7
1.
DIAGNOSA
Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya pasien
mengeluh timbul bintik-bintik merah, rasa sakit, dan sangat menganggu dalam hal
estetika.
2.
Pemerikasaan Klinis
Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi yang khas berupa komedo, dan bila terjadi
peradangan akan terbentuk ruam berupa papul, pustul, nodul dan kista di tempat
predileksinya.
3.
Pemeriksaan Histopatologi
Memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebutan sel radang kronis di
sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum dalam folikel. Pada kista, radang telah
menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatasan massa cair sebum yang bercampur
dengan darah, jaringan mati dan keratin yang lepas.
4.
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi
dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi yang lengkap
untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.
Pemerikasaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula
dilakukan untuk tujuan serupa. Pada acne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty
acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk
menurunkannya.
II.8
PENCEGAHAN
1.
2.
Melakukan perawatan kulit ( tidak hanya wajah ) secara rutin dan teratur, misalnya
teratur mencuci muka setelah pulang dari berpergian.
3.
Hidup teratur dan seimbang, cukup istirahat, olahraga, dan hindari stress.
4.
Penggunaan kosmetika secukupnya dan sewajarnya ( baik jumlah atau banyaknya dan
lamanya ).
5.
Menghindari polusi, debu, asap ( rokok, pabrik, kendaraan bermotor, dll ), rokok,
minuman keras, semua yang bercita rasa pedas, pemencetan jerawat yang dilakukan oleh
bukan ahlinya.
6.
II.9
TERAPI
Tujuan terapi ialah mencegah pembentukan lesi akne yang baru, menyembuhkan
B.
Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak menyebabkan kering penting
diperhatikan untuk menghindari iritasi dan kulit kering selama terapi acne.
C.
Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama yang kotor, dapat
memperburuk kondisi pori-pori yang tersumbat.
D.
Jangan memencet atau memecahkan jerawat karena dapat meninggalkan bekas berupa
jaringan parut pada kulit.
E.
Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga kesehatan kulit usahakan
untuk tetap rileks. Stres diketahui merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
akne.
F.
2.
Terapi Farmakologis
A.
a)
Topikal
Benzoil Peroksida
Benzoil peroksida dapat digunakan untuk menangani acne inflamasi superfisial (acne yang
tidak dalam). Senyawa ini merupakan antibakteri nonantibiotik yang berperan sebagai
bakteriostatik terhadap P.acnes. Benzoil peroksida diuraikan pada kulit oleh sistein
sehingga membebaskan radikal bebas oksigen yang akan mengoksidasi protein bakteri.
Senyawa tersebut meningkatkan laju pengelupasan sel epitel dan melepaskan struktur
gumpalan pada folikel sehingga berdampak pada aktivitas komedolitik.
Sabun, losio, krim, dan gel tersedia dalam konsenstrasi 2,5% hingga 10%. Konsentrasi
10% tidak lebih efektif secara signifikan, tetapi mungkin lebih iritan formulasi gel
biasanya memiliki aktivitas yang lebih poten dibandingkan dengan losio, krim, dan sabun.
Monografi
Indikasi
: Acne vulgaris papula, pustula yang berat, tidak dibenarkan untuk digunakan
pada acne vulgaris ringan.
Peringatan
Kontra Indikasi
Interaksi
kosmetik), sabun yang bersifat mengeringkan, krim cukur, produk anti jerawat
yang mengandung peeling agent (resorsinol, asam salisilat, sulfur).
Efek samping
frekuensi.
Dosis
b)
: Dosis: 2,5 10 %
Tretinoin
Tretionin (suatu retinoid; bentuk asam dari vitamin A) merupakan suatu zat komedolitik
yang meningkatkan perombakan sel pada dinding folikuler serta menurunkan kohesivitas
sel sehingga berdampak pada pengeluaran atau ekstruksi komedo dan penghambatan
pembentukan komedo baru. Tretionin juga mengurangi jumlah lapisan sel pada stratum
korneum dari sekitar 14 hingga 5 lapisan sel.
Tretinoin tersedia dalam larutan 0,05%; gel 0,01% serta 0,25%; krim 0,025%, 0,05%
serts 0,1%. Sediaan larutan adalah paling iritan dan sediaan krim yang paling tidak iritan.
Monografi
Indikasi
Peringatan
: 0,025 0,1 %
: Interaksi tretionin dengan.
Obat
Sulfur
Waspadai
penggunaan
bersama-sama
Benzoil peroksida
Asam Salisilart
dan
kosmetik
dengan
efek
c)
Adapalen
Adapalene (Differin) merupakan generasi ketiga retinoid yang memiliki aktivitas sebagai
komedolitik, keratolitik, serta anti inflamasi. Tersedia dalam 0,1% gel, krim, larutan
alkohol serta pledget.
Monografi
Indikasi
Peringatan
:Hindari
kontak
dengan
mata,lubang
hidung,mulut
dan
kulit yang
terluka.Obat ini sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada area yang sensitive.Hindari
paparan terhadap sinar uv.Penggunaan obat bersamaan dengan pembersih yang bersifat
abrasif dan adstringen.
Kontra Indikasi
Efek samping
: Oleskan pada area kulit yang terkena, satu kali sehari pada waktu
malam sebelum tidur dan setelah dicuci dan dibersihkan.
Interaksi
kosmetik
dengan
efek
pengering
yang
kuat,produk
dengan
konsentrasi
alcohol,astringen.
d)
Tazaroten
Tazaroten (tazorac) merupakan retinoid asetilenat sintetik yang dikonversi dari bentuk
aktifnya, yakni asam tazarotenat setelah aplikasi topical. Obat ini digunakan dalam
terapi acne vulgaris yang ringan hingga sedang dan memiliki aktivitas komedolitik,
keratolitik, serta antiinflamasi. Produk tersedian dalam bentuk gel atau krim dengan
konsentrasi 0,05% dan 0,1%. Efek samping yang terjadi berkaitan dengan dosis, yakni
eritmia, pruritus, pedih, serta sensai terbakar.
B.
Antibakteri topikal
Antibakteri topikal digunakan untuk jerawat dengan tingkat keparahan ringan sampai
sedang. Sediaan topical eritromisin, tetrasiklin, dan klindamisin tampak cukup berguna
untuk kebanayakan pasien dengan jerawat yang lebih ringan; obat-obat ini dapat
menimbulkan iritasi kulit yang ringan, tetapi jarang menimbulkan sensitisasi.
Resistensi silang, terutama antara eritromisin dan klindamisin, merupakan masalah yang
makin besar.
a)
Antibiotik
Indikasi
Peringatan
: Acne vulgaris.
b)
Eritromisin
Eritromisin dengan atau tanpa seng merupakan agen yang efektif untuk penanganan acne
inflamasi. Produk yang dikombinasikan dengan seng dapat meningkatkan penetrasi
eritromisin melalui unit pilosebaceous.
Pada umumnya formulasi eritromisin meliputi gel, losio, larutan serta tempelan sekali
pakai pad dengan konsentrasi 2% yang digunakan dua kali sehari.
Resistensi P.acnes terhadap eritromisin dapat dikurangi dengan menggunakan terapi
kombinasi dengan benzoil peroksida.
Dosis:
c)
Eritromisin + Tretinoin
Monografi
Indikasi
:Acne vulgaris keparahan sedang dengan papul, pustule, dan bentuk non
inflamasi dengan komedo.
Peringatan
Interaksi
Kontra Indikasi
:Hipersensitif.
Efek samping
kuli kering.
Dosis
d)
Asam Azelat
Asam azelat (Azelex) memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, serta komedolitik.
Tersedia dalam sediaan bentuk krim 20% yang biasanya digunakan dua kali sehari pada
kulit yang bersih dan kering. Asam azelat bermanfaat untuk acne yang ringan hingga
sedang pada pasien yang tidak dapat mentoleransi benzoil peroksida. Selain itu, berguna
pada hiperpigmentasi postinflamasi sebab memiliki aktivitas sebagai pencerahan kulit.
Walaupun tidak umum, sensasi terbakar ringan sementara, pruritus, pedih, serta
kesemutan dapat terjadi.
Monografi
Indikasi
Peringatan
: Acne vulgaris.
Efek samping : Iritasi lokal (kurangi frekuensi atau hentikan penggunaan sementara).
Cara Pakai : 15 20 %. Oleskan dua kali sehari pada kulit ( untuk kulit sensitif, sekali sehari untuk
minggu pertama ).Dianjurkan massa pengobatan tidak boleh lebih dari 6 bulan.
e)
Setiap agen telah ditetapkan sebagai senyawa yang aman dan efektif oleh FDA. Bahkan,
beberapa kombinasi menunjukan sifat sinergis, seperti pada sulfur dan resorcinol.
Aktivitas keratolitik yang dimilikinya lebih tidak mengiritasi dibandingkan benzoil
peroksida dan tretinoin, tetapi senyawa-senyawa tersebut tidak lebih efektif sebagai
komedolitik.
Monografi
Indikasi
Peringatan
: Acne vulgaris.
: Hindarkan kontak dengan mulut, mata, membrane mukosa; efek sistemik setelah
penggunaan yang berlebihan.
Interaksi
: Interaksi dilaporkan terjadi dengan baik agen topical ataupun sistemik lain yang
juga mengandung salisilat.
Efek samping : Iritasi lokal.
Dosis
:
Asam salisilat Dosis: 1 - 3%
C.
ORAL
Terapi oral diberikan pada kasus jerawat sedang samapi berat. Terkadang terapi oral
juga diberikan pada beberapa pasien yang secara psikologis merasa sangat terganggu
dengan adanya jerawat pada wajah mereka atau pada pasien yang merasa jerawat dapat
menganggu pekerjaan meskipun jerawat pada wajah mereka relatif ringan. Pada orang
orang dengan kulit berwarna cendrung mengalami masalah dengan bekas jerawat yang
berwarna kehitaman yang bisa bertahan selama beberapa bulan. Pada kasus seperti ini
juga diberikan terapi oral sebagai terapi tambahan meskipun tergolong jerawat ringan.
Dosis pemeberian terapi oral minimal selama 6 8 bulan. Ada tiga kelompok utama dalam
terapi oral pada jerawat, yaitu : antibiotika, hormon dan retinoid. Antibiotik biasanya
digunakan sebagai terapi oral lini pertama.
a)
Antibiotik Oral
Antibiotik bekerja dengan beberapa mekanisme terutama dalam mengurangi jumlah
bakteri di dalam dan disekitar folikel. Selain itu, antibiotik juga mengurangi zat zat
kimia yang mengiritasi yang diproduksi oleh sel darah putih, pada akhirnya antibiotik
dapat mengurangi konsentrasi asam lemak bebas dalam sebum dan berguna sebagi anti
inflamasi.
Beberapa antibiotik yang sering digunakam adalah:
a)
Tetrasiklin
Merupakan jenis antibiotik yang sering digunakan sebagai terapi jerawat. Dosis awal
biasanya 250 500mg, satu empat kali sehari dan dilanjutkan sampai terlihat
penurunan jumlah lesi. Dosis dapat diturunkan secara perlahan tergantung dari respon
terapi pada pasien. Tetrasiklin lebih efektif diberikan 30 menit sebelum makan dan
sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil. Tetrasiklin dapat membunuh P. Acnes dan
menurunkan kadar asam lemak pada folikel sebasea. Tetrasiklin berespon baik pada 70%
pasien. Terapi dengan tetrasiklin akan terlihat hasilnya setelah 4 6 minggu.
b)
Eritromisin
Antibiotik jenis ini biasanya digunakan sebagai terapi jerawat dan mempunyai beberapa
kelebihan dibanding tetrasiklin yaitu dapat mengurangi kemerahan pada lesi dan dapat
diberikan bersama dengan makanan. Eritromisin juga dapat digunakan pada pasien yang
tidak bisa mengkonsumsi tetrasiklin seperti pada wanita hamil. Dosis yang diberikan 250
500mg, dua empat kali sehari, karena sering menimbulkan resitensi pada P. Acnes
maka eritromisin sering dikombinasikan dengan benzoil peroksida.
c)
Minosiklin
Merupakan derivat dari tetrasiklin yang digunakan secara efektif sebagai terapi
jerawat selama beberapa dekade, khususnya untuk jerawat tipe pustular. Absorpsi obat
ini dapat menurun bila dicampur dengan makanan dan susu, tetapi tidak seperti
penurunan absorbsi pada tetrasiklin. Dosis awal antara 50 100mg, dua kali sehari. Efek
samping utama berupa pusing ( vertigo ), lemah, mual, perubahan pigmen kulit, dan
perubahan warna gigi perubahan pada kulit dan gigi lebih sering dijumpai pada orang
orang yang mengkonsumsi minosiklin dalam waktu lama.
d)
Doksisiklin
Antibiotik ini sering diberikan pada orang orang yang tidak dapat merespon pemberian
eritromisin atau tetrasiklin. Dosis yang digunakan antara 50 100mg dua kali sehari dan
dapat dikonsumsi bersama dengan makanan ( mudah diabsorbsi ). Horrisson melaporkan
50mg doksisiklin satu kali perhari sama efektif dengan 50mg minosiklin dua kali perhari.
Sebaiknya tidak mengkonsumsi bersama antasida, tablet besi, kalsium dan tidak
dikonsumsi selama masa menyusui atau wanita hamil. Doksisiklin akan membuat kulit
lebih sensitif terhadap sinar matahari. Karena itu harus disertai dengan penggunaan
tabir surya.
e)
Klindamisin
Klindamisin berguna sebagai antibiotik oral untuk terapi jerawat. Tetapi antibiotika ini
banyak digunakan dalam bentuk topikal. Dosis awal 150mg, tiga kali sehari. Efek samping
utama berupa infeksi intestinal yang dinamakan kolitis pseudomembran yang disebabkan
oleh bakteri.
f)
Kontrimoksazol
Antibiotik ini diindikasikan pada penderita yang intoleran dengan tetrasiklin atau
eritromisin, atau pada penderita yang tidak ada respon terhadap terapi lain.
Kontrimoksazol juga digunakan pada folikulitis gram negatif.
BAB III
KESIMPULAN
Acne vulgaris adalah peradangan folikel sebasea yang ditandai oleh komedo,
papula, pastula, kista, dan nodulus di tempat predileksinya, yaitu wajah, leher, badan
atas, dan lengan atas. Penyakit ini terutama terjadi pada remaja dan biasanya
berinvolusi sebelum usia 25 tahun namun bisa berlanjut sampai usia dewasa. Acne
vulgaris terutama timbul pada kulit yang berminyak berlebihan akibat produksi sebum
berlebihan ditempat dengan glandula sebasea yang banyak.
Ada 4 penyebab terjadinya acne yaitu : produksi sebum yang meningkat, adanya
keratinisasi folikel, bakteri dan peradangan.
dan peradangan.
Tempat predileksi acne vulgaris adalah dimuka, bahu, dada bagian atas, dan
punggung bagian atas, dapat berupa: erupsi kulit polimorfi, komedo, papul dan pustul,
nodus dan kista yang beradang juga dapat disertai rasa gatal. Diagnosa acne dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan histopatologi dan
pemeriksaan lain. Pengobatan acne memerlukan waktu yang cukup lama serta
keteraturan dan kepatuhan berobat. Pengobatan setiap individu berbeda-beda
tergantung pada tipe kulit, jenis acne, serta kebiasaan dan kepeduliaan pasien dalam
merawat kebersihan wajah. Acne vulgaris umumnya dapat sembuh sendiri dan tidak perlu
sampai dirawat inap dirumah sakit