Anda di halaman 1dari 5

Amblesan Tanah (Subsidence)

Amblesan tanah: merupakan proses penurunan muka tanah yg terjadi secara alamiah karena
konsolidasi pada lapisan tanah dangkal dan lapisan tanah lunak maupun karena penurunan
tekanan air tanah pada sistem aquifer di bawahnya akibat pengaruh kegiatan manusia di atas
permukaan tanah dan pengambilan air tanah.
Penyebab: tanah sediment muda, pengambilan air tanah yg berlebihan, pembebanan,
pembangunan yg berlebihan, dll.
Konsolidasi dan Penurunan Tanah
Menurut Das (1998) Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan isi tanah jenuh secara
perlahan-lahan dengan permeabilitas rendah akibat keluarnya air pori. Proses tersebut
berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan
total telah benar-benar hilang. Pada umumnya konsolidasi ini akan berlangsung dalam satu
jurusan saja, yaitu jurusan vertikal karena lapisan yang terkena tambahan beban itu tidak
dapat bergerak dalam jurusan mendatar (ditahan oleh tanah sekelilingnya). Keadaan-keadaan
demikian dapat dilihat pada Gambar

Dalam keadaan seperti ini pengaliran juga akan berjalan, terutama dalam arah vertikal saja.
Hal yang demikian ini disebut konsolidasi satu matra (one dimensional consolidation) dan
perhitungan konsolidasi hampir selalu berdasarkan teori konsolidasi satu matra. Pada waktu
konsolidasi berlangsung. maka konstruksi di atas lapisan tanah tersebut akan menurun
(settle).
1. PENYEBAB TERJADINYA AMBLESAN
Amblesan dapat terjadi di berbagai tempat dan disebabkan oleh banyak faktor, misalnya :
a. Tambang batubara, terutama metoda penggalian keseluruhan (total extraction) contohnya
metoda longwall atau block caving. Tetapi kadang-kadang pada sistem room and pillar pada
kedalaman yang dangkal memungkinkan terjadinya amblesan dan geometri dari amblesan
mencerminkan pola pola support yang ada. Adanya spontaneous combustion pada lapisan
batubara juga bisa menyebabkan timbulnya amblesan. Amblesan sebagai akibat
penambangan biasanya hanya terjadi pada skala kecil (lokal) yaitu di daerah bekas tambang

yang bersangkutan saja. Meskipun demikian faktor geologi tetap mempunyai peranan yang
penting.
b. Penambangan untuk endapan berlapis (stratiform), contohnya garam, bijih besi, gipsum dll.
c. Pemompaan air tanah, uap geothermal dan minyak bumi yang berlebihan, akan menaikkan
efektifitas tekanan dan mengakibatkan kompaksi dan amblesan tanah.
d. Penambangan pada badan bijih yang mempunyai kemiringan yang sangat tajam dan
berbentuk pipa.
e. Pengeringan pada endapan gambut atau lignite.
f. Akibat tektonik, biasanya peristiwa ini terjadi akibat turunnya bagian bawah dari patahan
atau sinklin. Umumnya terjadi sangat lambat walaupun pernah terjadi amblesan sedalam 2 m
dalam waktu yang singkat.
g. Beban dari luar.
h. Pelarutan batuan di bawah tanah. Amblesan ini umumnya terjadi akibat proses pelapukan
kimia pada batu gamping, dolomite dan gipsum. Pelarutan ini merupakan proses alamiah,
tetapi akibat perubahan hidrologi kemungkinan proses pelarutan akan dipercepat sehingga
menyebabkan amblesan.

2. PENGENALAN AMBLESAN TANAH


1.Pertama ini terjadi pada daerah yang batuan dasarnya (bedrock-nya adalah batugamping.
2.Gejala-gejala sebelum terjadinya amblesan ini sering didahului oleh gejala-gejala
perubahan sitem hydrologi. Adanya danau baru segera setelah hujan (air limpasan) terutama
pada daerah cekungan.
3.Dijumpai retakan-retakan tanah. Misalnya pohon-pohon yang miring menuju kearah titik
yang sama (pusat amblesan)

Keterangan Gambar
1, Pada awalnya ada sebuah retakan yang membentuk lubang akibat masuknya air. Daerah
ini biasanya terjadi pada daerah yg tersusun oleh batu gamping
2, Karena adanya aliran bawah tanah, maka akan muncul rongga karena bagian bawah
terjadi erosi oleh aliran sungai bawah tanah.

3-4-5-6, Proses ini berlangsung terus menerus dengan kikisan serta jatuhan dari batuan
diatasnya. Hingga akhirnya bolongan ini membentuk ruang cukup lebar dan jembatan
dibagian atas tidak kuat menahan dan

7, Lubang ini tidak seluruhnya memenuhi hingga dasar terbawah, karena volume yang
mengisi batuan atas tidak seluruhnya hilang
3.MASALAH-MASALAH YANG DIAKIBATKAN OLEH AMBLESAN
1.Retakan pada dinding batu yang disebabkan oleh tekanan dan tarikan.
2.Mengubah bentuk bingkai pintu dan jendela, dan badan jalan.
3.Bangunan-bangunan tinggi menjadi tidak seimbang atau miring, misalnya chimney, tower
transmisi.
4.Masuknya air ke area penambangan.
5.Banjir pada daerah rendah atau menjadi rawa.
6.Kerusakan pada jaringan pipa atau terjadinya aliran balik di dalam pipa.
7.Retakan terbuka sampai ke permukaan tanah akan mengakibatkan rusaknya konstruksi di
atasnya.
8.Perubahan pola aliran permukaan dan air tanah.
4. PENGARUH GEOLOGI PADA TERJADINYA AMBLESAN
a. Bagaimana
Litologi mempengaruhi kuat tarik, regangan hancur, kekakuan dan bulking factor dari
perlapisan atap (roof strata). Karakteristik joint, terutama spasi dan vertical persistence sangat
mempengaruhi ukuran blok, kecepatan amblesan dan regangan permukaan. Individual joint
sangat mungkin akan terbuka menjadi rekahan permukaan.
Struktur planar (patahan, dyke) mengakibatkan pergerakan permukaan sepanjang pada jejak
permukaannya.
Kedalaman pelapukan (dan material tanahnya) mempengaruhi besarnya rekahan permukaan,
sudut limit dan regangan maksimum.
Topografi permukaan dan kemiringan perlapisan subsurface mempengaruhi simetri dari
profil amblesan dan distribusi regangan tarik dan tekan.
Sebaliknya, amblesan mempengaruhi massa aliran hidrologi yaitu dengan terjadinya rekahan
massa batuan pada saat terjadi tegangan tarik tetapi akan tertutup kembali, dan terjadi
perubahan pola aliran air di permukaan dan bawah tanah.

b. Efek Litologi
Pada umumnya amblesan berhubungan dengan perlapisan yang masif (seperti sandstone,
conglomerate, limestone) dengan kekuatan massa batuan yang besar (50-60 MPa) karena itu
mempunyai rigiditas yang tinggi dan tensile bending yang rendah.
Faktor amblesan untuk lapisan shale mencapai 0.9 dibandingkan dengan sandstone masif
dimana faktor amblesannya hanya 0.55 - 0.65 (data dari tambang batubara di Illawara dan
New Castle). Tetapi beberapa shale sangat masif dan kaku (100 MPa) maka akan ambles
seperti layaknya sandstone yang masif.
Patahan atau rekahan yang tidak menerus (bridging characteristic) pada lapisan yang masif
dapat digunakan untuk pilar dan panel dimana terjadinya perubahan regangan akibat
amblesan sangat dibatasi, misalnya di daerah perkotaan.

c. Joint/ Kekar
Kekar terbuka karena adanya regangan tarik, 200 mm mungkin terjadi di lapangan tetapi
yang umumnya terjadi adalah 25-50 mm, sedangkan bukaan 600 mm sangat jarang terjadi.
Pembukaan joint umumnya mengarah secara subparalel (lebih kurang 300) dari garis muka
yaitu sepanjang garis yang mempunyai regangan tarik maksimum. Joint terbuka pada saat
terjadinya fase tarikan (tensile phase) dari gelombang amblesan dan umumnya akan menutup
kembali pada fase tekanan (compressive phase). Joint yang akan tetap terbuka umumnya
terjadi di ujung panel.
Joint terbuka atau rekahan sangat nampak pada outcrop atau di bawah lapisan tanah yang
tipis terutama dekat jurang, dimana sangat mungkin menjadi penyebab rockfalls.
Rekahan yang sangat lebar dengan jarak antar rekahan lebih kurang 100 m terdapat di
sepanjang master joints. Pergerakan pada master joint menyebabkan patahnya massa batuan
dan mengurangi nilai faktor amblesan.
d. Patahan dan Dykes
Pengaruh amblesan pada patahan dan dykes hampir sama dengan pada master joint tetapi
dapat terjadi lebih merusak (pada daerah yang terjal dapat terjadi lemparan sejauh 1-2 m),
bila lapisan tanahnya tebal dapat mengakibatkan tonjolan ke atas/bump.
Yang juga perlu diperhatikan adalah masuknya aliran air tanah ke daerah kerja karena
patahan atau dykes mempunyai arah yang cenderung lebih vertikal daripada joint.
e. Pelapukan Tanah dan Endapan Bagian Atas
Pada umumnya tidak mempengaruhi amblesan tetapi mengurangi regangan permukaan,
terutama mengurangi konsentrasi regangan karena adanya kekar terbuka.
Pelapukan menyebabkan kekuatan batuan menjadi lebih kecil dan mudah terdeformasi
daripada batuan induknya, misalnya saprolit dan residual soil cenderung berprilaku plastis
daripada brittle. Pelapukan menyebabkan kesulitan mengidentifikasi pergerakan amblesan
dari mengembang atau mengkerut karena perubahan kelembaban alami.
Pasir lepas dan jenuh di rawa-rawa utama cenderung mengalir karena amblesan sehingga
mengurangi pergerakan vertikal dan regangan, dan meningkatkan sudut batas (misalnya
amblesan pada permukaan yang datar tetapi efeknya lebih luas.
f. Efek Topografi
Efek topografi pada amblesan sangat sederhana, untuk daerah daerah perbukitan regangan
tarik meningkat sepanjang ride lines dan regangan tekan meningkat disepanjang lantai gully.
Perlu ditambahkan bahwa prediksi amblesan secara empirik didasarkan pada ketinggian
permukaan kerja, dimana kondisi ini tidak dapat dipakai untuk lereng yang curam.

g. Hidrologi
Sumur-sumur air akan kehilangan airnya pada saat terjadi tarikan amblesan karena
pergerakan massa batuan.
Tinggi muka air cenderung mengikuti sampai pada level akhir amblesan maka secara
keseluruhan akan terjadi peningkatan permeabilitas. Tetapi aquiclude akan runtuh
menyebabkan kebocoran antara aquifer. Hal ini bisa menyebakan terjadinya intrusi air laut
jika berada di daerah dataran pantai.
Lubang bor yang tidak bercasing kemungkinan akan runtuh akibat adanya shearing sepanjang
bedding dan adanya aquifer yang runtuh akan menyebabkan tambang kebanjiran, sebab
lubang bor dan patahan akan berfungsi sebagai saluran air.
Sampai saat ini di Indonesia belum ada tambang yang berada di bawah waduk air. Sebagai
ilustrasi di daerah Australia, terdapat beberapa tambang batubara yang berada di bawah
waduk. Total ekstraksi tidak diperkenankan dilakukan untuk daerah yang berada di bawah
reservoir dan penambangan tidak boleh dilakukan di bawah as dam. Minimum kedalaman
penggalian adalah 60 m dibawah reservoar untuk first working dan 120 m untuk Panel dan
Pillar.

Anda mungkin juga menyukai