TINJAUAN UMUM
2.1.
2)
b. Rute KM 94 :
1)
2)
2-1
2-2
Hari/
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Bulan
Februari
Maret
1.50
17.00
10.00
0.50
Total
6.30
7.50
1.00
31.00
1.00
33.00
10.00
1.50
11.00
15.00
36.00
1.00
14.00
Hari/
Tanggal
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Bulan
Februari
Maret
1.00
6.00
3.00
-
39.00
Sumber : Departemen Engineering PT. Pamapersada Nusantara
1.50
6.00
36.00
16.00
40.00
1.00
13.50
2.00
-
284.30
2-3
daerah
Baramarta
sesuai
dengan
Perjanjian
Karya
2-4
Direktur
Jenderal
Pertambangan
Umum
Nomor
Nama
Daerah
Luas (Ha)
Blok I
752
SK 798.K/20.01/DJP/2000 tanggal 22
Desember 2000
Blok II
881,55
SK 0200.K/40.00/MEM/2003 tanggal 20
Agustus 2003
Blok III
1.001
JUMLAH
2.634,55
2-5
a.
Seam A, berlapis menjari dengan tebal 0,3 0,7 meter. Keberadaan seam A
secara lateral tidak menerus.
b.
c.
Seam C, ketebalan 1,2 2,4 meter. Jarak antara seam B dengan seam C
adalah 9 12 meter.
d.
e.
Seam D, ketebalan 2,6 3,1 meter. Jarak antara seam D upper dengan
seam D adalah 3 5 meter.
Tabel 2.3
Keadaan Cadangan Perusahaan Daerah Baramarta
URAIAN
BLOK PROSPEK
BLOK I
BLOK III
SOUTH PIT
NORTH PIT
WEST PIT
LUAS
752 Ha
4,778,692.17
SR
141,240.87
11.00
BLOK II
PINANG PIT
TOTAL
1.001 Ha
881,55 Ha
4,959,246.21
2,194,947.74
12,074,126.98
13.01
9.16
11.08
2634,55 Ha
2.3.
di Bagian Barat Pegunungan Meratus yang disusun oleh komplek batuan PraTersier yang terdiri dari batuan ultrabasa, peridotit, malihan, batuan beku, lava
basalt dan metasedimen yang sudah terlipatkan. Endapan batubara terdapat
dalam zona Cekungan Barito yang merupakan kelanjutan bagian Barat Daya dari
Cekungan Kutai, yaitu pada Formasi Tanjung. Formasi Tanjung terdiri dari
batuan lempung, batupasir kuarsa dan batubara yang berumur Eosen.
Cekungan Barito terdiri dari empat buah Formasi dengan urut-urutan
stratigrafi dari tua ke muda sebagai berikut :
1.
Formasi Tanjung
Merupakan
perselingan
batupasir
kuarsa,
batulempung
dan
2-6
2.
Formasi Berai
Litologinya berupa batugamping masif (terumbu). Setempat
ditemukan perselingan batugamping, batulempung dan napal. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan lagoon hingga neritik tengah dengan ketebalan
hingga
1075
meter
dan
berumur
oligosen
sampai
Miosen
awal.
Formasi Warukin
Merupakan perselingan batupasir kuarsa dan batulempung dengan
sisipan batubara. Setempat ditemukan sisipan batugamping. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan neritik dalam hingga deltaik dengan ketebalan
sekitar 2400 meter dan berumur Miosen tengah sampai Miosen akhir.
Hubungannya selaras dengan Formasi Berai yang terletak dibawahnya.
4.
Formasi Dahor
Merupakan perselingan batupasir dan konglomerat yang tidak
kompak. Setempat ditemukan batulempung lunak, lignit dan limonit. Formasi
ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga sublitoral dengan ketebalan
sekitar 840 meter dan berumur Miosen akhir sampai Pliosen. Hubungannya
tidak selaras dengan Formasi Warukin yang terletak dibawahnya dan tidak
selaras dengan endapan alluvial yang terdapat di bagian atasnya.
Stratigrafi tertua adalah pada masa (Era) Mesozoikum yaitu batuan
Batupasir Kersikan dan Rijang Radiolaria (Mr), Sekis Garnet Amfibolit (Mm),
Batuan Ultramafik (Mub), yaitu Trias-Jura. Sedangkan pada periode kapur
diendapkan Diorit (Kdi), Olistolit Kintap (Kok), Formasi Ptap (Ksp), Anggota Paau
(Kvp), Formasi Manunggal (Km), dan Formasi Haruyan (Kvh). Formasi Tanjung
(Tet), FormasiPamaluan (Tomp), Formasi Berai (Tomb), dan Formasi Warukin
(Tmw). Diendapkan pada periode Tersier. Formasi Dahor (TQd) diendapkan
pada akhir Tersier yaitu pada kala Pliosen sampai awal Kuarter (Plistosen)
sedangkan Alluvium (Qa) diendapkan Holosen hingga kini.
Secara umum lapisan batuan pada Formasi Tanjung yang ada pada
wilayah penambangan Perusahaan Daerah Baramarta mempunyai jurus relatif
Utara-Selatan (N 201 E) dengan kemiringan lapisan ke arah Barat 8 - 10.
Pada sebagian lokasi Perusahaan Daerah Baramarta terdapat sesar naik
yang juga merupakan batas dari penyebaran batubara yang dapat teramati.
Akibat zona sesar ini lapisan batuan ikut terseret/terangkat dan menghasilkan
struktur lipatan terbatas berupa sinklin.
2-7
Formasi
Pitap
serta
tertindih
tak
selaras
oleh
Formasi
Ultramafik
bersentuhan
secara
tektonik
dengan
satuan
disekitarnya.
2) Kapur
Diorit (Kdi): Diorit, sama butir dan Hipidiomorfik granular
menerobos batuan ultramafik dan Formasi Pitap. Olistolit Kintap (Kok) :
batugamping
padat-berlapis
buruk,
berumur
aptian-albian
dan
batulanau,
bersisipan
batugamping,
breksi
aneka
bahan,
batulempung, konglomerat dan basal. Tebal satuan ini antara 1000 dan
1500 meter, menjemari dengan Formasi Haruyan.
Anggota Paau (Kvp): Basal amigdaloid, basal porfir. Anggota Paau
menjemari dengan Formasi Manunggul dan dikorelasikan dengan fasies
gunungapi. Umurnya Kapur Atas.
Formasi Haruyuan (Kvh) : Lava basal, breksi aneka bahan dan tuf.
Formasi Haruyuan tebalnya mencapai 1250 meter dan menjemari dengan
Formasi Pitap.
2-8
b.
Era Kenozoikum
1) Tersier
Formasi Tanjung (Tet): Formasi tanjung diperkirakan memiliki
umur Paleosen Akhir-Oligosen Awal, diendapkan selama awal genang
laut tersier. Formasi tanjung diendapkan secara tidak selaras diatas
batuan pra-Tersier, pada lingkungan paralis-neritik. Litologi yang terdapat
pada Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa yang berbutir halus. Pada
Formasi tanjung bagian bawah terdapat juga batu lempung setempat
menyerpih dan sisipan batu gamping yang mengandung fragmen
moluska serta foraminifera. Sedangkan pada Formasi tanjung bagian atas
terdapat sisipan batubara serta batulempung serpihan. Dibeberapa
tempat juga terdapat konglomerat yang diduga berupa channel.
Ketebalan Formasi Tanjung melebihi 1000 m dan sebarannya mengikuti
pola sedimentasi berarah North West South East.
Formasi Berai (Tomb): Formasi ini memiliki umur Oligosen Awal
Miosen Awal dan diendapkan secara selaras diatas Formasi Tanjung.
Pada bagian bawah Formasi ini terdapat litologi berupa batu lempung
karbonatan. Sedangkan dibagian tengah terbentuk litologi batugamping
yang masif. Setelah itu, pada bagian atas dari Formasi ini, diendapkan
kembali batu lempung karbonatan.Formasi ini memiliki ketebalan sekitar
100 m dengan pola penyebaran yang dikontrol oleh tinggian purba pada
pembentukan cekungan yang lebih tua.
Formasi
Warukin
(Tmw):
Formasi
Warukin
mengalami
2-9
Dahor
pada
diperkirakan
lingkungan
paralis
berumur
dengan
Plio-Plistosen
pola
dan
penyebaran
Formasi Manunggal (Km), Formasi Haruyan (Kvh), dan Formasi Paau (Kvp).
Pada kapur akhir bagian atas terjadi kegiatan magma yang menghasilkan
terobosan Diorit (Kdi). Diorit ini menerobos batuan alas Formasi Pitap dan
batuan-batuan yang lebih tua.Pengangkatan dan pendataran terjadi pada awal
Paleosen-Eosen yang diikuti pengendapan Formasi Tanjung (Tet) bagian bawah,
sedangkan bagian atas Formasi ini terbentuk saat genang laut.
Paparan karbonat Formasi Berai (Tomb) terbentuk dalam kondisi genang
laut pada awal Oligosen-Miosen bersamaan dengan pengendapan klastika
Formasi Pemaluan (Tomp). Pada miosen tengah terjadi susut laut dan
bersamaan dengan pengendapan Formasi Warukin (Tmw) dalam suasana darat.
Kegiatan tektonik terjadi lagi pada miosen akhir yang mengakibatkan hamper
seluruh batuan Mesozoikum membentuk tinggian Meratus di barat lembar yang
memisahkan cekungan Barito dan Cekungan Pasir. Pada Miosen akhir batuanbatuan pra-Tersier dan tersier terlipat kuat dan tersesarkan.Pada Plistosen
berlangsung lagi pendataran dan pengendapan Formasi Dahor (TQd) pada
pliosen dan kemudian diikuti pengendapan Alluvium (Qa).
2.4.
2-11
2-12
2.5.
Morfologi
Bentuk morfologi bentang alam suatu wilayah umumnya sangat
Kelas
Datar
Landai
Agak miring
Miring
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
03
38
8 15
15 30
30 45
45 65
> 65
2.6.
Kegiatan Penambangan
Berdasarkan bentuk dan karakteristik cadangan batubara serta tanah
2-13
2-14
2-15
2-16
2-17