Anda di halaman 1dari 16

Praktikum Teknik Pemboran 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemboran merupakan salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri
pertambangan. Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya
penambangan. Pemboran masuk dalam kegiatan eksplorasi detail yaitu
pengambila conto sistematik dengan pemboran inti. Pemboran sangat
bermanfaat dalam berbagai kegiatan dalam proses penambangan dari sebelum
dilakukan kegiatan penambangan contohnya survey tinjau dan prospeksi umum
yaitu sampling batuan, sedangkan dalam proses penambangan pemboran
sangat diperlukan dalam proses pembokaran burden atau tanah penutup dengan
menggunakan peledak serta pemetaan geologi daerah persebaran bahan galian.
Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran memiliki fungsi
lain seperti pengumpulan data sebaran cadangan. Karena pentingnya kegiatan
pemboran maka perlu adanya materi yang menjelaskan tetang pemboran serta
segala sesuatu yang ada di dalam kegiatan pemboran secara terperinci sebagai
bahan acuan dalam melakukan kegiatan pemboran.
Untuk daerah-daerah tertentu memiliki struktur batuan yang beragam
sehingga sangat penting untuk mengetahui jenis alat bor yang sesuai.
Pemboran bukan hanya dilakukan untuk proses pembuatan lubang ledak tetapi
juga dapat digunakan untuk pengumpulan data persebaran cadangan,
pengambilan sampel, perhitungan volume dan lain sebagainya yang sangat
penting untuk proses penambangan batu bara selanjutnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja pemboran antara lain geometri peledakan, keterampilan
operator serta kondisi alat bor yang digunakan dalam proses pemboran. Hal
tersebut wajib diketahui jika diinginkan hasil pemboran yang maksimal
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Dalam masing-masing metode
pemboran yang digunakan memiliki kelebihan serta kekurangan yang harus

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


dipertimbangkan agar mendapat metode pemboran yang paling sesuai dengan
keadaan dilapangan.
Sistem pemboran berdasarkan dengan tingkat keterterapannya dibagi
menjadi 8 (delapan) macam yaitu :
1. Mekanik

: perkusif, rotari, rotari-perkusif

2. Termal

: pembakaran, plasma, cairan panas, pembekuan

3. Hidroulik

: pancar (jet), erosi, kavitasi

4. Sonik

: vibrasi frekuensi tinggi

5. Kimiawi

: microblast, disolusi

6. Elektrik

: electric arc, induksi magnetis

7. Seismik

: sinar laser

8. Nuklir

: fusi, fisi
Meskipun banyak sistem pemboran yang dapat dipilih, kegiatan

pemboran untuk penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya dilakukan
dengan mesin sistem mekanik (perkusif, rotari, dan rotari-perkusif) dengan
berbagai ukuran dan kemampuan, tergantung pada kapasitas produksi yang
diinginkan yang didasarkan pula pada pertimbangan teknik dan ekonomi,
sistem pemboran secara mekanik lebih applicable dari pada sistem
pemboran yang lain. Oleh sebab itu maka sangat penting untuk mengetahui
produktivitas alat bor untuk pembuatan lubang ledak untuk masing-masing
jenis batuan,sehingga di peroleh hasil yang maksimal dalam proses
produksi. Pemboran memiliki banyak fungsi antara lain eksplorasi tubuh
bijih, informasi stratigrafi, survey seismik (pembacaan gelombang pada
batuan), verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia, kontrol kadar bijih,
perhitungan cadangan bijih , deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir
dan lain-lain).
Tujuan pemboran dapat dikelompokkan menjadi beberapa:
1. Eksplorasi
Eksplorasi adalah upaya untuk menemukan cadangan tambang
baru. Cadangan ini secara faktual mesti terdapat dalam suatu lapisan.
Selain itu, besar cadangan pun harus diukur, yang akan menentukan
apakah layak tambang atau tidak. Untuk memenuhi persyaratan diatas,
Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


maka dilakukanlah pemboran eksplorasi. Alat bor jenis ini dirancang
agar dapat memberikan data cadangan yang diperlukan.
2. Mempersiapkan Lubang Tembak
Lubang tembak adalah lubang bor yang kemudian akan diisi oleh
bahan peledak. Setelah semua siap, batuan kemudian diledakkan untuk
membuka terowongan. Beberapa tambang masih mengkaryakan mesin
bor jackleg (jackleg drill). Bor jackleg (jackleg drill) adalah mesin bor
pneumatic

yang

dilengkapi

kaki

hidraulik

yang

dapat

diatur

menyesuaikan dengan arah pemboran. Mesin ini umumnya digunakan


untuk mengebor batuan keras (hard rock). Kaki hidraulik memungkinkan
operator melakukan pemboran dalam berbagai sudut.
Panjang batang bor (drill steel) bervariasi mulai dari 60 cm hingga
4.8 m. Mata bor (drill bit) yang dipasang diujung batang bor dibuat dari
baja kualitas tinggi. Mata bor ini perlu diganti secara berkala akibat aus
setelah digunakan melubangi batuan keras. Berat bor dengan kakinya
dapat mencapai bobot 50 kg. Mengoperasikan bor ini mirip dengan
menunggang kuda liar yang selalu melonjak dan melompat. Bor jackleg
paling banyak digunakan di tambang bawah tanah.
Dari pengalaman di Freeport tempo hari, seorang operator
Indonesia harus didampingi pembantu (helper) yang akan membantu
operator ketika collaring (mengawali pemboran), mencabut batang bor
dari lubang bor, mengganti batang bor, hingga jadi rekan untuk bekerja
bergantian.
Sebagian peran mesin jackleg sudah digantikan oleh jumbo,
kendaraan mesin bor yang hanya perlu dioperasikan dengan joystick.
Namun peran jackleg tetap tak tergantikan di terowongan-terowongan
sempit yang tak mungkin diakses oleh mesin sebesar jumbo drill di
tambang yang lebih modern, jumbo drill akan menjadi andalan.
3. Penyaliran/Penirisan Tambang (Mine Dewatering)
Jumlah air berlebih menjadi masalah klasik tambang bawah tanah.
Air dapat berasal dari bermacam sumber: air tanah atau rembesan dari
sumber air permukaan (sungai, danau, dll). Jika tidak dikendalikan, air
Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


yang melimpah dapat merendam terowongan. Itu sebab, dibutuhkan
pemboran yang dikhusukan untuk mengurangi kadar air yang melimpah
ini.
4. Mempersiapkan Pilot Holes
Contoh penggunaan pilot holes adalah pada saat membuat lubang
vertikal (shaft/raise) menggunakan reamer. Reamer merupakan alat bor
besar yang ditarik dari bawah keatas untuk membuat lubang vertikal
tersebut. Agar dapat ditarik, maka reamer ini diberi tangkai yang
disisipkan dalam pilot holes (lubang vertikal pendahuluan dengan
diameter jauh lebih kecil dari shaft/raise).
5. Pembuatan Shaft
Shaft adalah lubang tegak (vertikal) yang dibor dari permukaan
menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift
yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.
6. Eksploitasi
Dalam tahap eksploitasi untuk penempatan baut batuan dan kabel
batuan atau yang lebih dikenal dengan Rock Bolt (dalam batubara
pemboran lebih banyak dibuat untuk pemasangan baut batuan bolting
daripada untuk peledakan).
7. Produksi
Dalam hal ini adalah produksi yang berkaitan dengan pemboran
minyak bumi.
1.2. Pengertian Pemboran
Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri
pertambangan. Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya
penambangan. Adapun kegiatan pengeboran antara lain adalah pemboran
geotek dan pemboran kontruksi.
Pemboran geotek adalah untuk menentukan karakteristik tanah dan
batuan, dalam beberapa hal digunakan untuk memperoleh informasi tentang
kondisi alami dan posisi muka air tanah. Pemboran konstruksi adalah untuk

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


menentukan batas antara batuan dasar (base meaf) dan batuan diatas yang
umumnya sudah mengalami deformasi pelapukan.
1.3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang
dibor, rock drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan
keterampilan operator. Adapun faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut:
1. Sifat Batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai
konsekuensi pada pemilihan metode pemboran yaitu kekerasan, kekuatan,
elastisitas, plastisitas, abrasivitas, tekstur, struktur, dan karakteristik
pembongkaran.
a. Kekerasan
Kekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap goresan.
Batuan yang keras akan memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkanya. Pada umumnya batuan yang keras mempunyai
kekuatan yang besar pula. Kekerasan batuan diklasifikasikan dengan
skala Fredrich Van Mohs (1882).
b. Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan
terhadap gaya dari luar, baik bersifat statis maupun dinamik. Kekuatan
batuan dipengaruhi oleh komposisi mineralnya, terutama kandungan
kuarsa. Batuan yang kuat memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkanya.
c. Bobot isi/Berat jenis
Bobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per satuan
volume. Batuan dengan bobot isi yang besar untuk membongkarnya
memerlukan energi yang besar pula.
d. Kecepatan Rambat Gelombang Seismik
Batuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang
yang besar. Pada umumnya batuan yang mempunyai kecepatan rambat

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


gelombang yang besar akan mempunyai bobot isi dan kekuatan yang
besar pula sehingga sangat mempengaruhi pemboran.
e. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan
lain yang lebih keras. Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran
batuan, bentuk butir, ukuran butir, porositas batuan, dan sifat
heterogenitas batuan.
f. Tekstur
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang
menyusun batuan tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang
sama dengan bentuk batuan, porositas batuan, dan sifat-sifat batuan
lainya. Semua aspek ini berpengaruh dalam keberhasilan operasi
pemboran.
g. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau
Modulus Young (E). Modulus elastisitas batuan bergantung pada
komposisi mineral dan porositasnya. Umumnya batuan dengan
elastisitas

yang tinggi

memerlukan energi

yang besar untuk

menghancurkanya.
h. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan
deformasi permanen setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal,
dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh
komposisi mineral penyusunnya, terutama kuarsa. Batuan yang
plastisitasnya

tinggi

memerlukan

energi

yang

besar

untuk

menghancurkannya.
i. Struktur Geologi
Struktur geologi seperti sesar, kekar, dan bidang perlapisan akan
berpengaruh terhadap peledakan batuan. Adanya rekahan-rekahan dan
rongga-rongga di dalam massa batuan akan menyebabkan terganggunya
perambatan gelombang energi akibat peledakan. Namun adanya
rekahan-rekahan
Eko Nopiadie
H1C112078

tersebut

juga

sangat

menguntungkan

untuk

Praktikum Teknik Pemboran 2014


mengetahui bidang lemahnya, sehingga pemboran akan dilakukan
berlawanan arah dengan bidang lemahnya.
2. Drilabilitas Batuan (Drillability of Rock)
Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor
terhadap batuan. Nilai drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian
terhadap toughness berbagai tipe batuan oleh Sievers dan Furby. Hasil
pengujian mereka memperlihatkan kesamaan nilai penetration speed dan
net penetration rate untuk tipe batuan yang sejenis.
3. Umur dan Kondisi Mesin Bor
Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan pemboran,
kemampuan mesin bor akan menurun sehingga sangat berpengaruh pada
kecepatan pemboran. Umur mata bor dan batang bor ditentukan oleh meter
kedalaman yang dicapai dalam melakukan pemboran.
4. Geometri Pemboran
Geometri berpengaruh pada kinerja alat bor, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Diameter Lubang ledak
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang
ledak adalah :
1) Volume batuan yang dibongkar
2) Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
3) Tingkat Fragmentasi yang diinginkan
4) Mesin bor yang tersedia
5) Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan.
b. Arah Lubang ledak
Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu
arah tegak dan arah miring. Pada tinggi jenjang yang sama, kedalaman
lubang ledak miring lebih dalam dari pemboran tegak, selain itu
pemboran miring penempatan posisi awalnya lebih sulit karena harus
menyesuaikan dengan kemiringan lubang ledak yang direncanakan.

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


c. Kedalaman Lubang ledak
Penentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan tinggi
jenjang, dimana kedalaman lubang ledak lebih panjang dari tinggi
jenjang. Kelebihan kedalaman lubang bor (subdrilling) dimaksudkan
untuk memperoleh jenjang yang rata.
1.4. Pemilihan Alat Bor
Adapun kondisi batuan yang akan digali atau dimanfaatkan bermacamacam karakteristik, tekstur, struktur dan kekerasannya, maka dalam usahausaha tersebut perlu diterapkan suatu metode yang tepat. Misalnya terhadap
batuan yang keras (andesit), maka proses pemanfaatannya dapat dilakukan
dengan metode peledakan. Tetapi sebelum pelaksanaan keputusan pekerjaan
peledakan, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu adanya faktor-faktor
pemilihan bahan peledak dan faktor-faktor teknis yang mempengaruhi hasil
dari suatu proses tersebut, sehingga ketetapan pekerjaan dapat tercapai.
Metode pemboran yang utama dipergunakan dalam tambang terbuka atau
quarry adalah pemboran pertikal atau miring. Dalam pekerjaan tambang,
pemboran ini dilakukan untuk media bahan peledak. Sehingga dapat
difungsikan sebagaimana mestinya dan juga pemboran ini sangat berpengaruh
terhadap bentuk permukaan tambang khususnya bentuk bench yang
diledakkan. Oleh karena itu, agar hasil dari suatu proses peledakan baik itu
dilihat dari fragmentasi batuan dan kondisi dari tambang yang terbentuk
terkoordinasi dengan baik, maka pola pemboran yang baik, aman dan efisien
adalah staggered drill pattern dan pola peledakan yang digunakan adalah
staggered V-Cut.
Sedangkan dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan quarry
yang memakai metode peledakan jenjang, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, antara lain ukuran dan kedalaman lubang ledak, jenis batuan,
kondisi lapangan dan lain sebagainya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemilahan alat bor adalah sebagai berikut:

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


1.

Jenis batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor,

percussive atau

rotary-rushing, dipakai untuk batuan yang keras, rotary-cutting dipakai


untuk batuan sedimen.
2.

Tinggi jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya.


Tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya
disesuaikan atau ditentukan setelah mempertimbangkan aspek lainnya.
Dalam tambang terbuka dan quarry diusahakan tinggi jenjang ditentukan
terlebih dahulu, dengan beracuan pada peralatan bor yang tersedia. Tinggi
jenjang jarang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain.

3.

Diameter lubang ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter


lubang ledak adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar
akan memberikan laju produksi yang tinggi. Faktor lain yang
mempengaruhi

pemilihan

ukuran

diameter

lubang

ledak

adalah

fragmentasi batuan yang dikehendaki dan batasan getaran yang diizinkan.


4.

Kondisi lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan


peralatan.

5.

Fragmentasi, merupakan istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan


batuan setelah peledakan dan pada umumnya fragmentasi dipengaruhi oleh
proses selanjutnya.

1.5. Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)


Mechanical Drilling merupakan operasi pemboran yang peralatan
pemborannya digerakkan secara mekanis sehingga operator pemboran dapat
mengendalikan semua parameter pemboran lebih mudah. Peralatan pemboran
ini disangga di atas rigs dan menggunakan roda atau ban rantai. Komponen
utama pada mechanical drilling adalah sebagai berikut:
1.

Mesin (sumber energi mekanik)

2.

Batang Bor (mentransmisi energi mekanik)

3.

Mata Bor (menggunakan energi mekanik untuk menembus batuan)

4.

Flushing (membersihkan lubang bor dari cuttings)

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


Mechanical drilling terbagi menjadi tiga macam berdasarkan cara
penetrasi terhadap batuan, yaitu rotary drilling, percussive drilling, dan rotarypercussive drilling.
1.

Metode Pemboran Rotary Drilling


Rotary Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi
putaran untuk melakukan penetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada
dua jenis mata bor, yaitu tricone bit dengan hasil penetrasinya berupa
gerusan dan drag bit dengan hasil penetrasinya berupa potongan (cutting).

2.

Metode Pemboran Percussive Drilling


Percussive Drill adalah metode pemboran yang menggunakan aksi
tumbukan untuk melakukan penetrasi terhadap batuan. Komponen utama
percussive drilling adalah piston. Energi tumbukan piston diteruskan ke
batang bor dan mata bor dalam bentuk gelombang kejut yang bergerak
sepanjang batang bor untuk meremukkan permukaan batuan.

3.

Metode Pemboran Rotary Percussive Drilling


RotaryPercussive

Drilling

adalah

metode

pemboran

yang

menggunakan aksi tumbukan yang dikombinasikan dengan aksi putaran,


sehingga terjadi proses peremukan dan penggerusan batuan. Metode ini
terbagi menjadi dua, yaitu:
a.

Top Hammer
Pada metode ini, aksi putaran dan tumbukan dihasilkan diluar
lubang bor yang kemudian ditransmisikan melalui batang bor yang
menuju mata bor.

b.

Down The Hole Hammer


Pada metode ini, aksi tumbukan dihasilkan didalam lubang bor
yang dialirkan langsung ke mata bor, sedangkan aksi putarannya
dihasilkan diluar mata bor yang kemudian ditransmisikan melalui
batang bor menuju mata bor.

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


1.6. Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive
Batang bor yang digunakan pada pemboran rotary-percussive ada dua
macam, yaitu integral drill steel dan extention drill steel.
1.

Integral Drill Steel


Integral drill steel tidak memerlukan couplings karena mata bor dan
batang bornya menjadi satu. Batang bor ini biasanya digunakan untuk
jenjang yang relatif rendah atau kedalaman pemboran relatif dangkal dan
diameter lubang bor antara 22-41 mm. Komponen batang bor jenis
integral.

2.

Extension Drill Steel


Berbeda dengan integral drill, extension drill memerlukan coupling
untuk menghubungkan shank rod dengan extension rods. Selain itu, batang
bor jenis extension dapat dipakai untuk mendapatkan kedalaman pemboran
yang diinginkan. Komponen batang extension
Perlengkapan pemboran pada alat bor rotary-percussive drilling
dengan menggunakan extension drill steel adalah sebagai berikut:
a.

Threads
Drill steel threads berfungsi menghubungkan shank, coupling
sleeve, rods dan bits selama operasi pemboran. Threads terdiri dari 4
macam, yaitu:
1) R Thread
R thread digunakan pada lubang berdiameter kecil (22-38
mm), R-thread memiliki sebuah pitch berukuran 12,77 mm dan
mempunyai profil sudut yang besar.
2) T Thread
Dapat digunakan pada semua kondisi pemboran dengan
batang bor berukuran 38 51 mm. T-thread memiliki ukuran
pitch yang lebih besar dan sudut yang lebih kecil sehingga
pelepasan koplingnya lebih mudah daripada R thread. Umur
pakai thread tipe ini lebih panjang.

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


3) C Threads
C thread didesain untuk batang berukuran 51 mm atau
lebih. Pitch pada thread ini berukuran besar dan slope angle mirip
dengan T- thread.
4) GD or HL Thread
Thread ini mempunyai karakteristik diantara R- thread dan
T thread. Thread ini mempunyai asymmetrical sawtooth
profil dan digunakan pada batang bor berukuran 25 57 mm.
b.

Shank Adaptor
Shank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama
yang menstransmisikan energi pukulan dari piston ke batang bor.
Shank adaptor ini terletak didalam mesin bor dandihubungkan dengan
couplings ke batang bor pertama.

c.

Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi
pukulan dari shank adaptor ke mata bor. Pada pemboran dengan top
hammer batang bor merupakan komponen setelah drill chuck dan
dapat berbentuk hexagonal maupun round cross section.

d.

Couplings
Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang satu
dengan batang bor lainnya. Tujuan penggunaan coupling untuk
memperoleh kedalaman yang diinginkan.

e.

Mata bor
Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan
tumbukan dari batang bor ke batuan. Alat bor rotary-percussive drill
terdiri dari 2 jenis mata bor, yaitu:
1) Button Bit
Button bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan
button bit terbesar tungstan carbide dalam berbagai bentuk
dengan diameter antara 50 mm 251 mm. button bit ini lebih
cocok digunakan pada rotary-percusive drilling, mempunyai
kecepatan yang lebih tinggi daripada insert bit, lebih resisten

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


terhadap pengerutan dan cold-pressing, dan mampu meneruskan
energi dari batang bor secara lebih efektif.
2) Insert Bit
Insert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bits dan Xbits. Cross bits terdiri dari empat buah tungsten carbide yang
saling membentuk sudut 90o sedangkan X-bits terdiri dari empat
buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 75o dan
105o. Insert bits memiliki ukuran diameter mulai dari 35 mm
sampai 57 mm untuk cross bits dan 64 mm untuk X-bits.
1.7. Kegiatan Dasar pada Pemboran Rotary-Percussive
Adapun kegiatan dasar pada pemboran rotary-percussive adalah sebagai
berikut:
1.

Percussion
Energi pukulan dihasilkan dari shock wave yang menggerakkan
piston secara berulang-ulang kemudian ditransmisikan dari hammer ke
mata bor melalui batang bor. Button Bit Cross Bit X-Bit.

2.

Rotation
Gerakan putaran yang menghasilkan perputaran mata bor diantara
energi pukulan berulang-ulang. Gerakan ini mengakibatkan terjadinya
tumbukan mata bor batuan dengan posisi yang berbeda-beda.

3.

Feed or Thrust Load


Trhust Load adalah energi yang dihasilkan oleh pull down motor
untuk menggerakkan hammer dan kemudian diteruskan ke mata bor
sehingga terjadi kontak permanen dengan batuan. Feed adalah komponen
dari rotary-percussive rock drill yang menggerakkan pneumatic maupun
hydraulic hammers maju mundur. Feed juga menyediakan thrust load
yang diperlukan pada operasi pemboran.

4.

Flushing
Flushing adalah semburan udara, air, atau busa ke dalam lubang bor
untuk mengeluarkan cutting dari dalam lubang bor serta bertujuan untuk
membersihkan lubang bor.

Eko Nopiadie
H1C112078

Praktikum Teknik Pemboran 2014


1.8. Estimasi Produksi Mesin Bor
1.

Waktu Edar (Cycle Time)


Waktu edar pemboran adalah waktu yang dibutuhkan oleh alat bor
untuk melakukan serangkaian kegiatan pemboran satu lubang bor.
Ct = Bt + St + At + Pt + Dt

.............................................................(1.1)

Keterangan :
Ct = Waktu edar (menit)
Bt = Waktu pemboran (menit)
St = Waktu menyambung batang bor (menit)
At = Waktu melepas batang bor (menit)
Dt = Waktu untuk mengatasi hambatan (menit)
Pt = Waktu pindah ke lubang yang lain, dan mempersiapkan alat bor
hingga siap untuk melakukan pemboran (menit)
2.

Kecepatan Pemboran Rata-rata (Drilling Speeds)


Kecepatan pemboran terdiri dari beberapa definisi :
a.

Drilling Rate
Drilling rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor
yang dicapai terhadap waktu yang diperlukan untuk membuat 1 atau
lebih lubang bor, tanpa memperhitungkan waktu untuk mengatasi
hambatan (delay time).

..............................................................(1.2)

Dr1 =
Keterangan :

Dr1 : Kecepatan pemboran bersih (meter/menit)


H : Kedalaman lubang tembak (meter)
Ct Dt : Waktu edar pemboran tanpa hambatan (menit)
b.

Gross Driling Rate


Gross drilling rate merupakan perbandingan kedalaman lubang
bor yang dicapai terhadap waktu yang tersedia.
GDR =

Eko Nopiadie
H1C112078

..................................................................(1.3)

Praktikum Teknik Pemboran 2014


Keterangan:
GDR = Kecepatan pemboran (m/menit)
H = Kedalaman Lubang Tembak (meter)
Ct = waktu edar pemboran (menit)
3.

Efisiensi Kerja Pemboran


Efisiensi kerja pemboran adalah perbandingan antara waktu kerja
produktif dengan waktu kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen.
Waktu produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pemboran. Jadi
efisiensi kerja dapat dinyatakan:
EK =

x 100% ...................................................................................(1.4)

Keterangan:
EK = Efisiensi kerja pemboran (%)
WP = waktu kerja produktif (jam)
WT = waktu kerja yang tersedia (jam)
4.

Volume Setara
Volume setara (equivalent volume) menyatakan volume batuan yang
diharapkan terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak yang
dinyatakan dalam m3/m. Volume setara dapat dihitung dengan persamaan:
Veq =

....................................................................(1.5)

Keterangan :
Veq = volume setara (m3/m)

5.

= volume batuan yang diledakkan (m3)

= jumlah lubang tembak

= kedalaman lubang tembak (m)

Produksi Pemboran
Produksi pemboran tergantung kecepatan pemboran mesin bor,
volume setara dan penggunaan efektif mesin bor. Produksi tersebut
dinyatakan dalam m3/jam. Maka persamaan produksi pemboran adalah:
P = Veq x GDR x EK x 60

Eko Nopiadie
H1C112078

..............................................................(1.6)

Praktikum Teknik Pemboran 2014


Keterangan :
P = produksi alat bor (m3/jam/alat)
60 = konversi dari menit ke jam

Eko Nopiadie
H1C112078

Anda mungkin juga menyukai