Anda di halaman 1dari 10

ARGUMENTUM, Vol. 12 No.

1, Desember 2012

71

PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA


SEKOLAH TINJAUAN DARI SEGI HUKUM
Susi Hariningsih
- SDN Gadang I, Kec. Sukun, Malang Jl. Kol. Sugiono No. 345 Malang
Email: sdn-gadang@ymail.com
ABSTRAK
Guru dapat diangkat sebagai Kepala Sekolah sebagai tugas
tambahan. Untuk dapat diangkat sebagai Kepala Sekolah
guru harus memenuhi kriteria, kualifikasi dan persyaratan
baik umum dan khusus. Pengadaan calon kepala sekolah
harus melalui seleksi administratif dan akademik. Kualifikasi
kepala sekolah secara jelas dan tegas telah diatur oleh
pemerintah. Kepala sekolah setiap satuan pendidikan harus
diangkat/diisi oleh guru dari satuan pendidikan yang
bersangkutan. Kepala sekolah dari satuan pendidikan
sekolah dasar harus dan wajib diangkat/diisi dari guru
satuan pendidikan sekolah dasar. Dengan demikian
diharapkan tidak akan terjadi penyimpangan dari aturan
baku. Proses pengangkatan kepala sekolah melalui Tim
Pertimbangan Pengangkatan Kepala Sekolah.
Kata Kunci: Penugasan, Guru, Kepala Sekolah.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siapa sebenarnya guru itu? untuk menjawab pertanyaan ini,
kita dapat membuka langsung Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dinyatakan dalam
Undang-Undang, bahwa guru atau pendidik mencakup semua
elemen yang ikut serta dalam mencerdaskan anak bangsa,
sebagaimana dinyatakan dalam bab I Pasal 1 ayat 6 : Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Selanjutnya dalam bab XI Pasal 39, dinyatakan bahwa
pendidik (guru) adalah: Tenaga profesional yang bertugas

72

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai


hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Hal ini dipertegas lagi dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab 1 Pasal 1 ayat 1, bahwa
yang dimaksud dengan guru adalah: Pendidik profesional yang
memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Secara normatif, guru adalah mereka yang berkerja di
sekolah atau madrasah, mengajar, membimbing, melatih para siswa
agar mereka memiliki kemampuan dan keterampilan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga dapat
menjalani kehidupannya dengan baik.
Dalam rangka meningkatkan fungsi dan peran guru secara
maksimal diperlukan adanya pembinaan dan pengembangan.
Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan
pengembangan profesi dan karier. Pembinaan dan pengembangan
guru dilakukan dengan bentuk penugasan, kenaikan pangkat dan
promosi. Promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja adalah hak guru (Pasal 14, Undang-Undang Nomor 14, Tahun
2005).
Kenaikan pangkat guru terkait erat dengan kenaikan jabatan
fungsional. Kenaikan jabatan fungsional guru ditentukan oleh angka
kredit yang dicapai guru. Angka kredit untuk kenaikan jabatan
fungsional sudah ditetapkan oleh Menteri.
Seorang guru dapat menduduki jabatan fungsional tertinggi,
apabila yang bersangkutan dapat mengumpulkan angka kredit yang
tercermin dari unsur unsur utama dan unsur penunjang sebagai
kumpulan dari prestasi kerja yang dinilai sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menpan, Nomor 84, Tahun 1993 dan Keputusan
Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN, Nomor 0433 / P / 1993,
nomor 25, tahun 1993.
Tindak lanjut SK Bersama di atas, ditetapkan Juknis melalui
SK Mendikbud, Nomor 025/O/1995. SK ini merupakan tafsir resmi
dari SK Menpan, Nomor 84 Tahun 1993. Berarti tidak ada tafsir
lain yang boleh menyimpang dari tafsir resmi.

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

73

Terkait dengan masalah penugasan dapat dijelaskan, bahwa


tugas sebagai pendidik profesional, guru dapat diberi tugas lain
dalam bentuk penugasan sebagai Kepala Sekolah atau penugasan
sebagai pengawas.
Mengenai penugasan guru sebagai kepala sekolah sudah
cukup banyak dan jelas pemerintah mengaturnya dalam peraturan
perundang undangan. Penugasan guru sebagai kepala sekolah
ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008,
ppasal 24, ayat 7, huruf a, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, Pasal 38 ayat (2), lampiran Peraturan Pendidikan Nasional
Nomor 13 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional,
Nomor 28,Tahun 2010. Di samping peraturan-peraturan di atas
yang perlu diperhatikan sebagai pedoman penugasan guru sebaga
Kepala Sekolah, adalah Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
1979 tentang Daftar Urut Kepangkatan PNS, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2005 dan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003.
Peraturan-peraturan tersebut merupakan standar baku yang
harus diikuti dan dilaksanakan dalam penugasan guru sebagai
kepala sekolah. Sehingga diharapkan tidak akan ada penyipangan
dari standar baku tersebut.
Pejabat teknis di lapangan adalah manusia dapat saja lalai
terhadap aturan-aturan yang sudah diterbitkan oleh pemerintah. Hal
sedemikian dapat saja terjadi dan dimaklumi. Sehubungan dengan
hal tersebut di atas perlu dikaji dalam pembahasan sesuai dengan
judul tulisan ini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas dapat diidentifikasi, bahwa
penugasan guru sebagai kepala ada kelalaian dalam penugasan dan
pemahaman standar baku dan manajemen perekrutan terhadap guru
yang akan ditugasi sebagai kepala sekolah.
C. Kerangka Berpikir
Sebagaimana
telah dikemukakan dalam pendahuluan,
bahwa yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah penugasan guru
sebagai kepala sekolah ditinjau dari segi hukum, negara Indonesia
berdasar atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasar atas kekuasaan
(machsstaat). Berdasarkan penjelasan UUD 1945 pemerintah dalam
hal ini pejabat teknis di lapangan dalam berprilaku hendaknya

74

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

berdasarkan atas hukum yang berlaku dan tidak berdasarkan


kewenangan yang melekat pada jabatannya.
Sehubungan dengan judul tulisan ini yang hendak dikaji
adalah kriteria, kualifikasi, persyaratan dan manajemen perekrutan
penugasan guru sebagai kepala sekolah.
KRITERIA, KUALIFIKASI, DAN SYARAT SYARAT
KEPALA SEKOLAH.
Dalam rangka memproses penugasan guru sebagai kepala
sekolah paling awal yang harus dilakukan adalah mempelajari
aturan yang menjadi standar baku penugasan guru sebagai kepala
sekolah, yaitu kriteria, kualifikasi dan syarat- syarat yang harus
dipenuhi dengan tetap berpedoman kepada DUK. Kemudian diikuti
dengan penjaringan berdasarkan manajemen kepegawaian.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bagian
kedua, Pasal 38 ayat (2) dinyatakan bahwa kriteria untuk menjadi
Kepala SD/MI meliputi : (a) berstatus sebagai guru SD / MI, (b)
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku,
(c) memiliki pengalaman mengajar sekurang kurangnya 5 (lima)
tahun di SD/MI dan (d) memiliki kemampuan kepemimpinan dan
kewirausahaan di bidang pendidikan.
Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional,
Nomor 13 Tahun 2007 bahwa kualifikasi kepala sekolah/madrasah
terdiri atas kualifikasi umum dan kualifikasi khusus.
Kualifikasi umum kepala sekolah / madrasah adalah sebagai
beriku: (a) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma
empat (DIV) Kependidikan atau Non Kependidikan pada perguruan
tinggi yang terakreditasi, (b) Pada waktu diangkat sebagai kepala
sekolah berusia setinggitingginya 56 tahun, (c) Memiliki
pengalaman mengajar sekurang kurangnya 5 (lima) tahun menurut
jenjang sekolah masingmasing, kecuali di Taman Kanak Kanak /
Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar
sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA, dan (d) Memiliki
pangkat serendahrendahnya III/c bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan bagi NonPNS disertakan dengan kepangkatan yang
dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
Kualifikasi khusus Kepala Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai beriku : (a) berstatus sebagai
guru SD/MI, (b) memiliki sertifikast pendidik sebagai guru SD/MI

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

75

dan (3) memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh


lembaga yang ditetapkan pemerintah.
Kualifikasi khusus kepala SMP/MTs, adalah sebagai
berikut: (a) berstatus sebagai guru SMP/MTs, (b) memiliki
sertifikasi pendidik sebagai guru SMP/MTs, (c) memiliki sertifikat
kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
pemerintah.
Kualifikasi khusus kepala SMA/MA adalah sebagai berikut:
(a) berstatus sebagai guru SMA/MA, (b) memiliki sertifikat
pendidik sebagai guru SMA/MA, (c) memiliki sertifikat kepala
SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
pemerintah.
Kualifikasi kepala SMK/MAK adalah sebagai berikut: (a)
berstatus sebagai guru SMK/MAK, (b) memiliki sertifikat pendidik
sebagai guru SMK/MAK, (c) memiliki sertifikat kepala SMK/MAK
yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
Syarat-syarat guru yang diberi tugas tambahan sebagai
Kepala Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 28 Tahun 2010, diatur dalam Bab II Pasal 2 yang
menyatakan sebagai berikut: (1) Guru dapat diberi tugas tambahan
sebagai kepala sekolah/madrasah apabila memenuhi persyaratan
umum dan persyaratan khusus. (2) Persyaratan umum sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 meliputi: (a) beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, (b) memiliki kualifikasi akademik paling
rendah sarjana (S1) atau diploma empat (DIV) kependidikan atau
nonkependidikan perguruan tinggi yang tearkreditasi, (c) berusia
setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu
pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah / madrasah, (d) sehat
jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari dokter
pemerintah, (e) tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang
dan / atau berat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (f) memiliki
sertifikat pendidik, (g) pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun menurut jenis dan jenjang sekolah/madrasah masingmasing, kecuali di taman kanak-kanak/raudhatul athfal/taman
kanak-kanak luar biasa (TK/RA/TKLB) memiliki pengalaman
mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA/TKLB (h)
memiliki golongan ruang serendah-rendahnya III/c bagi guru
pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi guru bukan PNS disetarakan
dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga
yang berwenang dibuktikan dengan SK inpasing, (i) memperoleh

76

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

nilai amat baik untuk unsur kesetiaan dan nilai baik untuk unsur
penilaian lainnya sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi
pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi
bukan PNS dalam 2 (dua) tahun terakhir dan (j) memperoleh nilai
baik untuk penilaian kinerja sebagai guru dalam 2 (dua) tahun
terakhir. (3) Persyaratan khusus guru yang diberi tugas tambahan
sebagai kepala sekolah / madrasah meliputi : (a) berstatus sebagai
guru pada jenis atau jenjang sekolah / madrasah yang sesuai dengan
sekolah/madrasah tempat yang bersangkutan akan diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah / madrasah, (b) memiliki sertifikat
kepala sekolah/madrasah pada jenis dan jenjang yang sesuai dengan
pengalamannya sebagai pendidik yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditunjuk dan ditetapkan Direktur Jenderal.
Jadi berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
sebagai standar baku yang melandasi penugasan guru sebagai
kepala sekolah sangat jelas dan terang benderang. Yang dapat
menduduki jabatan kepala SD/MI adalah guru yang berstatus guru
SD (bukan guru pada jenis/jenjang sekolah menengah) demikian
pula sebaliknya, mengapa? Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Bab IV, bagian kesatu, Pasal 14 menyatakan bahwa jenjang
pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi.
Pasal 16, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai
satuan pendidikan dijabarkan/diatur lebih lanjut dalam peraturan
pemerintah. Satuan pendidikan dasar diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar,
satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan tinggi diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi.
Dengan demikian jelas, bahwa setiap satuan pendidikan
adalah berdiri sendiri dan terpisah satu sama lain, namun di bawah
satu naungan, yaitu di bawah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (di pusat), di daerah dalam satu naungan Dinas
Pendidikan Propinsi, Kabupaten/Kota. Diumpamakan Universitas
yang membawahi/menaungi fakultas-fakultas, tetapi setiap fakultas
berdiri sendiri dipimpin oleh seorang dekan berdasarkan kualifikasi
dosen dari fakultas yang bersangkutan. Dosen MIPA tentu saja
tidak dapat menjadi Dekan FIP, karena berbeda disiplin ilmu.
Kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional,
Nomor 14 Tahun 2005, bagian kedua, Pasal 4 menyatakan bahwa

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

77

Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri dari


Setditjen, Dit (Direktorat) Pembinaan TK dan SD, Dit. Pembinaan
SMP, Dit. Pembinaan SMA, Dit Pembinaan SMK dan Dit.
Pembinaan SLB.
Demikian pula dalam lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 sudah ditetapkan
mengenai standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, bahwa
guru SD harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan PGSD
atau psikologi. Sedang guru SMP, SMA, SMK harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan S1 program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Pengawas sekolah ada pengawas TK/SD dan pengawas
sekolah menengah. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) ada UPT
sekolah dasar yang berada ditiap kecamatan dan kabupaten/kota dan
ada UPT sekolah menengah yang berada di masingmasing sekolah
menengah kabupaten/kota.
Kesimpulannya kepala satuan pendidika SD harus diisi/
diangkat dari guru-guru SD. Kepala satuan pendidikan sekolah
menengah harus diisi/diangkat dari guru guru sekolah menengah.
Hal ini sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peraturan yang
diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka menghindari kerancuan
dan pelintas batas.
PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH
Penyiapan calon kepala sekolah/madrasah disiapkan oleh
Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota berdasarkan proyeksi 2
(dua) tahun yang akan datang melalui rekruitmen dan diklat.
Rekruitmen calon kepala sekolah pada dasarnya harus
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1979
tentang daftar urut kepangkatan (DUK) PNS. DUK secara berturutturut adalah pangkat, jabatan (fungsional), masa kerja, latihan
jabatan, pendidikan dan usia DUK digunakan sebagai salah satu
bahan pertimbangan obyektif dalam melaksanakan pembinaan
karier PNS.
Rekruitmen dilakukan melalui seleksi administratif dan
akademik. Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian
kelengkapan dokumen yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang sebagai bukti bahwa calon kepala sekolah/madrasah
bersangkutan telah memenuhi persyaratan umum. Seleksi akademik
dilakukan melalui penilaian potensi kepemimpinan dan penguasaan

78

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

awal terhadap kompetensi kepala sekolah/madrasah sesuai dengan


peraturan perundang-undangan.
Mengadopsi Lampiran II Peraturan Kepala Badan
Kepegawaian Nomor 9 Tahun 2012, Pengadaan Calon Kepala
Sekolah hendaknya dilakukan dengan prinsip sebagai berikut: (1)
Obyektif, dalam arti dalam proses pendaftaran, seleksi dan
penentuan kelulusan didasarkan pada persyaratan dan hasil ujian/
tes sesuai keadaan yang sesungguhnya. (2) Transparan, dalam arti
proses pelamaran, pendaftaran, pelaksanaan ujian, pengolahan hasil
ujian serta pengumuman hasil kelulusan dilaksanakan secara
terbuka. Pelaksanaan seleksi diumumkan secara luas melalui antara
lain website dan papan pengumuman Dinas Pendidikan Kab./kota
dan UPT 7 (tujuh) hari kalender sebelum pelaksanaan seleksi.
Pengumuman penentuan kelulusan ditetapkan berdasarkan nilai
ambang batas (passing grade). (3) Kompetitif, dalam arti semua
calon kepala sekolah bersaing secara sehat dan penentuan hasil
seleksi didasarkan pada nilai ambang batas tertentu (passing grade)
dan atau nilai terbaik dari seluruh peserta. (4) Akuntabel, dalam arti
seluruh proses pengadaan calon kepala sekolah dapat dipertanggung
jawabkan kepada stakeholder maupun masyarakat. (5) Bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), dalam arti seluruh proses
pengadaan calon kepala sekolah harus terhindar dari unsur KKN.
(6) Tidak diskriminatif dalam arti dalam proses pengadaan tidak
boleh membedakan pelamar berdasar suku, agama, ras, jenis
kelamin dan golongan. (7) Tidak dipungut biaya, dalam arti calon
kepala sekolah tidak dibebani biaya apapun dalam proses
pengadaan calon kepala sekolah. (8) Efektif, dalam arti pengadaan
calon kepala sekolah dilakukan dengan kebutuhan organisasi/
sekolah. (9) Efisien, dalam arti penyelenggaraan pengadaan calon
kepala sekolah dilakukan dengan biaya seminimal mungkin.
PROSES PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH
Berdasarkan Pasal 9 Peraturan Menteri Pendidikan Nomor
28 Tahun 2010, pengangkatan kepala sekolah dilakukan melalui
penilaian akseptabilitas oleh tim pertimbangan pengangkatan kepala
sekolah Tim ini ditetapkan oleh pemerintah, pemerintah propinsi,
pemerintah kabupaten/kota. Tim pertimbangan melibatkan unsur
pengawas sekolah dan dewan pendidikan. Berdasarkan rekomendasi
tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah pemerintah,

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

79

pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota mengangkat guru


menjadi kepala sekolah sebagai tugas tambahan.
PENUTUP
Dari paparan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan: (1)
Aturan baku untuk penugasan guru sebagai kepala sekolah secara
rinci, jelas dan terang-benderang sudah dipersiapkan oleh
Pemerintah, (2) Jenjang pendidikan formal (satuan pendidikan)
sudah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu satuan pendidikan dasar,
satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan tinggi. Di mana
setiap satuan pendidikan dimaksud berdiri sendiri dan tiap satuan
pendidikan terpisah satu sama lain, namun di dalam satu atap, yaitu
di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat pusat,
di daerah di bawah Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, dan (3) Penugasan guru sebagai kepala sekolah
hendaknya mengacu kepada kualifikasi kepala sekolah.
Saran yang dapat diajukan adalah Indonesia berdasarkan
hukum, maka semua perilaku aparat pemerintah hendaknya selalu
berpedoman kepada peraturan perundangan yang berlaku. Di dalam
hukum kepegawaian jangan sampai terjadi sengketa kepegawaian.
Penyelesaian sengketa kepegawaian dapat dilakukan melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara dan diuji lewat mahkamah
konstitusi, sedang masalah sengketa kepegawaian yang lain dapat
dilakukan melalui lembaga OMBUDSMAN.
Setiap SD hendaknya membuat DUK dan dikirim ke UPT
Kecamatan. UPT Kecamatan mengkompilasi DUK menjadi DUK
UPT Kecamatan. Selanjutnya DUK kecamatan dikirim ke Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota untuk dikompilasi menjadi DUK Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota. Hal ini dimaksudkan untuk
obyektifitas dalam penjaringan calon kepala sekolah dan
menghindari main tunjuk tanpa dasar hukum yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
------DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi

80

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata


Usaha Negara.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 1979 tentang Daftar Urut
Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Tentang Pendidikan
Dasar.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan
Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Tinggi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010
tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 9 Tahun
2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon
Pegawai Negeri Sipil.
Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi
Ombudsman Nasional.

Anda mungkin juga menyukai