Anda di halaman 1dari 6

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN
PROGRAM KARIES GIGI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DENGAN METODE STORY TELLING

A. Latar Belakang Topik


Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email dentin dan
sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang
diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras
gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan
periapikal dan menimbulkan rasa nyeri (Koerniati, 2006.)
Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang
paling umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia. Menurut hasil penelitian di
negara negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata bahwa 90
100% anak di bawah 18 tahun terserang karies gigi (Hembing, 2005).Di Indonesia karies
gigi menduduki peringkat ke-6 dari 10 peringkat penyakit terbanyak yang diderita
masyarakat. Srigupta dalam (Ernawati, 2010) menyebutkan di Jawa Tengah sendiri
prevalensi karies gigi mencapai kisaran 60 80% dari populasi.(Anonim, 2011).
Menurut Hariadi ada beberapa faktor memiliki kontribusi dalam menyebabkan
terjadinya karies gigi pada anak. Faktor kejadian karies gigi antara lain faktor dari
makanan, kebersihan gigi dan mulut, kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan
kesehatan seperti mengemut makanan dan pemberian makanan melalui botol. Faktor lain
yang diduga menimbulkan terjadinya karies gigi adalah perilaku orang tua terutama
karena kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi yang benar
(www.kalbe.co.id).
Efrinda menyatakan memasuki usia pra sekolah resiko anak mengalami karies
cukup tinggi. Pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua terutama ibu dalam
pemeliharaan gigi memberi pengaruh cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak
dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Disamping itu perilaku anak sendiri menentukan

status kesehatan gigi mereka, termasuk pola makan dan kebutuhan membersihkan gigi.
Pada umumnyan anak sangat menggemari makanan manis seperti gulali, permen dan
coklat yang diketahui sebagai substrat dan disukai oleh bakteri yang selanjutnya dapat
melarutkan struktur gigi. Keadaan ini diperburuk dengan kemalasan anak dalam
membersihkan giginya. Oleh karena itu, informasi tersebut harus lebih ditekankan lagi,
misalnya melalui penyuluhan/pendidikan kesehatan gigi.
Penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan di dalam pendidikan
kesehatan gigi dan mulut. Beberapa penelitian berupa penyuluhan kesehatan gigi ternyata
dapat memberikan hasil yang positif dalam menurunkan indeks plak. Pemilihan metode
yang tepat dalam proses penyampaian materi penyuluhan sangat membantu pencapaian
usaha mengubah tingkah laku sasaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mualifah
tentang storytelling sebagai metode parenting untuk pengembangan kecerdasan anak usia
dini. Metode storytelling juga efektif dalam meningkatkan minat baca anak usia dini
menurut Tantin. Diharpkan anak mudah memahami cerita yang akan disampaikan dan
dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari mengenai pola kebiasaan menggosok gigi
dengan baik dan benar.
B. Topik
Perilaku kebiasaan menggosok gigi yang baik dan benar
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang oral hygiene selama 30
menitdiharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para anak usia sekolah di Dusun
NgontoDesa Candi RW 2 Kecamatan Bandungan tentang cara menggosok
gigi gunamemelihara dan meningkatkan kesehatan.2.
Tujuan Khusus:Setelah menerima pendidikan kesehatan selama 30 menit, para anak
usia sekolahmampu :a.
Mengidentifikasi definisi tentang gosok gigi. b.
Mengidentifikasi langkah-langkah menggosok gigi yang baik.c.
Memberi beberapa tips tentang gosok gigi yang baik.d.

Melakukan gosok gigi yang baik dan benar secara mandiri.

Meningkatkan pengetahuan anak dalam mengubah perilaku kebiasaan menggosok


gigi yang baik dan benar.
b. Tujuan Khusus
Anak dapat menyebutkan :

Cara menggosok gigi yang baik dan benar

Manfaat pemberian bubur tempe.

Bahan-bahan pembuatan bubur tempe.

Cara pembuatan bubur tempe.

D. Kriteria Peserta
Orang tua (pengunjung) Poliklinik Tumbuh Kembang.
E. Uraian Struktur Kegiatan
1. Tempat pertemuan

: Ruang tunggu Poliklinik Tumbuh Kembang RSDK Semarang

2. Hari/Tanggal

: Rabu, 8 agustus 2007

3. Waktu

: 09.00 WIB

4. Jumlah peserta

: Sesuai jumlah pengunjung

5. Setting tempat

: Peserta dan Penyuluh berada di ruang tunggu poliklinik


Ket. :

: Penyuluh
: Peserta

6. Metode

: Diskusi dan tanya jawab

7. Perilaku yang ditampilkan : Peserta paham tentang manfaat pemberian bubur tempe
8. Pengorganisasian
PERAN
Penyuluh

TUGAS
PEMAIN
Memberikan penyuluhan tentang makanan tambahan Eka loviga

Fasilitator

berupa bubur tempe.


Membantu menyiapkan media

Andrea .

F. Alat
1. Leaflet bubur tempe.
G. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap orientasi, dilakukan dalam waktu 5 menit.
a. Salam terapeutik
b. Validasi, menanyakan perasaan peserta saat ini.
c. Kontrak
-

Menjelaskan tujuan kegiatan.

Menegaskan kembali kontrak waktu yaitu 30 menit.

2. Tahap kerja, dilakukan dalam waktu 20 menit.


a. Menjelaskan materi tentang bubur tempe.
b. Mendemonstrasikan cara pembuatan bubur tempe.
3. Tahap terminasi, dilakukan dalam waktu 5 menit.
a. Evaluasi
Memberikan pertanyaan yang bersifat review tentang pembuatan bubur tempe.
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan pada peserta untuk membuat bubur tempe sebagai makanan
tambahan bagi anak.
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a.

Pre planning sudah disiapkan sesuai dengan masalah keperawatan


yang muncul.

b.

Kontrak waktu sudah tepat, mempertimbangkan juga kondisi peserta.

c.

Media yang dipilih sudah tepat (leaflet, model bahan-bahan bubur


tempe).

d.

Materi penkes sudah sesuai, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan


orang tua tentang manfaat dan cara pembuatan bubur tempe.

2. Evaluasi Proses
a. Peserta penkes sudah diseleksi sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.
b. Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal (tempat dan waktu).
c. Tersedianya alat/media.
d. Penyuluh melakukan kegiatan sesuai dengan perannya.
e. 75 % peserta dapat mengikuti kegiatan sampai selesai.
f. Diakhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan.
3. Evaluasi Hasil
75 % peserta dapat menyebutkan : pengertian, manfaat, bahan-bahan, dan cara
pembuatan bubur tempe.

Anda mungkin juga menyukai