Unit fungsional dasar hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan
panjang beberapa millimeter dan berdiameter 0,8 2 mm. hati manusia berisi 50.000
100.000 lobulus. Lobulus tersusun atas sel-sel hati yang merupakan sel-sel besar
dengan satu atau dengan dua inti dan sitoplasma glanural yang halus. Sel-sel hati
diatur dalam lapisan-lapisan, satu sel yang tebal, disebut lamina hepatica. Lamina ini
tersusun tidak teratur untuk membentuk diding dengan sel hati yang menghubungkan
lamina sekitarnya. Diantara lamina terdapat ruang berisi vena-vena kecil dengan
banyak anastomosis diantaranya dan duktus empedu kecil yang disebut kanakuli.
Kanakuli biliaris kecil yang mengalir ke duktus biliaris di dalam septum fibrosa yang
memisahkan lobules hati yang berdekatan. Lobulus hati terbentuk mengelilingi
sebuah vena sentralis yang mengalir ke vena hepatica dan kemudian ke vena cava.
Lobulus sendiri dibentuk terutama dari lempeng sel hepar yang memancar secara
sentifugal dari vena sentralis seperti jeruji roda. Disekitar tepi lobules terdapat kanal
portal, masing-masing berisi satu cabang vena porta (vena interlobular), satu cabang
arteri hepatica, dan satu duktus empedu kecil. Ketiga struktur ini bersatu dan disebut
triad portal.
Peritoneum hepar
Hepar seluruhnya diliputi kapsula fibrosa namun ada sebagian yang tidak diliputi oleh
peritoneum viscerale, yaitu pada suatu daerah pada facies posterior yang melekat
langsung pada diafragma, disebut nuda hepatic (NA), syn bare area atau dulu
disebut pars affixa oleh Hafferl (1953) dan bagian yang dibungkus oleh peritoneum
disebut sebagai pars libera. Peritoneum viscerale berasal dari mesohepaticum
ventrale yang juga ikut membentuk omentum minus dan ligamentum falciforme
hepattis. Omentum minus terbentang dari porta hepatic ke curvature minor ventriculi
dan awal pars superior duodeni. Ujung kanan omentum minus membungkus bersama
vena porta hepatic, arteria hepatica (propria) dan duktus choledochus. Ligamentum
falciforme hepatic terdiri dari dua lapisan peritoneum dari umbilicus menghubungkan
hepar dengan diafragma dan dinding depan abdomen. Ligamentum ini mempunyai
pinggir bebas yang mengandung ligamentum teres hepatis (NA, syn. Round ligament
of liver) yang merupakan sisa vena umbilicalis yang telah menutup, dan meliputi
beberapa vena kecil, venae paraumbilicales yang mempunyai hubungan dengan
system vena porta hepatis. Ligamentum falciforme hepatis dan facies anterior hepar
meneruskan diri ke arah atas ke facies superior dan permukaan visceralis membentuk
ligamentum coronarium hepatic (NA). ligamentum coronarium sisi kiri ke ujung kiri
membentuk ligamentum triangulare sinistrum yang ujungnya berhubungan dengan
diafragma sebagai fibrosa hepatic (NA, syn-fibrous appendix of the liver). Di
sebelah kanan lapisan depan dan belakang ligamentum coronarium memisahkan diri
meninggalkan daerah yang kosong peritoneum (area nuda hepatic/bare area) untuk
selanjutnya ke ujung kanan membentuk ligamentum triangulare dextrum.
Hepar mempunyai dua facies (permukaan) yaitu:
1. Facies diaphragmatika
2. Facies visceralis (inferior)
Arteri hepatica, yang keluar dari aorta dan memberikan 80% darahnya kepada hati,
darah ini mempunyai kejenuhan oksigen 95-100% masuk ke hati akan membentuk
jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena
hepatica. Vena hepatica mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Di
dalam vena hepatica tidak terdapat katup.
Vena porta yang terbentuk dari vena lienalis dan vena mesenterika superior,
mengantarkan 20% darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya
70 % sebab beberapa O2 telah diambil oleh limpa dan usus. Darah berasal dari vena
porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah
pembuluh sinusoid atau kapiler hepatica. Pembuluh darah halus berjalan di antara
lobulus hati disebut vena interlobular.
Di dalam hati, vena porta membawa darah yang kaya dengan bahan makanan dari
saluran cerna, dan arteri hepatica membawa darah yang kaya oksigen dari system
arteri. Arteri dan vena hepatica ini bercabang menjadi pembuluh-pembuluh yang lebih
kecil membentuk jarring kapiler diantara sel-sel hati yang membentik lamina
hepatica. Jaringan kapiler ini kemudian mengalir ke dalam vena kecil di bagian
tengah masing-masing lobulus, yang menyuplai vena hepatic. Pembuluh-prmbuluh ini
menbawa darah dari kapiler portal dan darah yang mengalami dioksigenasi yang telah
dibawa ke hati oleh arteri hepatica sebagai darah yang telah dioksigenasi.
Selain vena porta, juga ditemukan arteriol hepar didalam septum interlobularis.
Anterior ini menyuplai darah dari arteri ke jaringan jaringan septum diantara lobules
yang berdekatan, dan banyak arterior kecil mengalir langsung ke sinusoid hati, paling
sering pada sepertiga jarak ke septum interlobularis.
Selain sel-sel hepar, sinusoid vena dilapisi oleh 2 tipe yang lain : (1) Sel endotel
khusus dan (2) Sel kupffer besar, yang merupakan makrofag jaringan (sel RE), yang
mampu memfagositosis bakteri dan benda asing lain didalam darah sinus hepatikus.
Lapisan endotel sinusoid vena mempunyai pori yang sangat besar, beberapa
diantaranya berdiameter hamper 1 mikrometer. Dibawah lapisan ini, terletak sel
endotel dan sel hepar, terdapat ruang jaringan yang sangat sempit, yang disebut ruang
Disse. Jutaan ruang Disse kemudian menghubungkan pembuluh limfe didalam septum
interlobularis. Oleh karena itu, kelebihan cairan diruangan ini dikeluarkan melalui
aliran limfatik. Karena besarnya pori di endotal, zat didalam plasama bergerak bebas
bebas keruang Disse. Bahkan protein plasma bergerak bebas ke ruang ini.
Persyarafan hepar
Diurus oleh system simpatis dan parasimpatis. Saraf-saraf itu mencapai hepar melalui
flexus hepaticus, sebagian besar melalui flexus coeliaci, yang juga menerima cabangcabang dari nervus vagus kanan dan kiri serta dari nervus phrenicus kanan.
B. HISTOLOGI
Secara Mikroskopis
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar
mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti
spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana
akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoidsinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena
lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel
kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan
kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya
hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun
dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang
dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi
di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/
TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika,
ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya
langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari
canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut
membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis,
dibawa ke dalam empedu yg lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung
empedu.
Fungsi hemodinamik
Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/
menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di
dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi
oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada
waktu exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.
2.2 Metabolisme
Semua sel hepar secara kontinu membentuk sejumlah kecil sekresi yang dinamai
empedu. Ini disekresikan ke dalam kanalikus bilifer yang kecil, yang terletak diantara
sel-sel hepar di dalam lempengan dan kemudian empedu mengalir ke perifer menuju
septa interlubuler di tempat mana kanalikulus mengeluarkan isinya ke duktus biliaris
terminanglis kemudian, progressive terus ke duktus yang lebih besar dan akhirnya
mencapai duktus hepatica dan duktus koledokus, dari mana empedu dikosongkan
langsung kearah duodenum atau dibagi kearah kantung empedu
Pembentukan empedu ditingkatkan oleh rangsangan pada N.vagus dan oleh hormone
sekretin yang meningkatkan kandungan air dan HCO3 dalam empedu. Zat-zat yang
meningkatkan sekresi empedu dinamakan koleretik.
3.3 Penularan
Entamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan umumnya terjadi karena
makanan atau minuman yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi melalui
bentuk trofozoit, sebab bentuk ini akan rusak oleh asam lambung.
Kista Entamoeba histolytica mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8-12 hari, di air
9-30 hari, dan di air dingin (4oC) dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista akan cepat rusak oleh
pengeringan dan pemanasan 50oC.
Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui cara-cara berikut ini:
a. persediaan air yang terpolusi
b. tangan infected food handler yang terkontaminasi
c. kontaminasi oleh lalat dan kecoa
d. penggunaan pupuk tinja untuk tanaman
e. higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat denganpopulasi tinggi, seperti
asrama, rumah sakit, penjara, dan lingkungan perumahan Penularan yang
berlangsung melalui hubungan seksual baisanyaterjadi di kalangan pria
homoseksual.
Kista matang tertelan Dinding kista dicerna pada usus halus Bentuk histolitika
yang patogen Menginvasi mukosa usus besar Mengeluarkan sistein proteinase
(histolisin) Nekrosis dengan lisis sel jaringan (lisis) Menembus lapisan
submukosa (kerusakan bertambah) Menimbulkan luka-ulkus amoeba (Flask-shaped
ulcer) Tinja disentri (tinja yang bercampur lendir dan darah)
B. Klorokuin
Farmakokinetik
Absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat,
dan makan mempercepat absorpsi ini.
Kaolin dan antasid yang mengandung magnesium dan kalsium dapat
mengganggu absopsi sehingga obat ini jngan diberikan bersama-sama
dengan klorokuin.
Kadar puncak plasma dicapai setelah 3-5 jam.
Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat skali dan dan
metabolitnya dieskresi melalui urin
Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram/hari selama 2 hari, kemudian
500 mg/hari selama 2-3 minggu.
Obat ini juga efektif terhadap amembiasis hati.
Efek samping dan kontra indikasi
Sakit kepala
Gangguan pencernaan
Gangguan penglihatan
Gatal-gatal
Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan
sakit kepala
Penglihatan kabur
Diplopia
Erupsi kulit likenoid
Rambut putih
Dan perubahan gambar EKG
Pemberian klorokuin lebih dari 250mg/hari untuk jangka lama dapat
meninmbulkan retinopati dan ototoksisitas
Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat menimbulkan
toksisitas pada sistem kardivaskular
Harus digunakan secara hati-hati pada pasien dngan gangguan
pencernaan,pasien dngan penyakit hati,neurologik dan darah yang
berat
2. Amubisid Luminal
A. Dilokanit furoat
Farmakodinamik
In vitro
Diloksanid memperlihatkan sifat amubisid langsung dengan
mekanisme yang belum diketahui
3. Amubisid lainnya
A. Metronidazol dan Tinidazol
Farmakologi
Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung
Pada biakan E. Histolityca dengan kadar 1-2 mikrogram/ml smua
parasit musnah dalam 24 jam
Tinidazol memperlihatkan spektrum antimikroba yang sama
Tinidazol masa paruhnya lebih oanjang sehingga dapat diberikan
sebagai dosis tunggal perhari
Efek samping tinidazol lebih ringan (dosis 2g/hari selama 3 hari).
Metronidazol tablet 250 mg dan 500 mg dosis oral 3 x 750 mg/hari
selama 5-10 hari.
(4).
(5).
(6).
(7).
umum tidak selalu membunuh kista; air dalam jumlah sedikit seperti di kantin atau
kantong Lyster sangat baik bila di olah dengan yodium dalam kadar tertentu,
apakah itu dalam bentuk cairan (8 tetes larutan yodium tincture 2% per quart air
atau 12,5 ml/ltr larutan jenuh kristal yodium) atau sebagai tablet pemurni air (satu
tablet tetraglycin hydroperiodide, Globaline , per quart air). Biarkan lebih kurang
selama 10 menit (30 menit jika dingin) sebelum air bisa diminum. Filter yang
mudah dibawa dengan ukuran pori kurang dari 1,0 m efektif untuk digunakan. Air
yang kualitasnya diragukan dapat digunakan dengan aman bila di rebus selama 1
menit.
Mengobati orang yang diketahui sebagai carriers; perlu ditekankan pentingnya
mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar untuk menghindari infeksi
ulang dari tetangga atau anggota keluarga yang terinfeksi.
Memberi penyuluhan kepada orang dengan risiko tinggi untuk menghindari
hubungan seksual oral yang dapat menyebabkan penularan fekal-oral.
Instansi kesehatan sebaiknya membudayakan perilaku bersih dan sehat bagi orangorang yang menyiapkan dan mengolah makanan untuk umum dan menjaga
kebersihan dapur dan tempat-tempat makan umum. Pemeriksaan rutin bagi
penjamah makanan sebagai tindakan pencegahan sangat tidak praktis. Supervisi
yang ketat perlu dilakukan terhadap pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
ini.
Disinfeksi dengan cara merendam buah dan sayuran dengan disinfektan adalah
cara yang belum terbukti dapat mencegah penularan E. histolytica. Mencuci tangan
dengan baik dengan air bersih dan menjaga sayuran dan buah tetap kering bisa
membantu upaya pencegahan; kista akan terbunuh dengan pengawetan, yaitu
dengan suhu diatas 50oC dan dengan iradiasi.
Penggunaan kemopropilaktik tidak dianjurkan.
4. Kelainan radiologis
5. Respon terhadap terapi amoebisid Kriteria Lamont dan Pooler (bila
didapatkan 3 atau lebih dari):
(1). Hepatomegali yang nyeri
(2). Kelainan hematologis
(3). Kelainan radiologis
(4). Pus amoebik
(5). Tes serologic positif
(6). Kelainan sidikan hati
(7). Respon yang baik dengan terapi amoebisid
Daftar Pustaka