PAPER
Oleh :
R. AYU CHAIRUNNISYA/120301051
AGROEKOTEKNOLOGI IA
AFDELING III
EFEK
PEMBERIAN Mucuna sp. TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg) DAN KESUBURAN
TANAH DI PERKEBUNAN KARET
PAPER
Oleh :
R. AYU CHAIRUNNISYA/120301051
AGROEKOTEKNOLOGI IA
AFDELING III
(Kristina Nadapdap)
NIM : 100301144
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana
atas berkat dan Rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper ini
tepat pada waktunya.
Adapun judul dari paper ini adalah Efek Pemberian Mucuna sp.
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Dan
Kesuburan Tanah di Perkebunan Karet yang merupakan salah satu syarat
dalam komponen penilaian dalam praktikum Teknik Budidaya Tanaman
Perkebunan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Charloq, M.P., selaku dosen mata kuliah Teknik Budidaya Tanaman
Perkebunan dan asisten laboratorium yang telah banyak membimbing dalam
penyelesaian paper ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun dalam penyempurnaan paper ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................1
Tujuan Penulisan .......................................................................................3
Kegunaan Penulisan...................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembibitan..................................................................................................4
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)......................................................5
Tanaman Menghasilkan (TM)....................................................................6
Pabrik Kelapa Sawit...................................................................................7
KESIMPULAN .................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................12
LAMPIRAN
ii
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet berasal dari bahasa latin Hevea yang berasal dari
Negara Brazil.
sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang
memerlukan komponen
yang terbuat
dari
karet
seperti
ban
kendaraan,
conveyor belt, sabuk transmisi, dock, sepatu dan sandal karet (Anwar, 2006).
Karet telah dikembangkan di Indonesia sejak lebih dari seabad lalu,
yang sebagian besar (85%) merupakan perkebunan karet rakyat dengan
produktivitas yang
masih
rendah
yaitu
kurang
dari
800
kg/ha/tahun
dapat
menambah
bebas
dari
udara
dan
rendahnya
tingkat
pemeliharaan,
seperti
penyiangan dan
vi
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Sistematika Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) menurut Tim Penulis
PS (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : plantae ; Divisi : Spermatophyta ;
Subdivisi : Angiospermae ; Kelas : Dicotyledonae ; Ordo : euphorbiales ; family :
Euphorbiaceae ; Genus : Hevea ; Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg.
Sebagai tanaman berbiji belah, akar pohon karet berupa akar tunggang
yang mampu menopang. Pohon dawasa dapat mencapai tinggi antara 15-30 m.
Perakarannya cukup kuat serta akar tunggangnya dalam dengan akar cabanag
yang kokoh. Pohonnya
(Setiawan
vii
4
jantannya
dan
mengandung
bakal
buah
yang
beruang
tiga
sebenarnya
berbahaya
karena
Syarat Tumbuh
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS
dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan
optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar
antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari,
produksi akan berkurang (Anwar, 2001).
Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian
tempat sampai 200 meter diatas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat,
pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari
600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet
(Setyamidjaja, 2012).
viii
5
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman
biasanya
tumbuh
lurus
dan
memiliki
percabangan
tinggi
di
atas
solum,
kedalaman
air
tanah,
aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena
kandungan haranya rendah (Damanik, dkk., 2010).
Reaksi tanah yang umum ditanami karet mempunya pH antara 3,0 8,0.
pH dibawah 3,0 atau diatas 8,0 menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Sifat sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut : solum
cukup dalam sampai 100 cm atau lebih, aerase dan drainase yang baik, remah,
ix
tekstur terdiri dari 30% pasir dan 35% liat, tidak bergambut, kandungan unsur
hara yang cukup, kemiringan tidak lebih dari 16%, dan permukaan air tanah tidak
kurang dari 100 cm (Setyamidjaja, 2012).
Efek Pemberian Mucuna sp. Terhadap Pertumbuhan Pertumbuhan
Tanaman Karet dan Kesuburan Tanah di Lahan Karet
Botani Mucuna sp.
Menurut Germplasm Resources Information Network America tanaman
Mucuna sp. memiliki taksonomi sebagai berikut: Kingdom: Plantae ;
Divisio:
Spermatophyta;
Subdivisio:
Angiospermae;
Ordo:
Fabales;
berbentuk tandan menyerupai anggur. Panjang tangkai bunga dapat mencapai 20 35 cm dan termasuk ke dalam jenis monoceous. Bunga berwarna biru terong dan
dapat mengeluarkan bau yang menyengat sehingga dapat menarik perhatian
kumbang penyerbuk (Harahap dan Subronto, 2004).
Polong Mucuna sp.
kecoklatan yang dapat menyebabkan gatal pada kulit, polong yang siap di panen
adalah polong yang sudah berubah menjadi coklat tua. Polong siap dipanen sekitar
50 hari setelah terbentuk dari bakal polong (Edy et al., 2007).
Biji berbentuk bulat oval berwarna hitam dan pada umumya memiliki kulit
biji yang tebal sehingga perbanyakan melalui biji dapat dilakukan dengan
perlakuan benih melalui skarifikasi dan penggunaan larutan kimia. Bobot biji
dapat mencapai 0,5 - 1 g/biji (Purwanto, 2007).
Kelebihan Penggunaan Mucuna sp. Dibandingkan Cover Crop Lainnya
Mucuna sp. memiliki hampir keseluruhan syarat leguminosae cover crop
(LCC) ideal dan nyata lebih unggul dibandingkan dengan LCC konvensional.
Selain itu sifat unggul lain yang dimiliki LCC ini adalah tidak disukai oleh ternak.
Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa 3-(3.4-dihydroxyphenyl)-Lalanine
(dikenal
sebagai
L-Dopa)
yang
tinggi
pada
LCC
ini
xi
naungan sebanyak 8,7 ton dan di daerah terbuka sebanyak 19,6 ton. Jumlah ini
sama dengan 263 kg dan 531 kg, sedangkan Pueraria japonica hanya
menghasilkan 4,8 ton serasah yang ekuivalen dengan 173 kg. Kandungan karbon,
total P, K tertukar dan KTK dalam tanah yang ditumbuhi Mucuna sp. meningkat
sangat
tajam
dibanding
dengan
lahan
yang
ditumbuhi
gulma
sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang
tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.
mengendalikan erosi, sebagai legumninosa dapat menambat N bebas dari udara.
tahan naungan dan kekeringan (Subronto dan Harahap, 2002 dalam Huda,2010).
Kelemahan Penggunaan Mucuna sp.
Salah satu kendala yang dihadapi para pekebun karet dalam perbanyakan
LCC adalah kesulitan mendapatkan bahan tanam untuk penanaman dalam skala
besar.
Direktorat
Jenderal
Bina
Produksi
dalam
Sumarmadi
(2005)
xii
Oleh karena produksi benih LCC dalam negeri tidak mencukupi, sehingga
perlu mengimpor dari negara lain, misalnya Thailand, India dan Filipina. Salah
satu alternatif untuk mengurangi ketergantunganbenih LCC pada negara lain,
disamping upaya peningkatan produksi benih dalan negeri, juga dapat dilakukan
dengan diversifikasi penutup tanah dengan tanaman pakan. Tulisan ini
menguraikan peluang dan kendala dalam pengusahaan tanaman penutup tanah
serta manfaatnya di perkebunan karet( Karyudi dan Siagian, 2001).
Perbedaan Produksi Lateks Pada Pengaplikasian Mucuna sp. Dibandingkan
Dengan Tanpa Pemakaian
Pushparaja dan Chellapah (1969) mengatakan bahwa LCC secara kumulatif
dapat mempercepat tercapainya masa tanaman menghasilkan selama 12 bulan
dibandingkan dengan penutup tanah rumput alami. Di samping itu, selama 10
tahun semenjak awal masa penyadapan, produksi karet kering lebih tinggi 20%
pada tanaman karet bernutup tanah LCC dibandingkan dengan yang berpenutup
tanah rumput alamiah (Mainstone, 1969). Hasil penelitian Puspharajah (1974)
juga menunjukkan bahwa LCC sangat nyata mempersingkat masa TBM sampai
dengan 19 bulan terutama pada tanah yang kurang subur. Sementara pada tanah
yang subur LCC hanya dapat menekan masa TBM selama sampai dengan 11
bulan.
Dalam rangka meningkatkan daya saing komoditas karet, baik antar
produsen maupun antar komoditi perkebunan, upaya peningkatan produktivitas
lahan perkebunan karet terus menerus digalakkan. Hal ini sangat memungkinkan
dan berpeluang besar karena pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM)
sekitar 60-70% dari luas lahan (disebut gawangan) belum dimanfaatkan secara
xiii
xiv
10
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2001. Budidaya Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet. Mig Corp,
Medan.
xv
Anwar,
Damanik, S., M. Syakir, M., M. Tasma dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca
Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Pedoman Budidaya Yang Baik Untuk
Tanaman Karet (Good Agriculture practices for Rubber). Departemen
Pertanian, Jakarta.
Ditjen Perkebunan, 2008. Karet. Potensi dan Pengembangannya. Jakarta
Eddy, P.R. Sriwijaya. , A. Susanto, I.Y. Harahap, G. Simangunsong, A.F. Lubis,
A.E. Prasetyo, dan A.P. Dongoran. 2007. Mucuna bractetata sebagai
tanaman pengendali gulma. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Seri
Buku Saku 27 : 11
Harahap dan I.Y. Subroto. 2002. Penggunaan Kacang Penutup Tanah Mucuna
bracteata Pada Tanaman Kelapa Sawit . Warta Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10 (1) : 1 6
Huda, A.N. 2010. Pertumbuhan Mucuna bracteata dan Kadar Hara Kelapa Sawit
Belum Menghasilkan Pada Kombinasi Mikroba. USU Press. Medan
Karyudi dan N. Siagiaan. 2001. Peluang dan Kendala dalam Pengusahaan
Tanaman Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Balai Penelitian Karet
Sungei Putih. Medan.
Mainstone, B.J. 1969. Ressidual Effect Of Ground Cover And Nitrogen
Fertilization of Hevea Prior to Tapping. J. Rub Res. Inst. Malaysia.
Maskuddin. 1988. Pengaruh Inokulasi dan Jenis Leguminosa Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan 11 (1) : 3 8
Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta
Matthews, C. 1988. The Introduction and Establishment of A New Leguminose
Cover Crop. Mucuna bracteata under Oil Palm in Malaysia. The Planter.
Kuala Lumpur : 359 368.
Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminose. Kanisius. Yogyakarta.
Pushparajah, E. and Chellapah. 1969. Cover and Weeds. The Management and
Control. In Lecture Notes in RRIM Refreher Course on rubber Plantings.
Kuala Lumpur. Pusat Penyelidikan Getah Malaysia.
xvi
xvii