Nama Kelompok :
Filipus
Muhammad Adam
Muhammad Sarajevo
KAPUR
Kapur telah dikenal dan dipergunakan orang sejak ribuan tahun lalu
sebagai bahan adukan pasangan dan plesteran untuk bangunan.
Zaman dahulu pembuatan kapur dilakukan dengan cara membakar batu
kapur pada tungku-tungku sederhana. Hasil pembakaran ini kemudian
dicampur dengan air dan terbentuklah bahan perekat. Pada saat ini,
Prosentase bagian yang aktif dalam kapur, yaitu kadar CaO, SiO, Al2O3 dan
MgO.
Kehalusan butiran. Kapur tidak boleh mengandung butiran kasar, yang biasanya
terdiri dari bagian kapur yang belum terbakar sempurna, terbakar lewat atau
belum terpadamkan.
Kekuatan adukan yaitu berupa kuat tekan adukan yang terbuat dari campuran
kapur, pasir dan air.
Mengenai mutu dan sifat kapur untuk banguunan dan pengujiannya tercantum dalam
SII 00244-80.
Abstrak
Sejauh ini belum banyak alternatif lain selain semen Portland yang dapat diterima
oleh masyarakat sebagai bahan pengikat pada konstruksi perumahan. Di lain pihak
proses produksi semen Portland, selain menimbulkan pencemaran udara melalui
gas CO2, juga memerlukan energi yang tinggi yang berakibat kepada tingginya
harga semen tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa semen alternatif dengan
bahan dasar kapur Padalarang dan fly ash Suralaya dapat dijadikan sebagai
pengganti semen Portland secara keseluruhan pada pembangunan perumahan
sederhana, baik sebagai beton untuk konstruksi struktural dengan mutu K-175
maupun konstruksi non struktural seperti pasangan bata dan juga concrete block.
Dengan proses produksinya yang lebih sederhana dan tidak memerlukan energi
sebesar yang diperlukan untuk menghasilkan semen Portland, semen alternatif ini
memiliki potensi mereduksi biaya konstruksi sehingga dicapai hasil yang lebih
ekonomis serta ramah lingkungan.
1. Pendahuluan
Semen berasal dari kata latin caementum yang berarti perekat. Semen
adalah hydraulic binder (perekat hidraulik), artinya senyawa-senyawa didalam
semen dapat beraksi dengan air membentuk zat baru yang dapat mengikat
ton, tahun 2001 mencapai 25,53 juta ton, dan tahun 2002 mencapai 28 juta ton
(Soenarno, 2003). Pada tahun 1995 pernah terjadi defisit pasokan semen
Portland sebesar 4,8 juta ton dalam satu tahun.
7 day strength
(Mpa)
28 day strength
(Mpa)
NHL 2, HL 2
>2 - <7
>3.5 - <10
NHL 5, HL 5
>2
>5 - <15
Parameter
Kadar (%)
Na2O
0,095
Fe2O3
0,41
MgO
2,72
K2O
0,32
CaO
50,84
Al2O3
0,682
SiO2
0,00
Menurut ASTM C 618 ada dua kelas fly ash, yaitu kelas
F dan kelas C. Fly ash kelas F diproduksi dari
pembakaran batu bara antrasit and bituminus. Fly ash ini
terdiri dari bahan yang mengandung silika dan alumina,
yang bila berada sendiri tidak mengandung nilai, tetapi
dalam bentuk halus dan dengan adanya kelembaban,
akan beraksi kimia dengan kalsium hidroksida pada
temperatur biasa untuk membentuk senyawa-senyawa
yang bersifat semen. Fly ash kelas C diproduksi secara
normal dari batu bara lignit dan sub-bituminus dan
biasanya mengandung kalsium hidroksida (CaO) atau
kapur dalam jumlah yang signifikan. Fly ash kelas ini,
disamping memiliki sifat pozzolan, juga memiliki sifat
semen (ASTM C 618-99). Warna merupakan sifat fisik fly
ash yang penting untuk menentukan kandungan kapur
secara kualitatif. Biasanya warna yang lebih muda
mengindikasikan kandungan kalsium oksida yang tinggi
sedangkan warna yang lebih tua menunjukkan
kandungan organic yang tinggi.
Sampai saat ini pemanfaatan fly ash di Indonesia terbatas hanya sebagai
bahan tambahan ataupun sebagai subtitusi parsial semen Portland pada
campuran beton. Fly ash belum dimanfaatkan sebagai bahan pozzolan pada
pembuatan semen alternatif, padahal fly ashmemiliki kandungan kimia seperti
yang telah diuraikan di atas dan dirinci pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Kimia Bahan Fly Ash
Kandungan Kimia
Persentase (%)
Silika
51.52
Alumina
30.98
Hematid
4.93
Kapur
4.66
Magnesium
1.52
Sulfat
1.51
Carbom Content
1.52
Total Alkali
1.42
Tungku Pembakaran
Peralatan yang digunakan pada proses
pembakaran semen alternatif direncanakan
jauh lebih sederhana dari pada peralatan
pembakaran semen Portland. Peralatan
pembakaran semen alternatif berbentuk tungku
segi empat dengan ukuran 90 x 60 x 40 cm.
Tungku dibuat dengan menggunakan
pasangan bata dengan tutup tungku terbuat
dari plat baja lengkung setebal 3 mm. Untuk
alat pembakar dipilih jenis Simawar agar
diperoleh semburan api dengan tekanan tinggi.
Sebagai alat pengukur suhu digunakan termo
kopel dengan kapasitas pengukuran sampai
dengan 100000C.
Mutu A
1:1
Tidak dibakar
Mutu E
1:1
Mutu B
1:2
Tidak dibakar
Mutu F
1:2
Mutu C
1:3
Tidak dibakar
Mutu G
1:3
Mutu D
1:4
Tidak dibakar
Mutu H
1:4
b. Kandungan Oksida
Hasil uji untuk mengetahui kandungan oksida
pada campuran semen alternatif yang melalui
proses pembakaran (dipilih semen mutu A) dan
yang tidak melalui proses pembakaran (dipilih
semen mutu E) dibandingkan dengan
kandungan oksida semen Portland disajikan
pada Tabel 5. Terlihat bahwa ada kenaikan
kandungan oksida pada semen alternatif yang
mengalami proses pembakaran dibandingkan
dengan yang tidak melalui proses
pembakaran. Selanjutnya, dibandingkan
dengan semen Portland, semen alternatif yang
diteliti ini memiliki kandungan oksida silika lebih
tinggi akibat adanya kontribusi dari fly ash
yang digunakan yang akan berperan di dalam
reaksi hidrasi.
Semen Mutu A
(tanpa dibakar)
(%)
Fe2O3
3,00
3,26
3,5
MgO
2,34
2,49
1,40
CaO
53,20
60,91
64,0
Al2O3
5,06
5,99
5,50
SiO2
22,97
24,80
19,0
C. Modulus Semen
Hasil pengujian Modulus Semen disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Modulus-Modulus Semen Alternatif Dan Semen
Portland
SA
Mutu
SA
Mutu E
Semen
Portland
2,84
2,68
2,60
1,69
1,84
1,60
0,73
0,76
1,01
Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai Modulus Silika (Ms) semen alternatif mutu A
(tanpa dibakar) lebih besar dibandingkan dengan semen alternatif mutu E
(dibakar). Hal tersebut mengakibatkan waktu ikat semen mutu A lebih lambat.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa waktu ikat awal semen alternatif mutu
A adalah 3 jam sedangkan waktu ikat akhirnya adalah 4 jam. Sementara itu
waktu ikat awal semen alternatif mutu E adalah 2 jam 50 menit dan waktu
ikat akhirnya adalah 3 jam 40 menit. Waktu ikat semen alternatif lebih lambat
dibandingkan semen Portland. Nilai Lime Saturation Factor (LSF) semen
alternatif lebih besar dari yang disyaratkan, yaitu sebesar 0,66.
Selain mempengaruhi waktu ikat awal dan akhir, Modulus Silika (Ms) juga
mempengaruhi kuat tekan mortar. Hasil kuat tekan mortar yang
menggunakan semen alternatif mutu A lebih rendah, yaitu rata-rata sebesar
143,31 kg/cm2 bila dibandingkan dengan kuat tekan mortar yang
menggunakan semen alternatif mutu E sebesar 280,04 kg/cm2 (lihat Tabel 7).
Pada semen biasanya diharapkan nilai Modulus Alumina (Ma) yang serendah
mungkin. Pada Tabel 6 diatas terlihat bahwa semen alternatif mutu A memiliki
nilai Modulus Alumina (Ma) yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai
Modulus Alumina (Ma) semen alternatif mutu E dan besarnya mendekati
Modulus Alumina (Ma) semen Portland. Hal tersebut mengakibatkan semen
alternatif mutu A lebih tahan sulfat dibandingkan dengan semen alternatif
mutu E
Secara
Kesimpulan
Semen Alternatif dengan bahan dasar kapur Padalarang dan fly ash Suralaya dapat
dijadikan
sebagai pengganti semen Portland secara keseluruhan pada industri perumahan
sederhana..
Kuat tekan semen alternatif yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI 15-0301 yaitu
100
kg/cm2.
Semen alternatif dapat diproduksi dengan proses pembakaran maupun tanpa proses
pembakaran. Kuat tekan maksimum pada umur 28 hari untuk semen alternatif tanpa
proses
pembakaran adalah 143,31 kg/cm2 dengan komposisi kapur Padalarang : fly ash
Suralaya = 1 : 1, sedangkan untuk semen alternatif dengan proses pembakaran pada
temperatur 900C kuat tekan maksimum yang dicapai pada umur yang sama adalah
280,04 kg/cm2.
Semakin tinggi kandungan fly ash di dalam campuran semen alternatif, semakin
rendah kuat tekan yang dihasilkan pada umur 28 hari. Untuk memperoleh kuat tekan
yang memenuhi persyaratan SNI 15-0301, kandungan fly ash maksimum yang dapat
ada dalam campuran adalah pada perbandingan kapur Padalarang : fly ash Suralaya