Anda di halaman 1dari 2

Nama

: Obar Kinan Arighi

NIM

: 135020200111024

No. Absen : 3
Jurusan

: Manajemen

Fakultas

: Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya

Sekilas Tentang E-Commerce dan Perpajakan di Indonesia

Oleh Alpha Nur Setyawan Pudjono, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak


Anda pengguna facebook? Anda kecanduan twitter? Di pagi hari anda sudah mulai
meninggalkan membaca koran dan beralih membaca situs berita online? Atau anda juga
sebagai pelaku bisnis online misalnya jualan barang lewat instagram.
Atau bahkan anda sekarang lebih senang berburu barang belanjaan lewat internet daripada
membaca iklan baris di surat kabar? Kalau anda menjawab iya maka anda menjadi bagian dari
netizen di Indonesia.
Ya.., anda, saya dan kebanyakan dari kita adalah bagian dari keluarga besar pengguna internet
di Indonesia. Sekarang, mari kita bermain dengan data, dilihat dari pengguna internet, pada
tahun 2011 pengguna internet di Indonesia sebesar 55 juta dan hanya butuh waktu kurang dari
3 tahun pada bulan Juni 2014, pengguna internet tumbuh berkembang menjadi 82 juta,
dengan total populasi penduduk 251 jutaan (kemenkominfo), kalau data tersebut kita sajikan
dalam bentuk presentasi, maka dapat kita katakan bahwa sekitar 32 persen penduduk
Indonesia melek internet.
Ditambah lagi menurut proyeksi dari Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia di akhir
tahun 2014 pengguna internet menjadi 107 juta dan tahun 2015 akan menjadi 139 juta.
Selanjutnya, kita lihat data kedua yakni data pengguna telepon genggam di Indonesia. Pada
tahun 2014 pengguna telepon genggam di Indonesia sebesar 282 juta, padahal jumlah
populasi baru berkisar 251 jutaan penduduk.
Jadi, memang kalau dilihat dari data tersebut sebagian dari kita mempunyai lebih dari satu
telepon genggam. Dan perlu menjadi catatan juga, bahwa terdapat 53 juta pengguna telepon
genggam jenis smartphone (Nielsen). Dari dua jenis data diatas dapat kita ambil kesimpulan
bahwa pertumbuhan internet di Indonesia sudah sedemikian dahsyatnya, dan tentu saja hal ini
mempunyai berbagai macam efek perubahan gaya hidup kita tak terkecuali gaya kita
berbelanja. Yang sekarang sudah mulai beralih menjadi gaya belanja online, yang lebih
dikenal dengan e-commerce.
E-Commerce menjadi pilihan netizen dikarenakan relatif lebih murah, nyaman dan tentu saja
lebih menghemat waktu. Perkembangan e-commerce tersebut, juga tidak lepas dari sorotan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai otoritas pajak. Untuk memberikan kepastian hukum
kepada para pelaku e-commerce atas perlakuan perpajakannya, DJP telah menerbitkan Surat
Edaran Direktorat Jenderal Pajak tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas transaksi ECommerce, Nomor SE-62/PJ/2013, pada tanggal 27 Desember 2013.

SE E-Commerce tersebut menjelaskan bahwa pada prinsipnya tidak ada jenis pajak baru
didalam e-commerce, tetapi hanya menerapkan aturan yang sudah ada. Dengan kata lain
pengelolaan usaha melalui e-commerce mendapatkan perlakuan perpajakan yang sama
selayaknya perdagangan biasa. Sehingga secara umum para pelaku e-commerce juga
mempunyai kewajiban perpajakan baik itu mulai dari pendaftaran, penghitungan, pembayaran
dan pelaporan yang telah diatur dalam peraturan dan ketentuan dari DJP.
Perlu juga penulis sampaikan beberapa negara maju seperti Kanada, Amerika dan Jepang,
juga mempunyai perhatian khusus terkait aspek perpajakan didalam e-commerce. Bahkan
National Tax Agency (NTA) sebagai otoritas pajak Jepang membentuk satuan khusus
bernama PROTECT (Professional Team for E-commerce Taxation) untuk menguber-uber
para pelaku e-commerce yang bandel tidak menjalankan kewajiban perpajakannya, dan
satuan khusus tersebut terbukti sangat efektif.
Jadi dengan adanya SE E-Commerce tersebut diharapkan para pelaku e-commerce dapat lebih
memahami dan melaksanakan kewajiban perpajakannya. Semoga.

Sumber : http://www.pajak.go.id/content/article/sekilas-tentang-e-commerce-danperpajakan-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai