Anda di halaman 1dari 13

ARGUMENTUM, Vol. 12 No.

1, Desember 2012

PENERAPAN HUKUM EKONOMI ISLAM


(STUDI PADA ZAMAN RASULULLAH SAW DAN
PENERAPANNYA DI INDONESIA)
M. Mustain
- Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Jenderal Sudirman Jl. Mahakam No. 7 Lumajang
Email: mustain_syarif@ymail.com
ABSTRAK
Penerapan hukum ekonomi Islam di Indonesia, dilaksanakan
sesuai kesadaran dari pengikutnya dan secara informal saja.
Dan seiring dengan munculnya berbagai LKS (Lembaga
Keuangan Syariah) maka sangat diperlukan payung hukum
untuk menjembatani berbagai aturan dalam penyelesaian
permasalahan apabila terjadi konflik antar lembaga ekonomi
syariah. KHES merupakan produk ijtihad jamai (kolektif),
karena melibatkan berbagai ahli.
Kata kunci : Hukum Ekonomi Islam, Ijtihad Jamai.
A. Pendahuluan
Islam terbagi atas tiga aspek, yaitu akhlaq, muamalah, dan
aqidah. Di dalam (fiqih) muamalah banyak membicarakan
permasalahan atau akad-akad dalam mekanisme ekonomi. Sehingga
banyak kalangan yang berpendapat bahwa (fiqih) muamalah
disepadankan dengan fiqih ekonomi dan menyebutnya sebagai
aktivitas ekonomi Islam. Islam lebih luas dari sekdar agama. Di
dalam persoalan ekonomi Islam, tidaklah membahas ekonomi dari
sudut agama, tetapi ekonomi dari sudut Islam (Muhamad,
Metodologi Penelitin Pemikiran Ekonomi Islam, hal 25).
Baik Islam, Kristen dan Yahudi adalah merupakan ajaran
Ketauhidan yang saling berhubungan karena kenyataannya tigatiganya menyembah Satu Tuhan yang sama. Ada garis silsilah dan
hubungan teologis antara agama yahudi dan Islam, bangsa Yahudi
mengaku keturunan Ibrahim melalui anaknya Ishak, sementara
bangsa Arab mengaku keturunan Ibrahim melalui Ismail. Bahkan
Yesus yang di dalam alquran disebut sebagai Isa anak Maryam,
adalah keturunan dari Ishak putra Ibrahim. Meskipun sumber dan
pertalian ketiga agama ini sama, namun tentu saja ada beberapa

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

perbedaan. Nabi Muahammad saw adalah penutup para nabi yang


berarti bahwa wahyu wahyu Alquran bersifat menegaskan wahyu
wahyu yang diturunkan sebelumnya, dan nabi Muhammad saw
adalah nabi terakhir yang menyatukan dan yang dijanjikan, yang
mengoreksi kesalahan-kesalahan yang merasuki wahyu-wahyu
sebelumnya dan menyampaikan versi wahyu Tuhan yang lengkap
dan paling sempurna kepada umat manusia (Latifa, Perbankan
Syariah, hal. 32-34).
Tidak seperti agama Kristen, Islam klasik tidak memiliki
hierarkhi kependetaan dan tidak memiliki otoritas keagamaan
sentral untuk menyebarluaskan doktrin resmi, kebenaran tidak
memerlukan otorisasi. Yang paling mendekati kependetaan dalam
Islam adalah para ahli hukum yang dikenal sebagai ulama, yang
berbeda dalam peran dan gradasinya. Pemisahan berdasarkan sekte
yang terpenting dalam Islam adalah pemisahan antara Sunni dan
Syiah yang terjadi pada tahun 661 M disebabkan oleh persoalan
kepemimpinan yang sah (Ibid).
Ada beberapa perbedaan doktrinal antara Syiah dan empat
mazdhab hukum Islam Sunni, yaitu dalam hal siapa yang diizinkan
untuk menafsirkan hukum syariah. Kaum Syiah percaya bahwa
ulama yang masih hidup, dikenal sebagai mujahid, memiliki hak
yang sama untuk menafsirkan hukum Ilahi sebagaimana para
fukaha terkemuka dari masa lampau, dan keputusan keputusan
mereka menggantikan qiyas (analogi) yang merupakan sumber
deduksi hukum kaum Sunni (Latifa, Perbankan Syariah, hal. 40).
Kajian mengenai syariat adalah disebut fikih
(yurisprudensi), dan para praktisinya disebut fukaha (ahli hukum).
Sebutan lain yang digunakan adalah ulama yaitu orang yang
mengetahui, tapi kebanyakan diterjemahkan sebagai sarjana atau
sarjana hukum. Ini karena dalam Islam posisi teologi diambil oleh
undang-undang dan yurisprudensi. Mereka yang berurusan dengan
aspek-aspek intelektual dari agama adalah ahli hukum dan bukan
teolog, dan inti dari pendidikan tinggi adalah yurisprudensi dan
bukan teologi. Sepeningal nabi Muhammad saw terdapat banyak
kelompok informal yang mendiskusikan dan mengemukakan
penafsiran aturan-aturan alquran,kelompok ini setahap demi
setahap berkembang menjadi mazdhab-mazdhab yang lebih
terorganisir, dan menghasilkan fukaha dan ulama. ( Ibid ).
Sumber syariat Islam adalah kitab suci Alquran yang
dalam pelaksanaannya merupakan pelengkap dari kitab kitab

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

sebelumnya yaitu kitab Taurot, Zabur dan Injil. Alquran


merupakan sumber terpenting sebagai kumpulan wahyu yang
disampaikan kepada nabi Muhammad saw. Alquran tentu saja
bukan teks murni, namun memiliki 500 perintah yang bersifat
hukum (20 di antaranya adalah tentang isu ekonomi). Secara umum
disepakati bahwa perintah-perintah yang terdapat dalam Alquran
tidak boleh dirubah, tetapi konsekuensi-konsekuensi hukumnya,
jika ada, seringkali tidak ditetapkan, misalnya konsekuensi dari
mengabaikan larangan atas riba ( Ibid ).
Islam telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah
atau pada abad ketujuh/kedelapan Masehi. Pendapat lain
mengatakan bahwa Islam baru sampai ke Nusantara pada abad ke
tigabelas Masehi. (Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, hal. 231).
Berdasarkan pendapat yang pertama, berarti Islam di Nusantara ini
sudah mencapai satu milenium lebih atau sekitar empat belas abad
lamanya.
Namun bagaimanakah dengan pengamalan umat Islam di
Indonesia terhadap ajaran yang telah ada dalam kurun waktu yang
cukup lama sekali. Maka dalam persoalan pengamalan terhadap
ajaran Islam ini, sebenarnya Islam memiliki sejarah tersendiri yakni
yang dimulai dari zaman Rasulullah saw, para shahabat, zaman bani
Muawiyah, bani Abbasiyah, hingga zaman modern sekarang ini.
Penulis-penulis sejarah hukum Islam telah mengadakan
pembagian tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan hukum
Islam. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam pada
umumnya adalah:
1. Masa Nabi Muhammad saw (610 M 632 M)
2. Masa Khulafa Rasyidin (632 M 662 M)
3. Masa pembinaan, pengembangan dan pembukuan (Abad VII
- X M)
4. Masa kelesuan Pemikiran (Abad X M XIX M)
5. Masa Kebangkitan kembali (Abad XIX M sampai sekarang)
(Daud Ali, Hukum Islam, hal. 153).
Terlebih terhadap aspek hukum ekonomi dalam Islam. Maka
sebenarnya Alquran merupakan rujukan yang sifatnya multi aspek
kehidupan. Alquran merupakan inspirasi sebuah peradaban yang
Islami. Segala bentuk tatanan kehidupan ada di dalamnya.
Sekalipun dalam hal-hal tertentu dijelaskan secara global saja
(kaitannya dengan ayat-ayat zdhoniyat yang membutuhkan
penafsiran).

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

Tidak diragukan lagi pada zaman Rasulullah saw,


pengamalan terhadap ajaran Islam sangat tinggi sekali, sudah pasti
Allah limpahkan keberkahan bagi umat Islam. Sedangkan pada
zaman sekarang bisa jadi pengamalan terhadap ajaran Islam sudah
jauh, kalau dibandingkan dengan zaman Rasulullah saw, namun
akankah umat Islam akan semakin menjauh dari ajarannya.
Karenanya dalam tulisan ini sengaja ingin mengupas dua
persoalan. Yaitu pengamalan umat Islam terhadap ajarannya pada
zaman Rasulullah saw dan bagaimana pengamalan pada zaman ini,
khususnya di negara Indonesia. Dan pembahasan difokuskan
kepada aspek ekonomi dari sudut Islam.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan
dikupas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah penerapan hukum ekonomi Islam pada
zaman Rasulullah SAW ?
2. Bagaimanakah penerapan hukum ekonomi Islam di negara
Indonesia?
C. Pembahasan
1. Penerapan hukum ekonomi Islam zaman Rasulullah SAW
Setelah dihina dan dikejar-kejar orang-orang kafir Mekkah
selama tiga belas tahun, Rasulullah hijrah ke kota Yastrib, kota
saingan Mekkah, yang sejak itu disebut dengan Madinah. Pada saat
hijrah, keadaan di Yastrib masih sangat kacau. Mereka belum
memiliki pemimpin atau raja yang berdualat. Yathrib hanya
ditempati oleh suku-suku yang berbeda, seperti dua suku besar
Aus dan Khozraj, juga terbagi atas duabelas kaum, sepuluh
diantaranya Yahudi yang dipimpin oleh Abdullah ibn Ubayy. (
Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hal 19 )
Di saat itulah sejarah besar telah dilaksanakan oleh Rasulullah
saw, ikatan ukhuwah Islamiyah benar-benar mampu membawa
kepada suatu perdaban Islam pertama kali. Kaum Muhajirin yang
hijrah dari Mekkah dipersaudarakan oleh Rasulullah saw dengan
kaum Anshor.
Rasulullah saw menata sistem ekonomi dan keuangan negara
sesuai dengan Alquran. Prinsip Alquran yang dijadikan poros
adalah yang artinya: Katakanlah! "Wahai Tuhan yang mempunyai

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau


kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu. ( Alquran Surat Ali Imron ayat 26).
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa kekuasaan tertinggi adalah
milik Allah semata. Dalam ayat lain ditegaskan yang artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (Alquran surat Albaqarah ayat 30)
Yaitu bahwasannya manusia hanyalah sebagai kholifah di
muka bumi. Karenanya Allah SWT telah mengatur semuanya di
dalam sebuah kitab suciNya Alquran, yang dicontohkan
penerapannya seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW,
melaksanakannya. Pada masa Rasulullah prinsip-prinsip ekonomi
Islam diatur dengan:
1) Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah
pemilikyang absolut atas semua yang ada.
2) Manusia merupakan pemimpin (kholifah) Allah di bumi tapi
bukan pemilik sebenarnya.
3) Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia
adalah
karena seizin Allah, oleh karena itu saudara saudaranya
yang kurang bruntung memiliki hak ats sebagian kekayaan
yang dimiliki saudara saudaranya yang lebih beruntung.
4) Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5) Kekayaan harus berputar.
6) Eksploitasi ekonomi
dalam segalabentuknya
harus
dihilangkan.
7) Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dalam
perekonomian dapat menghpuskan konflik antar golongan
dengan kepemilikan melalui kewarisan
8) Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan suka rela
bagi semua individu termasuk bagi anggota masyarakat
yang miskin (Adiwarman Karim, hal 28 ).

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

Dan pada lima belas abad yang lampau tidak ada konsep
yang jelas mengenai menguru keuangan dan kekayaan negara di
belahan dunia manapun. Pemerintah suatu negara adalah badan
yang dipercaya untuk menjadi pengurus kekayaan negara dan
keuangannya. Ketika pemerintah berniat mengeksploitasi, sasaran
yang dibuat adalah mengambil sebanyak banyaknya,ini kemudian
menjadi suatu yang alami bahwa keuangan menjadi puncak
kebesaran suatu kerajaan diseluruh dunia dan perhatian terbesar
diberikan kepada masalah pengumpulan
dan administrasi
penerimaan kerajaan. Rasulullah adalah kepala negara pertama yang
memperkenalkan konsep bidang keuangan negara di abad ketujuh
(Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 37 ).
Ada perbedaan prinsip, dimana konsep ekonomi konvensional
berpndapat bahwa persoalan ekonomi muncul karena tuntutan
pemenuhan kebutuhan yang diperlukan. Dimana manusia memiliki
kebutuhan yang tak terbatas sementara sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan terbatas kesediaannya. Akibatnya timbul
kelangkaan.Kelangkaan inilah yang menurut faham ekonomi
konvensional merupkan masalah ekonomi yang harus terpecahan.
Kelangkaan terjadi karena barang dan jasa yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan atau pemuas kebutuhan semakin hari semakin
habis,baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari gejala inilah
orang mulai mencurahkan pengorbanan tertentu, baik daam bentuk
tenaga, waktu maupun biaya. Ilmu ekonomi lahir karena adanya
masalah ekonomi. Sehubungan dengan
masalah kelangkaan
tersebut, ada tiga hal pokok yang harus terpecahkan, yaitu apa
(what) yang harus diproduksi, bagaimana (Whom) barang tersebut
diproduksi, serta mengapa barang tersebut diproduksi (Why).
Pemecahan terhadap tiga masalah pokok tersebut dilakukan dengan
mendasarkan pada prinsip ekonomi. (Muhamad, Metodologi
Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam, hal 45).
Islam memandang masalah kelangkaan tersebut, dimana
kelangkaan sumber daya tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan
pemuas kebutuhan adalah tidak berlaku. Islam memberikan
gambaran tentang luasnya barang pemenuh kebutuhan manusia
adalah di dasarkan pada firman Allah SWT yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka
bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber)
penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. ( Alquran surat Al
Arof ayat 10 ) Kemudian ayat lain menegaskan, yang artinya: Dan

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa


yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung
nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah) (Alquran surat Ibrahim ayat 34).
Sedang dalam surat alqomar ayat 49, Allah SWT berfirman
yang artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran (Alquran, surat Alqomar ayat 49).
Kecuali M.A. Mannan, maka Baqir al-Sadr, Nafeli dan alHasani, M. Arief masing-masing memiliki pendapat sendiri
mengenai konsep ini. M. Arief tidak sepenuhnya menyetujui
dengan alasan bahwa barang-barang langka tersebut bukan karena
terbatasnya sumber daya alam, tapi karana
keterbatasan
kemampuan manusia yang membuat sesuatu dalam memenuhi
kebutuhannya, bukan disebabkan oleh ketidakcukupannya sumber
daya yang disediakan oleh alam. Sedang Nafeli dan al-Hasani
berpendapat bahwa kelangkaan terjadi dikarenakan ketidakadilan
dan terjadinya kealahan distribusi. Baqir al-Sadr menyatakan
bahwa kelangkaan sumber daya disebabkan oleh ketidakadilan
manusia dalam kesalahan distribusi sumber daya alam dan adanya
eksploitasi manusia pada alam yang berlebihan. (Ibid, hal 47).
Berdasarkan argumen tersebut, sebenarnya Alquran
merupakan tatanan yang sejalan dengan tatanan penciptaan alam.
Sehingga Michael H. Hart menempatkan nama Nabi Muhammad (
sebagai Rasul pembawa kitab suci Alquran ) dalam urutan nomor
satu dari seratus nama nama orang besar dalam sejarah umat
manusia. Menurutnya hanya dialah manusia dalam sejarah yang
paling berhasil
menyebarkan ajaran agama
dan membina
kehidupan dunia. ( Daud Ali, Hukum Islam, hal 160 ). Dan menurut
pendapat Philip Kurie Hitti dalam bukunya Way of life ( 1970 )
menyebutkan bahwa Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw
untuk umat manusia adalah satu pandangan hidup (a way of life)
dengan tiga aspek utamanya yaitu agama, politik dan budaya. (Ibid,
hal 161).
Dan Michael Hart menempatkan Kholifah Umar bin Khottob
ra sebagai tokoh pada posisi 51 dari orang-orang paling
berpengaruh sepanjang sejarah dunia. Setelah nabi Muhamad saw yang ditempatkan pada poisisi pertama- kholifah Umar ra adalah
figur utama dalam penyebaran Islam. Tanpa jasanya dalam
menaklukkan daerah-daerah kekuasaan, Islam diragukan dapat

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

tersebar luas seperti sekarang ini. Bahkan sebagian besar wilayah


yang dikuasainya tetap bertahan sebagai daerah Arab hingga
sekarang. Selama kekholifahannya, Syiria, Palestina, Mesir, (bagian
dari kerajaan Bezantium), Iraq (bagian dari kerajaan Sassanid) dan
Persia (pusat dari Sasanid) ditaklukkan (Adiwarman Karim, Sejarah
Pemikiran ekonomi Islam, hal. 45).
Kontribusinya yang terbesar adalah membentuk perangkat
administrasi yang baik untuk menjalankan roda pemerintahan
yang besar. Ia mendirikan institusi administratif yang hampir
tidak mungkin dilakukan pada abad ketujuh masehi. Dan pada
masanya adalah yang pertama dalam sejarah dunia
dimana
menyandang tanggung jawab pemenuhan kebutuhan makanan dan
pakaian warganya (Ibid, hal. 47).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada masa
Rasulullah saw hingga para shohabat beliau menerapkan ajaran
Islam sepenuhnya termasuk dalam aspek ekonomi, yakni
mengamalkan ajaran Alquran secara murni.
Maka setelah ajaran tersebut masuk di Indonesia, dan dianut
oleh mayoritas masyarakat Indonesia, persoalannya adalah apakah
umat Islam yang mayoritas sudah mengamalkan ajaran yang
dianutnya. Dimana dalam sejarah tercatat bahwa Islam di Indoneia
sudah ada semenjak abad ketujuh masehi. Ini berarti sudah ada
selama 1433 tahun.
2. Penerapan hukum ekonomi Islam di Indonesia
Di dunia sekurang-kurangnya ada lima sistem hukum besar
yang hidup dan berkembang.
1) Sistem common law yang dianut di Inggris dan bekas
jajahannya yang kini, pada umumnya bergabung dalam
negara-negara persemakmuran.
2) Sistem civil law yang berasal dari hukum Romawi yang
dianut di Eropa Barat kontinental dan dibawa ke negerinegeri jajahan atau bekas jajahannya oleh pemerintah
kolonial Barat dulu.
3) Sistem hukum adat di negara-negara Asia dan Afrika.
4) Sistem Hukum Islam yang dianut oleh orang-orang Islam
dimanapun merea berada, baik di negara-negara Ilam
maupun di negara-negara lainyang penduduknya beragama
Islam di Afrika Utara, Timur, Timur tengah (Asia Barat) dan
Asia.

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

5) Sistem hukum komunis/sosialis yang dilaksanakan di


negara-negara komunis/sosialis seperti di uni sovyet dan
satelit-satelitnya dahulu. ( Daud Ali, Hukum Islam hal 208 ).
Tiga dari lima sistem hukum terdapat di tanah air, yakni
sistem hukum adat, hukum Islam, dan hukum Barat. Sebenarnya
Islam yang diajarkan di Indonesia sejak abad ketujuh masehi itu
adalah suatu agama yang menyusul Yahudi dan Kristen sebagai
agama monoteistik besar yang ketiga dan terakhir. Orang yang
mengakui keimanan Islam adalah seorang muslim. Kitab suci
Alquran adalah kitab suci keempat yang diturunkan dari Allah.
Islam diartikan sebagai ketundukan kepada Tuhan, mereka yang
tunduk dinamakan ummah. Karena itu baik Islam, Kristen, Yahudi
adalah saling berhubungan, karena kenyataannya ketiga tiganya
menyembah satu Tuhan yang sama. Tuhan kaum muslim adalah
Tuhan kaum Yahudi dan kaum Kristen. (Latifa, Perbankan
Syariah, hal 32). Apabila dalam agama Yahudi maupun Kristen
tidak tertulis secara lengkap mengenai tatanan hidup, maka
sesungguhnya Islam bersifat melengkapi sebagai tahapan kitab suci
keempat dan terakhir dari Allah untuk umat manusia.
Hukum Islam baru dikenal di Indonesia setelah agama
Islam disebarkan di tanah air. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
menteri kehakiman Ali Said dalam tulisannya yang berjudul
Eksistensi hukum Islam dan Sumbangannya terhadap Hukum
Nasional dinyatakan bahwa tidak dipungkiri bahwa sebagian besar
rakyat Indonesia terdiri dari pemeluk agama Islam. Agama Islam
kata beliau mempunyai hukum Islam. Hukum Islam dapat
digunakan sebagai salah satu sumber
bahan baku dalam
pembentukan hukum naional (Ibid hal 273).
Peluang untuk positifisasi hukum Islam di Indonesia sudah
dijamin dalam pasal 2 Aturan peralihan UUD 45,pasal 29 ayat 2
UUD 45 dan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang masih
mencantumkan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 (A. Qodri Azizi dalam
Abdi Mughits, AlMawarid Edisi XVIII Tahun 2008).
Belakangan ini telah terjadi gejala baru dalam politik hukum
nasional dimana hukum Islam mendapatkan tempat yang sangat
luas dalam sistem hukum dan perundang-undangan nasional. Kalau
dibandingkan dengan tahun 1988-1990-an ketika KHI disusun,
iklimnya sudah jauh berbeda. Pada waktu itu banyak orang
keberatan dan mengkritik secara pedas terhadap upaya
pemberlakuan syariat Islam di Indonesia. Untuk kontek sekarang

10

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

kritik itu hampir tidak ada, padahal perluasan wewenang Pengadilan


Agama ke dalam hukum Hukum Ekonomi Syariah (HES) termasuk
lebih luas wilayahnya dan lebih bersifat keduniawian ( Ibid).
Munculnya banyak lembaga keuangan yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah termasuk BMT (Baitul Maal Wa atTamwil ) merupakan bukti sebagai diterimanya dengan baik sistem
ekonomi berlandaskan syariah, ketika puluhan bank konvensional
ambruk akibat badai krisis ekonomi dan moneter menimpa bangsa
Indonesia menjelang dan pasca lengsernya pemerintahan Orde
Baru (Makhalulilmi, Teori & Paraktek LKS, hal. 47).
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) di dalam
usaha positifisasi dan pembinaan hukum nasional adalah sejarah
baru dalam usaha umat Islam di Indonesia dalam mengamalkan
ajarannya. Sekalipun tentu masih membutuhkan penyempurnaanpenyempurnaan lagi. Mengingat ajaran Islam sudah sangat lama
dianut dan diyakini di Indonesia.
Mengingat kunci keberhasilan Rasulullah SAW dalam
membangun peradaban Islam adalah ikatan persaudaraan yang kuat,
dari semua komponen masyarakat, baik itu dari Islam sendiri (yang
terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshor), bahkan dengan
kaum non muslim pun ada ikatan perjanjian damai yang kuat
(sekalipun berbeda subtansi ajarannya). Tidak begitu banyak
dipermasalahkan perbedaan subtansi yang ada, akan tetapi lebih
kearah ikatan yang utuh antar semua kelompok di masyarakat.
Maka sebenarnya persaudaraan itulah kunci dari perdaban Islam
zaman Rasulullah saw.
Maka sebenarnya di Indonesia, potensi persaudaraan
diantara semua kelompok Umat Islam ada. Sebagaimana halnya
semasa penjajahan, bangsa ini yang terdiri dari berbagai kerajaan
kecil, dapat dipersatukan, maka tentunya Umat Islam yang
berwarna-warni aliran dan beragam mazdhab inipun dapat
dipersaudarakan dalam ikatan hukum nasional dalam wadah NKRI
(di antaranya melalui positifisasi hukum ekonomi syariah). Adapun
sumber-sumber KHES yang dipergunakan adalah :
1) Sumber sumber hukum yang disepakati atau sumber-sumber
utama yaitu Alquran, Sunnah, Ijma, Qiyas
2) Sumber-sumber hukum yang diperselisihkan. Yaitu Istihsan,
Istislah, ZaraI, urf, Istishab, Mazdhab Shohabi, Syaruman
qoblana, Dalalah al Iqtiron.

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

11

Penyusunan KHES dapat disebut sebagai media refleksi


fiqih mazdhabi dan metodologi hukum Islam untuk kontes keIndonesia-an. Di samping juga menggunakan fatwa-fatwa
DSN/MUI. KHES merupakan produk ijtihad jamai (kolektif)
diantara meraka para praktisi hukum (hakim agung), akademisi,
Ulama (MUI) dan para praktisi perbankan syariah. Dalam ijtihad
jamai ini tidaklah mengharuskan semua orang menguasai
persyaratan sebagai mujtahid, tetapi cukup dengan memberikan
kontribusi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hakim Agama
dalam kajian hukum Islam termasuk kategori mujtahid karena
setiap keputusannya yang selalu mencerminkan hasil dari kegiatan
ijtihadnya dan syah secara syari, karena sifatnya yang memaksa
dan mengikat semua pihak yang berperkara. Artinya apabila dalam
penyusunan KHES melibatkan para hakim Agama, maka hal itu
disebut ebagai hasil ijtihad. (Abdul Mughits Al Mawarid Edisi
XVIII Tahun 2008).
Dengan demikian sesunguhnya dalam praktek di negara
Indonesia pada aspek ekonomi, ada dua sistem yang digunakan,
yaitu sistem ekonomi konvensional dan sistem ekonomi Islam. Ada
sebagian pakar melontarkan suatu pernyataan bahwa ilmu ekonomi
Islam bukanlah cabang ilmu ekonomi, karena pada dasarnya ilmu
ekonomi hanya terdiri dari dua kutub yaitu kapitalis (yang
bersumber pada Adam Smith-1776) dan Sosialis (yang bersumber
pada Karl Mark, 1884-1876). Pendapat ini benar, namun ada
pendapat lain yang pernah diungkapkan Prof. Suroo Imam Jazuli
yang menyatakan dalam makalahnya bahwa semenja 1984 muncul
gagasan untuk menampilkan sistem perekonomian lain sebagai
alternatif. Sistem tersebut tidak lain adalah Sistem Perekonomian
Islam (SPI) (Muhamad, Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi
Islam, hal. 31).
Maka munculnya KHES dan penerapan ekonomi berbasis
Islam di Indoneia bukanlah hal yang tidak mendasar. Berdasarkan
pendapat Prof. Suroso jazuli tersebut sudahlah cukup dijadikan
sebagai dasar pijakan bagi penerapan ekonomi Islam. Secara
sosiologis KHES disusun sebagai respon terhadap perkembangan
baru dalam hukum muamalat dalam bentukpraktek-praktek
ekonomi syariah melalui LKS-LKS (Lembaga Keuangan Syariah)
yang memerlukan payung hukum.
KHES merupakan produk pemikiran fikih Indonesia dalam
bidang ekonomi (muamalat). Dalam tingkatannya sebagai produk

12

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

pemikiran, maka fikih itubersifat zhanni dan tidak mengikat setiap


muslim, tetapi ketika dipositifkan maka mengikat setiap muslim..
Dalam perbuatan hukum perlu mengakomodir kenyataan sosiologis
umat Islam,terutama dalam hukum-hukum yang lebih dominan
dimnsi sosiologisnya (duniawinya) seperti hukum ekonomi syariah
(Abdul Mughits, Al Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008).
D. Penutup
Penerapan hukum Islam pada prinsipnya bentuk ketundukan
kepada Tuhan, mereka yang tunduk dinamakan ummah. Baik Islam,
Kristen, Yahudi adalah saling berhubungan, karena kenyataannya
ketiga-tiganya menyembah satu Tuhan yang sama. Tuhan kaum
muslim adalah Tuhan kaum Yahudi dan kaum Kristen. Dalam
sejarah umat para nabi terdahulu (sebelum nabi Muhammad saw),
begitu kaumnya ingkar (tidak patuh) kepada Allah dan Rasul Nya,
maka kerap kali azab Allah menyertainya. (Kecuali ketika kaumnya
menyadari dan bertaubat atas kesalahannya seperti halnya kaum
Nabi Yunus as).
Pada zaman Rasulullah SAW penarapan hukum Islam
khususnya aspek ekonomi dengan dasar Islam, dilaksanakan dengan
semurni-murninya. Di zaman sekarang, negara negara Islam terbagi
dua dalam melaksanakan atau menerapkan ajaran islam. Pertama
adalah negara-negara Islam yang menerapkan siste ekonomi Islam
secara kaffah/ menyeluruh, seperti negara Iran, Sudan dan lainnya.
Dan kedua negara-negara Islam (atau kategori negara Islam seperti
Indonesia) yang menerapkan ajaran ekonomi Islam secara bertahap.
Maka pada zaman Rasulullah saw, kalau dilihat dalam penerapan
ekonomi Islam zaman sekarang adalah tergolong negara yang
melaksanakan hukum ekonomi Islam secara kaffah.
Sedangkan penerapan hukum ekonomi Islam di Indonesia,
dilaksanakan sesuai kesadaran dari pengikutnya dan secara informal
saja. Dan seiring dengan munculnya berbagai LKS (Lembaga
Keuangan Syariah) maka sangat diperlukan payung hukum untuk
menjembatani berbagai aturan dalam penyelesaian permasalahan
apabila terjadi konflik antar lembaga ekonomi syariah. KHES
merupakan produk ijtihad jamai (kolektif), karena melibatkan
berbagai ahli.
-------

ARGUMENTUM, Vol. 12 No. 1, Desember 2012

13

DAFTAR PUSTAKA
Alquran, Departemen Agama RI.
Adiwarman Karim (2001) Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
International Institute Of Islamic Thought, Jakarta Indonesia.
A.Qodri azizi dalam Abdi Mughits, AlMawarid Edisi XVIII Tahun
2008
Abdul Mughits Al Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008
Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis (2003) Perbankan
Syariah Prinsip. Praktek Prospek, PT Serambi Ilmu
Semesta.
Muhamad, (2003) Metodologi Penelitin Pemikiran Ekonomi Islam,
Penerbit Ekonisia Yogyakarta.
Mohammad Daud Ali (2004) Hukum Islam, Penerbit PT Raja
Grafindo Persada Jakarta.
Makhalulilmi (2002) Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan
Syariah. UII Press Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai