Anda di halaman 1dari 17

EFEK

PEMBERIAN Mucuna sp. TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg) DAN KESUBURAN
TANAH DI PERKEBUNAN KARET

PAPER
Oleh :
R. AYU CHAIRUNNISYA/120301051
AGROEKOTEKNOLOGI IA
AFDELING III

LABORATORIUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
i

EFEK
PEMBERIAN Mucuna sp. TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg) DAN KESUBURAN
TANAH DI PERKEBUNAN KARET

PAPER
Oleh :
R. AYU CHAIRUNNISYA/120301051
AGROEKOTEKNOLOGI IA
AFDELING III

Paper Sebagai Salah Satu Komponen Penilaian di Laboratorium Teknologi


Budidaya Tanaman Perkebunan Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Diperiksa Oleh
Asisten Korektor

(Kristina Nadapdap)
NIM : 100301144

LABORATORIUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
ii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana
atas berkat dan Rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper ini
tepat pada waktunya.
Adapun judul dari paper ini adalah Efek Pemberian Mucuna sp.
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Dan
Kesuburan Tanah di Perkebunan Karet yang merupakan salah satu syarat
dalam komponen penilaian dalam praktikum Teknik Budidaya Tanaman
Perkebunan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Charloq, M.P., selaku dosen mata kuliah Teknik Budidaya Tanaman
Perkebunan dan asisten laboratorium yang telah banyak membimbing dalam
penyelesaian paper ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun dalam penyempurnaan paper ini.

Medan, Oktober 2014

Penulis

iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................1
Tujuan Penulisan .......................................................................................3
Kegunaan Penulisan...................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembibitan..................................................................................................4
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)......................................................5
Tanaman Menghasilkan (TM)....................................................................6
Pabrik Kelapa Sawit...................................................................................7
KESIMPULAN .................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................12
LAMPIRAN

ii
iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet berasal dari bahasa latin Hevea yang berasal dari
Negara Brazil.

Karet merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia

sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang
memerlukan komponen

yang terbuat

dari

karet

seperti

ban

kendaraan,

conveyor belt, sabuk transmisi, dock, sepatu dan sandal karet (Anwar, 2006).
Karet telah dikembangkan di Indonesia sejak lebih dari seabad lalu,
yang sebagian besar (85%) merupakan perkebunan karet rakyat dengan
produktivitas yang

masih

rendah

yaitu

kurang

dari

800

kg/ha/tahun

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2005).


Mucuna bracteata merupakan kacangan penutup tanah yang sangat
populer dan berasal dari India. Sebagian besar perusahaan perkebunan di
Indonesia menggunakan jenis kacangan ini untuk menjaga kesuburan dan
kelembaban tanah, tidak disukai ternak karena daunnya mengandung kadar fenol
yang tinggi, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki sifat racun
sehingga memiliki daya kompetisi yang tinggi terhadap gulma, sebagai
leguminosa

dapat

menambah

bebas

dari

udara

(Harahap dan Subroto, 2002 dalam Sidabutar, 2010 ).


Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan karena sistem pengelolaan
masih bersifat ekstensif, terutama penggunaan bahan tanam lokal (unselected
seedling)

dan

rendahnya

tingkat

pemeliharaan,

seperti

penyiangan dan

pemupukan yang minimum dilakukan (Damanik, et al., 2010).


Penggunaan tanaman leguminosa sebagai penutup tanah dianjurkan untuk

perkebunan sawit maupun karet. Tanaman leguminosa digunakan karena


melindungi permukaan tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah,
mengurangi pencucian unsur hara, menambah dan mempertahankan kesuburan
tanah baik kimiawi, fisik maupun biologis dan mempercepat proses pelapukan
batang sawit bekas tanaman tua, sehingga mengurangi kemungkinan tanaman
muda dari serangan Oryctes rhinoceros serta dapat menghambat pertumbuhan
gulma (Maskuddin, 1988 dalam Sidabutar, 2010 ).
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman karet (Hevea brasiliesis
Muell. Arg) terhadap pemberian pupuk fospat.
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat ,engikuti praktikal tes di
Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Karet Fakultas Pertanian
Univesitas Sumatera Utara, medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang
membutuhkan.

vi

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Sistematika Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) menurut Tim Penulis
PS (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : plantae ; Divisi : Spermatophyta ;
Subdivisi : Angiospermae ; Kelas : Dicotyledonae ; Ordo : euphorbiales ; family :
Euphorbiaceae ; Genus : Hevea ; Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg.
Sebagai tanaman berbiji belah, akar pohon karet berupa akar tunggang
yang mampu menopang. Pohon dawasa dapat mencapai tinggi antara 15-30 m.
Perakarannya cukup kuat serta akar tunggangnya dalam dengan akar cabanag
yang kokoh. Pohonnya

tumbuh subur memiliki percabangan yang tinggi diatas

(Setiawan dan Andoko, 2008).


Batang karet tumbuh lurus keatas . Dibatang inilah terkandung getah yang
lebih terkenal dengan nama lateks. Tanaman karet berupa pohon yang tingginya
bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang cukup besar

(Setiawan

dan Andoko, 2008).


Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm dan pada
ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada
sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis , memanjang dengan ujung
meruncing.Tepinya rata dan gundul, tidak tajam (Setyamidjaja, 2012).
Karet termasuk tanaman sempurna karena memiliki bunga jantan dan
betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai paying yang jarang. Pangkal tenda
bunga berbentuk lonceng dan diujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Bunga
betina berambut vilt dengan ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan

vii

4
jantannya

dan

mengandung

bakal

buah

yang

beruang

tiga

(Setiawan dan Andoko, 2008).


Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas . Masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga kadang-kadang sampai enam
ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila sudah masak maka akan pecah dengan
sendirinya ((Setyamidjaja, 2012).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah bijinya biasanya
tiga, kadang enam. Sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besare dengan kulit
keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang kilas. Biji
yang sering menjadi mainan anak - anak ini
mengandung

sebenarnya

berbahaya

karena

racun (Setiawan dan Andoko, 2008).

Syarat Tumbuh
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS
dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan
optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar
antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari,
produksi akan berkurang (Anwar, 2001).
Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian
tempat sampai 200 meter diatas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat,
pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari
600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet
(Setyamidjaja, 2012).

viii

5
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman
biasanya

tumbuh

lurus

dan

memiliki

percabangan

tinggi

di

atas

(Damanik, dkk., 2010)


Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan
sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara
umum kurang baik karena kandungan haranya rendah (Anwar, 2001).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika
yang cukup baik terutama struktur, tekstur,

solum,

kedalaman

air

tanah,

aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena
kandungan haranya rendah (Damanik, dkk., 2010).
Reaksi tanah yang umum ditanami karet mempunya pH antara 3,0 8,0.
pH dibawah 3,0 atau diatas 8,0 menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Sifat sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut : solum
cukup dalam sampai 100 cm atau lebih, aerase dan drainase yang baik, remah,

ix

tekstur terdiri dari 30% pasir dan 35% liat, tidak bergambut, kandungan unsur
hara yang cukup, kemiringan tidak lebih dari 16%, dan permukaan air tanah tidak
kurang dari 100 cm (Setyamidjaja, 2012).
Efek Pemberian Mucuna sp. Terhadap Pertumbuhan Pertumbuhan
Tanaman Karet dan Kesuburan Tanah di Lahan Karet
Botani Mucuna sp.
Menurut Germplasm Resources Information Network America tanaman
Mucuna sp. memiliki taksonomi sebagai berikut: Kingdom: Plantae ;
Divisio:

Spermatophyta;

Subdivisio:

Angiospermae;

Ordo:

Fabales;

Famili: Fabaceae; Genus: Mucuna ; Species: Mucuna sp.


Mucuna sp. memiliki perakaran tunggang yang berwarna putih
kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat
banyak, pada nodul dewasa terdapat kandungan leghaemoglobin yaitu
hemeprotein monomerik yang terdapat pada bintil akar leguminosae yang
terinfeksi oleh bakteri Rhizobium. Laju pertumbuhan akar relatif cepat pada umur
di atas tiga tahun dimana pertumbuhan akar utamanya dapat mencapai 3 meter ke
dalam tanah (Harahap dan Subronto, 2004).
Batang tanaman ini berwarna hijau kecoklatan umumnya batang tumbuh
menjalar, merambat dan membelit. Diameter batang dewasa dapat mencapai 0,4 1,5 cm dan pada umumnya memiliki buku-buku dengan panjang dapat mencapai
25 - 35 cm. Batang Mucuna sp. pada umumnya tidak berbulu, bertekstur cukup
lunak, lentur dan mengandung serat dan berair (Mugnisjah dan Setiawan, 1991).
Daun berbentuk oval berwarna hijau dan muncul di setiap ruas batang. Jika
suhu meningkat maka helaian daun dapat menutup sehingga mengurangi respirasi
pada permukaan daun (Harahap et al., 2001).
x

Bunga tanaman Mucuna sp.

berbentuk tandan menyerupai anggur. Panjang tangkai bunga dapat mencapai 20 35 cm dan termasuk ke dalam jenis monoceous. Bunga berwarna biru terong dan
dapat mengeluarkan bau yang menyengat sehingga dapat menarik perhatian
kumbang penyerbuk (Harahap dan Subronto, 2004).
Polong Mucuna sp.

pada awalnya berwarna hijau dengan bulu-bulu

kecoklatan yang dapat menyebabkan gatal pada kulit, polong yang siap di panen
adalah polong yang sudah berubah menjadi coklat tua. Polong siap dipanen sekitar
50 hari setelah terbentuk dari bakal polong (Edy et al., 2007).
Biji berbentuk bulat oval berwarna hitam dan pada umumya memiliki kulit
biji yang tebal sehingga perbanyakan melalui biji dapat dilakukan dengan
perlakuan benih melalui skarifikasi dan penggunaan larutan kimia. Bobot biji
dapat mencapai 0,5 - 1 g/biji (Purwanto, 2007).
Kelebihan Penggunaan Mucuna sp. Dibandingkan Cover Crop Lainnya
Mucuna sp. memiliki hampir keseluruhan syarat leguminosae cover crop
(LCC) ideal dan nyata lebih unggul dibandingkan dengan LCC konvensional.
Selain itu sifat unggul lain yang dimiliki LCC ini adalah tidak disukai oleh ternak.
Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa 3-(3.4-dihydroxyphenyl)-Lalanine

(dikenal

sebagai

L-Dopa)

yang

tinggi

pada

LCC

ini

(Mathews, 1998 dalam Huda,2010).


Berdasarkan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah ternyata kacangan
penutup tanah Mucuna sp. memenuhi syarat sebagai penutup tanah (LCC).
Tanaman ini penghasil bahan organik yang tinggi dan akan sangat bermanfaat jika
ditanam di daerah yang sering mengalami kekeringan dan pada areal yang rendah
kandungan organiknya. Nilai nutrisi dalam jumlah serasah yang dihasilkan pada

xi

naungan sebanyak 8,7 ton dan di daerah terbuka sebanyak 19,6 ton. Jumlah ini
sama dengan 263 kg dan 531 kg, sedangkan Pueraria japonica hanya
menghasilkan 4,8 ton serasah yang ekuivalen dengan 173 kg. Kandungan karbon,
total P, K tertukar dan KTK dalam tanah yang ditumbuhi Mucuna sp. meningkat
sangat

tajam

dibanding

dengan

lahan

yang

ditumbuhi

gulma

(Subronto dan Harahap, 2002 dalam Huda,2010 ).


Keunggulan Mucuna sp. antara lain: pertumbuhan yang cepat dan
menghasilkan biomassa yang tinggi, mudah ditanam dengan input yang rendah,
tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi, toleran terhadap
serangan hama dan penyakit, memiliki sifat alelopati sehingga memiliki daya
kompetisi yang tinggi

terhadap gulma, memiliki perakaran yang dalam,

sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang
tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.
mengendalikan erosi, sebagai legumninosa dapat menambat N bebas dari udara.
tahan naungan dan kekeringan (Subronto dan Harahap, 2002 dalam Huda,2010).
Kelemahan Penggunaan Mucuna sp.
Salah satu kendala yang dihadapi para pekebun karet dalam perbanyakan
LCC adalah kesulitan mendapatkan bahan tanam untuk penanaman dalam skala
besar.

Direktorat

Jenderal

Bina

Produksi

dalam

Sumarmadi

(2005)

memperkirakan bahwa di Indonesia kebutuhan benih Pj saja mencapai 1.600 ton


per tahun, sedangkan produksi dalam negeri masih relatif terbatas. Kelangkaan
bahan tanaman juga ditemui pada LCC konvensional lainnya dan demikian juga
Cc dan Mucuna sp..

xii

Oleh karena produksi benih LCC dalam negeri tidak mencukupi, sehingga
perlu mengimpor dari negara lain, misalnya Thailand, India dan Filipina. Salah
satu alternatif untuk mengurangi ketergantunganbenih LCC pada negara lain,
disamping upaya peningkatan produksi benih dalan negeri, juga dapat dilakukan
dengan diversifikasi penutup tanah dengan tanaman pakan. Tulisan ini
menguraikan peluang dan kendala dalam pengusahaan tanaman penutup tanah
serta manfaatnya di perkebunan karet( Karyudi dan Siagian, 2001).
Perbedaan Produksi Lateks Pada Pengaplikasian Mucuna sp. Dibandingkan
Dengan Tanpa Pemakaian
Pushparaja dan Chellapah (1969) mengatakan bahwa LCC secara kumulatif
dapat mempercepat tercapainya masa tanaman menghasilkan selama 12 bulan
dibandingkan dengan penutup tanah rumput alami. Di samping itu, selama 10
tahun semenjak awal masa penyadapan, produksi karet kering lebih tinggi 20%
pada tanaman karet bernutup tanah LCC dibandingkan dengan yang berpenutup
tanah rumput alamiah (Mainstone, 1969). Hasil penelitian Puspharajah (1974)
juga menunjukkan bahwa LCC sangat nyata mempersingkat masa TBM sampai
dengan 19 bulan terutama pada tanah yang kurang subur. Sementara pada tanah
yang subur LCC hanya dapat menekan masa TBM selama sampai dengan 11
bulan.
Dalam rangka meningkatkan daya saing komoditas karet, baik antar
produsen maupun antar komoditi perkebunan, upaya peningkatan produktivitas
lahan perkebunan karet terus menerus digalakkan. Hal ini sangat memungkinkan
dan berpeluang besar karena pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM)
sekitar 60-70% dari luas lahan (disebut gawangan) belum dimanfaatkan secara

xiii

efektif. Pada perkebunan besar, lazimnya gawangan ditanami dengan tanaman


kacangan penutup tanah (LCC), sementara pada perkebunan rakyat, gawangan
belum dimanfaatkan secara optimal. Penanaman LCC pada perkebunan rakyat
kurang berkembang karena tidak dirasakan secara langsung manfaatnya serta
membutuhkan biaya yang cukup besar dalam pembangunannya. Peluang
pemanfaatan gawangan tanaman karet dengan berbagai tanaman penutup tanah
selain LCC cukup besar mengingat bahwa setiap tahun luas areal peremajaan
karet yang dicanangkan pemerintah dari tahun 2005 sampai dengan 2010 cukup
luas yaitu mencapai 56.000 hektar (Karyudi dan Siagian, 2001).

xiv

10

KESIMPULAN
1.

Tanama Mucuna sp. menghasilkan bahan organik yang tinggi dan


memenuhi syarat sebagai LCC sehingga sangat memppengaruhi kesuburan

2.

tanah di lahan karet.


Keunggulan Mucuna sp. dibandingkan LCC yang lain adalah memiliki
pertumbuhan yang cepat sehingga menghasilkan biomassa yang tinggi,
tidak disukai oleh ternak karena mengandung fenol, mempunyai zat
alelopati sehingga memiliki daya kompetitif yang tinggi terhadap gulma,

3.

dan mencegah erosi.


Kelemahan Mucuna sp. adalah susah didapatkannya benih / bibit dari
Mucuna sp. yang bermutu , sehingga menyebabkan kurangnya produksi

4.

Mucuna sp. dalam negeri dan harus mengimpor dari Thailand.


Efek pembrerian Mucuna sp. pada tanaman karet adalah : mempercepat
tercapainya masa menghasilkan menjadi 12 bulan dibandingkan dengan
penutup tanah rumput alami. Di samping itu, selama 10 tahun semenjak
awal masa penyadapan, produksi karet kering lebih tinggi 20% pada

5.

tanaman karet bernutup tanah Mucuna sp.


Efek pemberian Mucuna sp. terhadap kesuburan tanah di lahan adalah
tanah semakin subur karena mendapatkan asupan bahan bahan organik
yang dibutuhkan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
oleh Mucuna sp. sebagai cover crop.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2001. Budidaya Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet. Mig Corp,
Medan.
xv

Anwar,

C. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat


Penelitian Karet Medan. [diakses 6 April 2014 pada situs http:
//www.ipard.com/art_perkebun.

Damanik, S., M. Syakir, M., M. Tasma dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca
Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Pedoman Budidaya Yang Baik Untuk
Tanaman Karet (Good Agriculture practices for Rubber). Departemen
Pertanian, Jakarta.
Ditjen Perkebunan, 2008. Karet. Potensi dan Pengembangannya. Jakarta
Eddy, P.R. Sriwijaya. , A. Susanto, I.Y. Harahap, G. Simangunsong, A.F. Lubis,
A.E. Prasetyo, dan A.P. Dongoran. 2007. Mucuna bractetata sebagai
tanaman pengendali gulma. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Seri
Buku Saku 27 : 11
Harahap dan I.Y. Subroto. 2002. Penggunaan Kacang Penutup Tanah Mucuna
bracteata Pada Tanaman Kelapa Sawit . Warta Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10 (1) : 1 6
Huda, A.N. 2010. Pertumbuhan Mucuna bracteata dan Kadar Hara Kelapa Sawit
Belum Menghasilkan Pada Kombinasi Mikroba. USU Press. Medan
Karyudi dan N. Siagiaan. 2001. Peluang dan Kendala dalam Pengusahaan
Tanaman Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Balai Penelitian Karet
Sungei Putih. Medan.
Mainstone, B.J. 1969. Ressidual Effect Of Ground Cover And Nitrogen
Fertilization of Hevea Prior to Tapping. J. Rub Res. Inst. Malaysia.
Maskuddin. 1988. Pengaruh Inokulasi dan Jenis Leguminosa Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan 11 (1) : 3 8
Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta
Matthews, C. 1988. The Introduction and Establishment of A New Leguminose
Cover Crop. Mucuna bracteata under Oil Palm in Malaysia. The Planter.
Kuala Lumpur : 359 368.
Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminose. Kanisius. Yogyakarta.
Pushparajah, E. and Chellapah. 1969. Cover and Weeds. The Management and
Control. In Lecture Notes in RRIM Refreher Course on rubber Plantings.
Kuala Lumpur. Pusat Penyelidikan Getah Malaysia.

xvi

Sidabutar, I.N. 2010. Keanekaragaman Jenis Serangga Diurnal Pada Tanaman


Penutup Tanah Mucuna sp. di Pertanaman Kelapa Sawit di Areal
Perkebunan PT. Tolan Tiga Kerasaan Estate Kabupaten Simalungun. USU
Press. Medan.
Setiawan, D. H.dan A. Andoko. 2008. Panduan Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2012. KARET. Penerbit Kanisius. Yogyakarta\
Subroto dan I.Y. Harahap. 2002. Penggunaan Kacang Penutup Tanah Mucuna
bracteata Pada Tanaman Kelapa Sawit . Warta Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10 (1) : 1 6
Sumarmadji. 2005. Penutup Tanah Kacangan dan Produktivitas Tanaman Karet.
Warta Pusat Penelitian Karet Sungei Putih. Medan. Volume 20 (1-3)
halaman 30.
.

xvii

Anda mungkin juga menyukai