Sistem kontrol otomatis telah menjadi bagian yang sangat penting dalam dunia industry
saat ini karena kemudahan yang diberikannya. Pesatnya perkembangan dunia industri menuntut
adanya proses yang lebih cepat dan mudah.ON-OFF Kontroler ialah salah satu contoh dari
sistem kontrol otomatis ini. ON-OFF Kontroler ialah suatu sistem kontrol dengan elemen
penggerak dengan menggunakan dua kondisi yaitu posisi ON dan OFF. Rangkaian OP AMP yang
digunakan yaitu inverting amplifier sebagai penguatan sinyal kontrol.
Metode pengambilan data dengan mensimulasikan rangkaian pada Proteus 8
Profesional. Hasil dari percobaan sistem close-loop merupakan sistem aksi yang di umpan
balikkan ke kontroler untuk memperkecil kesalahan sistem. Dengan adanya gangguan pada sistem
open-loop maka keluaran sistem tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan karena keluarannya
tidak dibandingkan dengan masukan.
BAB VII
PERCOBAAN VI
APLIKASI ON/OFF KONTROLER PADA PLANT PENGATUR SUHU
Kontroler
Output
Elemen Ukur
Gambar 7.1 Sistem Kontrol Loop Tertutup
negatif, sedemikian rupa sehingga : M(t) = M1untuk e(t)>0 dan M(t) = M2 untuk
e(t)<0
Dimana M1 dan M2 adalah konstanta. Harga minimum, M2, biasanya nol,
atau M1. Kontroller dua posisi biasanya berupa perangkat listrik, salah satu
contoh yang digunakan secara luas dengan penggerak selenoid listrik.
Gambar 7.2(a) dan (b) menunjukkan diagram blok kontroller dua posisi.
Daerah harga sinyal penggerak antara posisi on dan off disebut celah diferensial
(differential gap). Suatu celah differensial ditunjukkan pada gambar 7.2(b). Celah
diferensial ini menyebabkan keluaran kontroller m(t) tetap pada harga sekarang
sampai sinyal kesalahan penggerak bergeser sedikit dari harga nol. Pada beberapa
kasus, celah diferensial ini disebabkan oleh gesekan yang tidak diinginkan adanya
celah diferensial untuk mencegah operasi mekanisme on-off yang terlalu sering.
M
1
M
1
m
M
2
Celah
diferensial
(b)
(a)
Gambar 7.2 (a) Diagram Blok Kontroller on-off. (b) Diagram blok on-off dengan celah
diferensial.
Dari gambar 7.3, dapat dilihat bahwa amplitudo osilasi keluaran dapat
diperkecil dengan memperkecil celah diferensial. Akan tetapi hal ini akan
menyebabkan kenaikan angka switching on-off permenit sehingga akan
memperpendek umur ketahanan komponen. Besar celah diferensial harus
ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti ketelitian yang diperlukan
dan umur komponen.
H(t
)
Celah diferensial
3. Plant
umumnya
dibentuk
oleh
bahan
semikonduktor.
Thermistor
VCC
keluaran
+
VEE
Catu daya diberikan lewat jalur VCC dan VEE, catu positif melalui VCC dan
catu negatif melalui VEE. Adanya catu simetris ini memungkinkan tegangan
keluaran Vout berayun positif maupun negatif terhadap jalur ground (netral, nol
volt) Pencatuan asimetris masih dimungkinkan dengan konsekuensi timbulnya
beberapa keterbatasan.
Tegangan keluaran bersifat kebalikan dari tegangan masukan inverting
(membalik). Bila tegangan masukan inverting positif (+), tegangan akan
cenderung
masukan (-) nya disebut masukan pembalik dan masukan (+)nya disebut tak
membalik.
Ragam kerja saturasi hanya mengenal dua keadaan, yaitu tegangan
keluaran mendekati tegangan catu positif dan tegangan keluaran mendekati catu
negatif. Secara matematis dapat diekspresikan sebagai berikut :
Vout VCC
Vout VEE
;
VINV < VNI
Tegangan Ed antara masukan (+) dan masukan (-) pada dasarnya nol.
2.
Arus yang di alirkan antara terminal (+) dan (-) dapat diabaikan.
Rf
Ri
+
V
~ 0V
Ei
+
-V
RL
Vo
0V, penurunan tegangan melalui Ri adalah Ei. Arus I yang melalaui Ri didapat
dari hukum Ohm:
Ei
Ri
Seluruh arus masukan I men galir melalui Rf, karena jumlah yang
dialirkan oleh terminal masukan (-)nya dapat diabaikan, maka penurunan
tegangan yang melalui Rf:
VRf IxRf
Ei
Rf
Ri
Vo Ei
Rf
Ri
Vo
Rf
Ei
Ri
arcsin
a
b
+V
Ri
~ 0V
+
-V
Ei
RL
Vo
Karena tegangan Ed antara masukan (+) dan (-) dari Op-amp adalah nol
kedua masukan tersebut berada pada potensial X yang sama. Karenanya Ei
tampak melintasi Ri, Ei menyebabkan arus I mengalir seperti diberikan oleh I =
Ei/Ri. Arah I tergantung pada polaritas Ei.
Karenanya I mengalir melalui Rf dan penurunan tegangan melintasi Rf
dinyatakan oleh VRi dan dinyatakan sebagai
VRf = I(Rf) =
Rf
x Ei
Ri
Rf
) Ei
Ri
Vo
Rf
=1+
Ei
Ri
Ei E1 Ei E 2
0
R
R
sedemikian rupa sehingga :
Ei
E1 E 2
R
Vo E1 E 2
Jika isyarat yang harus dijumlahkan lebih dari dua, maka semua hambatan
dipilih yang mempunyai nilai sama kecuali tahanan umpan baliknya. Penjumlah
masukan tak membalik dengan N masukan diperlihatkan pada gambar 7.9
R1
| R1 R 2; R 3 R 4
R2
7.2.3
untuk mengatur prototipe sistem pengaturan temperatur elemen. Blok plant terdiri
atas elemen besi yang dililit oleh kawat-kawat tembaga atau biasa disebut elemen
pemanas. Suhu dari plant diubah menjadi sinyal listrik berupa tegangan oleh IC
sensor LM35, yang mempunyai karakteristik tegangan keluaran 0 mV +10
mV/C. Sebagai contoh pada saat suhu kamar 27C maka tegangan keluaran
sensor adalah 270 mV. Sensor suhu yang bertujuan untuk mengukur temperatur
elemen pemanas terletak pada rangkaian. Tegangan sensor berkisar antara
270mV-1,5 Volt dengan 10mV mewakili 1C.
Terdapat selang waktu sekitar 1,5 detik, sensor temperatur tidak bereaksi.
Hal ini dikarenakan terdapat jarak antara pemanas dengan sensorsehingga udara
panas yang dihasilakn dari kipas angin membutuhkan waktu untuk mencapai
sensor. Temperamen semacam ini sering dijumpai pada komponen-komponen
yang memiliki sifat transportasi. Selang waktu ini dinamakan sebagai waktu
tunda.
7.2.4
Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,
Amplifier (penguat)
Switch (saklar)
(a)
(b)
Gambar 7.11 (a) Simbol transistor BJT NPN (b) Simbol Transistor BJT PNP
dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan utnuk mengatur aliran arus
utama tersebut
Fungasi transistor antara lain:
Buffer (Penyangga)
Switch
Penguat (gain)
7.2.5
7.3.2
Cara kerja
7.3.3
Data Percobaan
Variasi
Time Ref.
(s)
Vin (V)
T (C)
Vout (V)
28
45,45
0,4545
28
1,5
66,7
0,667
28
87,9
0,879
28
2,5
109,1
1,091
28
2,75
119,7
1,197
28
130,4
1,304
Variasi
Ref.
0,88
0,79
0,55
Tegangan
Kondisi LED
Suhu (C)
Nyala
87
0,87
Mati
88
0,88
Nyala
78
0,78
Mati
79
0,79
Nyala
54
0,54
Mati
55
0,55
LM35 (V)
Gainsimulasi (V)
-5
+9,94
-2
-3
+5,94
-2
-1
+1,94
-2
-2,01
-2
-6,01
-2
-10
-2
-14
-2
-18
-2
11
-22
-2
10
17
-33,6
-2
7.4
Gambar 7.14 Rangkaian Simulasi Open Loop pada Sistem Pengatur Suhu
Variasi
Time Ref.
(s)
Vin (V)
T (C)
Vout (V)
28
45,45
0,4545
28
1,5
66,7
0,667
28
87,9
0,879
28
2,5
109,1
1,091
28
2,75
119,7
1,197
28
130,4
1,304
Dari data diatas dapat dilihat nilai dari tegangan masukan (Vin) yang
berbanding lurus dengan nilai tegangan keluaran (Vout). Pada sistem ini tidak ada
feedback, sehingga suhu (T) dan nilai keluaran (Vout) hanya dipengaruhi oleh
tegangan masukan (Vin). Sedangkan besarnya suhu diperoleh dari:
Pada data percobaan di atas dapat dibuat grafik hubungan antara Vin
dengan Vout, seperti pada gambar 7.15
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
Vin (V)
Gambar 7.15 Grafik perbandingan kenaikan Vin terhadap Vout pada sistem Open Loop
7.4.2
Gambar 7.16 Rangkaian Simulasi Kontrol On-Off Kontroller secara close loop
0,88
0,79
0,55
Nyala
87
0,87
Mati
88
0,88
Nyala
78
0,78
Mati
79
0,79
Nyala
54
0,54
Mati
55
0,55
Berdasarkan tabel 7.5, dapat dilihat bahwa nilai dari Tegangan LM35
selalu mendekati nilai dari referensi. Berbeda dari sistem open loop, pada sistem
close loop terdapat feedback, sehingga nilai keluaran sistem dapat dikontrol
menggunakan referensi. Hal ini terbukti pada tabel di atas, ketika referensi = 0,88
V dan tegangan LM35 = 0,87 V LED masih menyala karena tegangan LM35
masih berada di bawah referensi. LED bisa diibaratkan sebagai heater yang terus
menerus mengeluarkan panas sehingga saat LM35 mencapai 0,88 V (88C) atau
lebih, sistem akan mati ditandai LED yang padam. Ketika suhu/tegangan LM35
turun, maka sistem akan kembali ke posisi on, dan seterusnya
H(t
)
Celah diferensial
0,01 V
dimana kondisi sistem bergerak dari keadaan on ke keadaan off, keadaan tersebut
merupakan respon dari sistem untuk menuju kestabilan atau keadaan yang
diinginkan.
Jika rangkaian tersebut dibuat dalam bentuk hardware, akan terbentuk
respon sistem dengan celah diferensial yang lebih besar seperti pada gambar
diatas. Hal tersebut dikarenakan rugi-rugi pada komponen seperti self-heating
pada LM35 dan rugi-rugi lainnya tergantung dari plant dan aktuator yang
digunakan.
7.4.3
Penguatan (Gain)
Pengkondisian sinyal dilakukan sebelum sinyal input akan dimasukkan ke
Dari simulasi diatas dapat diperoleh nilai gain simulasi yaitu dengan
perbandingan nilai Ri dan Rf. Didapat gain simulasi sebagai berikut
Vo
,
Ei
Contoh Perhitungan yaitu pada Ei = 5 Volt dan Vo = -10 Volt maka gain
tegangannya adalah :
Dengan analogi perhitungan yang sama maka didapat perhitungan gain tegangan
pada percobaan penguatan (gain) sesuai tabel
Tegangan Input
Tegangan Output
(V)
(V)
-5
No.
Gainsimulasi (V)
Gainperhitungan (V)
+9,94
-2
-1,988
-3
+5,94
-2
-1,98
-1
+1,94
-2
-1,94
-2,01
-2
-2,01
-6,01
-2
-2,003
-10
-2
-2
-14
-2
-2
-18
-2
-2
11
-22
-2
-2
10
17
-33,6
-2
-1,976
-2
-1,99
Rata-rata Gain
Dari tabel diatas terlihat bahwa gain dari simulasi dan perhitungan terdapat
sedikit perbedaan, tetapi gain pada perhitungan nilainya mendekati gain pada
simulasi. Hal ini dikarenakan pada gain simulasi menggunakan rumus
sedangkan pada gain perhitungan menggunakan rumus
rata yang didapat mendekati sama, hanya berbeda 0,01. Selain itu, gain pada
sistem adalah sama karena dalam percobaan yang divariasikan adalah tegangan
input, Sedangkan gain dari sistem adalah tetap.
V output (V)
-15
-10
-5
5
0
-5 0
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
10
15
20
V input (V)
Gambar 7.19 Grafik hubungan tegangan input Vs tegangan output
7.4.4
Perbandingan on-off secara open loop dengan on-off secara close loop
Open loop control atau kontrol lup terbuka adalah suatu sistem yang
C(s)
E (s)
KONTROLLER
Gc (s)
PLANT
G(s)
Dari gambar 7.21 di atas dapat diketahui persamaan untuk sistem lup terbuka :
C (s) = R(s).Gc(s).G(s)
C(s)
Gc ( s ).G ( s )
R(s)
Dalam suatu sistem kontrol terbuka, keluaran tidak dapat dibandingkan
dengan masukan acuan. Jadi, untuk setiap masukan acuan berhubungan dengan
operasi tertentu, sebagai akibat ketetapan dari sistem tergantung kalibrasi. Dengan
adanya gangguan, system control open loop tidak dapat melaksanakan tugas
sesuai yang diharapkan. System control open loop dapat digunakan hanya jika
hubungan antara masukan dan keluaran diketahui dan tidak terdapat gangguan
internal maupun eksternal.
Sedangkan Sistem kontrol lup tertutup adalah sistem kontrol yang sinyal
keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan, sistem
kontrol lup tertutup juga merupakan sistem kontrol berumpan balik. Sinyal
kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal
umpan balik (yang dapat berupa sinyal keluaran atau suatu fungsi sinyal keluaran
atau turunannya, diumpankan ke kontroler untuk memperkecil kesalahan dan
membuat agar keluaran sistem mendekati harga yang diinginkan. Dengan kata
lain, istilah lup tertutup berarti menggunakan aksi umpan balik untuk
memperkecil kesalahan sistem.
C(s)
E (s)
KONTROLLER
Gc (s)
PLANT
G(s)
sensor
H(s)
Dari gambar 7.22 di atas dapat diketahui persamaan yang digunakan dalam close
loop sistem :
C(s) (1+H(s).Gc(s).G(s)) =R(s).Gc(s).G(s)
7.5
PENUTUP
7.5.1
Kesimpulan
1. Pengkondisi sinyal digunakan untuk memperkuat sinyal masukan
sampai batas tertentu, sebelum masuk ke kontroller. Salah satu contoh
pengkondisi sinyal adalah Inverting Amplifier.
2. Inverting Amplifier dapat merubah polaritas tegangan sesuai dengan
percobaan pernguat (gain). Hal ini terjadi sesuai dengan rumus
Inverting Amplifier, yaitu:
(
3. Pada percobaan Open Loop pada Sistem Pengatur Suhu, nilai tegangan
keluaran (Vout) terus naik seiring kenaikan Tegangan masukan (Vin),
karena tidak terdapat feedback. Pada hasil percobaan pertama,
diperoleh Vout 0,4545 V dari Vin sebesar 1 V, dan pada data terakhir
diperoleh Vout 1,304 V dari Vin sebesar 3 V.
4. Sensor LM35 bersifat linear, karena perubahan suhu berbanding lurus
terhadap perubahan tegangan keluaran, hal ini dapat dilihat pada tabel
7.1
5. Pada percobaan on off controller secara close loop pada percobaan 1
ketika transistor pada keadaan aktif didapatkan suhu sebesar 87oC dan
mati pada suhu 88oC karena nilai referensinya adalah 0,88 V. Sama
dengan hasil yang lainnya, sehingga pada sistem ini hasil Vout
mendekati referensi karena sistem ini memiliki feedback. Pada
percobaan aplikasi on-off open loop, untuk mendapatkan besar suhu
digunakan rumus:
6. Pada percobaan on-off controller secara close loop, jika suhu kurang
dari referensi maka LED menyala sedangkan jika suhu lebih dari atau
sama dengan referensi maka LED akan mati. Hal ini sama dengan cara
kerja dari setrika.
7. Pada perbandingan open loop dan close loop, pada open loop terlihat
bahwa sistem yang keluarannya tidak mempunyai pengaruh terhadap
aksi kontrol. Artinya, sistem kontrol terbuka keluarannya tidak dapat
digunakan sebagai umpan balik dalam masukan. Sedangkan pada close
loop sistem menggunakan aksi umpan balik untuk memperkecil
kesalahan sistem.
8. Pada percobaan kontrol on-off secara close loop, terdapat celah yang
disebut celah diferensial dimana kondisi sistem bergerak dari keadaan
on ke keadaan off, keadaan tersebut merupakan respon dari sistem
untuk menuju kestabilan atau keadaan yang diinginkan.
9. Pada percobaan penguatan (Gain), rata-rata Gain yang diperoleh
adalah
Vo
Rf
Ei
Ri
10. Pada percobaan penguatan (Gain), pada variasi ke-6, didapat Vout
-10V dari Vin 5V sehingga menghasilkan Gain = -2 . Begitu pula pada
variasi ke-7, didapat Vout -14V dari Vin 7V sehingga menghasilkan
Gain = -2 . Hal ini sesuai dengan rumus perhitungan Gain yaitu:
7.5.2
Vo
Ei
Saran
1. Seharusnya praktikum menggunakan modul yang sebenarnya tidak
menggunakan simulasi agar dapat mengetahui aplikasi On/Off dalam
kenyataan
2. Sebaiknya kontroler ON/OFF hanya digunakan pada plant-plant yang
bersifat lamban dan tidak membutuhkan presisi tinggi. contohnya:
setrika.
DAFTAR PUSTAKA