2, Juni 2012
79
80
81
82
83
84
Asal
BPD
Klanting
Kebonagung
Karangsari
Jumlah Jumlah
Hak
Permasalahan
Perda yg. Inisiatif Perda
BPD
Dihasil- BPD Kepala
kan
Desa
1
0
1
-BPD tidak dilibatkan dan hanya tanda tangan
APBDes
-BPD dianggap kurang akomodatif/sulit oleh
kepala desa
1
0
1 -BPD diajak membahas dan ikut tanda tangan
APBDes
-BPD mampu mengimbangi eksekutif
1
0
1
-BPD dilibatkan di awal saja seterusnya tidak,
ikut tanda tangan APBDes
Dawuhan
Lor
Kutorenon
Selok
Besuki
Sumbere
jo
Uranggantung
Selok
Gondang
1
0
Bondoyudo
85
Sumber Data: Hasil Wawancara dengan BPD selama bulan April 2012
(Sudah Diolah)
Dari data di atas nampak bahwa berkaitan dengan legislasi, BPD
bersama Perangkat Desa ditandai minimnya membuat Peraturan Desa, hal
itu dampak dari memahami makna mitra oleh kepala desa yang
mempunyai hubungan yang tidak sejajar sehingga sebagai fungsi fakultatif
artinya tidak wajib membuat. BPD berfungsi sebagai peran feriferial atau di
luar terpinggirkan apalagi dalam proses rekruitment anggota BPD sesuai
Pasal 8 Perda No. 23 Tahun 2006 di Kabupaten Lumajang secara tegas
anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan
mufakat terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, Golongan
Profesi, Pemuka Agama, dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya
dalam musyawarah yang dipimpin kepala desa.
Badan Permusyawaratan Desa dalam penyusunan Peraturan
Desa mengalami kekurangan karena baru BPD Dawuhan Lor saja yang
membahas RAPBDes hingga tuntas, sedangkan desa yang lain rancangan
Peraturan Desa masih didominasi dari Perangkat Desa. Kreatifitas BPD
mengingat lebih berdasarkan ketokohan bukan kompetensi ataupun latar
86
Ibid., hlm.51.
87
manusia dan potensi alam lingkungan. Budaya hukum yang berada di desa
ikut mempengaruhi kehidupan berdemokrasi, memelihara hak dan
kewajiban, memelihara idealisme dan mampu mengeluarkan pendapat
dalam musyawarah untuk menyusun rencana pembangunan desa
(musrenbangdes) yang berproses dari masyarakat sendiri di tengah
dominasi kepala desa dan mengawasi kinerjanya.
Secara ideal upaya Pemerintah Desa dalam melaksanakan
amanat Pasal 4 Peraturan daerah Nomor 21 Tahun 2006 11 harus
mendapatkan pengawasan dari BPD. Kerjasama yang harmonis dan
mengawasi
jalannya
pemerintahan
desa
secara
harmonis
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menjawab berbagai keinginan
dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut bila berjalan dengan baik maka akan
terjadi check and balance antara kepala desa dan BPD tanpa ada yang
menganggap superior dalam segala aspek penyelenggaraan pemerintahan
desa.
Tabel 2
Efektivitas BPD dalam Bidang Pengawasan di Kecamatan Sukodono
(Keadaan Per tahun 2012)
N
o.
Kebonagung
Karangsari
Dawuhan
Lor
11
Penggunaan PBB
talangan kegiatan
desa
Penyaluran
Raskin
Keamanan desa
Penyaluran
Raskin
Penggunaan
tanah kas desa
1 dusun
1 Desa
5
1 Desa
1
88
7
8
9
10
1 Desa
5 kasus
1 Desa
7 kasus
1 Desa
2 km
1 Desa
2
1 Desa
1 Desa
1
1 Desa
Sumber Data: Hasil Wawancara dengan BPD selama bulan April 2012
(Sudah Diolah)
Dari data di atas menunjukan bahwa pembentukan BPD di
Kecamatan Sukodono dalam fungsi pengawasan memberikan rasa
percaya bagi masyarakat bahwa dalam pemerintahan dan penentuan
kebijakan menyangkut permasalahan desa yang sebelumnya secara
umum didominasi oleh Kepala Desa beserta perangkatnya akan berubah
menjadi pemerintahan yang lebih baik berkat pengawasan BPD di 10 desa.
Kebijakan-kebijakan yang dihasilkan pun merupakan pencerminan
keinginan masyarakat dan berpihak kepada masyarakat
Demi menjamin terwujudnya check and balance dalam
pelaksanaan pemerintahan BPD-lah yang mempunyai peranan penting
dalam menjaga akuntabilitas dan keseimbangan kewenangan di tingkatan
pemerintahan desa. Kewajiban dalam menyalurkan aspirasi terutama
berkaitan penyalahgunaan beras bagi yang Miskin (Raskin) ditemukan dan
diminta memberikan solusi karean hal ini paling rawan di desa.
Permasalahan yang muncul berikutnya adalah pencurian yang
berkat koordinasi BPD, kepala desa, warga masyarakat, Babinsa di atasi
karena budaya masyarakat paguyuban lebih mudah dimobilisir
menyelesaikan perkara. Karakter lain adalah penyalahgunaan tanah kas
desa sesuai Peraturan Bupati Lumajang seharusnya ada perjanjian ulang
89
tiap 1 tahun, namun dalam kenyataan lebih dari waktu yang ditetapkan.
Permasalahan muncul tatkala masa jabatan perangkat desa tetapi tanah
kas desa yang dikelola belum panen seperti di desda Dawuhan Lor,
akibatnya BPD ikut dilibatkan dalam penyelesaiannya.
D.1.3. Fungsi Menggali dan Menampung Apirasi Masyarakat Desa
Secara normatif Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Kewenangan Desa12 memberikan kewenangan secara penuh bagi
pemerintah desa untuk melaksanakan hak otonomi desa. Pelaksanaan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa oleh perangkat
desa dan BPD dilakukan dengan menggerakkan potensi masyarakat baik
sumber daya dan sumber dana berpartisipasi dalam pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan desa. Makna dari demokrasi di desa
adalah setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan atas
musyawarah untuk mencapai mufakat dari masyarakat desa disalurkan
kepada BPD yang selanjutnya disampaikan kepala desa.
Tabel 3
Efektivitas BPD dalam Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat
di Kecamatan Sukodono (Keadaan Per tahun 2012)
No. Asal BPD
Klanting
Kebonagung
Karangsari
Dawuhan
Lor
Kutorenon
Selok Besuki
12
Permasalahan yang
Disampaikan Masyarakat
Pembagian raskin
Posyandu Gerbangmas
stagnan
Pembagian raskin
Poskamling kurang
Pembagian raskin
Keamanan desa
Pembagian raskin
Jalan rusak desa
Pembagian raskin
Pencurian hewan
Pembagian raskin
Pencurian hewan
90
7
Uranggantu
ng
Selok
9
Gondang
10 Bondoyudo
8
Pembagian raskin
Pencurian kendaraan
Pembagian raskin
Keamanan desa
Pembagian raskin
Pencurian sengon
Pembagian raskin
Sumber Data: Hasil Wawancara dengan BPD pada bulan April 2012
(Sudah Diolah)
Dari data di atas menunjukan bahwa karakteristik permasalahan
yang khas di desa adalah pencurian dan penyalahgunaan Raskin yang
merupakan keluhan dari masyarakat. Solusi permasalahan hal ini begitu
penting karena dapat mengakibatkan disharmoni kehidupan di desa.
Keberadaan BPD dalam fungsi ini nampak cepat tanggap terhadap upaya
penyelesaian melalui koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait sehingga
keamanan rakyat terlindungi.
D.2. Faktor-faktor Penyebab BPD Kecamatan Sukodono Lumajang
Kurang Efektif dalam Menyalurkan Aspirasi Masyarakat.
Secara normatif eksistensi Badan Permusyawaratan Desa adalah
lembaga desa yang legal dan formal memiliki payung hukum yang jelas
yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 209, Perda Nomor 23
Tahun 2006 tidak perlu diragukan lagi untuk melaksanakan fungsi, tugas,
dan kewenangannya didalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Namun akibat kekaburan norma dan kesenjangan hukum menyebabkan
BPD kurang efektif diakibatkan faktor-faktor:
a. Kekaburan norma (vage normen) hubungan antara BPD dengan Kepala
Desa adalah mitra kerja.
Akibat vage normen masing-masing elemen memiliki fungsi yang
lebih spesifik dan dari sanalah kekuatan itu berasal. Kekuasaan
didistribusikan atau dipisahkan untuk memudahkan pengelolaan
pemerintahan. Kepala Desa seharusnya bekerja sama dengan BPD
dalam menyelenggarakan Pemerintahan Desa dan di sisis lain BPD
melakukan pengawasan kepada kepala desa agar berjalan sesuai
dengan peraturan. Dalam posisi sebagai norma seharusnya jika
terdapat kekeliruan kepala desa dalam menjalankan pemerintahan
desa maka BPD meluruskan, kemudian Kepala Desa dan BPD samasama membuat peraturan desa. Akibat dianggap sebagai mitra maka
dalam sikap pemerintah desa terhadap keberadaan BPD dalam posisi
sub-ordinasi ketika kepala desa menjalankan pemerintaha desa.
b. Kesenjangan hukum (legal gap) antara das sollen dan das sein
91
92
93
94