1, Desember 2012
71
72
73
74
75
76
nilai amat baik untuk unsur kesetiaan dan nilai baik untuk unsur
penilaian lainnya sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi
pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi
bukan PNS dalam 2 (dua) tahun terakhir dan (j) memperoleh nilai
baik untuk penilaian kinerja sebagai guru dalam 2 (dua) tahun
terakhir. (3) Persyaratan khusus guru yang diberi tugas tambahan
sebagai kepala sekolah / madrasah meliputi : (a) berstatus sebagai
guru pada jenis atau jenjang sekolah / madrasah yang sesuai dengan
sekolah/madrasah tempat yang bersangkutan akan diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah / madrasah, (b) memiliki sertifikat
kepala sekolah/madrasah pada jenis dan jenjang yang sesuai dengan
pengalamannya sebagai pendidik yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditunjuk dan ditetapkan Direktur Jenderal.
Jadi berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
sebagai standar baku yang melandasi penugasan guru sebagai
kepala sekolah sangat jelas dan terang benderang. Yang dapat
menduduki jabatan kepala SD/MI adalah guru yang berstatus guru
SD (bukan guru pada jenis/jenjang sekolah menengah) demikian
pula sebaliknya, mengapa? Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Bab IV, bagian kesatu, Pasal 14 menyatakan bahwa jenjang
pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi.
Pasal 16, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai
satuan pendidikan dijabarkan/diatur lebih lanjut dalam peraturan
pemerintah. Satuan pendidikan dasar diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar,
satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan tinggi diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi.
Dengan demikian jelas, bahwa setiap satuan pendidikan
adalah berdiri sendiri dan terpisah satu sama lain, namun di bawah
satu naungan, yaitu di bawah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (di pusat), di daerah dalam satu naungan Dinas
Pendidikan Propinsi, Kabupaten/Kota. Diumpamakan Universitas
yang membawahi/menaungi fakultas-fakultas, tetapi setiap fakultas
berdiri sendiri dipimpin oleh seorang dekan berdasarkan kualifikasi
dosen dari fakultas yang bersangkutan. Dosen MIPA tentu saja
tidak dapat menjadi Dekan FIP, karena berbeda disiplin ilmu.
Kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional,
Nomor 14 Tahun 2005, bagian kedua, Pasal 4 menyatakan bahwa
77
78
79
80