GEOMETRI DAN KINEMATIKA SESAR SEMANGKO DARI CITRA RADAR DAN PENGAMATAN
MIKROTEKTONIK DI LAPANGAN
‘Subagyo Pramumijoyo*
ABSTRACT
‘Sunda are is a result of oceanic Indo-Australian plate subducted under continental Eurasia plate. The 1650 km long
of dextral strike-slip movement of the Great Sumatran Fault in Sumatra that contiect the back arc extension of Andaman to
the north and extension of Sunda Strait to the south, has been considered to accommodate the lateral component of
convergence between both plates. Semangko fault system is southern part of the Great Sumatran Fault, which is limited to
the north by Ranau Lake and to the south by Semangko Bay, along more than 80 km.
is not clear yet the development of geometry of Semangko fault and its rate of displacement. According to clarify
the problem, the interpretation of radar image and field work were done.
From this research can be concluded that along Semangko fault it was a N-S compressive force that work until 5 my
ago, NE-SW extension between 5 to I my ago, and then E-W extension that work up to now. From radar image it can be
analyzed the evolution of geometry of Semangko Fault System and can be calculated the rate of horizontal displacement,
that is 743 ma/year,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Busut Sunda merupakan hasil interaksiantara
lempeng samodera Indo-Australia yang menunjam di
bawah lempeng benua Eurasia, Konvergensi kedua
Jempeng berarah kurang lebih Utara-Selatan dengan
kecepaten antara 6 cnvtahun di lepas pantai Sumatera
sampai dengen 7,8 cnvtahun di tepas pantai Sumbawa
(Minster dan Jordan, 1978; Newcomb dan McCann,
1987), Oleh karena perubahan arah antara Jawa yang,
berarah Barat-Timur dan Sumatera yang berarah Barat
Laut ~ Tenggara, arah penunjaman yang Utara Selatan
menjadikan konvergensi tegak lurus di Jawa dan
menyerong di Sumatera, dan Selat Sunda merupskan
suatu zona transisi di antara kedua zona konvergensi
(Ninkovitch, 1976; Ranneft, 1979; Zen, 1983;
Diament dkk, 1990). Di pulan Sumatera terdapat
sesar besar Sumatera yang bergeser menganan
(dekstral) dan membentang dari Kepulauan Belakang
Busur Andaman di Utara sampai dengan zona ekstensi
Solat Sunda di Selatan, sepanjang lebih kurang 1650
km, serta berada sepanjang busur gunungapi (Tjia,
1970; Katili dan Hehuwat, 1967; Curray dkk., 1979;
Hamilton, 1979; Huchon dan Le Pichon, 1984; Katili
dkk., 1987). Kehadiran Sesar Besar Sumatera
merupakan akomodasi_ dan konsekuensi_ dari
konvergensi menyerong di Sumatera.
Sesar Semangko merupakan bagian selatan dari
Sistem Sesar Besar Sumatra yang bergeser secara
dekstraVmenganan yang merupakan akibat subduksi
atau konvergensi menyerong antara lempeng Indo-
Australia dengan lempeng Eurasia. Segmen sesar
Semangko membentang sepanjang lebih dari 80 km
dari Selat Sunda sampai dengan daerah Danau Ranau
di utara. Beberapa penulis menganggap, bahwa
segmen selatan Sesar Semangko hanya dari Selat
Sunda sampai dengan depresi Suoh saja (Bellier dkk.,
1991). Pada Sesar Sumatra pergeseran yang dekstral
‘menjadi dominan vertikal ¢i bagian selatan dan hal ini
dibuktikan dengan mekanisme fokal dari gempabumi
yang menunjukkkan sesar normal (Harjono dkk., 1991;
Pramumnijoyo dan Sebrier, 1990)
Permasalahan
Laut Andaman telah membuka sejak 11 juta
tahun yang lalu selebar 460 km (Curray, 1989) yang
berarti Sesar Besar Sumatera telah bergeser dengan
kecepatan geser 40an mnvtahun. Di ujung selatan, di
Selat Sunda telah menunjukkan pembukaan sejauh 70
km semenjak 5 — 6 juta tahun yang lalu yang berarti
kecepatan gesernya di bagian ini pada orde 10an
movtahun, Permasalahan utama di segmen Sesar
Semangko, yaitu masih belum jelas penelitian
perkembangen geometrinya dan atas —dasar
Kinematikanya juga masih belum jelas Kecepatan
pergeseran horisontalnya.
Di dalam penelitian ini diteliti, pertama tentang
perkembangan geometri Sesar Semangko berdasar
citra radar, kemudian di lapangan dilakukan
pengamatan geologi dan pengukuran struktur, untuk
mengetahui evolusi kinematika Sesar Semangko,
sehingga akan lebih jelas penghitungan kecepatan
pergeseran horisentainya.
* Dr. Ir. Subagyo Pramumijoyo, DEA., Staf pengajar di Jurusan Teknik Geologi FT UGM
284
MEDIA TEKN'K No.3 Tahun XXX Edisi Agustus 2008 ISSN 0216-3012METODE PENELITIAN
Di dalam penclitian ini dilakukan pengematan
dan interpretasi citra radar, kemudian dilakukan
pengamatan geologi dan pengukuran struktur geologi
Gi lapangan.
+ Citra radar sangat baik untuk pengamatan
struktur geologi karena pada citra ini tidak dikenal
kehadiran awan, Hasil interpretasi citra radar akan
menghasilkan analisis tentang evolusi__Sesar
Semangko.
Penelitian i lspangan ditujukan terutama untuk
mengamati batuan, sehingga bisa ditentukan umurnya
dan struktur geologi terutama kehadiran gores-garis
yang terdapat pada batuan tersebut guna mengetahui
kinematikanya. Untuk pengukuran sesar di lapangan
dipergunakan Kompas Topochaix Universal. Vasil
pengukuran struktur di lapangan diolah dengan
’
program faille untuk menentukan kinematika, serta
arah-arah gaya pembentuk struktur _ tersebut,
Berdasarkan hubungan saling silang striasi kemudian
disusun evolusi kinematikanya.
Penggabungan data dari analisis citra dengan
data lapangan bisa untuk menghitung kecepatan
horisontalnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Geologi daerah sekitar Selat Sunda
Geologi daerah sekitar Selat Sunda terdiri
terutama dari hasil letusan gunungapi Kuarter yang
menutupi batuan metamorf Pra-Tertier, batuan
gunungapi Oligo-Miosen dan batuan sedimen laut
berumur Mio-Pliosen (gambar 1).
3
co
ei
ted
‘Ed
a
way
seg
eel
Keterangaa : 1. Eadapan Holosen,
4, Tuf Plio-Kuarter,
7. Batuan gunungapi Oligo-Miosen,
9. Batuan Fra Tersier,
‘ 12, Arah erupei basalt Sukadana,
2. Batuan hasil gunungapi Plio-Kuarter,
5, Batuan sedimen laut Pliosen,
10. Gunungapi Kuarter,
3. Basalt Sukadana Kuarer,
6. Batuan sedimen laut Miosen,
8. Granit Kapur,
1, Sesar dengan komponen turn,
13, Kontur batimetri (m).
Gambar 1. Peta geologi dikompitasikan dari peta geologi P3G lembar Serang, Anyer, Ujung Kulon dan
7 Cikarang skala 1:100000 dan dari lembar Tanjung Karang dan Kota Agung berskala
1:250000.
MEDIA TEKNIK No.3 Tahun XXX Edisi Agustus 2008 ISSN 0216-3012
285Pada ujung sclatan Sumatra, pantai yang curam
sekitar Teluk Lampung dan Teluk Semangko dikontrol
oleh sesar (Van Bemmelen, 1949), Sistem Sesar
Sumatra di Teluk Semangko sampai dengan Depresi
Suoh di utara membentuk graben yang tidak simetri
dengan orientasi barat laut — tenggara, dengan Sesar
Semangko sebagai sesar ulama, Sesar tersebut memiliki
gawir sesar setinggi 500 m dan panjang lebih dari 65
km memotong batuan gunungapi Oligo-Miosen yang
ditutupi oleh batuan sedimen faut Pliosen dengan
kemiringan 5°-10° ke arah barat daya (Yasin dkk.,
1978; Amin dkk., 1988). Di sekitar Teluk Lampung
dan Teluk Semangko, batuan Tersier telah ditutup oleh
tuf Kuarter yang berumur 1.00 + 0,2 juta tahun yang
Jalu (Nishimura dkk., 1986), sedangkan di Sukadana,
dataran di sebelah timur laut Teluk Lampung, terdapat
batuan basalt yang mengalir melalui rekahan
berorientasi barat laut ~ tenggara yang berumur 0,80 +
0,40 juta tahun yang lalu (Yokoyama dkk, 1983),
tetapi menurut Soeria-Atmadja dkk, (1986) amor itu
adalah sekitar 1,2 juta tahun yang lalu.
Studi kelurusan pada citra memunjukkan, bahwa
kelurusan berarah barat laut — tenggara tampak di
sekitar Selat Sunda, tetapi semua kelurusan
terkonsentrasi pada daerah sekitar Teluk Semangko.
Hal ini disebabkan oleh pengurangan intensitas
deformasi_ pensesaran dekstral ke arah timur laut
(Pramumijoyo dan Sebrier, 1989).
Geometri Sesar Semangko
Geometri Sistem Sesar Semangko sangatlah
komplek. Dari citra radar dapat dilihat, bahwa antara
Danau Ranau di barat laut sampai dengan Teluk
Semangko di tenggara terdapat beberapa kelurusan
yang disertai oleh beberapa depresi tarik (pull
apart, lihat gambar 2). Jika diperhatikan lebih teliti lagi
dapat ditafsirkan, bahwa kelurusan-kelurusan tersebut
tidak terjadi pada saat yang bersamaan. Kelurusan-
kelurusan yang ditafsirkan sebagai sistem sesar. geser
dekstral, pada awalnya membentuk cekungan pisah
tarik yang membentuk Danau Ranau di barat laut,
sebagai suatu sistem sesar yang meloncat ke+kanan
(right step fault system) antara sesar yang berada di
sebelah barat laut Danou Ranau dengan sesar yang
berada di sebelah selatan Danau Ranau, dan kemudian
berkembanglah sistem volkano-tektonika yang,
membentuk Danau Ranau dan Gunungapi Ranau.
Keterangan ; 1. Batas kaldera,
4, Sesar sekunder atau kelurusan,
‘GR: Guring, KB: Karang Berak.
2. Endapan auvial Kuarter,
5: Sevarnonma ati,
6. Sesartidak aktif, KA: Kots Agung, PD: Ptih Doh, GT: Gi
3, Sesaraktif,
ng, BD: Banding, WK: Wai Kerap,
Insert: Letak peta strukrur geologi terhadap geodinamika bagian barat Indonesia.
Gambar 2. Peta struktur geologi dari analisis citra radar antara Danau Ranau sampai dengan Teluk
Semangko. Tanda panah kecil menunjukkan besar bergeser dekstral,
286
MEDIA TEKNIK No.3 Tahun XXX Edisi Agustus 2008 ISSN 0216-3012Selanjutnfa sesar yang berada di selatan Danav Ranau
berkembang menjadi dua, di sebelah barat menerus
sampai dengan Selat Sunda, sedangkan di sebelah
timur membentuk depresi kecil pisah tarik di sebelah
tenggara Such (Depresi Suoh belum terbentuk),
karena di sana terdapat loncatan ke kanan sesar
dekstral (gambar 32). Kemudian sesar sebelah barat
Danau Ranau berhenti karena sesar bagian timur
Danau Ranau berkembang jauh ke sclatan sampai
dengan Suoh dan di Suoh membentuk depresi pisah
tarik dengan Sesar Semangko sensu stricto yang
menerus sampai Teluk Semangko (gambar 3b).
Gambar 3. Perkembangan struktur geologi dari
analisis citra radar.
Studi kinamatika di sekitar Teluk Semangko
Di sekitar Teluk Semangko, pengamatan struktur
geologi dilakukan pada beberapa lokasi, yaitu di:
Putih Doh, Gisting, Banding, Wai Kerap, Guring dan
Karang Berak.
Putih Doh terletak pada pantai timur Teluk
Semangkot di sana dijumpai bidang sesar yang
semotong batuan gunungapi andesit Oligo-Miosen
sampai Miosen Alas, Pada bidang sesar yang
berukuran panjang 10 m dan tinggi 6 m dengan arah
jurus U 110° T dijumpai dua striasi, yaitu: dekstral
‘kemudian sesar turun.
Gisting terletak sekitar 7 km di timur laut Kota
Agung, di utara Teluk Semangko, pada sisi timur
Sistem Sesar Semangko. Pada cita tampak dipotong
oieh kelurusan berarah timur laut — tenggara, Di
daerah ini pada tebing jalan terdapat sesar minor yang
memotong batuan gunungapi andesit Oligo-Miosen.
Pada sesar minor tersebut dijumpai striasi_ yang
menunjukkan kinematika bergeser dan dua yang
‘menunjukkan kinematika sesar turun,
Di daerah Banding yang terletak 23 km di barat
laut Kota Agung terdiri dari hasil letusan gunungapi
Plio-Kuarter, tetapi secara setempat terdapat batuan
gunungapi yang sangat lapuk yang mungkin berumur
lebih tua dari Plio-Kuarter. Pada batuan tersebut
dijumpai beberapa sesar minor berarah utara timur
laut — selatan tenggara dan berarah timur lout —
tenggara, dan pada kedua arah sesar_terscbut
‘menunjukkan dua kinematika striasi, yaitu sesar geser
dan sesar trun.
Pada pantai barat Teluk Semangko yang terdiri
dari batuan gunungapi Oligo-Miosen dan Miosen
merupakan kelanjutan ke arah sclatan dari Sesar
Semangko. Di Karang Berak terdapat singkapan pasir
tufan Plio-Kuarter yang sebagian telah _mengalami
pelapukan dan padanya terdapat sesar-sesar minor
bberarah barat laut tenggara dengan striasi yang
‘menunjukkan kinematika sesar turun. Demikian pula
i Wai Kerap dan di Guring yang sama-sama berada
pada Sesar Semangko.
Dari pengamatan struktur geologi terscbut di atas
dapat ditarik suatu kesimpulan umum, bahwa secara
kinematika pada sesar-sesar berarah barat laut —
tenggara terdapat dua kelompok deformasi, yaitu:
sesar geser dekstral dan kemudian sesar qurun. Sesar
geser hanya terdapat pada Oligo-Miosen atau Miosen
saja, sedangkan pada singkapan berumur Plio-Kuarter
dan Kuarter (Nishimura dkk., 1986) hanya dijumpai
kinematika sesar turun. Jadi perubahan dari
kinematika sesar geser ke sesar tur adalah pada
Pliosen atau 5 juta tahun yang lalu. Jika pada sesar
geser gabungan dari keseluruhan data hanya ada satu
Kompresi_ yang berarah utara-selatan (gambar 4a),
‘maka pada sesar turun terdapat gaya regangan yang
herarah timur laut - barat daya dan berarah barat-
timur (gambar 4b dan 4c). Mungkin perubahan gaya
Tegangan ini terjadi pada akhir Pliosen/awal Kuarter
atau 1 juta tahun yang Lalu,
MEDIA TEKNIK No.3 Tahun XXX Edisi Agustus 2008 ISSN 0216-3012
287Gambar 4. Perkembangan gaya yang bekerja pada daerah penélitian, a. Kompresi berarah utara-selatan yang
bekerja sebelum 5 juta tahun yang lalu, b, Gaya regangan berarah timur laut — barat daya yang
bekerja sejak 5 juta tahun yang lalu, c. Gaya regangan berarah relatif barat-timur, mungkin bekerja
sejak 1 juta tahun yang lata,
Bintang: sumbu o1, segi empat: sumbu o2, segi tiga: sumbu 63, histogram menunjukkan selisih
aantara striasi terukur (s) dan striasi terhitung (1).
Pada citra radar tampak, bahwa terdapat sungai
yang mengalami pergeseran sejauh 500 m di sebelah
selatan Danau Ranav dan diperkirakan umur sungai
tersebut adalah Pleistosen Atas (£ 50,000 tahun),
karena sungai menoreh plateau gunungapi Kuarter
Atas, Jadi Kecepatan gesemya adalah 10 mm/tahun.
Jika dilihat dari kelurusan di selatan Danau Ranau
telah mengalami pergeseran sepanjang 4 km (tanda
panah paling kiri pada gambar 2) dan jika hal ini
terjadi pada saat gaya regangan berarah barat-timur
yang terjadi sekitar satu juta tahun yang lalu, maka
Kecepatan gesemya adalah 4 mn/tahun, Perhitungan
pada sesar ini lebih mudah dilakukan, Karena
merupakan satu-satunya sesar yang ada, sedangkan ke
arah selatan Suoh sesar yang dianggap masin aktif
tampak berjajar paraicl. Dari kedua perhitungan
kecepatan geser tersebut diperoleh kecepatan gesemya
sama dengan 743 mnvitahun,
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa
pada Sistem Scsar Semangko telah bekerja gaya
kompresi utara-selatan yang bekerja sampai dengan 5
juta tahun yang lalu, kemudian bekerja gaya regangan
tegak lurus Sesar Semangko berarah timur laut — barat
daya yang bekerja sejak 5 juta sampai dengan 1 juta
tahun yang lalu, dan setelah itu bekerja gaya regangan
berarah barat-timur, schingga pada Sesar Semangko
terdapat striasi menyerong yang bekerja sampai
sekarang.
Dati citra radae dapat dianalisis perkembangan
Sistem Sesar Semangko dan dapat dihitung kecepatan
‘gesemnya, yaitu: 73 mmv/tahun,
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
penyelia yang telah memberikan masukan di dalam
penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin T. C., S. Santosa, dan W. Gunawan, 1988,
Laporan geologi lembar Kota Agung, Sumatra,
skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung, 54 hal.
Bellier ., M. Sebrier dan S. Pramumijoyo, 1991, La
Grande Faille de Sumatra: Geometric,
cinematique et quantite de deplacement mises en
evidence par I'imagerie satelitaire: C. R. Acad.
Sci. Paris, t.312, serie Il, p. 1219-1226.
Curray, J. R, 1989, Andaman Sea, an oblique
convergence extensional basin. 28” International
Geological Congres, Abstracts v. 1, p. 352-383.
Curay, JR, D.G. Moore, L. A. Lawver, F. J.
Emmel, R. W. Raitt, M. Henry, and R.
Kieckhefer, 1979, Tectonics of the Andaman Sea
and Burma. In: Geological and Geophysical
Investigation of Continental Margin, Mem. 29
AAPG, Edited by Watkins J. S. et al., AAPG,
Tulsa, p. 189-198.
Diament, M., C. Deplus, H. Harjono, M. Larue, O.
Lassal, J. Dubois, and V. Renard, 1990,
Extension in the Sunda Strait (Indonesia)
Results of the Krakatau programme:
Oceanologica Acta, 10, p. 31-42.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian
region. US Geol. Surv. Prof, Paper, 1078, 345 pp.
288
MEDIA TEKNIK No.3 Tahun XXX Edisi Agustus 2008 ISSN 0216-3012Harjono, H., M, Diament, J. Dubois, M. Larue, and
M.T. Zen, 1991, Seismicity of the Sunda Strait:
an evidence for crustal extension and
volcanological implications: Tectonics, 10 (1), p.
17-30.
Huchon, P. and X, Le Pichon, 1984, Sunda Strait and
Central Sumatra Fault: Geology, 12, p. 668-672.
Katili, J. A., and F. Hehuwat, 1967, On the occurrence
of Large Transcurent fault in Sumatra, Indonesia;
Journ. of Geosciences, Osaka City University,
10, Art. 1-1, p. 5-17.
Katili, J. A, A. Sudradjat, and E, Kertapati, 1987,
Evidence of active transcurent movement along
the Great Sumatran fault-zone during the
Tarutung earthquake of April, 1987. Abstract: V7
Regional Congress on Geology, Mineral and
Hydrocarbon Resources of Southeast Asia,
Jakarta.
Minster, J. B,, and T. H, Jordan, 1978, Present-day
plate motion: J. Geophys. Res., 83, p. 5331-5334.
Newcomb, K, R, and W. R. MoCann, 1987, Seismic
history and seismotectonics of the Sunda arc: J.
Geophys. Res., 92 (B1), p. 421-439.
Ninkovitch, D., 1976, Late Cenozoic clockwise
rotation of Sumatra: Earth and Pianetary Sci.
Letters, 29, p. 269-275.
Nishimura, S., J. Nishida, T, Yokoyama, and F.
Hehuwat, 1986, Neotectonics of the strait of
Sunda, Indonesia: Journ. of SE Asian Earth Sci.,
1Q),p. 81-91
Pramumijoyo, S.; and M. Sebrier, 1989, Fault
kinematics around the Sunda strait, Indonesia,
Abstract: Terra Abstracts, | (1), p. 365.
Pramumijoyo, S., and M. Sebrier, 1990, Neogene and
Quaternary fault kinematics around the Sunda
strait, Indonesia: Journ. of SE Asian Earth Sci., 6
Q), p. 137-148.
Ranneft, T. S.M., 1979, Segmentation of island arcs
and application to petroleum geology: Journ. of
Petrol. Geol., 1, p. 35-53.
Soeria-Atmadja, R., R. C. Maury, H. Bougault, JL.
Joron, H. Bellon, and Hasanuddin, 1986,
Presence de tholeiites d’arriere-arc qutemaires en
Indonesie: les basaltes de Sukadana (Sud de
Sumatra). Abstract: XI Reunion des Sciences de
Ja Terre, Societe Geologique de France, Paris.
Tjia, H. D., 1970, Nature of displacements along the
Semangko Fault Zone, Sumatra: The Journ. of
Tropic. Geogr. 30, Univ. of Singapore and Univ.
of Malaya,
Van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of
Indonesia (14). Martinus Nijnhoff, The Hague,
732 p.
Yasin, A., S. Supriatna, A. Koswara, C. Ami, dan S.
Suwarto, 1978, Peta Geologi Lembar Kota
Agung, Sumatra, skala 1:250.000, Direktorat,
Geologi, Bandung
Yokoyama, T., A. Dharma, K. Hirooka, and S.
Nishimura, 1983, Paleomagnetic measurement
and radiometric dating of the volcanic material at
Krakatau volcano and neighbouring data:
Symposium 100" Krakatau, Jakarta.
Zen, M. T., 1983, Krakatav and tectonic importance
of Strait Sunda: Buletin Jurusan Geologi, Institut
Teknologi Bandung, 12, p. 9-12.
MEDIA TEKNIK No.3 Tahun XXX Edisi Agustus 2008 ISSN 0216-3012
289