Asuhan Keperawatan Klien Dengan Demam Berdarah Dengue
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Demam Berdarah Dengue
A. Pengertian
Demam Dengue (DD) adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari*) dengan dua atau
lebih manifestasi berikut : nyeri kepala, nyeri perut, mual, muntah, nyeri retro orbital, myalgia,
atralgia, ruam kulit, hepatomegali *), manifestasi perdarahan *), dan lekopenia.
Demam
Berdarah
Dengue
(DBD)
adalah
kasus
Demam
Dengue
dengan
B. Etiologi
Gigitan nyamuk Aedes Aigypti
C. Manifestasi klinik
Manifestasi perdarahan :
Uji Tourniquet dinyatakan positif apabila > / 10 petekie pada diameter 1 inci 2,5 cm.
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa ( epistaksis, perdarahan gusi )
Hematemesis, melena
Trombositopenia < 100.000/mm *). Biasanya mulai hari ke 3 dan kembali normal 7 10 hari
sejak permulaan sakit.
Derajat DBD
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
D. Patofisiologi
Ada dua perubahan patofisiologi utama terjadi pada DBD / DSS. Pertama adalah
peningkatan permeabilitas vascular yang meningkatkan kehilangan plasma dari kompartemen
vascular. Keadaan ini mengakibat-kan hemokonsentrasi, tekanan nadi rendah, dan tanda syok lain,
bila ke-hilangan plasma sangat membahayakan. Perubahan kedua adalah gangguan pada
hemostasis yang mencakup perubahan vascular, trombositopenia, dan koagulopati.
Temuan konstan pada DBD / DSS adalah aktivasi system komplemen, dengan depresi
besar C3 dan C5. Mediator yang meningkatkan permeabilitas vascular dan mekanisme pasti
fenomena perdarahan yang timbul pada infeksi dengue belum teridentifikasi. Kompleks imun
telah ditemukan pada DBD tetapi peran mereka belum jelas.
Defek trombosit terjadi baik kualitatif dan kuantitatif yaitu beberapa trombosit yang
bersirkulasi selama fase akut DBD mungkin kelelahan (tidak mampu berfungsi normal).
Karenanya, meskipun klien dengan jumlah trombosit lebih besar dari 100.0000 mm mungkin
masih mengalami masa perdarahan yang panjang.
Mekanisme yang dapat menunjang terjadinya DBD / DSS adalah peningkatan replikasi
virus dalam makrofag oleh antibody heterotipik. Pada infeksi sekunder dengan virus dari serotip
yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody reaktif silang yang gagal untuk
menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit terinfeksi saat kompleks antibody-virus
dengue masuk ke dalam sel ini. Hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan aktivasi reaktif silang
CD4+ dan CD8+ limfosit sitotoksik. Pelepasan cepat sitokin yang disebabkan oleh aktivasi sel T
dan oleh lisis monosit terinfeksi di media oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan
rembesan plasma dan perdarahan yang terjadi pada DBD. (Monica Ester, 1999)
Fase Akut
3. Fase Kritis
: hari ke 1-3
: hari 4-6
E. Komplikasi
1. Syok
2. Sepsis
3. Ensefalopati
4. Gagal Ginjal Akut
5. Edema pulmo
6. Perdarahan GIT
7. Perdarahan Intra Kranial
8. DIC
(Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak IDAI, 2004)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. AT dan Hmt serial, Hb, Gol darah, CT, BT
2. Ro thorak : adakah efusi pleura
G. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a.
f.
Tirah baring
j.
2.
Medis
a.
Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati, atau jika ada infeksi sekunder
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Identitas : umur, alamat (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah ada yang terkena DB ?)
b. Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah, epistaksis,
perdarahan gusi
2)
Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) :
kapan mulai panas ?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh pasien)
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?
6) Riwayat imunisasi
c.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)
2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori :
Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal
Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering
b) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
c) Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles
d) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill lambat, akral
hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada
e) Sistem gastrointestinal :
Mulut : membran mukosa lembab / kering, perdarahan gusi
Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi,
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah, melena
f)
Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan bekas
tempat injeksi ?
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, viremia
2) PK: Syok Hipovolemia b.d dengan kebocoran plasma, perdarahan,
3) Takut b.d prosedur pengambilan darah (cek AT dan Hmt serial), hospitalisasi.
4) Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
5) Defisit self care b.d kelemahan, sesak nafas
6) Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan di rongga paru
7) Resiko kelebihan volume cairan
Rencana Keperawatan
1.
Hipertermi
b.d,
pening-katan
metabolik, viremia
Batasan karakteristik
:
Suhu tubuh > normal
Kejang
Takikardi
Respirasi meningkat
Diraba hangat
Kulit memerah -
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
PK:
Syok
hipovolemia
b.d
kebocoran plasma,
perdarahan
,
dehidrasi
-
Setelah
dilakukan
tindak-an 1./
penanganan
selama 1 jam
diharapkan klien mempunyai perfusi
yang adekuat, dengan criteria :
2.
Kriteria hasil :
Amplitudo nadi perifer meningkat
Pengisian kapiler singkat (< 2 detik)
Tekanan darah dalam rentang normal
3.
CVP > atau = 5 cm H2O
Frekuensi jantung teratur
Berorientasi terhadap waktu, tempat,
dan orang
Keluaran urin > atau = 30 ml/jam
4.
Akral hangat
Nadi teraba
Membran mukosa lembab
Turgor kulit normal
Berat badan stabil dan dalam batas
normal
Kelopak mata tidak cekung
Tidak demam
5.
Tidak ada rasa haus yang sangat
Tidak ada napas pen-dek /kusmaul
6.
7.
8.
9.
10.
3.
Setelah
dilakukan
tindak-an
keperawatan selama X 24 jam rasa
1.
takut klien berkurang, dengan criteria 2.
:
3.
Fear control (1404) :
4.
Klien tidak menye-rang atau menghindari sumber yang menakutkan
5.
Klien menggunakan teknik relaksasi
6.
un-tuk mengurangi takut
Klien mampu meng-ontrol respon
7.
takut
Klien tidak melarika diri
8.
Durasi takut menu-run
Klien kooperatif saat dilakukan
1.
perawatan dan pengobatan
Anxiety control (1402)
Tidur pasien adekuat
Tidak ada manifes-tasi fisik
Tidak ada manifes--tasi perilaku
Klien mau berinter-aksi sosial
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
4.
Aktifitas:
1. Informasikan pada Klien dalam memilih pakaian selama
perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat yg mudah di jangkau
3. Bantu berpakaian yang sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
5.
1.
2.
3.
4.
Setelah
dilakukan
tindak-an
keperawatan selama
X
1.
pertemuan kece-masan
orang tua
2.
berku-rang, dengan kriteria :
3.
4.
Anxiety control (1402)
Tidur adekuat
5.
Tidak ada manifest-tasi fisik
Tidak ada manifest-tasi perilaku
Mencari informasi untuk mengurangi
1
cemas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
2
me-ngurangi cemas
3
Berinteraksi social
4
5
Aggression Control (1401)
Menghindari kata yang meledak-ledak6
Menghindari perila-ku yang merusak 7
Gelisah
Wajah tegang, memerah
Kecenderungan menyalahkan orang lain
-
DAFTAR PUSTAKA
-
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima Medika
Dina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005
Fakultas Kedokteran UGM, Demam Berdarah Dengue : Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih
Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalamTatalaksana Kasus DBD,
Yogyakarta, 1999
Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC Jakarta, 1996
Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby-Year Book, 1996
Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and
NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey, 2005