Modul Indera
Suatu Tinjauan dari Aspek Histologis
Image
removed
due
to
copyright
Image
restriction
removed
due
restriction
Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 6 Jakarta
2008
PENDAHULUAN
to
copyright
Organ indera, juga dikenal sebagai ujung sensoris atau reseptor, merupakan bagian
terminal dendrite yang menerima berbagai stimulus/ rangsangan sensoris dan mentransmisikan
rangsangan tersebut ke susunan saraf pusat. Berdasarkan sumber stimulusnya reseptor sensoris ini
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu
1. Eksteroreseptor yaitu reseptor sensoris yang terletak pada permukaan badan dan akan
menerima stimulus dari lingkungan luar. Ekteroreseptor dibagi lagi menjadi 3
kelompok yaitu
a. Ekteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur somatik aferen umum
(general somatic afferent). Reseptor ini peka terhadap stimulus suhu, raba,
tekan dan nyeri.
b. Eksteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur somatic aferen khusus
(special somatic afferent). Reseptor ini peka terhadap cahaya (sense of
vision) dan suara (sense of hearing).
c. Eksteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur viseral aferen khusus.
Reseptor ini peka terhadap bau dan rasa
2. propioreseptor yaitu reseptor khusus yang terletak pada kapsul sendi, tendon, dan
serat intrafusal didalam otot. Reseptor yang merupakan komponen jalur somatik
aferen umum (general somatic afferent) ini akan mentrasmisikan informasi yang
terkait dengan kesiagaan tubuh dalam suatu ruang dan gerakan. Organ versibular
yang terletak pada telingan dalam akan menerima stimulus terkait dengan gerakan
kepala. Input ini ditransmisikan ke otak yang selanjutnya akan diproses untuk
mengkoreksi keseimbangan tubuh.
3. interoreseptor yaitu reseptor yang menerima informasi sensorik dari organ-organ di
dalam tubuh. Reseptor ini merupakan komponen dari jalur viseral aferen umum
(general viseceral aferent)
Pada modul ini hanya akan dibahas mata yang merupakan reseptor peka terhadap cahaya
dan telinga yang merupakan reseptor peka terhadap suara.
MATA
Mata (Gb-1) merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan
cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita.
Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya yaitu
retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya
menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong
informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.
Tunika fibrosa membentuk sebuah kapsula fibroelastik yang kokoh penyokong bola mata.
Lapis fibrosa ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sklera dan kornea. Sklera merupakan bagian
yang putih melingkupi lima-perenam bagian bola mata dan terletak di sebelah belakang,
sementara kornea merupakan bagian yang jernih dan transparan melingkupi seperenam depan
bola mata. Tempat sambungan sklera dan kornea dikenal dengan nama limbus.
SKLERA (Gk. sclera, keras) (Gb-2 dan 3)
Sklera merupakan bagian bola mata yang putih seolah-olah tidak mengandung pembuluh
darah. Sklera disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 yang diselang-selingi oleh jala-jala serat
elastin. Susunan seperti ini membentuk struktur bola mata yang kokoh, disokong oleh tekanan
intraokular yang berasal dari humor akwaeus yang terletak di sebelah depan lensa dan badan
vitreus yang terletak di belakang lensa. Di bagian belakang sklera ditembus oleh serat-serat saraf
optik pada lamina kribrosa (Gb-3). Sklera mengandung pembuluh darah terutama pada limbus
(tempat pertautan sklera dan kornea).
KORNEA (Gb-4)
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung pembuluh
darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke
sebelah depan bola mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu:
yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas terletak di
antara serat-serat kolagen.
4. Membran Descemet
merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.
5. Endotel kornea
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel selapis
gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan
untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan
dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion
natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara
pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma
tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang
diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea.
Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi didapatkan dengan
cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari humor akweus di
bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan
kelebihan cairan di stroma.
Limbus (Gb-5)
Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera. Pada tempat ini
terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea dan sklera. Bagian luarnya
diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis silindris dengan lamina propria di
bawahnya. Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea. Stroma ini tersusun
dari jaringan ikat fibrosa. Di bagian dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada
bagian anterior taji ini terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan ruang-ruang di
antaranya dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/ space of Fontana). Di atas trabekula
terdapat suatu saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm.
jaringan trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di batasi oleh selapis sel endotel. Kanal ini
akan meneruskan diri ke dalam pleksus sklera dan akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera. Di
bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris terdapat otot polos, muskulus siliaris yang
berfungsi untuk mengatur akomodasi mata.
copyright restriction
Gambar-8 Korpus siliaris
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal sebagai prosessus
siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula
lensa yang dikenal sebagai zonula zinii.
Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid (Gb-8). Lapisan luar kaya akan pigmen dan
merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang tidak berpigmen merupakan
lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan
mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera
okuli posterior).
Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) ke bilik mata
depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris dan lensa), lalu masuk ke
dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal
Schlemm humor akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.
Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus siliaris. Satu
berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka kanal Schlemm untuk aliran
humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada skleral spur berfungsi untuk mengurangi
tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut
akomodasi.
Glaukoma merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh peningkatan tekanan intraokuler
yang tinggi dalam waktu lama akibat kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik mata depan.
Bila keadaan ini dibiarkan dapat menyebabkan kebutaan.
Gambar-10 Lensa
Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa diperoleh dari
humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya
dengan mudah.
Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan pada lensa yang menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk melihat. Keadaan ini dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin disebabkan
oleh bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan keterpaparan sinar ultra violet secara
berlebihan. Di samping itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai presbiopia
yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang disebabkan
karena menurunnya elastisitas lensa akibat proses penuaan. Sebagai akibatnya lensa tidak dapat
mencembung guna memfokuskan bayangan benda secara tepat pada retina. Keadaan ini dapat
diatasi dengan pemakaian kaca mata.
Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal sebagai zonula Zinii.
Korpus Vitreus (Gb-3 dan 11)
Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar jernih yang mengisi ruang vitreus (ruang antara
lensa dan retina). Korpus vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air (99%) dan mengandung
elektrolit, serat-serat kolagen dan asam hialuronat. Korpus vitreus melekat pada seluruh
permukaan retina. Di tengah korpus vitreus berjalan sisa suatu saluran yang berisi cairan dikenal
sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa janin. Badan vitreus
berfungsi untuk memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata.
Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, yaitu suatu cairan encer yang disekresi
sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris. Cairan ini
mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein
yang rendah. Humor akweus disekresi secara kontinu ke dalam kamera okuli posterior, mengalir
ke ruang kamera okuli anterior melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam
kanal Schlemm. Dalam kondisi normal jumlah cairan yang disekresi dan dikeluarkan berimbang
sehingga tekanan di dalam ruang mata ini berkisar kira-kira 23 mmHg. Bila terjadi sumbatan
dalam pengeluaran cairan sementara sekresi berlangsung terus, maka tekanan dalam bola mata
akan meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat mengakibatkan kerusakan retina dan
kebutaan bila dibiarkan.
C. TUNIKA NEURALIS (RETINA) ( Gb-12 dan Gb-10)
10
Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat antara sel
ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan
mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit)
dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai
sarung pembungkus saraf optik.
Gambar 13 Lempeng optik (optic disc) (Kiri) dan fovea sentralis (kanan)
Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal
sebagai Makula lutea (bintik kuning) (Gb-13). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea
sentralis (Gb-13) yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea sentralis
merupakan suatu sumur dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah temporal dari lempeng
optik dan sekitar 0,8 mm di bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini disebabkan tidak
adanya lapisan dalam retina, pada retina di daerah ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari
hanya kerucut yang tersusun rapat dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang
dibagian perifer retina.
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior
hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik (Gb-14 dan 15) terdapat 10 lapisan retina
dari luar ke dalam yaitu:
1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans luar
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membran limitans dalam
Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora serrata bentuk
selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya kaya akan butir-butir
melanin. Fungsi epitel pigmen adalah
11
12
13
Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan sel yang
besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan suatu massa terdiri dari materi kromofil
(badan Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak
pernah bercabang
Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion.
Membran limitans dalam sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang memisahkan
retina dari korpus vitreum.
Media Refraksi
Media refraksi merupakan bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk
mencapai retina. Komponen media refraksi adalah
1. Kornea
2. kamera okuli anterior
3. kamera okuli posterior
4. lensa
5. badan vitreus.
ORGAN TAMBAHAN MATA
Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior. Celah ini ditutup oleh
kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di fissura palpebra.
Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi permukaan dalam kelopak mata.
Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.
Organ-organ tambahan mata terdiri atas
1. Kelopak mata
2. konjungtiva
3. Kelenjar lakrimal
KELOPAK MATA (Gb-16)
Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat
dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam.
Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak serat elastin. Dermis
lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini mengandung tiga atau empat baris rambut panjang
yang kaku disebut bulu mata, yang menembus dalam ke dermis. Di antara dan sebelah belakang
14
bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata
disebut kelenjar Moll.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang
merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran keluar
kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak mata
yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung makin
semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom
yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak berhubungan dengan folikel
rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan
mukosa.
15
Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral rongga mata. Ukurannya sebesar
kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus kelenjar yang
terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior
konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria
kelopak mata atas dan bawah.
Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata berfungsi untuk
memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak mata akan menyebabkan air
mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda
asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film
mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air
mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta)
yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior. Dari sini air mata kemudian
masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding
kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan
bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus
nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata kemudian
dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.
TELINGA
Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga
terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam (Gb-1). Secara histologi telinga
merupakan struktur yang rumit dan halus terdiri atas bagian tulang dan membran. Telinga terletak
pada pars perosus tulang timpani.
16
bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang
masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accusticus externus) dan gendang telinga (membran timpani) (Gb-1).
Daun telinga /aurikula (Gb-2) disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit
tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot
lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih
rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.
restriction
Gambar-2 Daun Telinga
Liang telinga luar (Gb-1dan 3) merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga
melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya
mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut,
kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret
kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen.
Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai
pelindung.
Membran timpani (Gb-4) menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan
luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah
dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di antara
keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang
suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan
menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
TELINGA TENGAH (Gb-4)
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian
petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara
mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis
gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba
17
Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan
periosteum.
restriction
Gambar-4 Telinga luar, tengah dan dalam
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran (Gb-4) yaitu tulang maleus,
inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang
maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di
atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada
dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor
timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior
kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding
medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari
tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke
dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran
berfrekuensi tinggi.
Tingkap oval (Gb-5) pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan
rongga timpani dari perilimf dalam skala vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran
membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam.
Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman
yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi
oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra rotundum)(Gb-5).
Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani koklea.
18
dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen
terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada
kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.
TELINGA DALAM (Gb-6 dan Gb-7)
Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum tulang
temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di da-lamnya
terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin
membranasea berisi cairan endolimf.
19
Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang mengandung
pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis
kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula
sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding sehingga
berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak
kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II (Gb-9
dan 10) serta sel penyokong (Gb-9 dan 10) yang duduk di lamina basal. Serat-serat saraf dari
bagian vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini.
21
tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel
rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel
rambut.
KANALIS SEMISIRKULARIS (Gb-9,10, 11)
Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada permukaan
luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.
Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir
saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) dari kanalis
semisirkularis (Gb-10).. Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel
rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya
terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula (Gb-9 dan11) serupa dengan
membran otolitik tetapi tanpa otokonia.
22
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis
(Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris.
Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan
ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum
disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan
mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum
yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan
bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu
dekat helikotrema pada sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis
yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus
tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal
dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu
dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen.
Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang
mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.
Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel
selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.
DUKTUS KOKLEARIS (Gb-7 dan 8)
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya, diatas
membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas limbus
epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di
bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria
vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.
ORGAN CORTI (Gb-10 dan Gb-11)
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ
Corti adalah
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal
yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang
sempit dan agak melebar di bagian apeks.
23
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih
panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana
basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel
rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian
basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut
luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu
terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam.
4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs
luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara
sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang
merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini menyandar
di atas stereosilia sel-sel rambut.
24
persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang
temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis.
Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan
ultrikuli.
Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran oleh
membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang tulang
pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang
tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani.
Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup
pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis dengan
membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara
stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut.
Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi ,
sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.
25
pembuluh darah dan kelenjar olfaktorius (dikenal sebagai kelenjar Bowman) yang
menghasilkan sekret serosa.
Sel olfaktoria merupakan sel saraf bipolar termodifikasi. Bagian ujung dendrit
mengalami penggembungan yang dikenal sebagai vesikel olfaktorius. Vesikel olfaktorius
ini mempunyai 6-8 silia yang panjang dan tidak bergerak. Silia ini terbenam di dalam
lapisan lendir yang menyelimuti permukaan lapisan epitel. Akson dari sel olfaktorius
akan berjalan menembus lamina propia untuk bergabung dengan akson dari sel
olfaktorius lainnya membentuk berkas (bundle) serat saraf. Berkas saraf ini akan berjalan
melintasi lempeng kribiformis (Cribiform plate) pada atap rongga hidung untuk bersinap
dengan sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius. Akson dari sel saraf kedua pada bulbus
olfaktorius ini kemudian akan berjalan ke korteks olfaktorius, hipothalamus dan bagian
limbik sistim melalui traktus olfaktorius. Badan sel olfaktorius ini mempunyai inti yang
bulat dan lebih dekat ke arah lamina basal daripada ke vesikel olfaktorius. Sitoplasmanya
mengandung struktur-struktur yang sama dengan sel saraf lainnya.
Image removed due to copyright restriction
Gb-2. Gambaran skematis sel-sel pada organ penghidu
Sel penyokong merupakan sel-sel berbentuk silindris, berukuran 50-60 um dan
mempunyai mikrovili pada permukaannya. Intinya berbentuk bulat terletak pada 1/3
apikal sel. Sitoplasma bagian apikalnya mempunyai granula yang mengandung pigmen
bewarna kekuningan. Adanya pigmen kekuningan ini menyebabkan epitel olfaktorius.
tampak bewarna kekuningan pada keadaan hidup. Fungsi sel ini adalah untuk
menyokong, memberi nutrisi dan insulator listrik bagi sel olfaktorius.
Sel basal merupakan sel kecil, basofilik, berbentuk piramid yang bagian apikalnya
tidak mencapai permukaan epitel. Inti sel terletak lebih ke arah basal. Sel basal diyakini
sebagai sel induk (stem cells) untuk sel olfaktorius dan sel sustentakular.
Image removed due to copyright restriction
Gb-3. Gambaran histologis sel-sel organ penghidu
B. RESEPTOR PENGECAP
26
melalui lubang pengecap (taste pore). Ada 4 macam sel pengecap yaitu sel basal (basal
cell, sel tipe IV), sel gelap (dark cell, sel tipe I), sel terang (light cell, sel tipe II), dan sel
pertengahan (intermediate cell, sel tipe III). Sel basal diyakini merupakan sel awal yang
akan berubah menjadi sel gelap yang kemudian menjadi matang sebagai sel terang, lalu
berubah menjadi sel pertengahan dan akhirnya akan mati. Serat-serat saraf akan masuk
kedalam kuncup kecap dan bersinap dengan sel tipe I, II dan III.
Image removed due to copyright restriction
Gb-6. Gambaran histologis kuncup kecap
Di bawah mikroskop cahaya kuncup nampak sebagai struktur mirip irisan bawangdengan sel-sel
yang tersusun mirip lapisan-lapisan pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya. Badan akhir
serat saraf sensoris ini terdiri atas 2 macam sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang keduanya
27
berbentuk gelendong langsing. Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir sama dengan tebal epitel.
Sel penyokong lebih gemuk dan intinya berkromatin halus sedangkan sel pengecap lebih langsing, intinya
gepeng panjang dan berkromatin padat. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak
berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas mikrovilus.
Saraf kranial ke VII akan mempersarafi kuncup kecap yang terdapat pada 2/3 anterior lidah, dari akar
lidah hingga ke garis papila sirkumvalata. Papila sirkumvalata dan 1/3 posterior lidah akan dipersarafi oleh
saraf otak ke IX. Saraf otak ke X akan mempersarafi kuncup kecap yang tersebar pada permukaan
epiglotis. Serat saraf sensorik afferent dari saraf saraf kranial ini akan bersinap di nukleus solitarius di
medula oblongata. Akson dari sel saraf di nuleus solitarius akan berjalanmemasuki lemniskus medialis
selanjutnya menuju ke talamus dan akhirnya informasi akan diproyeksikan ke korteks sensoris primer.
RUJUKAN
1. Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam
Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta,
Indonesia Hal.538-574.
2. Fawcett, D.W (1994), The Eye in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th
edition, Chapman and Hall, New York, USA, pp. 872-916
3. diFiore, MSH (1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of
Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA, pp.248-256.
4. Young, B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheaters Functional
Histology, 4th edition, Churchill Livingstone, London, UK, pp 380-405
5. Gartner, LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of Histology,
W.B. Saunder Company, USA, pp. 422-442
28