Anda di halaman 1dari 7

DIABETES MELLITUS IN ELDERLY

Sumarmi S, A Guntur H
Sub Bagian Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta

PENDAHULUAN
Diabetes melitus pada usia lanjut seawal mungkin diketahui karena keadaan patologi
yang penting, komplikasi diabetes mellitus usia lanjut sering kali berat dan fatal, melibatkan
keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi
diabetes melitus usia lanjut semakin meningkat karena jumlah usia lanjut meningkat. Pada
mulanya diabetes melitus ditemukan pada masyarakat negara maju,makin lama dirasakan pula
pada masyarakat negara berkembang. Oleh karena peningkatan satus sosial, dimana pola hidup
tradisional berubah menjadi pola hidup modern, seperti masyarakat negara maju. Penelitian
Health and Nutrition Survey (HANESIII) menunjukkan bahwa sekitar 20 % populasi terkena
diabetes melitus pada usia 75 tahun. Setidaknya setengah dari pasien usia lanjut ini tidak
menyadari mereka memliki penyakit tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kenaikan insidensi dan prevalensi diabetes mellitus usia lanjut yaitu : umur, gaya hidup
(lifestyle), kegemukan dan etnik.
Perlu kita ketahui bahwa diabetes mellitus yang diderita usia lanjut dimulai sejak dewas
atau baru diderita pada saat menjelang usia lanjut. Diabetes mellitus yang timbul pada dewasa
(90%) sisanya masuk diabetes melitus tipe II. Untuk menentukan apakah diabetes mellitus usia
lanjut itu timbul pada usia lanjut maka perlu membutuhkan anamnesa yang baik. Diabetes
melitus yang timbul pada usia lanjut biasanya tidak didapatkan gejala klasik seperti poliuri,
polidipsi dan polifagia. Hal inilah perlu kejelian dokter karena pada usia lanjut dapat terjadi
inkontinensia, malas makan maupun minum.
Masalah diabetes melitus usia lanjut bukanlah hal yang mudah karena erat hubungannya
dengan terjadinya komplikasi kronis dari diabetes mellitus, oleh karena itu perlu perhatian
khusus dan serius dalam penanganan diabetes melitus.

DIAGNOSA
Diagnosa diabetes melitus usia lanjut, mengacu pada rekomendasi A.D.A (American
Diabetes Association) yang tidak menunjukkan spesifik umur. Diagnosa diabetes melitus
apabila:

GDP lebih dari 120 mg/dl, dua kali pemeriksaan, pasien puasa 8-12 jam

GDS lebih dari 200 mg/dl, dengan gejala gejala diabetes mellitus.

Sedangkan pemeriksaan HbA1c untuk memantau efektivitas pengobatan.


PATOGENESIS
Pada usia lanjut terjadi perubahan perubahan dalam :

Anatomi, penurunan system imun, system muskulus (etc), system endokrin,


system kardiovaskuler dan kelainan organ organ tubuh (hepar, ginjal)

Pankreas, terjadi degenerasi sel beta pankreas, bentuk lebih kecil, inti pignotis.
Sekresi insulin oleh sel beta pankreas menurun sehingga terjadi gangguan
toleransi glukosa, diabetes mellitus.

Pada beberapa penelitian, diabetes mellitus usia lanjut dan dewas mempunyai
predisposisi genetik yang kuat. Usia lanjut dengan riwayat keluarga diabetes
melitus, dengan bertambahnya umur mempunyai potensi diabetes mellitus yang
kuat. Prevalensi diabetes mellitus usia lanjut meningkat pada kelompok etnik
tertentu ( Native American ,Hispanis, Black and Micronesians).

Faktor genetik berperan penting, pada kembar identik usia lanjut, prevalensi
diabetes mellitus meningkat tajam pada saudara kembar pasien

Pola hidup (life style), obesitas dan aktifitas yang berkurang, berperan terhadap
kejadian diabetes melitus. Bertambahnya umur pada umumnya disertai
peningkatan berat badan dan bertambahnya distribusi lemak tubuh khusus daerah
sentral, inilah penyebab penurunan sensitifitas jaringan perifer terhadap insulin.
Pertambahan usia pada umumnya disertai dengan menurunnya aktifitas fisik,
mundurnya kebugaran jasamani dan timbul penyakit degeneratif. Otot dan organ
tubuh paling banyak mengkonsumsi glukosa, banyak terdapat resptor insulin dan

glukosa. Pada usia lanjut masa otot berkurang, terjadi penurunan jumlah reseptor,
uptake glukosa berkurang terjadi hiperglikemia.

Polipatologi dan Polifarmasi


Pada usia lanjut terjadi polipatologi, terjadi kelainan dan komorbid ( sirosis,
penyakit ginjal, keganasan), terjadi gangguan insulin pathway, fungsi reseptor
menurun, uptake glukosa menurun akibatnya glukosa darah meningkat.

Polipatologi menyebabkan polifarmasi, sehingga banyak obat yang langsung


berperan pada sel beta pancreas dan obat-obatan yang bekerja sebagai inhibitor
insulin (Kortikosteroid, obat jiwa yang mengandung serotonin, dopamin)

Otot,pada usia lanjut masa otot berkurang maka terjadi penurunan jumlah reseptor
dan uptake glukosa, sehingga terjadi hiperglikemia.

Autoimun, punya peran dalam kekurangan insulin pada pasien diabetes mellitus
usia lanjut yang kurus, namun ada data yang saling bertentangan perlu penelitian
lebih lanjut.

PENGELOLAAN DIABETES MELITUS PADA USIA LANJUT


Konsep pengelolaan diabetes mellitus usia lanjut COMPREHENSIVE GERIATRIC
ASSESMENT, dengan pelaksanaan semua program berdasarkan pertimbangan yang meliputi,
berbagai aspek yaitu fisik, mental, sosial, ekonomi dan lingkungan. Peran keluarga dan petugas
yang merawat pasien sangat besar untuk tercapainya pengobatan. Butuh peran para pakar disiplin
ilmu : konsultan geriatric, psikologi, nutrisi, farmasi, jiwa, saraf, rehabilitasi medik dll. Yang
menghambat tercapainya tujuan terapi antara lain faktor ko-morbid, gangguan kognitif, faktor
psikosial , penurunan respon COUNTER REGULATORY HORMON, kemunduran fungsi organ
tubuh |(ginjal, hati|).
Terapi diabetes mellitus usia lanjut, diawali dengan :
1. Pemeriksaan fisik untuk menentukamn penyakit lain
2. Skrining untuk mikro-makroangiopati
3. Fungsi organ antara lain visus, pendengaran, mobilitas, vesika urinaria.
4. Fungsi kogniitif
5. Laboratorium, HbA1c, ureum, kreatinin, elektrolit dll

6. ECG
Penyuluhan dalam usia lanjut sangat penting untuk menunjang tercapainya tujuan terapi.
Tujuan terapi adalah : kadar gula darah normal dan faktor resiko terjadinya komplikasi vaskuler
menurun/berkurang. Dengan cara :
1. Pengendalian berat badan, jangan terjadi obesitas dengan pengaturan diit dan kegiatan
fisik.
2. Pengendalian Hipertensi
3. Pengendalian dislipidemia
4. Menghindari penggunaan obat obat diabetes secara progresif.
Program terapi diabetes mellitus usia lanjut, sering mengalami kendala berkaitan dengan
komplikasi kronis dari diabetes mellitus maupun

komorbiditas merupakan

alas an untuk

polifarmasi. Polifarmasi (banyak obat yang tidak efektif) merupakan dampak negatif antara lain :
-

Interaksi obat (fluoroquinolon hipoglikemia)

Efek samping

Biaya mahal, dimana dana usia lanjut terbatas.

RINGKASAN :
Diabetes mellitus usia lanjut makin bertambah di Negara maju maupun di Negara
berkembang :
-

Dengan bertambahnya panjangnya usia lanjut (lifespan).

Dipengaruhi oleh faktor faktor meningkatnya status social, lifestyle, kurangnya kegiatan
fisik, makan berlebihan, obesitas.

Patofisiologi diabetes melitius usia lanjut oleh karena :


1. Penurunan sekresi insulin
2. Resistensi insulin
3. Pengaruh hormon lain (glucagon)
4. Obesitas

5. Olah raga, dll.


Pengelolaan diabetes mellitus usia lanjut harus diawali dengan penyuluhan, merupakan
langkah fundamental untuk menegakkan pengertian diabetes mellitus. Dilanjutkan dengan :
1. Pengaturan diit dan kegiatan fisik
2. Menurunkan berat badan yang berlebih
3. Mengendalikan tensi, perbaikan profil lipid dan menghindari pemakaian obat-obatan
diabetes yang progresif.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ben Ami H, Nagachandran P, Mendelson A, Eduote Y. Drug-induced hypoglycemia


coma in 102 diabetic patients. Arch Intern Med. 1999; 159:281-284.

2.

Burge MR, Kamin JR, Timm CT, Qualls CR, Schade DS. Low dose epinephrine supports
plasma glucose in fasted elderly patients with type 2 diabetes metabolism. 2000;49:195202.

3.

Darmono. Diabetes Melitus pada Lanjut Usia. Antisipasi terhadap penyulit. Temu ilmiah
Geriatri Semarang, Maret 2008.p.167-182.

4.

Darmono. Diabetes Mellitus in Elderly. PIT X PERKENI. 2009.p.47-59

5.

Djoko Wahono Soeatmadji. Diabetes pada Usia Lanjut : Manfaat dan Resiko Kontrol
Glikemik Ketat. The Truth About Aging and Anti Aging : Scientific Perspective, Mei
2007.p. 107-117.

6.

Djokomoeljanto. Endokrinologi Pada Usia Lanjut. Geriatri. Ed 3, 2006.p.317-325.

7.

Feng-Fing Lu, Kun Fei Lin, Hsu Ko Kuo. Diabetes and the Risk of Multi System Aging
Phenotypes : A systematic Review and Meta Analysis.2009,p.1-12.

8.

Feskens EJM, BOER JMA, Van Dam RM, Ritsema MJ, Kromhout D. Diabetes
prevalence in offspring of elderly men with known and newly diagnosed diabetes.
Diabetes care 1999;22:1919.

9.

Grayden S. Meneilly and Daniel Tessier. Diabetes in Elderly-Adults. 2001,p.M5-M13

10. Hadi Martono et al. Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. Naskah Lengkap DIABETES
MELITUS Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. 2007.p.301-315.
11. Jaap AJ, Jones GJ, McCrimmon RJ, Deary IJ, Frier BM. Perceived symptoms of
hypoglicaemia in elderly type 2 diabetioc patient treated with insulin. Diabetic Med.
1998;15:398-401.
12. Meneilly GS, Tessier D. Diabetes in the elderly. In: Morley JE, Van den berg L, eds.
Contemporary Endocrinology, Endocrinology of Aging. Totowa, NJ : Humana Press;
2000:181-203.
13. Meneilly GS, Tildesley H, Elliot T, Palmer JP, Juneja R. Significance of GAD positivity
in elderly patients with diabetes. Diabetic Med.2000;17:247-248.
14. Miriam C, Morey et al, Effect of Physical Guidelines on Physical Function in Older
Adults. J Am Geriatric Sos. 2008 October ; 56 (10) : 1873-1878.

15. Nilsson J, Jovinge S, Niemann A, et al. Relation between plasma tumor necrosis factor
alpha and insulin sensitivity in elderly men with noninsulin-dependent daibets mellitus.
Arterioscler Thromb Vasc Biol.1998:18:1199-1202
16. Pietropaolo M, Barinas-Mitchel E, Pietropaolo SL, Kuller LH, TruccoM evidence of islet
cell autoimmunity in elderly patients with type 2 diabetes. Diabetes. 2000: 49: 32-38
17. Samuel, Pandelaki. Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut Usia. Simposium Nasional
Diabetes dan Lipid. 1994.p.105-115
18. Soedjono Aswin. Perubahan-perubahan system Muskuloskletal Pada Usia Lanjut.
Konggres Nasional III dan Temu Ilmiah Nasional III. Perhimpunan Gerontologi Medik
Indonesia (PERGEMI), Juni 2004.p.MU.26-39
19. Tariot PN, Ogden MA, Cox C, Williams TF.Diabetes and dementia in long term care. J
Am Geriatric Soc.1999:47:423-429
20. Vaag A, Henriksen JE, Madsbad S, Holm N, Beck-Nielsen H. Insulin secretion, insulin
action, and hepatic glucose production in identical twins discordant for non-insulin
dependent diabetes mellitus. J Clin Invest.1995:95:690-698
21. Wasilah Rochmah. Diabetes Melitus Usia Lanjut : Bagaimana Pengelolaannya? Konggres
Nasional III dan Temu Ilmiah Nasioanal II Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia
(PERGEMI), Juni 2004.p.MU 207-213
22. Wailah Rochamah. Management of Diabetes Mellitus In The Elderly. PIT V
ENDOKRINOLOGI.2004P.35-45
23. Wei-Shiung, Yi-Sing Yang, Chi-Ling et al. Adinopectin SNP276 is associated with
obesity, the metabolic syndrome and diabetes in the elderly. 2007.p.509-513
24. Yliharsila H, Tuomilehto J, Mackay IR, et al. GAD antibodies in elderly men in different
categories of glucose tolerance. Diabetes Care.1999:22:996-997

Anda mungkin juga menyukai