 2011).

I. Klasifikasi Berdasarkan Teknis Kecanggihan TDDS


1. Tingkat pra-diprogram sistem pengiriman obat
Ini melibatkan desain sistem yang memberikan obat-obatan dengan
mengendalikan difusi molekuler dari molekul obat melintasi penghalang kulit
dalam atau di sekitar sistem pengiriman. Polimer membran permeasi dikendalikan
sistem pengiriman obat. Ini melibatkan sistem di mana obat ini tertutup dalam
reservoir obat. Hal ini tercakup oleh membran semipermeabel dari polimer yang
mengatur pelepasan dan memiliki permeabilitas tertentu.Ada beberapa potensi
pengembangan dengan proses permeasi membran permeasi membran sebagai
mikroporous dikendalikan pengiriman perangkat pencernaan, resistensi cairan
lambung usus ditargetkan rilis perangkat dikendalikan pencernaan dan gel difusi
dikendalikan sistem pengiriman obat (Bharadwaj, 2011).
2. Aktivasi sistem pengiriman obat dimodulasi
Jenis sistem pengiriman dapat dicapai oleh :
a. Fisik

Tekanan osmotik diaktifkan sistem pengiriman obat.

Tekanan hidrodinamik obat dikendalikan sistem pengiriman.

Tekanan uap diaktifkan sistem pengiriman obat.

Mekanis diaktifkan sistem pengiriman obat.

Magnetis diaktifkan sistem pengiriman obat.

Elektrik diaktifkan sistem pengiriman obat.

USG diaktifkan sistem pengiriman obat.

Hidrasi diaktifkan sistem pengiriman obat.

25 | P a g e

b. Kimia

pH diaktifkan sistem pengiriman obat

Ion diaktifkan sistem pengiriman obat

Hidrolisis sistem pengiriman obat diaktifkan

c. Biokimia

Enzim diaktifkan sistem pengiriman obat (Bharadwaj, 2011).

3. Umpan balik pengiriman obat diatur system


Pelepasan molekul obat dari sistem transdermal difasilitasi oleh agen yang
memicu pelepasan obat, seperti biokimia dalam tubuh dan juga diatur oleh
konsentrasi melalui beberapa mekanisme umpan balik (Bharadwaj, 2011).
4. Carrier berbasis sistem pengiriman obat
Hal ini melibatkan sistem vesikuler seperti hidrogel, liposom, niosomes,
nanocapsules, nanopartikel, polimer kompleks, mikrosfer, nanoerythrosomes,
transferosomes, dendrimers, aquasomes, dan lain-lain (Bharadwaj, 2011).

26 | P a g e

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sediaan transdermal merupakan sediaan obat yang digunakan melalui kulit
dengan tujuan untuk mencapai sirkulasi sistemik

yaitu dengan cara menembus

barrier (pertahanan) kulit.


Sedian transdermal yang biasa dijumpai dipasaran saat ini adalah Transdermal
therapeutic system yang biasa disebut sebagai plester atau transdermal patch.
Transdermal patch atau plester transdermal atau plester kulit adalah plester adesif
yang mengandung obat yang ditempatkan pada kulit untuk menghantarkan dosis
pelepasan obat berdasarkan waktu melalui kulit dan ke dalam aliran darah.
Kecanggihan transdermal drug delivery :
1. Tingkat pra-diprogram sistem pengiriman obat
2. Aktivasi sistem pengiriman obat dimodulasi
3. Umpan balik pengiriman obat diatur system
4. Carrier berbasis sistem pengiriman obat

27 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, FDA Menyetujui Obat


Anonim, 2010, Sediaan Transdermal
Bharadwaj, Snigdha., dkk, 2011, Recent Advancement In Transdermal Drug Delivery System
Patel, Divyesh,.dkk, 2011, Transdermal Drug Delivery System : Review
Bowstra, J. 2006. Transdermal Drug Administration.
Anonymous. 2007. Transdermal Patch.

28 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai