LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTIFIKASI
Nama
Rekam Medik
Jenis Kelamin
Umur
Status
Pekerjaan
Alamat
Agama
Bangsa
MRS
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di leher kiri
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RSMH dengan keluhan terdapat benjolan di leher
kiri sebesar telur bebek. Benjolan dirasakan muncul sejak 2 tahun SMRS.
Pasien mengatakan, awalnya benjolan berukuran sebesar biji kacang tanah
atau dengan diameter sekitar 1 cm. Benjolan tersebut bisa digerakkan dan
terasa kenyal. Sepuluh bulan SMRS, pasien merasa benjolan bertambah
besar, yaitu sebesar telur ayam sehingga pasien memeriksakan diri ke RS
AR Bunda Prabumulih. Pada saat itu benjolan tidak dapat digerakkan dan
terasa keras. Pasien melakukan pemeriksaan dan kemudian dirujuk ke
RSMH. Pasien tidak langsung datang ke RSMH dan baru datang ke
poliklinik bedah onkologi 4 bulan SMRS, penderita merasa sulit saat
menelan makanan.
Pasien merasakan terdapat benjolan lain di leher kiri sebesar
kelereng di belakang benjolan utama yang mulai muncul 10 bulan SMRS
sebesar biji kacang tanah. Benjolan terasa semakin besar dan hingga saat
masuk rumah sakit berukuran sebesar kelereng.
PEMERIKSAAN FISIK
o Status Generalis
Kesan
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Pernapasan
: 24x/m
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
: 140/90 mmHg
: 68x/menit
: 36,8oC
Hidung
Leher
Thorax
Paru
P
P
A
tertinggal
: Stem fremitus kanan sama dengan kiri
: Sonor di seluruh lapangan paru
: SD vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen
I
A
P
P
:
:
:
:
Ekstremitas
Tidak ada deformitas, akral hangat, tidak ada edema, tidak ada sianosis.
o Status Lokalis
Regio colli
Inspeksi :
Tampak benjolan di leher sisi kiri dan tengah, benjolan ikut bergerak saat
menelan. Warna benjolan sama dengan warna kulit sekitarnya. Venektasi (-)
KGB
Level I
I
P
Level II
I
P
Dextra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
Dextra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
Sinistra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
Sinistra
Tidak tampak benjolan
Teraba massa, permukaan licin,
bisa
Level III
I
P
Level IV
I
P
Dextra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
Dextra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
Dextra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
digerakkan,
konsistensi
IV.
konsistensi
Level V
I
P
digerakkan,
digerakkan,
konsistensi
Level VI
I
P
Dextra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
Level VII
I
P
Dextra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
Sinistra
Tidak tampak benjolan
Tidak teraba massa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah Rutin (4 Desember 2013)
Hb
: 13.4 g/dL
RBC
: 4.64 106/mm3
WBC
: 6.7. 106/mm3
Ht
: 39 %
PLT
: 374. 103/L
Hitung Jenis
5
Basofil
Eosinofil
Netrofil Batang
Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
:0%
:2%
:0%
: 61 %
: 29 %
:6%
Pada USG thyroid (12 Desember 2013) didapatkan kesan struma nodosa
dekstra dan struma multinodosa sinistra.
DIAGNOSIS KERJA
Ca tiroid papillare T3N1bM0 Stadium IVA
PENATALAKSANAAN
7
total
RND
Empat minggu setelah dilakukan tiroidektomi total, dilakukan pemeriksaan
sidik seluruh tubuh, jika masih ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan
ablasio dengan I131 kemudian dilanjutkan dengan terapi substitusi/supresi
dengan Thyrax sampai kadar TSHs 0.1, bila tidak ada sisa jaringan tiroid
normal dilakukan terapi substitusi/supresi (Levothyroxine)
VII.
PROGNOSIS
Terdapat beberapa skor yang dapat digunakan untuk menentukan prognosis
kasus (20 years survival rate), yaitu skor AGES, AMES dan MACIS.
Komponen
Prognostik
Usia
Grade
Invasi
Ekstratiroid
Ukuran Tumor
Metastasis
MACIS
61 x 0.08 = 4.88
Ada = 1
8 x 0.3 = 2.4
Tidak = 0
Completeness of
Tidak (asumsi) = 0
resection
Skor total
Survival Rate
7.28
56 %
20 tahun
AMES
AGES
61
tinggi)
Ada
I=0
(Risiko Ada = 1
tinggi)
8 (Risiko tinggi) 8 x 0.2 = 1.6
Tidak
(Risiko rendah)
-
5.65
Risiko Tinggi:
67 %
61 %
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Glandula Tiroidea
Glandula tiroid terdiri dari dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus.
Terleak di anterior trakea di antara kartilaogo krikoid dan suprasternal notch.
Tiroid normal berukuran 4cm x 2 cm x 1cm dengan berat 12-20 gr. Glandula
tiroidea terletak di leher depan sejajar dengan vertebra cervicalis 5 hingga
vertebra thoracalis 1. Apex glandula tiroid berada setinggi lamina cartilage
thyroidea dan basis pada cincin trakea 5 atau 6. Perlengketan m.sternothyroid
pada kartilago tiroid membatasi pertumbuhan glandula tiroid ke atas,
sedangkan pertumbuhan ke bawah dan posterior tidak terganggu. Karena
itulah saat tiroid membesar, ia cenderung membesar ke arah posteroinferior.
m.stylohyoideus
di
anterior,
dan
margo
posterior
IIB berada posterior terhadap n.accesorius. Level III berada di margo inferior
level II dan dikelilingi oleh m.laryngeus di bagian anterior, margo posterior
m.sternocleidomastoideus di bagian posterior, dan oleh bidang horizontal
yang dimulai dari margo inferior cartilago cricoid di bagian inferior. Level IV
dimulai dari bagian bawah level III berada di atas clavicula, didepan
m.sternocleidomastoideus. Level V terletak posterior terhadap bagian
posterior m.sternocleidomastoideus, superior terhadap clavicula, dan inferior
terhadap dasar cranium. Level VI dibatasi oleh os hyoid di superior, a.carotis
communis di bagian lateral, dan sternum di inferior. Level VII berada di
antara a.carotis communis dan superior terhadap arcus aorta dan inferior
terhadap bagian atas sternum.
11
12
1. Karsinoma papilare
2. Karsinoma folikulare
3. Karsinoma medulare
4. Karsinoma anaplasik
B. Epidemiologi
Karsinoma tiroid paling sering muncul pada dewasa, namun karsinoma
papiler khususnya dapat muncul pada usia kanak-kanak. Jika dilihat dari
kenis kelamin, kejadian karsinoma tiroid pada wanita usia dewasa muda dan
dewasa menengah lebih tinggi dibandingkan pria. Sedangkan pada usia
kanak-kanak dan usia tua, kejadian karsinoma tiroid ini cenderung sama saja
antara laki-laki dan perempuan. Karsinoma tiroid papiler merupaka
keganasan yang paling banyak ditemukan pada glandula tiroid, yaitu 70-80 %
kasus. Varian folikuler pada karsinoma tiroid papiler seringkali ditemukan
pada 10-15 % kejadian. Karsinoma tiroid folikuler adalah tipe kedua
terbanyak, yang mencakup 10-15 % kasus karsinoma tiroid. Tipe ketiga
adalah karsinoma tiroid medulare, yang mencakup 5% kasus, dan yang
terakhir adalah tipe anaplastik, mencakup 1-2% kasus.
C. Patogenesis
1. Faktor genetik
a. Karsinoma tiroid papilere
Pada kasus ini, seringkali ditemukan mutasi pada RET atau NTRK1
dan onkogen BRAF. Juga ditemukan mutasi yang melibatkan RAS.
Mutasi pada gen-gen tersebut mnyebabkan pertumbuhan sel-sel
epitel glandula tiroidea tidak berkembang sebagaimana mestinya
b. Karsinoma tiroid folikulare
T0
T1.
T2
T3
T4a
T4b
16
T4a*
pada tiroid
T4b*
Nx
N0
N1
N1a
N1b
Metastasis jauh
Mx
M0
M1
Stadium Klinis
Karsinoma Tiroid Papilare atau Folikulare Umur < 45 thn
Stadium I
Tiap T
Tiap N
M0
Stadium II
Tiap T
Tiap N
M1
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
T1,T2,T3
N1a
M0
T1,T2,T3
N1b
M0
T4a
N0,N1
M0
Stadium IVB
T4b
Tiap N
M0
Stadium IVC
Tiap T
Tiap N
M0
Stadium IVA
Tiap N
M0
Stadium IVB
Tiap N
M0
Stadium IVC
Tiap N
M1
F. Tatalaksana
Bila nodul suspek maligna, nodul tersebut dibedakan apakah kasus tersebut
operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi inoperabel maka
dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologi secara
blok parafin. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna
atau khemoradioterapi. Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel
dilakukan tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC ).
Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat :
1. Lesi jinak tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
2. Karsinoma papilare.
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi
AMES. Bila risiko rendah tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan
observasi. Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma Folikulare Dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma Medulare Dilakukan tindakan tiroidektomi total
5. Karsinoma Anaplastik Bila memungkinkan dilakukan tindakan
tiroidektomi total. Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan
debulking dilanjutkan dengan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.
18
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB
(Biospi Jarum Halus ). Ada 2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu:
1. Hasil FNAB suspek maligna, foliculare Pattern dan Hurthle Cell
Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku
seperti diatas.
2. Hasil FNAB benigna
Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama 6 bulan
kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti dengan
tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak ada perubahan atau
bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan
pemeriksaan potong beku seperti diatas.
G. Prognosis
Terdapat beberapa kriteria penentuan prognosis pada kasus keganasan
tiroid, diantaranya yaitu kriteria AMES, kriteria AGES, dan MACIS.
20
1. Skor AGES
Skor prognostik = 0.05 usia (jika usia 40),
+ 1 (jika stadium 2)
+ 3 (jika stadium 3 atau 4)
+ 1 (jika ekstratiroid)
+ 3 (penyebaran jauh)
+ 0.2 ukuran tumor (diameter maksimum dalam cm)
Survival rate dengan skor AGES (20-th):
3.99 = 99%
4-4.99 = 80%
5-5.99 = 67%
6 = 13%
2. Skor AMES
Risiko rendah:
a. Pasien usia muda (pria 40, wanita 50) tanpa metastasis
b. Pasien usia tua (papilare intratiroid, invasi kapsular minor untuk lesi
folikulare)
c. Tumor primer <5 cm
d. Tidak ada metastasis jauh
Risiko tinggi:
a. Semua pasien dengan metastasis jauh
b. Papilare ektrathyroid, invasi kapsular mayor untuk folikulare
c. Tumor primer 5 cm pada usia tua (pria >40, wanita >50)
22
BAB III
ANALISIS KASUS
24
DAFTAR PUSTAKA
Camacho, Pauline M. et all. 2007. Evidence-based endocrinology. Lippincott
Williams & Wilkins: Chicago
Acosta, Jose. Et all. 2007. Sabiston Textbook of surgery. Saunders Elsevier:
Dean, Diana S. et all. 2000. Prognostic indicators in differentiated Thyroid
Carcinoma. Cancer control: June 2000, vol 7. No.3
PERABOI. 2004. Protokol penatalaksanaan kasus bedah onkologi 2003.
PERABOI: Bandung
Alpers, Charles. Et all. Robbins and Cotranss Pathologic basis of Disease seventh
edition. Saunders
25