Oleh Kelompok 2:
Hafizh Muhammad Noor
Siti Sahatul Fatimah
Nur Sadi
Monita Rahmawati
Anggun Nurani Citrowati
Fajar Abdul Rosyid
Pinta Purbowati
Riantika Soefiyandari
141211131013
141211131211
141211132001
141211132017
141211132124
141211133008
141211133014
141211133042
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahnmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas terstruktur dalam bentuk
makalah Physical Hazard dalam Daging Ayam ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas terstruktur ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Pengendalian Mutu Hasil Perikanan/HACCP.
Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik moril maupun materiil dalam penyusunan tugas ini. Penyusun juga
menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan demi perbaikan
diwaktu yang akan datang.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagai teman-teman yang sedang mendalami minat studi
Teknologi Industri Hasil Perikanan (TIHP) Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Material Utama yang Menjadi Fokus dari Bahaya Fisik ......................... 5
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap harinya kita selalu mengkonsumsi makanan dari berbagai jenis dan
sumber serta diolah dengan berbagai metode. Makanan dengan berbagai macam
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita menjadi sangat penting untuk diperhatikan
baik dari kuantitas maupun kualitasnya. Berbagai cara berusaha diterapkan untuk
menjaga kualitas baik dari segi keamanan, kebersihan serta untuk menjaga
kandungan nutrisi yang ada dalam makanan. Salah satunya adalah dengan
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) ataupun Hazards Analysis
Critical Control Points (HACCP) dalam proses produksi.
Namun demikian, dengan menerapkan GMP dan HAACP dalam proses produksi
belum menjadikan makanan yang akan kita konsumsi dapat aman sepenuhnya dari
bahaya (hazard). Berbagai macam resiko atau bahaya (hazard) yang terdapat dalam
setiap makanan dapat berupa mikroba berbahaya, zat racun bahkan sampai hal yang
sering diabaikan oleh konsumen seperti duri atau tulang pada daging, kotoran dari
luar produk dan sisa pembungkus makanan. World Journal of Clinical Case pada
tahun 2013 melaporkan kasus luka pada usus dan anal yang diakibatkan oleh serpihan
tulang pada daging ayam yang dikonsumsi oleh seorang wanita berusia 27 tahun, dan
ditahun yang sama seorang nenek berusia 87 mengalami hal serupa dikarenakan
serpihan tulang dari fillet daging ayam yang ia konsumsi.
Oleh karenanya, kesadaran akan upaya pencegahan maupun penanganan akibat
potensi bahaya pada makanan haruslah dimengerti serta diterapkan dengan baik oleh
prosdusen maupun konsumen. Dalam makalah ini penulis berusaha menyajikan
informasi yang berfokus pada physical hazard (bahaya fisik) yang umumnya terdapat
pada makanan namun seringkali diabaikan oleh konsumen meliputi pengertian
hazard secara umum, macam-macam physical hazard dan contohnya, metode
mendeteksi serpihan tulang pada daging ayam dengan X-Ray Backscatter dan
Ultrasonik, serta menajemen kontrol pada industri pangan serta penanganan pada
kasus luka akibat serpihan tulang.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
pengertian hazard secara umum, macam-macam physical hazard dan contohnya,
metode mendeteksi serpihan tulang pada daging ayam dengan X-Ray Backscatter dan
Ultrasonik, serta menajemen kontrol pada industri pangan serta penanganan pada
kasus luka akibat serpihan tulang.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penyelesaian makalah ini adalah pembaca
mengetahui berbagai informasi mengenai bahaya dalam makanan terutama bahaya
fisik, pengertian hazard secara umum, macam-macam physical hazard dan
contohnya, metode mendeteksi serpihan tulang pada daging ayam dengan X-Ray
Backscatter dan Ultrasonik, serta menajemen kontrol pada industri pangan serta
penanganan pada kasus luka akibat serpihan tulang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Jenis Bahaya Fisik dalam Proses
Bahaya fisik adalah benda asing yang secara normal tidak terdapat atau tidak
sengaja terdapat dalam makanan yang jika tertelan atau masuk dalam tubuh dapat
menyebabkan penyakit, luka atau trauma psikologis bagi suatu organisme (Anonim,
2000). Bahaya fisik adalah benda-benda asing yang tidak sengaja masuk dalam
produk pangan (contoh: metal fragment dalam daging giling) atau secara alami
terdapat dalam produk mentah (contoh: duri dalam ikan) yang dapat menyebabkan
bahaya pada konsumen. Kontaminasi secara fisik dapat terjadi pada tahapan-tahapan
dalam proses produksi.
Hampir semua benda tajam dan keras dapat menjadi kontaminasi fisik pada suatu
produk pangan. Kontaminasi fisik yang juga termasuk benda-benda kotor dapat
menyebabkan muntah, pusing dan kenampakan yang buruk pada produk pangan.
Dalam suatu review literatur (Olsen, 1998) diperkirakan 15% dari benda asing yang
termakan oleh manusia dapat menyebakan luka ringan hingga luka serius.
Berdasarkan dari review yang sama, umumnya benda asing yang termakan (80-90%)
melewati saluran gastrointestinal secara spontan dan untuk pengeluarannya
dibutuhkan penanganan medis seperti operasi endoscopy.
Benda-benda tajam diperkirakan memiliki resiko yang paling tinggi. Sebagai
contoh, luka yang terjadi diperkirakan 15-35% berasal dari pasien yang tidak sengaja
memakan makanan yang terkontaminasi benda-benda yang tajam, runcing dan tipis.
Benda-benda yang tajam, runcing dan tipis secara umum ditemui sebagai resiko
terbesar dari luka yang disebabkan oleh jaringan-jaringan dari saluran gastrointestinal
yang berlubang dan sangat dibutuhkan operasi pengeluaran dibanding benda-benda
asing lainnya. Luka yang terjadi merupakan dampak dari termakannya benda-benda
keras dan tajam termasuk pengoyakan mulut atau jaringan dari tenggorokan dan
kerusakan dari gigi. Keberadaan kontaminasi fisik pada makanan dapat menyebabkan
penolakan produk dan mempengaruhi nama baik perusahaan.
Secara alamiah, kontaminasi fisik dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Mineral
Kontaminasi mineral dapat menyebabkan kerusakan gigi, pengoyakan dan
pendarahan pada mulut atau kerusakan-kerusakan yang sama pada esofagus.
Mereka dapat meyebabkan pengoyakan pada jaringan saluran gastrointestinal
yang membutuhkan tidakan operasi untuk pengeluarannya, contoh : tanah, batubatuan, debu, metal, kaca, fiber, tumpahan cat, dan lain-lain.
b. Tumbuhan
Kontaminasi tumbuhan dapat menyebabkan kerusakan dan penyakit yang
berhubungan dengan alergi dan keracunan yang juga membutuhkan tindakan
medis berupa operasi. Kontaminasi yang berupa tanaman dapat disebabkan dari
rumput, daun, batang, dan lain-lain.
c. Hewan
Kontaminasi hewan dapat menyebabkan penyakit yang lebih sering muncul
dibanding kontaminasi lain yaitu infeksi sekunder, alergi bahkan keracunan.
Kontaminasi tersebut biasanya diakibatkan oleh semut, serangga, tikus, dan lainlain.
Sedangkan berdasarkan sumbernya, bahaya fisik dapat dibagi menjadi :
a. Air
Air dalam proses produksi makanan digunakan sebagai pembersih, pembilas
dan bahan penyusun dari produk mentah.
b. Produk Mentah
Pada penyimpanan produk mentah, biasanya muncul kontaminasi fisik dari
hama semisal kotoran, bulu, bagian tubuh yang telah mati, telur dan larva.
c. Lantai dan Material Bangunan
Material bangunan juga dapat menjadi sumber dari kontaminasi fisik seperti
serpihan dari bohlam lampu, cat, bagian plester, pelumas, dan lain-lain. Hal
tersebut dapat ditimbulkan selama penyimpanan dari produk mentah dan produk
akhir.
d. Karyawan
Benda asing yang paling signifikan dalam mengkontaminasi makanan berasal
dari karyawan-karyawan yang terlibat dalam berbagai tahap produksi dan
distribusi seperti : staf produksi, staf maintenence, staf pembersih, staf pengirim
dan pengunjung. Benda-benda asing yang berasal dari karyawan dapat berupa
kuku, rambut, rokok, plaster, perhiasan, pakaian, dan lain-lain.
Tabel 1. Material Utama yang Menjadi Fokus dari Bahaya Fisik
Material
Sumber-Sumber
Pengoyakan, perobekan,
Kaca
pendarahan.
peralatan
untuk mengeluarkan.
Perobekan, infeksi, tersedak.
Kayu
Metal
Material konstruksi
serius
Tulang
Serangga dan Hama
Lain
Tersedak, trauma
Plastik
Barang-Barang
Pribadi Karyawan:
Perhiasan, Kancing
Karyawan
1998). Serpihan tulang dapat terjadi karena pemotongan sejajar pisau pemotong dari
kerangka, atau mungkin karena tulang yang sudah rusak sebelum atau selama
pengolahan.
Serpihan tulang ayam ini dapat membahayakan jika tertelan dan masuk ke organ
pencernaan seseorang. Adapun dampaknya antara lain menyebabkan luka pada
kerongkongan, pada usus bahkan anus. Untuk lebih jelas bahaya dari serpihan tulang,
maka akan dijelaskan beberapa kasus sebagai berikut:
a. Kasus Pertama
Seorang wanita 87 tahun dirawat darurat dengan keluhan sakit perut dan
muntah selama 2 hari. Setelah diperiksa, pasien hanya mengalami nyeri lambung
pada umumnya. Akan tetapi, pasien mengalami sakit perut akut yang tidak jelas,
sehingga dokter melakukan pemeriksaan laparotomi. Dari hasil laparotomi bahwa
sakit perut akut tersebut disebabkan oleh serpihan tulang tajam yang menancap pada
usus kurang lebih 15 cm jaraknya dari katu ileocecal, sehingga menyebabkan
preforasi. Kemudian tim medis melakukan parsial reseksi ileum dan penutupan
ileostomy setelah hari ke-8 pasca operasi. Penutupan ileostomy berhasil dilakukan
setelah tiga bulan. Setelah operasi, perutnya discan ulang dan dilakukan evaluasi oleh
ahli radiologi, hasilnya lesi dengan kepadatan tulang telah diidentifikasi pada daerah
ileum. Berikut gambar dari tindakan operasi kasus tersebut:
b. Kasus Kedua
Seorang wanita 27 tahun dirawat di klinik bedah umum rawat jalan, ia
mengeluh sakit anal akut selama 3 hari. Riwayat medis sebelumnya mengungkapkan
tidak ada patologi yang signifikan. Pemeriksaan anal pada posisi lutut-dada normal;
pada pemeriksaan digital anal, teridentifikasi objek datar bersarang di lubang anus 4
cm di atas batas anus. Hasil scan menunjukkan bahwa terdapat benda asing berupa
serpihan tulang. Di ruang operasi di bawah sedasi dan analgesia, serpihan tulang 2 cm
yang bersarang di dinding rektum lateral, kemudian dihilangkan anoskopi. Pasien
dipulangkan 6 jam setelah intervensi. Berikut gambar tindakan operasi tersebut:
beberapa potong daging ayam tanpa mengunyahnya dan secara tidak sengaja menelan
tulang ayam.
Manufacturing
Practice
(GMP),
meliputi
Building,
Manajemen,
Utility,
c.
Bahan yang digunakan harus tahan lama, kedap air, tidak retak, dan mudah
dibersihkan (perhatian harus ditujukan untuk bagian yang sulit dibersihkan, seperti
sudut antara lantai dan dinding) serta bebas dari celah dan retak. Pertimbangan
keselamatan harus dilihat (seperti lantai yang tidak licin). Seluruh permukaan harus
dipelihara dan dibersihkan.
d. Pemantauan Lingkungan
Udara harus dialirkan dari produk yang bersih ke produk yang kotor untuk
meminimalkan penyebaran kontaminasi mikrobial oleh udara. Filter, saluran, dan
komponen lain yang menggunakan air conditioning (AC) harus diperiksa secara
berkala, dibersihkan, dan dipelihara dengan baik. Temperatur ruang harus dikontrol
agar tidak terlalu berbeda dengan produk sehingga dapat menyebabkan kondensasi
dan menjadi sumber-sumber kontaminasi mikrobial.
e. Prinsip Perancangan
Versalitas
Saat merancang loteng, rancangan acap kali sangat buruk yang menyebabkan
orang melakukan tindakan jorok dengan menyembunyikan barang dimana-mana.
Rancanga loteng haruslah bisa dipergunakan dengan mudah, logis, gmpang
diinspeksi, dan mudah dibersihkan.
Aliran Sinambung
Aliran bahan, bahan dalam proses, produk jadi, peralata lepas, dan orang
seharusnya dirancang mudah bergerak guna menghindari kontaminasi silang. Bersih
dan jorok, mentah dan masak harus dipisah, diupayakan mencegah resiko kontminasi
silang.
Pemisahan Fisik
Temperatur
Pembersihan
Dinding sekeliling bangunan harus tidak rembes dengan drainase yang cukup.
Tersedia ruang untuk kendaraan bongkar muat. Dinding harus kokoh agar tidak
tergetar saat kendaraan melintas disekitarnya.
Limbah
menjadi
komitmen
manajemen,
pengelolaan
sumber
daya,
c. Operasional
Perusahaan harus melaksanakan sistem keamanan pangan yang telah dibuat.
Sistem tersebut harus dijamin konsistensinya sehingga harus dibuat secara
sistematik, dilengkapi dengan prosedur baku, mekanisme pendataan, dan evaluasi
secara rutin. Untuk tujuan sertifikasi, tolak ukur produksi di dalam sistem
dokumentasi harus tersedia. Manajemen operasional sistemmnajemen keamanan
pangan menjadi tanggung jawab divisi pabrikasi. Rangkaian kegiatan divisi
pabrikasi meliputi perencanaan produksi, produksi, perawatan mesin, dan utilitas
pabrik. Seluruh kesatuan proses operasi sistem manajemen keamanan pangan
terkosentrasi dalam divisi produksi.
d. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi menjadi kunci dalam penerapaan sistem manajemen
keamanan pangan. Pemantauan dilakukan baik terhadap CCP, operasi CP, atau
sistem keseluruhan. Proses pemantauannya sendiri menggunakan prinsip inspeksi,
pengujian, pengukuran, validasi, internal audit, atau metode lain yang sesuai.
Manajemen
pemantauan
dan
evaluasi
meliputi
aktivitas
perencanaan,
a.
steam;
b.
c.
pendingin;
d.
air compressed;
e.
f.
g.
h.
persediaan air.
pembersihan;
b.
c.
d.
perbaikan menengah;
e.
overhaul;
f.
kalibrasi.
kekurangan yang terjadi dengan segera sehingga aktivitas tidak akan tertunda
lama.
7. Sanitation (Sanitasi Pabrik)
Ada 5 (lima) tahapan standar yang biasanya digunakan untuk sanitasi. Kelima
tahapan sanitasi tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Pre Rinse
Pre Rinse (langkah awal) merupakan suatu tahap awal yang dilakukan
Pembersihan
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan tanah atau sis makanan
dengan cara mekanis atau mencuci dengan lebih efektif. Pada tahapan ini
biasanya pembersihan dilakukan dengan menggunakan air dan detergen
bahkan untuk noda-noda tertentu, seperti minyak dapat dibesihkan dengan
menggunakan air hangat dan sabun.
c.
Pembilasan
Pembilasan dilakukan dengan tujuan untuk menhilangkan sisa-sisa
Desinfection
Pembersihan akhir dengan menggunakan disinfektan sangat disarankan
e.
Drying
Pembilasan kering dilakukan agar tidak ada genangan air yang dapat
menjadi
tempat
pertumbuhan
mikroba.
Pengeringan
ini
biasanya
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Bahaya fisik (physical hazard) pada makan merupakan potensi bahaya akibat
benda yang dapat melukai tubuh manusia maupun membuat fungsi organ terganggu.
Bahaya fisik dapat berupa serpihan logam, pecahan kaca, sisa tulang, kerikil dan
benda lainnya. Salah satu bahaya fisik yang sering dilupakan konsumen adalah
serpihan tulang pada daging ayam, serpihan tulang tersebut dapat melukai organ
pencernaan manusia. Untuk mengurangi potensi bahaya tersebut dapat diterapkan
manajemen control yang baik pada produsen serta perhatian dari konsumen terhadap
makanan. Metode yang digunakan untuk mendeteksi serpihan tulang pada daging
ayam dapat menggunakan metode X-Ray Backscatter maupun metode deteksi
Ultrasonik.
b.
Saran
Setelah mengetahui berbagai informasi berkaitan physical hazard berupa
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Food safety program, for processor and distributor.
http://www.gov.mb.ca/agriculture/food-safety/at-the-food-processor/foodsafety-program/educational-material.html
Correia, Lino R., Mittal, Gauri S., Basir, Otman A. 2008. Ultrasonic detection of
bone fragment in mechanically deboned chicken breasts. Innovative Food
Science and Emerging Technologies 9: 109115.
Dewanti, Ratih dan Hariyadi. 2013. HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Points) - Pendekatan Sistematik Pengendalian Keamanan Pangan. Dian
Rakyat. Jakarta.
Emir, Seyfi., zkan, Zeynep., Altnsoy, Hasan Baki., Yazar, Fatih Mehmet., Szen,
Selim., Bali, lhan. 2013. Ingested bone fragment in the bowel: Two cases and
a review of the literature. World J Clin Cases; 1(7): 212-216.
Hoxha, Faton T., Hashani, Shemsedin I., Komoni , Driton S., Gashi-Luci, Lumturije
H., Kurshumliu , Fisnik I., Hashimi, Medita SH., Krasniqi. Avdyl S. 2009.
Acute abdomen caused by ingested chicken wishbone: a case report. Cases
Journal : 2(64): 1-4.
Luning, P.A., Devlieghere, F., Verhe, R. 2006. Safety in the Agri-Food Chain.
Wageningen Academic Publishers. pp.209-222.
McFarlane , N.J.B., Speller, R.D., Bull, C.R., Tillett, R.D. 2003. Detection of Bone
Fragments in Chicken Meat using X-ray Backscatter. Biosystems Engineering
85 (2): 185199.
Restu, Sheila Dyah. 2009. Penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) di PT.
Sukasari Mitra Mandiri Semarang: Perawatan dan Sanitasi, Higienitas
Pekerja, Transportasi, Informasi Produk, dan Pelatihan. Laporan Kerja
Praktek. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
Thaheer, Hermawan. 2008. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Points). Bumi Aksara. Jakarta.