Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MEMBRAN DIALYZER
Pada proses hemodialisa, peralatan yang memiliki peran paling penting adalah
ginjal buatan atau membran dialyzer. Membran ini berperan menggantikan fungsi
ginjal yang tidak bisa bekerja lagi dari seorang pasien. Membran dialyzer ini harus
dirancang sedemikian rupa sehingga menyerupai basal membran glomerulus.
Membran dialyzer dapat dibuat dari beberapa bahan seperti selulosa, selulosa
tersubtitusi, selulo sintetik dan polimer buatan. Bahan-bahan ini ada yang bersifat
hidrofilik dan hidrofobik. Membran yang bersifat hidrofobik terbukti dapat
mengabsorbsi protein lebih porotis dan mempunyai koefisien ultrafiltrasi paling
tinggi. Implikasi klinis yang terjadi adalah eliminasi toksin lebih efektif dan beresiko
kehilangan protein (hipoproteinemia).
Membran semi permeabel adalah suatu selaput atau lapisan yang sangat tipis
dan mempunyai lubang (pori) sub mikroskopis. Dimana partikel dengan BM kecil &
sedang (small dan middle moleculler) dapat melewati pori membran, sedangkan
partikel dengan BM besar (large moleculler) tidak dapat melalui pori membran
tersebut. Dialyzer merupakan suatu tabung yang terdiri dari 2 ruangan (2
kompartemen) yang dipisahkan oleh selaput semi permeabel.
Proses yang terjadi pada membran dialyzer ini adalah terjadi pertukaran zatzat dan cairan dalam darah dan dialisat. Berikut ini adalah penjelasan proses-proses
yang terjadi selama pertukaran zat-zat pada membran dialyzer:
1. Proses Difusi
Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan
karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat.
Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang
berkonsentrasi lebih rendah. Pada hemodialisa pergerakan molekul / zat ini melalui
Perbedaan konsentrasi
Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar)
QB (Blood Pump)
Temperatur cairan
adalah kemampuan dialyzer untuk mengeluarkan zat-zat yang harus dibuang dari
darah. Jumlah atau banyaknya darah yang dapat dibersihkan dari suatu zat secara
komplit oleh suatu dialyzer yang dinyatakan dalam ml/mnt.
2. Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membran semi permeabel akibat
perbedaan tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen dialisat.
Tekanan hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen
darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif
dalam kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan negative dalam
kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans membran
pressure) dalam mmHg. Driving force yang digunakan pada ultrafiltrasi ini adalah
perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dan dialyzer.
TMP
Qd & Qb
akan membawa zat-zat terlarut didalamnya yang berukuran kecil dan permiabel
terhadap membran, akhirnya konsentrasi zat terlarut pada kedua bagian menjadi
sama.
3. Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya
perbedaan tekanan osmotik (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses osmosis ini lebih
banyak ditemukan pada peritoneal dialysis.
Ada 3 tipe dialyzer yang siap pakai, steril dan bersifat disposibel yaitu bentuk
hollow-fiber (capillary) dialyzer, parallel flat dialyzer dan coil dialyzer. Setiap
dialyzer mempunyai karakteristik tersendiri untuk menjamin efektifitas proses
eliminasi dan menjaga keselamatan penderita. Yang banyak beredar dipasaran adalah
bentuk hollowfiber dengan membran selulosa.
Berikut ini adalah beberapa sifat dari membran dialyzer yang harus
diperhatikan, karena akan menentukan proses-proses yang terjadi berjalan dengan
semestinya :
1. Luas permukaan dialyzer
2. Ukuran besar pori atau permeabilitas ketipisanya
3. Koefisien ultrafiltrasi
4. Volume dialyzer
5. Kebocoran darah tidak boleh terjadi
6. Dapat di re-use tanpa merubah kemampuan klirens dan ultrafiltrasinya
7. Harga
Pada mulanya HD dilakukan dengan menggunakan membran yang
mempunyai klirens dan ultrafiltrasi yang rendah yang memerlukan waktu sampai 6
oleh banyak membran sintesis dari pada membran selulosa. Akumulasi beta-2
mikroglobulin pada penderita hemodialisis dapat mengakibatkan amyloidosis
yang bermanifestasi sebagai sindroma tunnel carpal, arthropathy, dan kista
tulang.
c. Backfiltrasi (filtrasi-balik)
Kemungkinan terdapat kelemahan pada pemakaian membran fluks tinggi, karena
sangat tembus terhadap air dan membutuhkan pemakaian mesin dialisis yang
mahal dengan sirkuitas kontrol ultrafiltrasi volumetris. Sebagian mesin dialisis ini
sulit dibebaskan dari infeksi secara tepat karena kompleksitas jalur cairannya. Jika
tidak dibersihkan dengan baik setelah pemakaian, mesin tersebut dapat
berhubungan dengan reaksi pirogen selama dialisis. Di banyak pusat dialisis, air
yang dipakai untuk membuat larutan dialisis mengandung tingkat bakteri yang
tinggi dan pirogen. Dengan membran fluks tinggi akan ada fluks balik yang
meningkatkan material pirogen dari larutan dialisis ke darah (karena perbedaan
tekanan yang lebih rendah antara darah dan kompartemen dialisat dan pembukaan
membran).
2. Pemilihan dialyzer berdasarkan pertimbangan klinis
a. Gejala-gejala intradialisis
Penelitian terkontrol yang baik saat ini, tidak melaporkan perbedaan dalam hal
gejala intradialisis diantara beberapa membran dalam mengaktifkan komplemen.
Kelemahan teori dari filtrasi balik adalah sulitnya untuk mendapatkan secara
klinis terjadinya reaksi pirogen karena pemakaian membran dialisis fluks tinggi.
Reaksi dialyzer karena membran, sterilant, larutan dialisis terkontaminasi,
ataupun bahan kimia lain dalam sirkuit dialisis dapat menjadi masalah klinis
penting.
b. Morbiditas dan mortalitas
Sejumlah penelitian tidak-acak telah menunjukkan bahwa morbiditas dan
mortalitas lebih rendah pada penderita yang didialisis dengan membran sintesis
daripada membran sellulosa yang belum disubstitusi. Alasannya belum jelas
tetapi dapat disebabkan kejadian infeksi yang lebih rendah pada penderita yang
didialisis dengan membran sintesis.
3. Pemilihan dialyzer secara praktis
a. Bahan membran sintesis dan tidak sintesis
Material dari membran terbuat dari:
(1).Sellulose seperti cuprammonium cellulose (cuprophan), cuprammonium
rayon, saponified cellulose ester.
(2).Sellulose yang disubstitusi seperti cellulose acetat, dacetat, triacetat.
(3).Cellulosynthetic seperti cellosyn atau hemophan.
(4).Synthetic seperti polyacrylonitrile (PAN) seperti polysulfone, polycarbonate,
polyamide, dan polymethylmethacrylate (PMMA).
b. KoA dialyzer.
KoA merupakan koeffisien luas permukaan transfer adalah kemampuan
penjernihan dalam ml/menit dari ureum pada kecepatan aliran darah dan
kecepatan aliran dialisat tertentu. Luas permukaan membran berkisar 0,8 s/d 2,2
m2 . KoA terdiri dari dialyzer effisiensi rendah terutama untuk penderita berat
badan kecil dengan KoA <500, dialyzer effisiensi sedang dengan KoA 500-700,
dan dialyzer effisiensi tinggi dengan KoA >700. KoA equivalen dengan luas
permukaan membran, makin luas permukaan membran semakin tinggi klearensi
ureum. Nilai KoA dari dialyzer yang sering dipakai ada yang telah didaftarkan.
Nilai KoA dari dialiser yang belum didaftarkan bisa diperoleh dari lembar rincian
dialyzer.
c. Koeffisient Ultrafiltrasi (KUf)
KUf disebut juga dengan permiabilitas air merupakan spesifikasi dialyzer. Kuf
terdiri dari KUf rendah 2,0 , KUf sedang 4,0 dan KUf tinggi dan high flux >10,0.
Contoh; KUf 2,0 adalah memerlukan TMP 500 untuk ultrafiltrasi 1000 ml,
sedang KUf 8,0 hanya memerlukan TMP 125 ml untuk ultrafiltrasi 1000 ml.
Pemilihan dialyzer berdasarkan pada permeabilitas air. Apabila tersedia kontroler
ultrafiltrasi, pemakaian dialyzer dengan permeabilitas air yang tinggi (Kuf>6,0)
akan menjadi pilihan. Apabila tidak tersedia kontroler ultrafiltrasi, maka dialyzer
dengan KUf yang lebih rendah menjadi pilihan. Pemakaian dialyzer dengan KUf
relatif rendah membutuhkan pemakaian tekanan transmembran yang lebih tinggi
untuk mempengaruhi penghilangan jumlah cairan. Keadaan ini meminimalkan
pengaruh variasi dalam tekanan transmembran terhadap penghilangan cairan.
Sebagai suatu aturan baku, apabila kontroller ultrafiltrasi tidak tersedia, KUf
dialiser in vivo (ml/jam/mmHg) akan sekitar 4 kali angka penghilangan cairan
yang diharapkan dalam liter/jam. Contoh; jika ingin menghilangkan cairan 0,75
liter/jam, KUf dialyzer in vivo akan 4 x 0,75 = 3,0. Tekanan tansmembran yang
dibutuhkan kemudian menjadi 750/3 = 250 mmHg.
d. Dialyzer standard
Terdiri dari klearensi ureum <200 ml/menit, kecepatan darah yang dipakai 250
ml/menit, low-flux dengan Kuf <15 ml/mmHg/jam. Contohnya adalah
Cuphrophane, Cellulosa asetat dan hemophane.
e. Dialyzer high efficiency atau high flux.
Dialyzer high efificiency adalah dialyzer yang mempunyai luas permukaan
membran yang besar. Dialyzer high flux adalah dialyzer yang mempunyai poripori besar yang dapat melewatkan molekul yang lebih besar, dan mempunyai
permiabilitas terhadap air yang tinggi. Dialyzer high-efficiency/high-flux terdiri
dari terdiri dari klearens ureum >200 ml/menit, kecepatan darah yang dipakai
>250 ml/menit, high-flux dengan Kuf >15 ml/mmHg/jam, dan membrannya
adalah Polysulfone, Celuloasa triasetat, dan AN-69.
f. Desain plat paralel terhadap hollow-fiber (capillary).
Dengan tersedianya dewasa ini dialiser plat paralel dan hollow-fiber, hanya
sedikit alasan untuk memilih satu konfigurasi atas yang lain.
B. CAIRAN DIALISAT
a. Dialisat asetat
Dialisat asetat telah dipakai secara luas sebagai dialisat standard untuk
mengoreksi asidosis uremikum dan untuk mengimbangi kehilangan bikarbonat
secara difusi selama HD. Dialisat asetat tersedia dalam bentuk konsentrat yang cair
dan relative stabil. Dibandingkan dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat asetat
harganya lebih murah tetapi efek sampingnya lebih banyak. Efek samping yang
sering seperti mual, muntah, kepala sakit, otot kejang, hipotensi, gangguan
hemodinamik, hipoksemia, koreksi asidosis menjadi terganggu, intoleransi
glukosa, meningkatkan pelepasan sitokin.
b. Dialisat bikarbonat
Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan asam dan
larutan bikarbonat. Kalsium dan magnesium tidak termasuk dalam konsentrat
bikarbonat oleh karena konsentrasi yang tinggi dari kalsium, magnesium dan
bikarbonat dapat membentuk kalsium dan magnesium karbonat. Larutan
bikarbonat sangat mudah terkontaminasi mikroba karena konsentratnya
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Kontaminasi ini dapat
diminimalisir dengan waktu penyimpanan yang singkat. Konsentrasi bikarbonat
yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan alkalosis metabolik
yang akut. Namun dialisat bikarbonat bersifat lebih fisiologis walaupun relatif
tidak stabil. Biaya untuk sekali HD bila menggunakan dialisat bikarbonat relatif
lebih mahal dibanding dengan dialisat asetat.
10
Darah
Dialisat
1. Natrium/sodium
136mEq/L
1. Natrium/sodium
134mEq/L
2. Kalium/potassium
4,6mEq/L
2. Kalium/potassium
2,6mEq/L
3. Kalium
4,5mEq/L
3. Kalium
2,5mEq/L
4. Chloride
106mEq/L
4. Chloride
104mEq/L
5. Magnesium
1,6mEq/L
5. Magnesium
1,5mEq/L
11
1. Pre-treatment
Filter stainless steel mesh
Air akan melewati filter ini yang secara otomatis mengalami pembersihan air dari
partikel yang berukuran 50 mikron. Filter ini akan mempertahankan partikel yang
lebih besar untuk mengurangi beban pada filter berikutnya.
12
13
Ultraviolet sterilizer
Pada tahap ini dilakukan sterilisasi dengan sinar
sterilisasi air bebas dari mikroba dan zat-zat lain yang berbahaya. UV dipasang
setelah security filtering untuk mencegah kesalahan dari kuarsa yang melindungi
lampu, bintik-bintik atau bayangan pada lampu menyebabkan penurunan daya
kuman pada cahaya UV.
14
2. Reverse osmosis
Langkah berikutnya adalah melakukan reverse osmosis yang menggunakan perangkat
tertentu adalah inti dari proses perlakukan terhadap air yang akan digunakan untuk
hemodialisa. Komponen utama proses ini yang pertama adalah pompa bertekanan
tinggi yaitu pompa multiselular sentrifugal stainless steel grundfos. Pompa ini
berfungsi untuk memastikan tekanan cukup untuk membrane memperoleh produksi
yang spesifik. Komponen yang kedua adalah pengatur kecepatan, dimana komponen
ini bergantung pada peralatan yang dibutuhkan. Untuk kontrol keseluruhan pada
pompa bertekanan tinggi adalah: aliran, mulai atau berhentinya kecepatan, parameter
control kerja dan sebagainya. Komponen ketiga adalah membran osmosis reversible
dimana setelah penyaringan dan pengkondisian air akan berpindah ke membrane
yang berada di tekanan pembuluh darah pada stainless steel AISI 316L. komponen
keempat adalah instrumentasi yang terdiri dari beberapa proses yaitu:
15
Perubahan tekanan dari tinggi ke rendah pada stainless steel AISI 316L.
Rendah tidak dapat memulai tekanan tinggi jika aliran air tidak diterima dengan
tekanan yang cukup. Tekanan tinggi tidak dapat memberikan tekanan pompa yang
tinggi pada tekanan tinggi yang direkomendasikan.
dapat membantu
Komponen
kelima
adalah
sistem
pengembangan
yaitu
dengan
menggunakan membrane ekstra. Design alat ini dengan alat penyaring, pompa dan
komponen hidrolik untuk mempermudah penambahan ukuran panjang.
16
Terdapat pula Donaldson filter untuk menghindari pulutan atau pengotor dari
udara pada osmosis
17
Deionizer
Setelah osmosis reversibel, air melewati mixed-bed resin(anion-kation)deionizer,
untuk memastikan konduktivitas cukup rendah dibanding nilai standard yang
sudah ditentukan. Desain dari deionizer sendiri bergantung pada volume
berjalannya air pada perputaran air selama 6 bulan.
Ultraviolet sterilization
Penyaringan menggunakan ultraviolet ini berfungsi untuk memastikan tidak
adanya mikrobiologi pada penyaringan kedua. Setelah penyaringan ultraviolet
digunakan filter polysulphone untuk menghilangkan bakteria, endoktoksin dan
pyrogen kurang dari 0.05 EU/ml.
Recycling
Air murni yang telah disterilisasi dapat mencapai unit dialysis dan dapat menjadi
pengingat jika perlu dilakukan pengulangan reverse osmosis. Rangkaian berikut
menyediakan proses resirkulasi dari produksi air: reverse osmosis, deionized,
ultraviolet, polusulfone filter, dialysis unit dan kembali ke ionizer.
18
4. By-pass
Seandainya terjadi kegagalan atau perbaikan serentak dari dua perlengkapan
reverse osmosis atau sistem-sistem sebelumnya, perlu mempunyai pilihan
persediaan air yang aman untuk waktu yang diperlukan untuk menjalankan mesin.
Deretan Filter 20 dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Filtrasi campuran padat: 3 dari 20, masing-masing 5 dan 1 mikron.
2. Pengeluaran klorin dan zat-zat pengotor lain yang mudah menguap: 1 filter
batu arang dan 1 filter arang. Keduanya dengan lapisan kecil 5 mikron.
3. Pengeluaran garam-garam terlarut: 3 kartrid deionisasi dengan campuran
getah.
Sebaiknya sebagian keluaran air dari analisa by-pass dicoba dulu untuk
memastikan filter, kartrid, dan komponen-komponen lainnya dapat digunakan
secara aman ketika dibutuhkan.
5. Ozone sterilization system
Ozon adalah zat pengoksidasi yang paling kuat. Ozon mempunyai potensial
redoks yang lebih tinggi dari florin. Potensial redoks ini membuat ozon menjadi
desinfektan yang lebih efektif dari yang biasa digunakan. Hal inilah yang
digunakan untuk water treatment dan aplikasi-aplikasi lainnya.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Gatot, Dairot. 2003. Rasio Reduksi Ureum Dializer dan Dua Dializer Seri. Medan:
USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6343/1/penydalamdairot%20gatot.pdf(diakses pada tanggal 15 November 2012 pukul 19.00
WIB).
Taboada, Peter. 2002. Water Treatment System for Dialysis. Spain: Millarada, 68Villar de Infesta.
21