Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi kita taufiq
dan hidayah-Nya sehingga tugas Karya Tulis ini dapat terselesaikan tanpa suatu halangan dan
rintangan yang cukup berarti.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan
Islami.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga
semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT.
Saya menyadari walaupun saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun
Makalah sederhana ini, tetapi masih banyak kekurangan yang ada didalamnya. Oleh karena
itu, segala tegur sapa sangat saya harapkan demi perbaikan tugas ini. Saya berharap akan ada
guna dan manfaatnya Karya Tulis ini bagi semua pembaca. Amin.

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan pembangunan
di segala bidang. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan
pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan tekhnologi. Dalam pola
pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya
manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang
berkelanjutan. Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah perubahan positif
sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat
bergantung padanya.
Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses
pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh
masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.
Proses pembangunan terutama bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara
spiritual maupun material. Definisi ini menunjukan bahwa adanya suatu pembangunan karena
suatu kebutuhan, dan masalah. Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah
suatu harapan. Sedangkan jika harapan tersebut tidak tercapai berarti, hal itu adalah masalah.
Dengan demikian pembangunan mempunyai hubungan yang erat dengan masalah.
Karena titik tolak pembangunan dimulai dari tindakan mengurangi masalah tersebut dengan
tujuan memenuhi kebutuhan dan meningkatkan untuk mencapai suatu tingkatan yang layak.
Pembangunan yang tidak bertitik tolak dari masalah berarti ada indikasi kesalahan konsep
dan model pembangunan tersebut berorientasi pada penyelesaian masalah sebagai penyebab
akar masalah bukan akar masalahnya. Hal ini
menyebabkan peningkatan laju pembangunan lama untuk mencapai suatu pertumbuhan
pembangunan yang merakyat. Model pembangunan yang merakyat berarti berangkat dari
masyarakat.
Pembangunan dalam konteks Negara selalu ditujukan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik yang merata. Pembangunan
bukan hanya berarti penekanan pada akselerasi dan peningkatan pendapatan perkapita
sebagai indeks dari pembangunan saja, akan tetapi pembangunan merupakan suatu proses

multi dimensi yang meliputi pola reorganisasi dan pembaharuan seluruh sistem dan aktifitas
ekonomi dan sosial dalam mensejahterakan kehidupan warga masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan ini adalah :
1. Bagaimana masalah kemiskinan.
2. Bagaimana masalah kualitas lingkungan hidup.
3. Bagaimana masalah keamanan dan ketertiban
.
C. Tujuan dan Kegunaan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi kemiskinan
2. Untuk mengidentifikasi Distrubusi Pendapatan
3. Untuk mengidentifikasi Pengangguran
4.

Untuk mengidentifikasi Bantuan Luar Negeri

BAB III
PEMBAHASAN

1. Kemiskinan
Negara-negara berkembang telah jatuh ke dalam lingkaran setan kemiskinan, Nurkse
mengatakan : menempatkan suatu Negara miskin terus menerus dalam suasana kemiskinan,
misalnya simiskin mungkin tidak cukup makan, karena kurang makan, maka kesehatannya
menjadi lemah, kelemahan fisiknya menyebabkan bahwa ia tidak cukup makan lagi, dan
seterusnya.
Dasar lingkaran setan ini berasal dari fakta bahwa di dalam Negara-negara berkembang
produktivitas total adalah rendah karena kekurangan modal, ketidak sempurnaan pasar,
keterbelakangan ekonomi. Produktivitas yang rendah terlihat dalam rendahnya pendapatan
rill, Tingkat pendapatan rill yang rendah berarti tingkat seving rendah, mengakibatkan tingkat
investasi yang rendah dan kekuarangan modal. Dan sebaliknya kekurangan modal
menyebabkan tingkat produktivitas yang rendah dengan demikian lengkaplah sudah
lingkaran setan itu dari segi supply.
Lingkaran setan lain menguatkan dan berjalan bersama dengan lingkaran setan diatas,
dari segi demand lingkaran itu adalah sebagai berikut : Tingkat pendapatan rill yang rendah
mengakibatkan rendahnya permintaan dan sebaliknya menyebabkan rendahnya tingkat
investasi dan karena itu menimbulkan lagi kekuarangan modal dan produktivitas rendah.
Lingkaran setan yang ketiga terdapat dalam keterbelakangan sumber-sumber alam dan
manusia. Penyumbangan sumber alam tergantung pada kapasitas produkstif rakyat Negara
itu, jika penduduk terkebelakang dan buta huruf, sehingga tidak memiliki keterampilan
teknis, pengetahuan dan kewiraswastaan, maka sumber alam tetap tidak dimanfaatkan/kurang
dimanfaatkan, sebaliknya secara ekonomis terkebelakang karena sumber-sumber alam tidak
dikembangkan, karena sumber-sumber alam tidak dikembangkan, karena sumber alam
tidak/kurang dikembangkan merupakan hal kurang baik sebagai konsekwensi maupun sebab
dari rakyat yang terkebelakang.
Jadi kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi adalah sama sebuah Negara adalah miskin
karena Negara itu terkebelakang. Sebah Negara terkebelakang karena Negara itu miskin dan
tetap terkebelakang, karena Negara itu memiliki sumber yang terkutuk tetapi kutukan yang
lebih pedas adalah bahwa kemiskinan bersifat kekal. Dalam memperoleh gambaran secara
garis besar atas masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan di Negara-negara berkembang.
Kita telah memahami bahwa perpaduan tingkat pendapatan perkapita yang rendah dan
distribusi yang sangat tidak merata akan menghasilkan kemiskinan absolute, pemahaman
terhadap kadar dan jangkauan distribusi pendapatan merupakan landasan dasar bagi setiap
analisis masalah kemiskinan di Negara-negara yang berpendapatan rendah.
Salah satu generaliasi(anggapan sederhana) yang paling sahih mengenai penduduk
miskin adalah bahwasanya mereka pada umumnya bertempat tinggal di daerah pedesaan,
dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat
hubungan dengan sektor tradisional tersebut, sebagai contoh telah diketahui bahwa sekitar
dua pertiga penduduk miskin di Negara-negara berkembang masih menggantungkan hidup
mereka dari pola pertanian yang subsisten, baik sebagai petani kecil atau buruh tani yang
berpenghasilan rendah, selanjutnya sepertiga penduduk miskin lainnya kebayakan juga

tinggal di pedesaan dan mereka semata-mata mengandalkan hidupnya dari usaha-usaha jasa
kecil-kecilan dan sebagaian kampung kumuh dipusat kota dengan berbagai macam mata
pencaharian rendah seperti penyapu jalan, pedagang asongan, kuli kasar dll. Dapat
disimpulkan bahwa Negara Afrika dan Asia sekitar 80% hingga 90% kelompok miskin
bertempat tinggal di pedesaan, sedangkan di Amerika latin mencapai 50%. Untuk itu
kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mengurangi kemiskinan harus diarahkan langsung
kepada pembangunan desa pada umumnya dan sektor-sektor pertanian pada umumnya.
Bukan tercurah ke daerah-daerah perkotaan dan berbagai sektor ekonominya yakni sektor
industry modern dan komersial lainnya.
2. Distrubusi Pendapatan
Badan Riset dan Bank Dunia dan Institute of Development Studies dari Universitas
Sussex telah mengadakan usaha bersama untuk mengadakan serentetan analisa mengenai
distribusi pendapatan dalam pembangunan ekonomi Negara-negara berkembang. Di antara
analisa tersebut adalahAnalisa Ahluwalia yang memberikan gambaran mengenai keadaan
distribusi pendapatan. Di beberapa Negara pada beberapa tahun dan pengaruh pembangunan
ekonomi terhadap distribusi pendapatan berikut ini diringkaskan hasil-hasil dan studi
tersebut.
Mengenai keadaan distribusi pendapatan di beberapa Negara, analisanya memberikan
gambaran mengenai distribusi pendapatan relative maupun distribusi pendapatan mutlak.
Yang dimaksud dengan distribusi pendapatan relative adalah perbandingan jumlah
pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan. Dan penggolongan
ini didasarkan kepada besarnya pendapatan yang mereka terima. Sedangkan distribusi
pendapatan mutlak adalah persentase jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai suatu
tingkat pendapatan tertentu atau kurang dari padanya.
Untuk menggambarkan distribusi pendapatan relative di beberapa Negara, Ahluwalia
menggolongkan penerima-penerima pendapatan dalam tiga golongan yaitu 40 persen
penduduk yang menerima pendapatan paling rendah, 40 persen penduduk pendapatan
menengah dan 20 persen penduduk berpendapatan paling tinggi. Sebenarnya di beberapa
Negara berkembang distribusi pendapatan penduduknya tidak seburuk seperti yang
dinyatakan diatas. Dengan membedakan Negara-neghara berkembang menjadi dua golongan
yaitu golongan yang distribusi pendapatannya lebih merata dan golongan yang distribusi
pendapatannya sangat tidak merata, maka ternyata bahwa gambaran mengenai distribusi
pendapatan di Negara-negara ini sangat berbeda sekali dengan yang dinyatakan diatas.
Penyelidikan Ahluwalia menunjukkan bahwa di segolongan Negara-negara berkembang 40
persen penduduk yang berpendapatan paling rendah 18 persen dari keseluruhan pendapatan
masyarakat. Dan sebaliknya di segolongan Negara lainnya 40 persen penduduk dengan
pendapatan terendah menerima 9 persen dari keseluruhan pendapatan masyarakat. Jadi
ternyata di antara Negara-negara berkembang terdapat Negara-negara yang distribusi
pendapatannya lebih baik pada distribusi pendapatan rata-rata di Negara-negara maju. Akan
tetapi sebaliknya pula terdapat Negara-negara berkembang yang masalah ketidak merataan
pendapatan mereka sangat serius.
3. Pengangguran
Dalam pembangunan ekonomi Negara-negara berkembang, pengangguran yang semakin
bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius dari pada
masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang
berpendapatan rendah. Keadaan di Negara-negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini

menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi ekonomi tidak sanggup mengadakan


kesempatan kerja yang lebih cepat dari pada pertambahan penduduk oleh karenanya masalah
pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah
serius. Walaupun para ahli ekonomi telah menyadari bahwa masalah pengangguran di
Negara-negara miskin keadaan semakin memburuk.
Pengangguran-pengangguran tersebar diberbagai daerah yaitu mereka terdapat di
daerah-daerah urban maupun di daerah pedesaan. Di daerah-daerah pedesaan pengguran yang
terjadi biasanya dibedakan dalam dua pengertian: pengangguran tersembunyi dan
pengangguran musiman. Pengangguran tersembunyi biasanya diartikan sebagai golongan
tenaga kerja yang produktivitasnya batasnya adalah nol atau negative, sehingga walaupun
mereka berkerja usaha mereka tersebut tidak akan menaikkan produksi. Sedangkan
pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu yaitu
pada bulan-bulan di mana kegiatan pertanian atau kegiatan produksi lainnya di daerah
pedesaan lebih sedikit dilakukan dibandingkan dengan pada masa-masa lainnya
4. Bantuan Luar Negeri.
Aliran modal luar negeri dinamakan bantuan luar negeri apabila ia mempunyai dua
ciri-ciri berikut: pertama ia merupakan aliran modal yang bukan di dorong oleh tujuan untuk
mencari keuntungan dan kedua dana tersebut diberikan kepada Negara penerima atau
dipinjamkan dengan syarat-syarat yang lebih ringan dari pada yang berlaku dalam pasar
internasional. Berdasarkan dari dua ciri tersebut, aliran modal dari luar negeri yang tergolong
sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian(grant) dan pinjaman luar negeri(loan) yang
diberikan oleh pemerintah Negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus
di bentuk untuk memberikan pinjaman semacam ini, seperti Bank Dunia. Bank Pinjaman
Pembangunan Asia dan sebagainya Aliran modal dari luar negeri lainnya yaitu pinjaman dari
perusahaan-perusahaan swasta dan badan-badan keuangan swasta dan penanaman modal
asing tidaklah memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai bantuan luar negeri.
Pemberian merupakan suatu bantuan penuh dari Negara donor kepada Negara penerima.
Karena Negara penerima tidak diwajibkan untuk membayar kembali atau melakukan balas
jasa lain sebagai imbalan kepada pemberian tersebut. Sedangkan pinjaman luar negeri yang
berasal dari pemerintah dan badan-badan internasional yang dijelaskan diatas bukanlah
bantuan penuh karena Negara penerima mempunyai kewajiban untuk membayar kembali dan
membayar bunga atas pinjaman tersebut. Besarnya unsur bantuan yang terkandung dalam
pinjaman Luar negeri terkandung kepada syarat-syarat pembayaran kembali dari bantuan
tersebut, yaitu tergantung kepada tenggang waktu(grace priod) dan tingkat bunga dari
bantuan yang diberikan. Unsur bantuan yang terkandung dalam suatu pinjaman luar negeri
bertambah tinggi dan ia dinamakan sebagai pinjaman bersyarat ringan(soft loan) apabila
tenggan waktu bertambah lama, jangka waktu pembayaran kembali bertambah panjang dan
tingkat bunganya bertambah rendah. Apabila syarat-syarat tersebut adalah sebaliknya yaitu
tenggang waktu dan jangka masa pembayaran kembali adalah relative singkat dan bunga
relative tinggi, maka pinjaman luar negeri itu tergolong sebagai pinjaman bersyarat
berat(hard loan).
Bentuk syarat-syarat bantuan yang diberikan kepada suatu Negara berkembang
tergantung kepada faktor-faktor ekonomi maupun politik, seperti tingkat pendapatan
perkapita, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tingkat perkembangan
perdagangan luar negeri dari Negara-negara pemberi dan penerima bantuan, jenis bantuan.
Oleh karenanya sesuatu Negara donor pada umumnya memberikan syarat-syarat yang
berbeda kepada setiap Negara. Walaupun demikian secara umum dapatlah dikatakan bahwa

semakin miskin sesuatu Negara dan semakin rumit masalah pembangunan yang dihadapi,
semakin ringan syarat-syarat bantuan yang diberikan padanya.
5. Penanaman Modal Asing.
Dari uraian-uraian terdahulu telah dapat disimpulkan bahwa masalah kekurangan dana
untuk pembentukan modal bukan saja dihadapi oleh sektor pemerintah tetapi juga oleh sektor
sewasta. Di Negara-negara berkembang kegiatan ekonomi yang dapat diusahakan oleh pihak
swasta masih mempunyai kemungkinan untuk berkembang lebih laju lagi apabila tersedia
lebih banyak modal dan terdapat kemampuan untuk menggunakan tambahan modal itu secara
lebih efektif. Seperti juga dengan yang berlaku disektor pemerintah. Masalah tersebut dapat
diatasi dengan memasukkan modal dari luar negeri, terutama dari Negara-negara maju.
Walaupun mempunyai peranan yang sama seperti bantuan luar negeri yang diterima oleh
sektor pemerintah, modal luar negeri digunakan untuk mengisi kekurangan modal di sektor
swasta tidak boleh digolongkan sebagai bantuan luar negeri, ini disebabkan karena syaratsyarat pinjaman swasta dan penanaman modal asing adalah sama dengan yang berlaku di
pasar internasional. Apabila modal tersebut berupa pinjaman maka tingkat bunganya adalah
tidak berbeda dengan yang berlaku di pasar internasiona. Dan apabila modal tersebut berupa
penanaman modal, maka keuntungan yang akan diperoleh adalah bebas untuk dikirim
kembali ke Negara-negara asal modal tersebut, yaitu sesuai dengan cara pembayaran
keuntungan yang pada umumnya dilakukan atas penanaman modal asing di Negara-negara
maju. Berdasarkan kepada hal ini dapatlah dikatakan bahwa pada umumnya pihak swasta
dinegara-negara maju meminjamkan dan menanaman modalnya ke Negara-negara
berkembang bukan atas dasar keinginan untuk memberi bantuan tetapi untuk memperoleh
keuntungan dari padanya. Oleh karena aliran modal tersebut, walaupun membantu Negaranegara berkembang mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing berarti
memegang peranan yang sama seperti bantuan luar negeri, tidak dapat dipandang sebagai
bantuan luar negeri. Berdasarkan kepada sifat-sifatnya, modal asing swasta yang mengalir
dari Negara-negara maju ke Negara-negara berkembang dapat dibedakan dalam tiga jenis
yaituPenanaman modal langsung(direct foreign investment), Penanaman modal
portofolio(portofolio investment) dan Pinjaman eksport(export credit).

6. Pemerataan Pembangunan
Pembangunan Ekonomi Indonesia pada era Orde Baru, sebagai suatu kebijaksanaan
pemerintah pada saat itu, untuk mencapai pemerataan pembangunan ekonomi Indonesia,
ditetapkan langkah-langkah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi
menurut jalur-jalur yang disebut Trilogi Pembangunan yaitu :
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
3. Terpeliharanya Stabilitas ekonomi yang makin mantap dan dinamis.
Pemerataan pembanguna dan hasil-hjasilnya diusahakan dalam pencapaian antara lain
melalui Delapan Jalur Pemerataan yaitu :
1). Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan
sandang dan Papan(Perumahan).
2). Pemerataan pembangian pendapatan.
3). Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
4). Pemerataan kesempatan kerja
5). Pemerataan kesempatan berusaha

6). Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi


generasi muda dan wanita.
7). Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air
8). Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Dengan pemerataan ini ditujukan untuk terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat
dan bangsa Indonesia. Dan tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat bangsa
Indonesia.

7. Dualisme dalam beberapa Aspek Kegiatan Ekonomi


Sebelum Peran Dunia ke II, Perekonomian di Negara-negara berkembang, suatu
keadaan dimana perkembangannya tidak mengalami perkembangan yang diharapkan untuk
dapat menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat yang terus menerus. Pembangunan
ekonomi di Negara-negara berkembang, mengalami masalah karena timbulnya beberapa jenis
dualisme yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi atau keadaan ekonomi tidak mempunyai sifat yang
seragam, secara tegas dualisme tersebut dibedakan dalam dua golongan.
1). Kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur yang
bersifat tradisional.
2). Berbagai kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi yang dikuasai oleh unsur-unsur
yang bersifat modrn.
Berdasarkan sifat dari keadaan dualisme, maka kita kenal jenis-jenis dualisme :
1. Dualisme Sosial, yaitu di dalam masyarakat mungkin terdapat dua sitem sosial yang
berbeda, misalnya sistem sosial yang berasal dari luar(import) dan juga berlaku sistem sosial
pribumi.
2. Dualisme Teknologi yaitu, suatu keadaan dimana di dalam suatu bidang kegiatan ekonomi
tertentu digunakan teknik memproduksi dan organisasi produksi yang sangat berbeda
coraknya sehingga mengakibatkan perbedaan produktivitas.
3. Dualisme Financial, yaitu dinegara berkembang, di dalam masyarakat terdapat dua
golongan yaitu terdapat pasar uang yang memiliki organisasi dan terdapat pula pasar yang
tidak terorganisir.
4. Dualisme Regional, yaitu Keadaan di dalam masyarakat adanya ketidak seimbangan
diantara tingkat pembangunan di berbagai daerah dalam suatu Negara.

BAB III
PEMBAHASAN

Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung sumber dayamanusia
yang memadai. Sebaliknya, pembangunan kualitas sumber daya manusia juga tidak
akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi. Demikian pulapertumbuhan ekonomi dan
pembangunan kualitas sumber daya manusia.Segitiga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
sosial, pengendalianpertumbuhan penduduk, serta lingkungan hidup harus dikelola pemerintah
secarabersama-sama dan terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai