Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM KEMAH KERJA

PEMETAAN TOPOGRAFI DESA KEDAMEAN


KABUPATEN GRESIK UNTUK PEMBUATAN PETA
SITUASI DESA KEDAMEAN

ARDIAWAN JATI

(3509100007)

Program Studi Teknik Geomatika


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keperluan informasi spasial semakin hari semakin meningkat. Ini sesuai dengan
kebutuhan efisiensi pemanfaatan ruang yang meningkat, khususnya di pedesaan. Namun
kenyataannya informasi tersebut seringkali tidak tersedia baik secara kualitas maupun
kuantitas. Secara kualitas informasi spasial yang ada kurang mendetail dan secara kuantitas
hanya mencakup wilayah sempit. Sehingga informasi tersebut sudah tidak relevan lagi
dengan kondisi terkini. Hal ini memang suatu kenyataan, mengingat kita hidup di lingkungan
yang dinamis.
Kegiatan pemetaan topografi merupakan solusi untuk menyediakan informasi spasial
yang akurat dan terkini mengenai suatu daerah. Selain itu, kegiatan tersebut dapat menjadi
sarana pembaruharuan informasi spasial yang sudah ada sebelumnya. Dengan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat maksimal untuk berbagai keperluan.
Oleh sebab itu, Jurusan Teknik Geomatika ITS secara kontinu menyelenggarakan
mata kuliah Kemah Kerja dimana peserta mata kuliah membuat sebuah peta topografi suatu
daerah. Mata kuliah ini bertujuan untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam praktek
pemetaan topografi dengan mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari. Selain dapat
menghasilkan informasi spasial yang akurat terkini dalam bentuk peta topografi suatu
daerah, kemampuan mahasiswa peserta mata kuliah ini akan meningkat. Dan produk yang
dihasilkan nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak, khususnya untuk kebutuhan desa
tersebut.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah
1. Peserta dapat mengaplikasikan ilmu dari perkuliahan di Teknik Geomatika-ITS.
2. Peserta dapat memahami konsep Pelaksanaan Pemetaan Topografi secara Praktik di
lapangan.
3. Peserta dapat menyajikan informasi data spasial dalam bentuk peta situasi di kawasan
Desa Kedamean Kabupaten Gresik.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang dalam pengukuran topografis ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data yang nantinya digunakan pembuatan
Peta Situasi Desa Kedamean
2. Wilayah pengukuran terbatas pada area Desa Kedamean, Kabupaten Gresik
3. Peta acuan yang digunakan adalah data citra IKONOS dan QUICKBIRD yang di
download dari Google Earth
4. Hasil pengukuran adalah peta Situasi kampus Desa Kedamean menggunakan software
Autocad
5. Alat pengukuran yang digunakan adalah theodolit, waterpass, total station dan GPS

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pemetaan Detil Situasi Topografi
Pemetaan Topografi adalah pemetaan permukaan bumi fisik dan kenampakan hasil
budaya manusia. Unsur relief disajikan dalam bentuk garis kontur. Skala peta berkisar antara
1:500 sampai 1:250.000 dengan interval garis kontur antara 0,25 samapai 125 meter. (Umaryono
U.Purwohardjo, 1986)
Pemetaan Situasi Detil Tachymetri adalah pemetaan untuk titik-titik detil. Detil adalah
segala obyek yang ada di lapangan, baik yang bersifat alamiah seperti : sungai, lembah, bukit
alur, rawa, dll, maupun hasil budaya manusia seperti : jalan, jembatan, gedung, lapangan,
stasiun, selokan, dll yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat. Pemilihan detil dan
teknik pengukurannya dalam pemetaan sangat tergantung dari tujuan peta itu dibuat. Misal untuk
peta teknik, maka yang diperlukan adalah unsur-unsur topografinya serta detil alamiah maupun
hasil budaya manusia yang kongkrit di lapangan. (Umaryono U.Purwohardjo, 1986).
Metode ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktik pengukuran
detail situasi, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detil detil yang bentuknya
tidak beraturan. Dengan cara inipun, bentuk permukaan tanah dapat dengan mudah dipetakan.
Data yang harus diamati dari tempat berdiri alat ke titik bidik menggunakan peralatan ini
meliputi: azimuth magnet, benang atas, tengah dan bawah pada rambu yang berdiri di atas titik
bidik, sudut miring, dan tinggi alat ukur di atas titik tempat berdiri alat sehingga didapatkan
unsur jarak mendatar dan beda tinggi.
2.2.1 Kerangka Kontrol Horizontal (KKH)
Kerangka kontrol horisontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi horisontalnya, berupa koordinat pada bidang datar (X,Y), dalam sistem
proyeksi tertentu, dan satu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat yang dimaksud disini
adalah sistem koordinat kartesian bidang datar. Penentuan KKH dapat dikelompokkan dalam
metode penentuan :
1. Penentuan titik tunggal

: Metode polar, Metode perpotongan kemuka, Metode

perpotongan kebelakang
2. Penentuan banyak titik : Metode poligon : terbuka dan tertutup, Metode triangulasi,
Metode trilaterasi
2.2.2 Kerangka Kontrol Vertikal (KKV)
Kerangka kontrol vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi vertikalnya terhadap sebuah datum ketinggian. Datum ketinggian

ini dapat berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau
ditentukan lokal. Tinggi adalah perbedaan vertikal atau jarak tegak dari suatu bidang
referensi yang telah ditentukan terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya. Untuk
mendapatkan tingi suatu titik perlu dilakukan pengukuran beda tinggi antara suatu titik
terhadap titik yang telah diketahui tingginya dengan mempergunakan alat sipat datar.
Pengukuran kerangka kontrol vertikal bertujuan untuk menentukan tinggi titik-titik yang
dicari (koordinat vertikal) terhadap bidang referensi.
2.2 Prinsip Tachimetri Pada Pemetaan Topografi
Prinsip dasar hitungan pada metoda tachimetri dapat dijelaskan sebagai berikut ini :

Gambar 1. Prinsip Dasar Hitungan Tachimetri


Dalam pengukuran tachimetri, hal-hal yang perlu diketahui adalah :
a. Koordinat dan ketinggian titik A (titik ikat)
b. Koordinat titik lain yang digunakan sebagai acuan
Sedangkan dalam pengukuran tachimetri, data yang harus dicatat dan diukur, antara lain :
a. Tinggi Alat (TA)
b. Tinggi Patok tempat alat berdiri (TPA)
c. Bacaan Sudut Horisontal
d. Bacaan Sudut Miring () atau Sudut Vertikal (v)
e. Bacaan Benang Tengah (BT), Benang Atas (BA) dan Benang Bawah (BB)
f. Jika rambu berdiri di atas patok, maka Tinggi Patok di titik tempat rambu berdiri
(TPB)
Dari data yang diperoleh dari pengukuran, maka dilakukan hitungan matematik sebagai
berikut :
a. Menghitung jarak mendatar (d)
Menghitung jarak datar, terlebih dahulu menghitung jarak miring (dm)
dm = 100 (BA BB) cos

maka jarak mendatar adalah d = dm . cos atau


d = 100 (BA BB) cos2
dengan :
BA

= bacaan benang atas pada rambu

BB

= bacaan benang bawah pada rambu

= sudut miring, jika pada alat teodolit menggunakan sistem sudut zenith maka
= 90 - z

b. Menghitung beda tinggi


Selain dapat menentukan posisi titik B dari titik A, prinsip tachimetri dapat juga
menentukan beda tinggi antara titik A dan B (HAB )
HAB = TA + TPA + d tg. - BT TPB
dengan :
TA

= Tinggi Alat

TPA

= Tinggi Patok di titik A

= jarak mendatar

= sudut miring

BT

= bacaan benang tengah pada rambu

TPB

= Tinggi Patok di titik B

Dengan data jarak, sudut mendatar dan beda tinggi, maka dapat ditentukan posisi dan
ketinggian titik B dari titik A dengan menggunakan prinsip dasar penentuan koordinat dengan
metode poligon. Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi horisontal banyak titik
dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga membentuk
suatu rangkaian sudut titik-titik (polygon). Pada penentuan posisi horisontal dengan metode ini,
posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon.

Gambar 2. Contoh Perhitungan Poligon

Pada Gambar 2, untuk mendapatkan koordinat titik 1, 2, 3 dan 4 maka dilakukan


pengukuran sudut (1, 2,3, 4) dan jarak (dB1, d12, d23, d34, d4C) Rumus koordinat secara umum :

Dimana :
Xn+1 = absis yang dicari
Yn+1 = ordinat yang dicari
Xn

= absis yang diketahui

Yn

= ordinat yang diketahui

Dn, n+1 = jarak antara titik yang diketahui dan titik yang akan dicari
n,n+1 = azimuth antara titik yang diketahui dan titik yang dicari
Syarat Geometris Hitungan Koordinat
1. Syarat Sudut

dimana :
akhir

= azimuth akhir

awal

= azimuth awal

= jumlah sudut pengukuran

= jumlah titik sudut

= koreksi sudut

2. Syarat Absis

dimana :
Xakhir

= absis akhir

Xawal

= absis awal

= jumlah selisih absis

fx

= koreksi selisih absis

3. Syarat Ordinat

dimana :
Yakhir

= ordinat akhir

Yawal

= ordinat awal

= jumlah selisih ordinat

Fy

= koreksi selisih ordinat

2.3 Pengukuran dengan GPS


GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi
yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi
dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia
tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah
banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut
informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat
memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol)
sampai dengan puluhan meter. Pada Kemah Kerja ini, GPS geodetik digunakan sebagai alat
untuk mendapatkan informasi terkait data yang diperlukan pada kegiatan pemetaan topografi.
Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan
kebelakang) dengan jarak, yaitu dengan jarak secara simultan kebeberapa satelit GPS yang
koordinatnya telah diketahui. Perlu diketahui bahwa posisi yang diberikan oleh GPS adalah
posisi tiga dimensi (X,Y,Z ataupun j,l,h) yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic
System) 1984. Dengan GPS, titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam (static positioning)
ataupun bergerak (kinematic positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan menggunakan
satu receiver GPS terhadap pusat bumi dengan menggunakan metode absolute (point)
positioning, ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya (station referensi)
dengan menggunakan metode differential (relative) positioning yang minimal menggunakan dua
receiver GPS. Disamping itu, GPS dapat memberikan posisi secara instan (real-time) ataupun
sesudah pengamatan setelah data pengamatannya diproses secara lebih ekstensif (post
processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik.
Ketelitian posisi yang didapat dengan pengamatan GPS secara umum akan tergantung
pada empat faktor, yaitu metode penentuan posisi yang digunakan, geometri dan distribusi dari
satelit-satelit yang diamati, ketelitian data yang digunakan, dan strategi/ metode pengolahan data
yang diterapkan. Masing-masing faktor tersebut mempunyai beberapa parameter yang
berpengaruh pada ketelitian posisi yang akan diperoleh dari GPS. Beberapa parameter tersebut
diberikan contohnya pada tabel berikut :

Tabel 1. Faktor dan parameter yang mempengaruhi ketelitian penentuan posisi dengan GPS

Faktor
Ketelitian Data

Geometri
satelit
Metode
penentuan
posisi
Strategi
pemrosesan
data

Parameter
Tipe data yang digunakan (pseudorange,
fase)
Kualitas receiver GPS
Level dari kesalahan dan bias
Jumlah satelit
Lokasi dan distribusi satelit
Lama pengamatan
Absolute & differential positioning
Static, rapid static, pseudo-kinematic,
stop-and-go, kinematic
One & multi station referensis
Real-time & post processing
Strategi eliminasi dari pengkoreksian
kesalahan dan bias
Metode estimasi yang digunakan
Pemrosesan baseline dan perataan
jaringan
Kontrol kualitas

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi
Lokasi Kemah kerja berada di Desa Kedamean, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik.

Gambar 3. Lokasi pengukuran


3.2 Hari Pelaksanaan
Kegiatan Kemah kerja dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal
: Jumat, 11 Januari 2012 - 18 Januari 2012
Pukul
: 07.00 17.00 WIB
3.4 Pelaksanaan Kegiatan
Kerja praktik akan dilaksanakan selama 8 (delapan) hari, dengan rincian kegiatan berikut :

1.

No.

Kegiatan

Pengenalan Lokasi

Studi Literatur

Orientasi Medan

Pengukuran Terestris dan


Pengukuran GPS untuk
Pemetaan Topografi

Pengolahan Data

Penulisan Laporan

Hari Ke4 5
6

Pengenalan
Daerah

Hal yang dilakukan saat pengenalan daerah adalah pengenalan dengan perangkat desa
dan petinggi warga sekitar terlebih dahulu sebagai salah satu cara untuk mengakrabkan
dengan lingkungan sekitar.
2. Studi Literatur
Peserta Kemah Kerja mempelajari mengenai literatur yang mendukung pekerjaan yang
akan dilakukan. Studi literatur tantu saja dengan arahan dari pembimbing kita selama
melaksanakan Kerja Praktik.
3. Orientasi Medan
Sebelum melakukan pengukuran, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah orientasi
medan. Orientasi medan merupakan suatu kegiatan meninjau lokasi yang akan diukur
agar dapat diketahui karakteristik dan bentuk dari lokasi tersebut, sehingga dapat
membantu memudahkan pekerjaan pengukuran. Setelah melakukan orientasi medan,
kemudian menentukan titik-titik referensi sebagai titik kontrol dalam menentukan lokasi
titik-titik eksplorasi. Adanya titik referensi ini sangatlah penting sekali agar titik-titik
yang akan direncanakan nanti dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.
4. Pengukuran Terestris dan pengukuran GPS.
Data yang diambil adalah data beda tinggi, jarak, sudut yag diambil menggunakan alat
waterpass dan theodolit/total station. Data-data tersebut selanjutnya akan diproses
sehingga menghasilkan informasi posisi (koordinat x,y,z) yang akan digunakan untuk
penggambaran peta, menghitung volume galian / timbunan serta volume batubara, luas
daerah, dll. Untuk titik kerangka kontrol utama bila tidak ada, maka untuk
mendefinisikannya harus digunakan GPS Geodetik agar ketelitian koordinat yang
dihasilkan berpresisi tinggi. Data dari GPS juga diperlukan jika pengukuran terestris sulit
atau bahkan tidak mungkin untuk dilakukan misalnya untuk menghitung volume
timbunan batubara, hal ini sangat memungkinkan karena dalam pengukuran GPS
menggunakan metode pengamatan satelit.
5. Pengolahan Data
Setelah data pengukuran didapat, selanjutnya data tersebut diolah. Pengolahan data dapat
menggunakan bantuan dari software perhitungan misalnya : Ms. Excel, Matlab, dsb
untuk menentukan posisi x,y,z. Sedangkan untuk pengolahan data GPS dan Total Station,
menggunakan software khusus misalnya : Topcon Tools, atau yang lainnya
menyesuaikan dengan merk dan tipe alat yang digunakan.
6. Pembuatan Laporan
Laporan yang dibuat mencakup laporan kegiatan selama Kemah Kerja beserta teori yang
mendukung serta pengolahan data. Laporan diasistensikan dengan Dosen Tim Kemah
Kerja Teknik Geomatika ITS dengan standart laporan ilmiah.

BAB IV
PENUTUP

Kami berharap agar proposal ini mendapat persetujuan sehingga Praktikum Kemah
Kerja Semester Ganjil berjudul Pemetaan Topografi Kecamatan Kedamean Kabupaten
Gresik untuk Pembuatan Peta Situasi dapat direalisasikan untuk memenuhi mata kuliah
Kemah Kerja pada Teknik Geomatika ITS yang bertujuan peningkatan pendidikan secara
maksimal. Atas kerja sama dan partisipasi kami ucapkan terimakasih.

LEMBAR PERMOHONAN
PRAKTIKUM KEMAH KERJA
PEMETAAN TOPOGRAFI DESA KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK
UNTUK PEMBUATAN PETA SITUASI DESA KEDAMEAN

Mengetahui,

Surabaya, 10 November 2011

Koordinator Kemah Kerja

Ketua Panitia,

Agung Budi Cahyono ST. M.Sc. DEA


NIP. 196905201999031002

Ardiawan Jati
NRP. 3509100007

Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknik
Geomatika FTSP - ITS

Dr. Ir. Muhammad Taufik


NIP. 1955 0919 198603 1 001

Anda mungkin juga menyukai