Anda di halaman 1dari 37

TEKNOLOGI BAHAN

Nama Kelompok :
Filipus
Muhammad Adam
Muhammad Sarajevo

POTENSI SEMEN ALTERNATIF DENGAN


BAHANDASAR KAPUR PADALARANG DAN FLY
ASH SURALAYA UNTUK KONSTRUKSI RUMAH
SEDERHANA

BAHAN PEREKAT HIDROLIS


Bahan perekat hidrolis adalah suatu bahan
yang apabila dicampur dengan air akan
membentuk pasta kemudian mengeras dan
setelah mengeras tidak larut kembali dalam air.
Jadi bahan perekat hidrolis akan bersifat
sebagai perekat apabila berhubungan dengan
air.
Perekat hidolis yang biasa digunakan terdiri
dari :
Gips hemihidrat
Kapur padam
Puzzolan
Semen Portland

KAPUR
Kapur telah dikenal dan dipergunakan orang sejak ribuan tahun lalu
sebagai bahan adukan pasangan dan plesteran untuk bangunan.
Zaman dahulu pembuatan kapur dilakukan dengan cara membakar batu
kapur pada tungku-tungku sederhana. Hasil pembakaran ini kemudian
dicampur dengan air dan terbentuklah bahan perekat. Pada saat ini,

kapur banyak digunakan dalam bidang pertanian, industri kimia


pharmasi, industri baja, industri karet, industri kertas, industri gula,
industri semen, dll.

Mutu dan Sifat Kapur


Mutu kapur yang dihasilkan suatu industri sangat dipengaruhi oleh : mutu dan
kemurnian batu kapur sebagai bahan baku, kesempurnaan pembakaran dan
pemadaman kapur tohor. Sifat-sifat penting yang menentukan mutu kapur adalah :

Prosentase bagian yang aktif dalam kapur, yaitu kadar CaO, SiO, Al2O3 dan
MgO.

Kehalusan butiran. Kapur tidak boleh mengandung butiran kasar, yang biasanya
terdiri dari bagian kapur yang belum terbakar sempurna, terbakar lewat atau
belum terpadamkan.

Kekekalan bentuk adukan yang terbuat dari kapur tersebut.

Kekuatan adukan yaitu berupa kuat tekan adukan yang terbuat dari campuran
kapur, pasir dan air.

Mengenai mutu dan sifat kapur untuk banguunan dan pengujiannya tercantum dalam
SII 00244-80.

Abstrak
Sejauh ini belum banyak alternatif lain selain semen Portland yang dapat diterima
oleh masyarakat sebagai bahan pengikat pada konstruksi perumahan. Di lain pihak
proses produksi semen Portland, selain menimbulkan pencemaran udara melalui
gas CO2, juga memerlukan energi yang tinggi yang berakibat kepada tingginya
harga semen tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa semen alternatif dengan
bahan dasar kapur Padalarang dan fly ash Suralaya dapat dijadikan sebagai
pengganti semen Portland secara keseluruhan pada pembangunan perumahan
sederhana, baik sebagai beton untuk konstruksi struktural dengan mutu K-175
maupun konstruksi non struktural seperti pasangan bata dan juga concrete block.

Dengan proses produksinya yang lebih sederhana dan tidak memerlukan energi
sebesar yang diperlukan untuk menghasilkan semen Portland, semen alternatif ini
memiliki potensi mereduksi biaya konstruksi sehingga dicapai hasil yang lebih
ekonomis serta ramah lingkungan.

1. Pendahuluan
Semen berasal dari kata latin caementum yang berarti perekat. Semen
adalah hydraulic binder (perekat hidraulik), artinya senyawa-senyawa didalam
semen dapat beraksi dengan air membentuk zat baru yang dapat mengikat

benda-benda padat lainnya membentuk satu kesatuan massa yang kompak,


padat, dan keras (Banerjea, 1980). Pada perkembangannya banyak jenis
semen yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan dalam pembangunan,
namun semen Portland tetap merupakan jenis semen yang paling banyak
digunakan di dalam konstruksi di Indonesia. Sejak tahun 1999 konsumsi
semen Portland untuk konstruksi di Indonesia terus meningkat. Tahun 1999,
konsumsi tersebut mencapai 18,77 juta ton, tahun 2000 sebesar 22,29 juta

ton, tahun 2001 mencapai 25,53 juta ton, dan tahun 2002 mencapai 28 juta ton
(Soenarno, 2003). Pada tahun 1995 pernah terjadi defisit pasokan semen
Portland sebesar 4,8 juta ton dalam satu tahun.

Di dalam konstruksi perumahan, terutama untuk Rumah Sederhana


(RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) sebenarnya tidak
dibutuhkan perekat yang berkekuatan sangat tinggi seperti semen
Portland, namun demikian jenis semen ini masih yang paling banyak
digunakan. Proses produksi semen Portland membutuhkan
temperatur yang sangat tinggi yang menyebabkan harga semen jenis
ini relatif mahal. Untuk efisiensi biaya, kebutuhan semen dengan
kekuatan tidak terlalu tinggi sebaiknya dipenuhi dengan jenis yang
proses produksinya tidak membutuhkan energi tinggi. Untuk itu
sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan semen
alternatif yang dapat diandalkan. Salah satu jenis semen alternatif
adalah yang dibuat dengan bahan dasar kapur yang dicampur
dengan bahan pozzolan. Semen alternatif seperti ini sering juga
disebut sebagai kapur hidraulik atau hydraulic lime (British Geological
Survey, 2005). Jenis pozzolan untuk kebutuhan tersebut yang telah
diteliti di Indonesia terutama adalah tras, tanah liat, dan abu sekam
(Puslitbang Permukiman, 2000; Dinas Pertambangan dan Energi
Propinsi Jawa Barat, 2002).

Beberapa hasil penelitian mengenai semen alternatif


di Indonesia menghasilkan produk-produk, baik yang
telah di pabrikasi ataupun belum di pabrikasi, seperti:
Semen Pozzolan Kapur (SPK) Puslitbang Pemukiman
Semen Hidraulis Alternatif (SHA)
Semen Polimer
Semen Cap Rumah (SCR)
Semen Merah

Selain bahan-bahan tersebut, sebenarnya fly ash merupakan bahan


pozzolan yang sangat potensial namun selama ini baru banyak
digunakan sebagai substitusi parsial semen Portland pada campuran
beton. Baik kapur maupun fly ash merupakan bahan-bahan yang relatif
mudah dan murah diperoleh karena ketersediaan kapur di daerahdaerah di Indonesia cukup besar dan fly ash banyak tersedia terutama
di PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Tulisan ini menyajikan penelitian eksperimental yang dilakukan untuk
mengkaji sejauh mana potensi campuran kapur dan fly ash atau yang
disebut dengan kapur hidraulik untuk berfungsi sebagai semen
alternatif pada pembangunan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah
Sangat Sederhana (RSS) dan dengan demikian mencapai efisiensi
biaya. Kapur yang digunakan adalah kapur Padalarang, sedangkan fly

2. Semen Alternatif Dengan Bahan Dasar Kapur (Hydraulic


Lime)
Semen alternatif dengan bahan dasar kapur dicampur
dengan bahan pozzolan yang sesuai sering disebut sebagai
hydraulic lime atau kapur. Di dalam campuran ini dari kapur
diperoleh kalsium hidroksida sedangkan dari bahan pozzolan
diperoleh silika dan alumina (SiO2 dan Al2O3). (British
Geological Survey, 2005). Hydraulic limes merupakan material
konstruksi tradisional yang merupakan perekat hidraulik utama
yang digunakan pada mortar sebelum dikembangkannya
semen Portland pada tahun 1824. Bahan ini telah digunakan
sejak lama setidaknya mulai dari zaman Romawi. Istilah
hidraulik digunakan untuk menggambarkan bahan yang akan
mengeras di dalam air akibat hidrasi kimia antara kalsium
hidtoksida dengan silika dan alumina yang menghasilkan
senyawasenyawa (CSH dan CAH) pembentuk kekuatan
bahan ini. Kekuatan tambahan diperoleh pula dari proses
karbonasi kalsium hidroksida yang bebas dengan menyerap

Selain hydraulic limes (HL) dikenal pula natural hydraulic


limes (NHL) yang merupakan bahan yang terdapat di alam
yang mengandung kapur berlempung atau silika. Baik HL
maupun NHL sekarang telah diklasifikasikan menurut
pertumbuhan kekuatan yang dicapai pada umur 28 hari
seperti material yang berbahan dasar semen. BS EN 4591:2001 mengidentifikasi 3 klasifikasi NHL dan HL seperti
yang disajikan pada Tabel 1. Dapat dicatat juga bahwa
NHL dan HL akan terus mengalami pertambahan kekuatan
setelah usia 28 tahun yang biasa digunakan dalam standar.

Klasifikasi Nhl Dan Hl Menurut Bs En 4591:2001


Hydraulic Lime
Classification

7 day strength
(Mpa)

28 day strength
(Mpa)

NHL 2, HL 2

>2 - <7

NHL 3.5, HL 3.5

>3.5 - <10

NHL 5, HL 5

>2

>5 - <15

Di Indonesia, cadangan kapur terdapat cukup banyak. Cadangan kapur di Jawa


Barat menurut Dinas Pertambangan dan Energi adalah sebesar 1.223.400.323
m3 yang tersebar di beberapa kabupaten di Jawa Barat, seperti Kabupaten
Bandung, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon, dan lain-lain. Kandungan
kimia yang terdapat dalam kapur telah diteliti oleh Sihotang, Abinhot, dan
Hazairin (2002) dan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Kimia Bahan Kapur

Parameter

Kadar (%)

Na2O

0,095

Fe2O3

0,41

MgO

2,72

K2O

0,32

CaO

50,84

Al2O3

0,682

SiO2

0,00

Fly Ash Sebagai Pozzolan Untuk Semen


Alternatif
Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang
dihasilkan dari pembakaran batu bara yang dihaluskan
pada suatu pusat pembangkit listrik (ASTM C 618). Fly
ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam
batu bara yang telah mengalami fusi selama
pembakarannya. Bahan ini memadat selama berada di
dalam gas-gas buangan dan dikumpulkan menggunakan
presipitator elektrostatik. Karena partikel-partikel ini
memadat selama tersuspensi di dalam gasgas buangan,
partikel-partikel fly ash umumnya berbentuk bulat.
Partikel-partikel fly ash yang terkumpul pada presipitator
elektrostatik biasanya berukuran silt (0.074 0.005 mm).
Bahan ini terutama terdiri dari silikon dioksida (SiO2),
aluminium oksida (Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3). Bahan
ini bersifat pozzolan dan bereaksi dengan kalsium
hidroksida serta alkali untuk membentuk senyawasenyawa yang bersifat semen (cementitious).

Menurut ASTM C 618 ada dua kelas fly ash, yaitu kelas
F dan kelas C. Fly ash kelas F diproduksi dari
pembakaran batu bara antrasit and bituminus. Fly ash ini
terdiri dari bahan yang mengandung silika dan alumina,
yang bila berada sendiri tidak mengandung nilai, tetapi
dalam bentuk halus dan dengan adanya kelembaban,
akan beraksi kimia dengan kalsium hidroksida pada
temperatur biasa untuk membentuk senyawa-senyawa
yang bersifat semen. Fly ash kelas C diproduksi secara
normal dari batu bara lignit dan sub-bituminus dan
biasanya mengandung kalsium hidroksida (CaO) atau
kapur dalam jumlah yang signifikan. Fly ash kelas ini,
disamping memiliki sifat pozzolan, juga memiliki sifat
semen (ASTM C 618-99). Warna merupakan sifat fisik fly
ash yang penting untuk menentukan kandungan kapur
secara kualitatif. Biasanya warna yang lebih muda
mengindikasikan kandungan kalsium oksida yang tinggi
sedangkan warna yang lebih tua menunjukkan
kandungan organic yang tinggi.

Sampai saat ini pemanfaatan fly ash di Indonesia terbatas hanya sebagai
bahan tambahan ataupun sebagai subtitusi parsial semen Portland pada
campuran beton. Fly ash belum dimanfaatkan sebagai bahan pozzolan pada
pembuatan semen alternatif, padahal fly ashmemiliki kandungan kimia seperti
yang telah diuraikan di atas dan dirinci pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Kimia Bahan Fly Ash
Kandungan Kimia

Persentase (%)

Silika

51.52

Alumina

30.98

Hematid

4.93

Kapur

4.66

Magnesium

1.52

Sulfat

1.51

Carbom Content

1.52

Total Alkali

1.42

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kandungan mineral fly ash


dari batu bara adalah:
Komposisi kimia batu bara
Proses pembakaran batu bara
Bahan tambahan yang digunakan termasuk bahan tambahan
minyak untuk stabilisasi nyala api dan bahan tambahan untuk
pengendalian koros
Fly ash memiliki silika (SiO2) sebagai kandungan kimiawi dominan,
sebesar 51,82 %, sehingga bila dijadikan sebagai bahan pembentuk
semen alternatif, bersama-sama dengan kapur menghasilkan suatu
material bersifat semen yaitu CaOSiO2 yang bila diberi air dapat
bereaksi hidrasi membentuk suatu masa padat. Salah satu produsen
fly ash adalah PLTU Suralaya yang terletak di Propinsi Banten. Untuk
menghasilkan listrik sebesar 3400 MW PLTU Suralaya membutuhkan
30.000 ton batu bara per hari dan menghasilkan limbah padat fly ash
sebanyak 1.200 ton per hari dengan ukuran 200 mesh. Dengan
digunakannya fly ash sebagai material pembentuk semen alternatif,
maka juga diharapkan dapat mengurangi jumlah limbah padat hasil
pembakaran batu bara tersebut.

Pembentukan material yang bersifat semen melalui reaksi


kapur bebas (CaO dengan pozzolan (Al2O3, SiO2, Fe2O3)
dan air dikenal sebagai hidrasi. Untuk fly ash kelas C,
kalsium oksida (kapur) yang dikandung oleh fly ash dapat
bereaksi dengan material yang mengandung silika dan
alumina (pozzolan) yang ada di dalam fly ash itu sendiri.
Sedangkan karena kandungan kapur pada fly ash kelas F
relatif rendah sehingga diperlukan penambahan kapur
untuk berlangsungnya reaksi hidrasi dengan pozzolan
yang terkandung dalam fly ash tersebut. Melihat
kandungan kimia serta jumlah cadangan tambang kapur
dan jumlah produksi fly ash PLTU Suralaya diatas, maka
kedua material tersebut berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan dasar pembentuk semen alternatif.

Desain Eksperimental Untuk Menghasilkan Semen


Alternatif Bagi Konstruksi Perumahan Sederhana
Eksperimen dilakukan untuk menghasilkan semen
alternatif berbahan dasar kapur. Kapur yang
digunakan adalah kapur Padalarang, sedangkan fly
ash yang digunakan berasal dari PLTU Suralaya.
Semen alternatif yang diperoleh dicoba untuk
diaplikasikan pada pembuatan pasangan bata,
conblock, dan beton untuk konstruksi perumahan
sederhana. Selanjutnya kekuatan tekan pasangan
bata yang menggunakan mortar dari semen alternatif
tersebut dibandingkan terhadap kekuatan tekan
pasangan bata yang menggunakan bahan pengikat
Semen Cap Rumah (SCR), Semen Pozzolan Kapur
(SPK) dengan bahan dasar tras dan kapur, dan
Semen Portland.

Bahan Dasar Semen


Alternatif
Kapur Padalarang yang digunakan memiliki
kandungan CaO sebesar 50,84 % dan fly
ashSuralaya memiliki kandungan SiO2 sebesar
51,82 %. Menurut Dinas Pertambangan dan
Energi Jawa Barat, cadangan kapur tersedia
sebesar 1.233.400.323 m3, tersebar di
beberapa kabupaten di Jawa Barat.
Ketersediaan fly ash yang dihasilkan oleh PLTU
Suralaya adalah sebesar 1200 ton/hari. Dengan
mempertimbangkan kandungan kimia, jumlah
ketersediaan bahan, dan tingkat kemudahan
memperoleh bahan, maka kapur Padalarang
dan fly ash Suralaya tersebut dipilih sebagai
bahan dasar pembentuk semen alternatif.

Tungku Pembakaran
Peralatan yang digunakan pada proses
pembakaran semen alternatif direncanakan
jauh lebih sederhana dari pada peralatan
pembakaran semen Portland. Peralatan
pembakaran semen alternatif berbentuk tungku
segi empat dengan ukuran 90 x 60 x 40 cm.
Tungku dibuat dengan menggunakan
pasangan bata dengan tutup tungku terbuat
dari plat baja lengkung setebal 3 mm. Untuk
alat pembakar dipilih jenis Simawar agar
diperoleh semburan api dengan tekanan tinggi.
Sebagai alat pengukur suhu digunakan termo
kopel dengan kapasitas pengukuran sampai
dengan 100000C.

Hasil Eksperimen Mengenai


Potensi Teknis Semen Alternatif
1.Sifat-Sifat Campuran Kapur
Padalarang Dan Fly Ash Suralaya.
a. Komposisi Campuran
Beberapa komposisi campuran kapur
Padalarang dan fly ash Suralaya yang
melalui proses pembakaran dan yang
tidak melalui proses pembakaran
digunakan di dalam eksperimen ini
untuk mengetahui potensi teknisnya.
Komposisi campuran yang digunakan
disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Campuran Kapur Padalarang


Dan Fly Ash Suralaya Yang Diuji
Semen Alternatif

Komposisi kapur : fly Proses


ash

Mutu A

1:1

Tidak dibakar

Mutu E

1:1

Dibakar pada 900oC

Mutu B

1:2

Tidak dibakar

Mutu F

1:2

Dibakar pada 900oC

Mutu C

1:3

Tidak dibakar

Mutu G

1:3

Dibakar pada 900oC

Mutu D

1:4

Tidak dibakar

Mutu H

1:4

Dibakar pada 900oC

b. Kandungan Oksida
Hasil uji untuk mengetahui kandungan oksida
pada campuran semen alternatif yang melalui
proses pembakaran (dipilih semen mutu A) dan
yang tidak melalui proses pembakaran (dipilih
semen mutu E) dibandingkan dengan
kandungan oksida semen Portland disajikan
pada Tabel 5. Terlihat bahwa ada kenaikan
kandungan oksida pada semen alternatif yang
mengalami proses pembakaran dibandingkan
dengan yang tidak melalui proses
pembakaran. Selanjutnya, dibandingkan
dengan semen Portland, semen alternatif yang
diteliti ini memiliki kandungan oksida silika lebih
tinggi akibat adanya kontribusi dari fly ash
yang digunakan yang akan berperan di dalam
reaksi hidrasi.

Tabel 5. Oksida-Oksida Dominan Dalam Semen


Alternatif Dan Semen Portland
Oksida

Semen Mutu A
(tanpa dibakar)
(%)

Semen Mutu E Semen


(dibakar 9000C) Portland
(%)
(%)

Fe2O3

3,00

3,26

3,5

MgO

2,34

2,49

1,40

CaO

53,20

60,91

64,0

Al2O3

5,06

5,99

5,50

SiO2

22,97

24,80

19,0

C. Modulus Semen
Hasil pengujian Modulus Semen disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Modulus-Modulus Semen Alternatif Dan Semen
Portland
SA
Mutu

SA
Mutu E

Semen
Portland

Modulus Silika (Ms)

2,84

2,68

2,60

Modulus Alumina (Ma)

1,69

1,84

1,60

Lime Saturation Factor (LSF)

0,73

0,76

1,01

Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai Modulus Silika (Ms) semen alternatif mutu A
(tanpa dibakar) lebih besar dibandingkan dengan semen alternatif mutu E
(dibakar). Hal tersebut mengakibatkan waktu ikat semen mutu A lebih lambat.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa waktu ikat awal semen alternatif mutu
A adalah 3 jam sedangkan waktu ikat akhirnya adalah 4 jam. Sementara itu
waktu ikat awal semen alternatif mutu E adalah 2 jam 50 menit dan waktu
ikat akhirnya adalah 3 jam 40 menit. Waktu ikat semen alternatif lebih lambat
dibandingkan semen Portland. Nilai Lime Saturation Factor (LSF) semen
alternatif lebih besar dari yang disyaratkan, yaitu sebesar 0,66.
Selain mempengaruhi waktu ikat awal dan akhir, Modulus Silika (Ms) juga
mempengaruhi kuat tekan mortar. Hasil kuat tekan mortar yang
menggunakan semen alternatif mutu A lebih rendah, yaitu rata-rata sebesar
143,31 kg/cm2 bila dibandingkan dengan kuat tekan mortar yang
menggunakan semen alternatif mutu E sebesar 280,04 kg/cm2 (lihat Tabel 7).
Pada semen biasanya diharapkan nilai Modulus Alumina (Ma) yang serendah
mungkin. Pada Tabel 6 diatas terlihat bahwa semen alternatif mutu A memiliki
nilai Modulus Alumina (Ma) yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai
Modulus Alumina (Ma) semen alternatif mutu E dan besarnya mendekati
Modulus Alumina (Ma) semen Portland. Hal tersebut mengakibatkan semen
alternatif mutu A lebih tahan sulfat dibandingkan dengan semen alternatif
mutu E

Kuat Tekan Mortar Yang Terdiri


Dari Pasir Dan Semen Alternatif
Untuk mengetahui kuat tekan mortar yang
dibuat dengan semen alternatif, dilakukan
pengujian pada benda uji berbentuk kubus
dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm. Pasir yang
digunakan adalah pasir Galunggung.
Campuran memiliki komposisi semen
alternatif : pasir = 1:3. Pengujian kuat tekan
dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari.
Gambar 2 memperlihatkan kurva hubungan
antara umur mortar dan kuat tekannya untuk
masing-masing mutu semen alternatif yang
digunakan. Dari hasil percobaan tersebut
diperoleh keadaan sebagai berikut:

Semakin besar porsi fly ash di dalam
campuran, semakin rendah kuat

Secara

menyeluruh kuat tekan mortar yang dibuat


dengan menggunakan semen alternatif yang diteliti
(maksimum 280,04 kg/cm2 pada mutu E) jauh lebih
rendah dibandingkan dengan kuat tekan mortar yang
menggunakan semen Portland (500 kg/cm2), namun
seluruh hasil pengujian kuat tekan mortar pada umur
28 hari cenderung berada diatas nilai kuat tekan
minimum yang disyaratkan oleh Puslitbang
Permukiman (SNI 15-031), yaitu sebesar 100
kg/cm2. Kekecualian terjadi pada pada mortar yang
dibuat dengan semen alternatif mutu D (kapur : fly
ash = 1 : 4, tanpa pembakaran) yang memiliki kuat
tekan rata-rata sebesar 96,16 kg/cm2. Namun
demikian, pada komposisi yang sama dengan
pembakaran (mutu H) terjadi lonjakan nilai kuat
tekan sebesar 67,56 % menjadi 161,13 kg/cm2.

Nilai kuat tekan maksimum mortar yang menggunakan semen


alternatif tanpa proses pembakaran terjadi pada penggunaan
semen alternatif mutu A, yaitu 143,31 kg/cm2.
Proses pembakaran meningkatkan kuat tekan pada 7 hari
maksimum sebesar 218,8 % (dari 53,56 kg/cm2 pada mutu A
menjadi 170,75 kg/cm2 pada mutu E), sedangkan untuk kuat tekan
pada 28 hari maksimum sebesar 95,4 % (dari 143,31 kg/cm pada
mutu A menjadi 280,04 kg/cm2 pada mutu E)

Aplikasi Semen Alternatif Pada


Komponen Bangunan Rumah

a. Concrete Block (Conblock)

Concrete block (conblock) merupakan salah satu bahan


pembentuk dinding yang sering digunakan pada konstruksi
Rumah Sederhana (RS) maupun Rumah Sangat
Sederhana (RSS). Syarat sifat fisik conblock untuk
keperluan tersebut diatur di dalam SNI-0349.Untuk
pembuatan conblock pada penelitian ini digunakan
komposisi campuran semen alternatif : pasir = 1 : 6 dan 1 :
8. Pasir yang digunakan adalah pasir Galunggung.
Ukuran conblock yang digunakan adalah 20 x 10 x 8 cm.
Pencetakan conblock dilakukan dengan menggunakan
alat press. Conblock yang telah selesai dicetak diletakkan
di atas lantai yang lembab selama 24 jam dan kemudian
dilaksanakan curing dengan air selama 3 hari. . Pengujian
tekan dilakukan pada umur 28 hari

Hasil pengujian kekuatan tekan conblock yang terbuat dari semen


alternatif dibandingkan terhadap yang terbuat dari semen Portland,
semen Cap Rumah, dan semen Pozolan Kapur.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dikemukakan dari hasil
pengujian tersebut:
Untuk membuat bangunan Rumah Sederhana (RS) maupun Rumah
Sangat Sederhana (RSS) cukup digunakan conblock mutu A1 atau A2.
Seluruh komposisi campuran semen alternatif menghasilkan kuat
tekan conblock yang memenuhi persyaratan SNI - 0349.
Conblock semen alternatif mutu A dan B dengan komposisi campuran
1: 6 memenuhi persyaratan A2, sedangkan untuk Mutu C dan D
memenuhi persyaratan A1. Pada komposisi campuran 1 : 8 semua
semen alternatif memenuhi syarat A1.

b. Pasangan Bata Merah


Pengujian dilakukan pada pasangan bata merah yang disusun dengan
menggunakan mortar dengan komposisi campuran semen alternatif : pasir
= 1 : 3 dan 1 : 5. Pasir yang digunakan adalah pasir Galunggung
sedangkan bata merah yang digunakan adalah dari kelas mutu 25 (syarat:
kekuatan tekan rata-rata minimum dari 30 buah bata yang diuji = 25 kg/cm2
dengan koefisien variasi yang diizinkan = 25% terhadap rata-rata kuat tekan
bata yang diuji)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan pasangan bata tidak hanya
tergantung dari
kekuatan mortar tetapi juga dari kekuatan bata. Pola kerusakan benda uji
pasangan bata yang
mortarnya menggunakan semen alternatif mutu A, B, C, dan D dengan
campuran semen : pasir = 1 : 3 mengindikasikan bahwa sebagian
keruntuhan terjadi pada batanya. Ini berarti bahwa ada ketidakseimbangan
antara kekuatan mortar dan bata yang digunakan. Sedangkan pada
pasangan bata yang mortarnya memiliki komposisi campuran semen : pasir
= 1:5, pola kerusakan yang terjadi pada benda uji relatif seimbang. Jadi,
dapat dapat disimpulkan bahwa untuk jenis bata dengan kelas mutu 25

Kesimpulan
Semen Alternatif dengan bahan dasar kapur Padalarang dan fly ash Suralaya dapat
dijadikan
sebagai pengganti semen Portland secara keseluruhan pada industri perumahan
sederhana..
Kuat tekan semen alternatif yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI 15-0301 yaitu
100
kg/cm2.
Semen alternatif dapat diproduksi dengan proses pembakaran maupun tanpa proses
pembakaran. Kuat tekan maksimum pada umur 28 hari untuk semen alternatif tanpa
proses
pembakaran adalah 143,31 kg/cm2 dengan komposisi kapur Padalarang : fly ash
Suralaya = 1 : 1, sedangkan untuk semen alternatif dengan proses pembakaran pada
temperatur 900C kuat tekan maksimum yang dicapai pada umur yang sama adalah
280,04 kg/cm2.
Semakin tinggi kandungan fly ash di dalam campuran semen alternatif, semakin
rendah kuat tekan yang dihasilkan pada umur 28 hari. Untuk memperoleh kuat tekan
yang memenuhi persyaratan SNI 15-0301, kandungan fly ash maksimum yang dapat
ada dalam campuran adalah pada perbandingan kapur Padalarang : fly ash Suralaya

Semen alternatif mutu A, B, dan C dapat digunakan pada konstruksi


non struktural, seperti plesteran, acian, drainase, pasangan bata, dll,
selain itu dapat juga dijadikan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan concrete block, sedangkan semen alternatif mutu E, F, G,
dan H dapat digunakan untuk konstruksi struktural, seperti balok,
kolom, dan pelat lantai. Penggunaan semen tersebut terbatas pada
konstruksi beton yang didesain dengan mutu K-125 dan K-175.
Biaya produksi semen alternatif jauh lebih murah dibandingkan dengan
biaya produksi semen Portland yang beredar di pasaran karena energi
yang dibutuhkan lebih rendah dan proses produksi yang lebih
sederhana. Dengan demikian semen alternatif akan lebih ekonomis
apabila digunakan sebagai bahan pengikat pada industri perumahan
sederhana dan dapat diharapkan bahwa harga rumah tersebut lebih
terjangkau oleh masyarakat. Penggunaan semen alternatif pada
industri perumahan akan mengurangi kebutuhan terhadap semen
Portland yang telah diketahui tidak terlalu ramah lingkungan akibat
emisi CO2 dalam proses produksinya.

Anda mungkin juga menyukai