Anda di halaman 1dari 42

Pedoman & Bimbingan Teknis

Tentang
Audit Investigasi
Di Inspektorat Bapeten

Tgl 4 Pebruari 2009


Dwi Prahoro Irianto

BIODATA
Nama
Tempat / Tgl Lahir
Alamat Rumah

: Dwi Prahoro Irianto


Email :
: Jakarta, 19 Juni 1962
dwiprahoro@gmail.com
: Jln. Ampera Raya
Komplek Polri Ragunan Jln. J No. 24 Jakarta Selatan

5.

Telepon
Agama

: 921 27 269 / 08521 4318 123


: Islam

6.

Pendidikan

: S-1 Ekonomi Akuntasi

7.

Riwayat Pendidikan

: SD Bhayangkari Jakarta Selatan


SMPN 41 Ragunan - Jakarta Selatan
SMAN 34 Pondok Labu Jakarta Selatan
STAN Jakarta Selatan

8.

Pekerjaan

: Auditor/ Investigator BPKP


Pada Deputi Investigasi Bidang Instansi Pemerintah

9.

Riwayat Pekerjaan

: Th 1984 1989 di BPKP Sulteng


Th 1989 2006 di BPKP Jatim
Th 2006 Sekarang di BPKP Pusat

1.
2.
3.

4.

10.

Pengalaman Pekerjaan : - Melakukan Audit Investigasi


- Melakukan Audit Menghitung Kerugian Keuangan Negara
- Menjadi Ahli pada Sidang Pengadilan TIPIKOR.
- Menjadi Pengajar Audit Investigatif/TIPIKOR pada
Beberapa DIKLAT di Departemen/Instansi Pemerintah

Gambaran Umum

Peta Korupsi sebagian besar terkait Proyek


Pembangunan
Pemberantasan Korupsi terkait dengan Peran
Auditor berupa Laporan :
- Audit Investigasi atau
- Audit Menghitung Kerugian Keuangan Negara

Auditor Wajib Memahami Proses Pengadaan


Barang/Jasa.

FAKTA
1.

77 % Kasus Korupsi Yg Ditangani KPK Terkait dgn Pengadaan


Barang/Jasa*

2.

100 % Kasus Korupsi Pengadaan Barang/Jasa terjadi karena adanya


Kolusi* Persekongkolan* Horisontal* & Vertikal*.

3.

Semua Kasus Korupsi Pengadaan Barang/Jasa dapat Dipastikan bahwa


HPS dihitung secara asal-asalan serta tidak didukung dengan data yg dapat
dipertanggungjawabkan

4.

Tidak Ada Korupsi Yang Dilakukan Secara Single Fighter Korupsi Pasti
Selalu dilakukan secara Berjamaah Hasil Korupsi Pasti Dibagi Dengan
Pihak2 Yang Ikut Membantu Terjadinya Korupsi.

5.

Tidak ada Tindak Pidana Korupsi Yang Sempurna Selalu ada celah Yang
bisa digunakan untuk mengungkap Kasus Korupsi.

6.

Hampir Dapat Dipastikan Proyek Yang Berasal dari Dana ABT , Sarat
dengan Korupsi.

7.

Dalam Menghitung Kerugian Keuangan Negara selalu Melibatkan Ahli


BPKP ( Auditor / Investigator ).

KEWENANGAN BPKP & INSPEKTORAT


DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
KORUPSI
1.

UU No. 30 Tahun 2002


Ttg Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi**

2.

Inpres No. 5 Tahun 2004


Ttg Percepatan Pemberantasan Korupsi*-*

AUDIT INVESTIGATIF

Kegiatan pengumpulan fakta-fakta


dan bukti-bukti yang dapat diterima
dalam sistem hukum yang berlaku di
Indonesia dengan tujuan untuk
mengungkapkan terjadinya
kecurangan (fraud).

Produk Laporan Hasil Audit Oleh BPKP


Dalam TIPIKOR
Audit Investigatif

Audit Penghitungan Kerugian


Keuangan Negara

1. Dilakukan dalam tahap Penyelidikan

1. Dilakukan dalam tahap Penyidikan

2. Tersangkanya Belum Diketahui

2. Tersangkanya Sudah Diketahui

3. Auditor berinteraksi langsung dengan


pihak2 yang diduga terlibat

3. Auditor tidak berinteraksi langsung dgn


Tersangka/Saksi Harus ijin Penyidik

4. Dalam LHAI disebutkan :


- Pihak2 Yg Diduga Terlibat/bertg jawab
- Modus Operandi / Flow Chart

4. Dalam LHPKKN Tidak disebutkan :


- Pihak2 Yg Diduga Terlibat/ bertg jawab
- Modus Operandi / Flow Chart

5. Jangka Waktu Audit Relatif Lebih Lama

5. Jangka Waktu Audit Lebih Singkat

6. Audit dilakukan berdasarkan Pengaduan 6. Audit dilakukan berdasarkan permintaan


Masyarakat/LSM/Instansi Pemerintah.
Penyidik (Polri/Kejaksaan/KPK)

Korupsi Dlm Kaitan Dgn Kerugian Keuangan Negara

Unsur Unsur :
Pasal 2 (1)
1.
2.
3.

Melawan Hukum
Memperkaya diri sendiri a/ orang lain a/ koorporasi
Dapat merugikan Keuangan Negara a/ Perekonomian Negara

Pasal 3
1.
2.
3.

Menguntungkan diri sendiri a/ orang lain a/ koorporasi


Menyalahgunakan kewenangan krn jabatan a/ kedudukan
Dapat merugikan Keuangan Negara a/ Perekonomian Negara

Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003
Pasal 1 Ayat 1
Keuangan Negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Kerugian Negara
UU No. 1 Tahun 2004
Ttg Perbendaharaan Negara
Pasal 1 Ayat 22

Kerugian
Negara/Daerah
adalah
kekurangan uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun
lalai.

Syarat Kerugian Negara


1.

2.

Adanya Uang / Surat Berharga /


Barang Negara Yang Berkurang.
Adanya Perbuatan
Hukum.

Melanggar

Dasar Hukum
Pengadaan Barang/Jasa & Tanah :
1.

2.

3.

4.

Keppres No. 18/2000 Tgl 21 Peb 2000


Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Diganti dgn Keppres 80)

Instansi

SKB Menkeu & BAPPENAS Tgl 3 Mei 2000


No : S-42/A/2000
Juklak Keppres 18/2000
No : S-2262/D.2/05/2000
Keppres No. 80/2003 Tgl 3 Nov 2003
Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan Pengadaan Tanah * (Contoh Kasus)

Instansi

Keppres 80 Th 2003
Telah Mengalami Perubahan sebanyak 6 Kali
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kepres
Kepres
Kepres
Perpres
Perpres
Perpres

No. 61 Tahun 2004


No. 32 Tahun 2005
No. 70 Tahun 2005
No. 8 Tahun 2006
No. 79 Tahun 2006
No. 85 Tahun 2006

Dasar Hukum
Pelaksanaan Anggaran:

Keppres No. 17 Tahun 2000 - Tgl 21 Peb


2000
Tentang
Pelaksanaan
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang telah diganti dengan :
Keppres No. 42 Tahun 2002 Tgl 28 Juni
2002

Jenis Proyek Pemerintah


Dalam Hubungannya Untuk
Menghitung Kerugian Negara
1.
2.

3.

4.

Konstruksi Bangunan *
Pengadaan Barang
1). Barang Rakitan *
2). Barang Jadi/Build Up/Bermerk
- Rekanan membeli di DN *
- Rekanan membeli dari LN / Import *

Pengadaan Jasa *
1). Jasa Konsultan
2). Jasa Survey dll
Pengadaan Tanah *

Critical Points of Fraud


1.

2.

3.

4.

Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa


Proses Pelelangan dan Penetapan
Pemenang
Pelaksanaan Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa
Pembayaran dan Hasil Pengadaan
Barang/Jasa

Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa

Penyimpangan berindikasi TPK yang


umum terjadi yaitu:
Anggaran tidak tersedia,
Volume Pekerjaan di-mark up
HPS di mark up

Proses Pelelangan dan


Penetapan Pemenang

Penyimpangan berindikasi TPK dalam


Proses
Pelelangan
dan
penetapan
Pemenang:

Melanggar prinsip pelelangan umum


Melanggar prinsip keterbukaan
Persekongkolan*
untuk
mengarahkan
pemenang lelang kepada rekanan tertentu

Pelaksanaan Kontrak

Penyimpangan berindikasi TPK dalam


pelaksanaan Kontrak yaitu:

Merekayasa kontrak dan addendum


kontrak yang menguntungkan rekanan
Rekanan mengalihkan pekerjaan utama
kepada penyedia barang/jasa yang lain.

Pembayaran dan Hasil


Pengadaan Barang/Jasa

Penyimpangan berindikasi TPK yaitu:


Pembayaran fiktif
Volume Hasil pekerjaan fisik kurang,
Hasil tidak sesuai dengan spesifikasi,
Bukan barang baru seperti ditentukan dalam
kontrak,
Tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna
barang/jasa atau kepentingan masyarakat.

Jenis Kontrak
Jenis Kontrak Yang Paling Sering Dibuat
dalam Proyek Pembangunan di Indonesia
1.

2.

Kontrak Lumpsum *

Kontrak Harga Satuan/Unit Price *

Sistem Pengadaan Barang/Jasa


1.

Pelelangan Umum (Pasal 17 ayat 2 Keppres 80/2003)

Pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan


secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia
usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
2.

Pelelangan Terbatas (Pasal 17 ayat 3 Keppres 80/2003)

Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini


terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia
barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan
secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan
mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi
kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
3.

Pemilihan Langsung (Pasal 17 ayat 4 Keppres 80/2003)

Pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan


sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari
penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik
teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.
4.

Penunjukkan Langsung (Pasal 17 ayat 5 Keppres 80/2003)

Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia


barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap
1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik
teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara
teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Harga Perhitungan Sendiri


1.

Disusun oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa (Pasal 10 ayat 5b)

2.

Ditetapkan dan Disyahkan oleh Pengguna Barang/Jasa (Pasal 9 ayat 3d)

3.

4.

HPS merupakan salah satu acuan untuk menilai kewajaran harga terhadap
penawaran yang masuk dan tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan
penawaran (Lamp I Huruf C, angka 3 Point 6a)
Secara Prinsip perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat, dengan
menggunakan data dasar dan mempertimbangkan antara lain :
(Lamp I Huruf E, angka 1)
- Harga/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/agen tunggal
atau lembaga independen.
- Daftar harga standar/tarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
- Harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS
- Perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/engineer's estimate (EE)
- Harga kontrak/Surat Perintah Kerja (SPK) untuk barang/pekerjaan
sejenis setempat yang pernah dilaksanakan

5.

HPS telah memperhitungkan PPN dan Keuntungan (Lamp I Huruf E, angka 2).

6.

HPS tidak boleh memperhitungkan PPh (Lamp I Huruf E, angka 3).

Pihak2 Yg Paling Sering Terlibat Langsung


Dalam Kasus Korupsi Proyek Pembangunan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.

Atasan Langsung Pimpro


Pemimpin Proyek
Panitia Pengadaan Barang/Jasa
Pelaksana Pekerjaan / Rekanan / Kontraktor
Rekanan Pendamping
Konsultan Perencana Proyek Pembangunan Gdng
Konsultan Pengawas Proyek Pembangunan Gdng
Panitia Penerima Barang Pengadaan Barang/Jasa
Panitia Pemeriksa Barang Pengadaan Barang/Jasa
Bendaharawan Proyek

Persekongkolan Dalam Tender


1.

Persekongkolan Horizontal

2.

Persekongkolan Vertikal

3.

Persekongkolan Horizontal & Vertikal

Modus Operandi Pengadaan Barang/Jasa


1.

2.
3.
4.

Proyek Pembangunan Gedung/Konstruksi*


Proyek Pengadaan Barang *
Proyek Pengadaan Jasa *
Pengadaan Tanah *

Metode Penghitungan Kerugian


Keuangan Negara
Metode dalam Menghitung Kerugian Negara Pada Dasarnya Tidak
Dapat Dipolakan secara Seragam Karena Sangat Beragamnya
Modus Operandi Kasus Penyimpangan/Korupsi.
Namun Demikian secara Garis Besar Pola Menghitung Kerugian
Negara dapat dibagi Dua yaitu :
1). Dihitung Dengan Prinsip : Sistem Total Lost. *
2). Dihitung Dengan Prinsip :
Nilai Bersih Uang Yg Diterima Rekanan dikurangi Dengan
Harga Pokok Barang Yang Dibeli oleh Rekanan/Historical Cost
Harga Pasar/Harga Kontrak Sejenis.

Data Untuk Menghitung


Kerugian Keuangan Negara
1.

Surat Perjanjian Kontrak Pekerjaan Beserta Lampirannya

2.

SPM (Bukti Pembayaran kepada rekanan)

3.

4.

Bukti Pemungutan Pajak oleh Bendaharawan serta SSP (Suat Setoran


Pajak) PPN dan PPh
Harga Pokok Barang :
- Bukti Pembelian Rekanan dari Distributor/Agen Tunggal.
- Faktur Penjualan Distributor/Agen Tunggal kpd Rekanan.
- Daftar Harga dari Distributor/Agen Tunggal.
- Perhitungan Tehnis dari Ahli Tehnik (ITB/ITS/UI/UGM/ dll)
Untuk Pengadaan Peralatan Mesin berupa Rakitan
- Perhitungan Tehnis dr Ahli Bangunan/tehnik Sipil (ITB/ITS/UI/UGM dll)
Untuk Proyek Pembanguna Gedung

Contoh Perhitungan Kerugian


Keuangan Negara (Salah)
1.
2.

3.

4.
5.
6.

7.

Nilai SPM (Pembayaran kpd Rekanan)


Rp 5.500.000.000,Pajak2 Yg Dipungut & Disetor ke Kas Negara
- PPN 10 %
Rp 500.000.000,- PPh 1,5 %
Rp 75.000.000,Rp 575.000.000,Pembayaran Netto Yang Diterima Rekanan
Rp 4.925.000.000,Harga Beli Barang Rekanan dari Distributor
Keuntungan Pemborong/Rekanan 20 %
Harga Barang

Rp 2.500.000.000,Rp 500.000.000,Rp 3.000.000.000,-

Kerugian Keuangan Negara ( 3 6 )

============
Rp 1.925.000.000,============

Perhitungan Kerugian Keuangan Negara


1.
2.

3.
4.
5.

Nilai SPM (Pembayaran kpd Rekanan)


Rp 5.500.000.000,Pajak2 Yg Dipungut & Disetor ke Kas Negara
- PPN 10 %
Rp 500.000.000,- PPh 1,5 %
Rp 75.000.000,Rp 575.000.000,Pembayaran Netto Yang Diterima Rekanan Rp 4.925.000.000,Harga Beli Barang Rekanan dari Distributor Rp 2.500.000.000,Kerugian Keuangan Negara ( 3 4 )
Rp 2.425.000.000,-*
============

Jika Barang Yg dibeli oleh Rekanan tersebut berasal dari


Import maka harus diperhitungkan Ongkos Angkut dan
Assuransi yang dibayar oleh rekanan.

Alasan Rekanan Tidak Diperhitungkan


Dengan Keuntungan
1.

2.

3.

Jika Proses Lelang dilakukan sesuai dengan Peraturan


Perundang-undangan dan Tidak ada Pelanggaran terhadap
Peraturan Perundang-undangan.
Panitia Lelang Menjalankan Tugasnya sesuai dengan
ketentuan.

Pelelangan Dilakukan Secara Fair dan tidak ada Kolusi serta


Persekongkolan diantara rekanan dengan pihak Proyek.

Maka dapat DIPASTIKAN Rekanan A tersebut telah gugur


sejak awal dan yang menjadi pemenang bukan Rekanan A.
Karena Rekanan A bukan pemenangnya maka rekanan A
tidak berhak untuk mendapatkan Keuntungan.

Isi Laporan Non Investigasi


Dalam Hal ditemukan Indikasi TPK
1.
2.

Diungkapkan Temuan Indikasi TPK.


Tuangkan dalam bentuk :

Kondisi

Kriteria

Sebab

Akibat

Rekomendasi

Tanggapan Auditan

Mengetahui Indikasi TPK


1.

2.
3.

Auditor hrs mempunyai kualifikasi sbg


Fraud Auditor.*
Mengikuti Pelatihan Audit Investigasi.
Mengetahui Gejala Fraud (Sympton)*

Indikator-indikator Kecurangan (Red Flags)

Salah satu elemen penting dalam mendeteksi


kecurangan adalah kemampuan untuk mengenal dan
mengidentifikasi secara cepat potensi terjadinya
kecurangan. Indikasi adanya kecurangan (Red Flags)
bukan berarti telah terjadi adanya kecurangan, namun
petunjuk tersebut dapat menjadi perhatian agar kita
waspada bahwa orang yang dicurigai memiliki
kesempatan dan kemungkinan dapat melakukan
kecurangan.
Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan
bukti-bukti yang sifatnya tidak langsung. Petunjuk
awal
kecurangan
biasanya
ditunjukkan
oleh
munculnya gejala-gejala (symptoms).

Accounting
anomalies (tidak umum), Internal Control Weakness,
analytical anomalies, extravaganza life style, unsual
behaviors, atau tips (info) and complaints(pengaduan)
Jenis-jenis

Fraud

Symptons

meliputi

Indikasi Indikasi TPK


1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

8.
9.
10.

11.
12.

Pengumuman Lelang dilakukan pada Media Massa Yg Jangkauan nya


terbatas.
Jumlah Peserta Lelang sedikit.
Dalam Spesifikasi Teknis menunjuk merk.
Perhitungan HPS tidak jelas perhitungannya serta sumber datanya.
Selisih Harga Penawaran dari para Rekanan tidak jauh berbeda.
Dalam Proyek Pembangunan Gedung/Jalan, biasanya Analisa Harga
Satuan tidak mengikuti SNI.
Jaminan Penawaran dari Para rekanan berasal dari Bank Yang Sama serta
Nomor Jaminannya biasanya berurutan serta tanggalnya sama.
Nilai Jaminan Penawaran dari Para rekanan SAMA walaupun Harga
Penawarannya dari Masing2 Rekanan Berbeda.
Dalam Beberapa Kasus ditemui ternyata Biaya Setoran Jaminan Penawaran
pada Bank Penjamin, dilakukan oleh orang yang sama.
Redaksi Surat Penawaran diantara para rekanan, persis sama dan jika ada
kesalahan Huruf, Titik, Koma biasanya juga terjadi kesalahan yang sama
( Copy Paste ).
Dalam beberapa kasus bahkan Penomoran Dalam Surat Penawaran dan
kode surat juga sama diantara para rekanan yang menawar.
Pegawai Rekanan Yang Ikut Dalam Aanwijzing biasanya merupakan
Karyawan dari satu Perusahaan ( Rekanan Pemenang ).

13.

14.

15.

16.

17.

Dalam beberapa kasus bahkan Nama Pegawai Rekanan Yg


tercantum Dalam BA Aanwijzing tidak Mengetahui Apa-apa karena
memang tidak pernah hadir dalam Aanwijzing dan hanya
menandatangani BA saja.
Pembayaran kepada Rekanan biasanya dengan Tunai tanpa transfer
antar rekening Bank, Jika Ditransfer melalui Bank biasanya
Rekeningnya Langsung Ditutup setelah pembayaran 100 %
diterima rekanan.
Pemegang Saham perusahaan Rekanan yg mengikuti pelelangan
dikuasai oleh orang yang sama atau masih ada hubungan famili
atau karyawan perusahaan.
Dalam hal Pembayaran dilakukan pada akhir tahun anggaran (
Desember), biasanya :
(1). Pembayaran tersebut ditampung pada REKENING KHUSUS atau
Rekening Pribadi Pegawai Proyek karena pada saat akhir Tahun
Anggaran prosentase fisik belum mencaai 100 % dan baru akan
dibayarkan kpd Rekanan stlh prosentase fisik mencapai 100 %.
(2). Tanggal Berita Acara Serah terima Fisik 100 % biasanya
berbeda dengan Tanggal Surat Jalan Pada Saat Barang di
serahkan (Tanggal Surat Jalan setelah tanggal BA 100 %).
Pengalaman Kerja Rekanan Pemenang/Pendamping ( Pasal 11 ayat
1f) biasanya dipalsukan untuk itu perlu dilakukan Konfirmasi
kepada Instansi Yang mengeluarkan Pengalaman Kerja kepada
Rekanan.

Pentingnya Bukti

37

8 Prinsip Fraud Audit, 6 terkait dengan BUKTI


1.
2.
3.

4.

5.
6.
7.

8.

Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran,


Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti
yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan,
Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan
dengan waktu untuk merespons maka kemungkinan bahwa suatu
tindak kejahatan dapat terungkap akan semakin besar,
Auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti yang
diperolehnya
tersebut
dapat
memberikan
kesimpulan
sendiri/bercerita,
Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun
akan selalu mengungkapkan hal yang sama.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan
sangat dipengaruhi oleh kelemahan manusia.
Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah
orang yang cukup, maka akhirnya akan mendapatkan jawaban yang
benar.
Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi

AKSIOMA AUDIT INVESTIGATIF

Kecurangan, pada hakekatnya, tersembunyi. Tidak ada keyakinan absolut


yang dapat diberikan bahwa kecurangan benar-benar terjadi atau tidak
terjadi. Pelaku kecurangan pada umumnya selalu menyembunyikan

jejaknya sehingga kemungkinan suatu kecurangan dapat ditemukan atau


tidak dapat ditemukan;

Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi, auditor harus


juga berupaya membuktikan kecurangan telah terjadi. Untuk membuktikan
adanya penyimpangan, pengujian yang dilakukan normalnya berkaitan
dengan usaha untuk membuktikan bahwa hal tersebut tidak terjadi
(negative assurance);

Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan telah terjadi, auditor harus


juga berupaya membuktikan kecurangan tidak terjadi. Audit investigatif
harus dimulai dengan preposisi bahwa penyimpangan telah terjadi atau
sebaliknya hal itu tidak terjadi. Artinya dalam melakukan pembuktian
seorang auditor harus mempertimbangkan kemungkinan adanya
penyangkalan dari pihak lain;

Penetapan final apakah kecurangan terjadi merupakan tanggung jawab


pengadilan, bukan pemeriksanya.Dengan asumsi bahwa kasus tersebut

akan dilimpahkan ke tingkat litigasi maka dalam melakukan pengujian


seorang auditor harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi di pengadilan.

LAPORAN :
(1) Bentuk BAB
(2) Bentuk Surat, atau

BAB I : SIMPULAN DAN REKOMENDASI :


(1) Simpulan
(2) Rekomendasi

BAB II : D A T A U M U M :
(1) Dasar Audit
(2) Sasaran dan Lingkup Audit
(3) Struktur Organisasi Auditan

BAB III : URAIAN HASIL AUDIT INVESTIGATIF :


1. Dasar Hukum Organisasi dan Kegiatan Auditan
(1) Dasar Hukum Organisasi Auditan
(2) Dasar Hukum Kegiatan yang Diaudit
2. Prosedur Kegiatan yang Seharusnya

3. Materi Temuan :
(1)
(2)
(3)
(4)

Jenis Penyimpangan
Modus Operandi
Penyebab dan Dampaknya (Kausalitas)
Pihak-Pihak yang Diduga Bertanggung Jawab
Pihak Non Swasta
Pihak Swasta
(5) Bukti-Bukti yang Diperoleh
(6) Kesepakatan Dengan Pihak Kejaksaan/Kepolisian/KPK

4. Rekomendasi :

39

Tindak Lanjut Temuan Operasional

Meminta
Bantuan
BPKP/BPK
melakukan Audit Investigasi.*

untuk

Laporan Audit Investigasi BPKP akan


disampaikan
kepada
Instansi
yang
meminta beserta Rekomendasi yang harus
ditindaklanjuti.

Dwi Prahoro Irianto


Jln. Ampera Raya Komplek Polri Ragunan Jln. J No. 24 Jaksel
TELP.021-92127269 -Mobile: 08521 4318 123
E-maill : dwiprahoro@gmail.com

Wahai anakku, hiduplah apa maumu


Tapi ingat,..
Bahwasanya engkau pasti akan mati
Cintailah siapa yang engkau cintai
Tapi ingat,..
Engkau pasti akan berpisah dengan dia
Berbuatlah apa yang engkau kehendaki
Tapi ingat,..
Engkau pasti akan menerima balasan
yang setimpal dari Nya.
( Imam Ghazali )

Anda mungkin juga menyukai