Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1.

Geografi Daerah Penelitian

2.1.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Secara administratif wilayah PKP2B Perusahaan Daerah Baramarta terletak
di sebelah Timur Laut Kota Banjarmasin dengan jarak 106 Km ( 65 Km dari kota
Martapura), secara geografis terletak pada koordinat 1151723,0 BT 31237 LS.
Ada beberapa akses yang dapat dilalui untuk menuju lokasi pengamatan ini,
namun biasanya akses menuju lokasi pengamatan ini dapat ditempuh melalui dua
jalur darat yaitu:
a. Rute KM 71 :
1)

Banjarmasin KM 71 : 71 km, jalan provinsi, material jalan aspal, kondisi


mulus dan lalu lintas sedang.

2)

KM 71 office Pama KCMB : 29 km, jalan tambang, material jalan tanah


terkompaksi, kondisi jalan sebagian besar rusak, licin, bergelombang,
berdebu, kemiringan jalan relatif besar, dan lalu lintas sepi.

b. Rute KM 94 :
1)

Banjarmasin KM 94 : 94 km, jalan provinsi, material jalan aspal, kondisi


mulus dan lalu lintas sedang.

2)

KM 94 office Pama KCMB : 21 km, jalan tambang, material jalan tanah


terkompaksi, kondisi jalan sebagian besar bagus, agak licin, berdebu,
kemiringan jalan relatif besar, dan lalu lintas sepi.
Dari dua jalur tempuh tersebut rata-rata lama waktu yang ditempuh 3 jam

dengan menggunakan roda 2 atau roda 4. Untuk roda 4 biasanya menggunakan


bus karyawan yang biasa keluar masuk lokasi penambangan dan untuk keamanan
dan keselamatan, dianjurkan tidak menggunakan sepeda motor jika melewati KM
71 dan 94.

2-1

Gambar 2.1. Peta Lokasi Kesampaian Daerah

2-2

2.1.2. Iklim dan Curah hujan


Iklim pada daerah PT. Pamapersada Nusantara Distrik KCMB umumnya
sama seperti iklim di Indonesia pada umumnya yaitu beriklim tropis. Faktor iklim
dan curah hujan sangat berpengaruh dalam penambangan terbuka pada
batubara. Pada dasarnya iklim bukanlah komponen lingkungan yang terkena
dampak, tetapi faktor yang terbesar intensitas dampak, seperti erosi lahan,
kestabilan lereng, jalan yang dilalui, dan faktor lainnya. Diantara faktor iklim yang
perlu dikemukakan adalah curah hujan.
Data curah hujan di Perusahaan Daerah Baramarta dalam kurun waktu 8
tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran A, sedangkan curah hujan pada saat
kegiatan pengamatan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Data Rain Fall Bulan Februari dan Maret 2014

Hari/
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Bulan
Februari

Maret

1.50
17.00
10.00
0.50
Total

6.30
7.50
1.00
31.00
1.00
33.00
10.00
1.50
11.00
15.00
36.00
1.00
14.00

Hari/
Tanggal
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Bulan
Februari

Maret

1.00

6.00
3.00
-

39.00
Sumber : Departemen Engineering PT. Pamapersada Nusantara

1.50
6.00
36.00
16.00
40.00
1.00
13.50
2.00
-

284.30

2.1.3. Keadaan Flora dan Fauna


Berdasarkan peta penggunaan lahan Kabupaten Banjar Tahun 2003,
penggunaan lahan-lahan di areal penambangan Perusahaan Daerah Baramarta
adalah karet, kebun campuran, sawah, alang-alang, rumput dan semak. Jenis
vegetasi yang ada di daerah ini hampir seluruhnya merupakan tanaman
perkebunan dan produksi lain berupa pohon karet dan buah-buahan.
Berdasarkan dokumen AMDAL, di lokasi kegiatan terdapat 20 jenis Aves,
11 jenis mamalia, 6 jenis reptil. Di sekitar lokasi kegiatan cukup banyak dijumpai
jenis burung yang merupakan satwa liar atau tidak dipelihara. Jenis-jenis burung

2-3

tersebut antara lain adalah burung tekukur (Streptopelia chinensis), prenjak


(Prinia sp), Walet (Collocalia esculenta), burung cabe (Dicaeum sp), burung
punai, dan burung bubut.
Satwa liar lain yang ditemukan di lokasi kegiatan umumnya merupakan
serangga yang dapat ditemukan antara lain adalah belalang (Conocephalus sp),
kupu-kupu (Eurema hecabe), capung (Crocothermis) dan tawon (Xylacopa sp).
Selain jenis-jenis satwa liar di atas di sekitar lokasi kegiatan yaitu
pemukiman terdekat ditemukan satwa budidaya yang merupakan hewan ternak
penduduk setempat seperti sapi (Bos sondaicus), kuda dan kelinci serta hewan
yang dipelihara seperti anjing (Canis familiaris) dan kucing (Felis familiaris).
2.2.

Kondisi Umum Perusahaan


Kondisi umum perusahaan menjelaskan tentang keadaan umum

perusahaan sebagai tempat dilakukannya penelitian.


2.2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan Daerah Baramarta merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan yang khusus bergerak di
bidang usaha pertambangan batubara, didirikan berdasarkan Peraturan Daerah
No. 19 Tahun 1998 yang kemudian dirubah dengan Peraturan Daerah No. 24
Tahun 2000 sebagai Badan Hukum yang berkedudukan di Martapura Kabupaten
Banjar Kalimantan Selatan.
Perusahaan Daerah Baramarta mengambil lahan bekas tambang PT.
Chuang Hua karena tidak melakukan eksploitasi lahan maka lahan seluas
60.000 ha terbagi atas 6 blok bagian, dimana Perusahaan Daerah Baramarta
memperoleh luas lahan 7.486 ha. dengan luas konsesi sebesar 7.486 Ha
dengan No.KW 98STBCB5/Kalsel. Perusahaan Daerah Baramarta selaku
pemilik konsesi (Concession Owner) menjalin kerjasama dengan PT. Prima Multi
Mineral dan PT Prima Multi Trada sebagai kontraktornya.
2.2.2. Perizinan
Perusahaan

daerah

Baramarta

sesuai

dengan

Perjanjian

Karya

Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) di wilayah KW 98STBCB5


dengan Nomor Kontrak 798.K/20.02/DJB/2000 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum pada tanggal 8 Januari 1999, meliputi luasan
7.486 Ha, terdiri dari 3 (tiga) blok yaitu blok I, II dan III.

2-4

Izin eksploitasi di blok I telah dikeluarkan oleh Pemerintah Republik


Indonesia melalui Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor
798.K/20.02/DJB/2000 tanggal 22 Desember 2000 seluas 752 Ha yang berlaku
mulai dari 14 Desember 2000 sampai dengan 13 desember 2030. Izin eksploitasi
di blok II telah dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui
Keputusan

Direktur

Jenderal

Pertambangan

Umum

Nomor

0200.K/40.00/MEM/2003 tanggal 20 Agustus 2003 seluas 869 Ha yang berlaku


mulai 10 Juli 2002. Izin eksploitasi di blok III seluas 1.001 Ha berdasarkan SK
328.K/30.00/DJB/2008. Adapun sisa luas wilayah PKP2B yang dinilai secara
ekonomis tidak layak, telah dikembalikan (religuishment) kepada Pemerintah.
Tabel 2.2
Status Perizinan dan Luas Wilayah PKP2B Perusahaan Daerah Baramarta
No

Nama
Daerah

Luas (Ha)

Nomor Izin Eksploitasi

Blok I

752

SK 798.K/20.01/DJP/2000 tanggal 22
Desember 2000

Blok II

881,55

SK 0200.K/40.00/MEM/2003 tanggal 20
Agustus 2003

Blok III

1.001

SK 328.K/30.00/DJB/2008, tanggal 13 Mei


2008
diralat dengan 299.K/30/DJB/2011

JUMLAH

2.634,55

Sumber : Lap. LH Perusahaan Daerah Baramarta, 2013

2.2.3. Sumberdaya dan Cadangan


Sebagian besar batubara pada wilayah PKP2B Perusahaan Daerah
Baramarta, digolongkan sebagai sub-bituminous dan secara individu lapisan
dapat digolongkan mulai dari bituminous sampai sub-bituminous dengan nilai
kalori yang bagus dan digolongkan sebagai batubara yang mengandung sulfur
dan abu rendah.
Dari data singkapan, hasil pemboran dan korelasi geologi, diketahui
bahwa endapan batubara di wilayah PKP2B Perusahaan Daerah Baramarta
berbentuk lapisan-lapisan (seams) yang berdimensi geometri dan penyebaran ke
arah horizontal. Urutan stratigrafi perlapisan batubara yang terdapat di
Perusahaan Daerah Baramarta tersusun dari atas ke bawah adalah:

2-5

a.

Seam A, berlapis menjari dengan tebal 0,3 0,7 meter. Keberadaan seam A
secara lateral tidak menerus.

b.

Seam B, ketebalan 3 4 meter. Terdapat di sebelah Utara dari area


Perusahaan Daerah Baramarta, jarak antara seam A dengan seam B
(interburden) adalah 38 53 meter.

c.

Seam C, ketebalan 1,2 2,4 meter. Jarak antara seam B dengan seam C
adalah 9 12 meter.

d.

Seam D upper, ketebalan 1 16 meter. Jarak antara seam C dengan seam


D upper adalah 10 meter.

e.

Seam D, ketebalan 2,6 3,1 meter. Jarak antara seam D upper dengan
seam D adalah 3 5 meter.
Tabel 2.3
Keadaan Cadangan Perusahaan Daerah Baramarta
URAIAN

BLOK PROSPEK
BLOK I
BLOK III
SOUTH PIT
NORTH PIT
WEST PIT

LUAS

752 Ha

SISA CADANGAN (TON)

4,778,692.17

SR

141,240.87

11.00

BLOK II
PINANG PIT

TOTAL

1.001 Ha

881,55 Ha

4,959,246.21

2,194,947.74

12,074,126.98

13.01

9.16

11.08

2634,55 Ha

Sumber : Laporan Eksplorasi PD Baramarta, 2013

2.3.

Keadaan Geologi Regional


Wilayah penambangan batubara Perusahaan Daerah Baramarta terletak

di Bagian Barat Pegunungan Meratus yang disusun oleh komplek batuan PraTersier yang terdiri dari batuan ultrabasa, peridotit, malihan, batuan beku, lava
basalt dan metasedimen yang sudah terlipatkan. Endapan batubara terdapat
dalam zona Cekungan Barito yang merupakan kelanjutan bagian Barat Daya dari
Cekungan Kutai, yaitu pada Formasi Tanjung. Formasi Tanjung terdiri dari
batuan lempung, batupasir kuarsa dan batubara yang berumur Eosen.
Cekungan Barito terdiri dari empat buah Formasi dengan urut-urutan
stratigrafi dari tua ke muda sebagai berikut :
1.

Formasi Tanjung
Merupakan

perselingan

batupasir

kuarsa,

batulempung

dan

konglomerat. Formasi ini diendapkan pada lingkungan paralis hingga neritik


dengan ketebalan sekitar 900 meter dan berumur Eosen. Hubungannya
tidak selaras dengan batuan dasar Pra-Tersier.

2-6

2.

Formasi Berai
Litologinya berupa batugamping masif (terumbu). Setempat
ditemukan perselingan batugamping, batulempung dan napal. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan lagoon hingga neritik tengah dengan ketebalan
hingga

1075

meter

dan

berumur

oligosen

sampai

Miosen

awal.

Hubungannya selaras dengan Formasi Tanjung yang terletak di bawahnya.


3.

Formasi Warukin
Merupakan perselingan batupasir kuarsa dan batulempung dengan
sisipan batubara. Setempat ditemukan sisipan batugamping. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan neritik dalam hingga deltaik dengan ketebalan
sekitar 2400 meter dan berumur Miosen tengah sampai Miosen akhir.
Hubungannya selaras dengan Formasi Berai yang terletak dibawahnya.

4.

Formasi Dahor
Merupakan perselingan batupasir dan konglomerat yang tidak
kompak. Setempat ditemukan batulempung lunak, lignit dan limonit. Formasi
ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga sublitoral dengan ketebalan
sekitar 840 meter dan berumur Miosen akhir sampai Pliosen. Hubungannya
tidak selaras dengan Formasi Warukin yang terletak dibawahnya dan tidak
selaras dengan endapan alluvial yang terdapat di bagian atasnya.
Stratigrafi tertua adalah pada masa (Era) Mesozoikum yaitu batuan

Batupasir Kersikan dan Rijang Radiolaria (Mr), Sekis Garnet Amfibolit (Mm),
Batuan Ultramafik (Mub), yaitu Trias-Jura. Sedangkan pada periode kapur
diendapkan Diorit (Kdi), Olistolit Kintap (Kok), Formasi Ptap (Ksp), Anggota Paau
(Kvp), Formasi Manunggal (Km), dan Formasi Haruyan (Kvh). Formasi Tanjung
(Tet), FormasiPamaluan (Tomp), Formasi Berai (Tomb), dan Formasi Warukin
(Tmw). Diendapkan pada periode Tersier. Formasi Dahor (TQd) diendapkan
pada akhir Tersier yaitu pada kala Pliosen sampai awal Kuarter (Plistosen)
sedangkan Alluvium (Qa) diendapkan Holosen hingga kini.
Secara umum lapisan batuan pada Formasi Tanjung yang ada pada
wilayah penambangan Perusahaan Daerah Baramarta mempunyai jurus relatif
Utara-Selatan (N 201 E) dengan kemiringan lapisan ke arah Barat 8 - 10.
Pada sebagian lokasi Perusahaan Daerah Baramarta terdapat sesar naik
yang juga merupakan batas dari penyebaran batubara yang dapat teramati.
Akibat zona sesar ini lapisan batuan ikut terseret/terangkat dan menghasilkan
struktur lipatan terbatas berupa sinklin.

2-7

2.3.1. Stratigrafi Regional


Urutan stratigrafi regional pada satuan batuan sedimen tersier dari
lapisan tua kelapisan muda adalah sebagai berikut :
a. Era Mesozoikum
1) Trias-Jura
Batupasir Kersikan dan Rijang Radiolaria (Mr): Batupasir Kersikan
berwarna putih kemerahan, berbutir halus dan padu, dengan sisipan
rijang radiolarian. Satuan ini bersentuhan sesar dengan batuan Ultramafik
dan

Formasi

Pitap

serta

tertindih

tak

selaras

oleh

Formasi

Tanjung.Umurnya diduga Jura.


Sekis Garnet Amfibolit (Mm): bertekstur heteroblastik, bersentuhan
secara tektonik dengan ultramafik dan diduga berumur jura.
Batuan Ultramafik (Mub): Harzburgit, dunit, serpentinit, gabro,
basal, dan piroksinit yang telah terserpentinitkan. Mikrodiorit (granit tipe
M) berupa bodin berukuran 1-2 meter dijumpai dengan arah U 290O T.
Batuan

Ultramafik

bersentuhan

secara

tektonik

dengan

satuan

disekitarnya.
2) Kapur
Diorit (Kdi): Diorit, sama butir dan Hipidiomorfik granular
menerobos batuan ultramafik dan Formasi Pitap. Olistolit Kintap (Kok) :
batugamping

padat-berlapis

buruk,

berumur

aptian-albian

dan

terendapkan dilingkungan litoral atau lautdangkal.


Formasi Pitap (Ksp) : Perselingan konglomerat, batupasir wake,
dan

batulanau,

bersisipan

batugamping,

breksi

aneka

bahan,

batulempung, konglomerat dan basal. Tebal satuan ini antara 1000 dan
1500 meter, menjemari dengan Formasi Haruyan.
Anggota Paau (Kvp): Basal amigdaloid, basal porfir. Anggota Paau
menjemari dengan Formasi Manunggul dan dikorelasikan dengan fasies
gunungapi. Umurnya Kapur Atas.
Formasi Haruyuan (Kvh) : Lava basal, breksi aneka bahan dan tuf.
Formasi Haruyuan tebalnya mencapai 1250 meter dan menjemari dengan
Formasi Pitap.

2-8

b.

Era Kenozoikum
1) Tersier
Formasi Tanjung (Tet): Formasi tanjung diperkirakan memiliki
umur Paleosen Akhir-Oligosen Awal, diendapkan selama awal genang
laut tersier. Formasi tanjung diendapkan secara tidak selaras diatas
batuan pra-Tersier, pada lingkungan paralis-neritik. Litologi yang terdapat
pada Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa yang berbutir halus. Pada
Formasi tanjung bagian bawah terdapat juga batu lempung setempat
menyerpih dan sisipan batu gamping yang mengandung fragmen
moluska serta foraminifera. Sedangkan pada Formasi tanjung bagian atas
terdapat sisipan batubara serta batulempung serpihan. Dibeberapa
tempat juga terdapat konglomerat yang diduga berupa channel.
Ketebalan Formasi Tanjung melebihi 1000 m dan sebarannya mengikuti
pola sedimentasi berarah North West South East.
Formasi Berai (Tomb): Formasi ini memiliki umur Oligosen Awal
Miosen Awal dan diendapkan secara selaras diatas Formasi Tanjung.
Pada bagian bawah Formasi ini terdapat litologi berupa batu lempung
karbonatan. Sedangkan dibagian tengah terbentuk litologi batugamping
yang masif. Setelah itu, pada bagian atas dari Formasi ini, diendapkan
kembali batu lempung karbonatan.Formasi ini memiliki ketebalan sekitar
100 m dengan pola penyebaran yang dikontrol oleh tinggian purba pada
pembentukan cekungan yang lebih tua.
Formasi

Warukin

(Tmw):

Formasi

Warukin

mengalami

pengendapan pada awal susut laut (regresi). Batuan penyusun dari


Formasi ini terdiri dari batu lempung yang berselang-seling dengan
lapisan-lapisan tipis batupasir kuarsa dan batu lempung serta batu
gamping. Formasi ini mulai terbentuk bersamaan dengan pengangkatan
Tinggian Meratus dibagian timur Cekungan Barito, yang dikenal dengan
synorogenic yang mulai pada Miosen Awal Tengah.
Litologi yang terdapat pada bagian bawah Formasi Warukin
tersusun atas batu lempung dengan sisipan batubara serta lapisan
batupasir kuarsa. Pada bagian tengah Formasi ini masih diendapkan
batulempung, batubara dan sisipan batu pasir kuarsa. Sedangkan pada
bagian atasnya, diendapkan batu lempung, sisipan batu pasir kuarsa
serta sisipan batubara yang lebih tebal. Formasi ini diendapkan didaerah

2-9

laut dangkal atau litoral (Triono dan Mulyana, 2007), sedangkan


perselingan batu pasir dan batu lempung menandakan adanya energi
pengangkutan partikel sedimen berbeda yang biasa dijumpai pada
dataran banjir disekitar muara sungai. Sedangkan batubara didaerah ini
muncul sebagai sisipan yang memiliki ketebalan mencapai 25 m.
Formasi Warukin diendapkan secara selaras diatas Formasi Berai
dalam lingkungan laut dangkal (Litoral) hingga paralik yang berubah
secara berangsur kebagian atas menjadi endapan fluviodeltaik. Umur dari
Formasi ini diperkirakan antara Miosen Awal Tengah-Miosen Akhir.
Ketebalan Formasi Warukin berkisar antara 450-650 meter dan menebal
kearah Tinggian Meratus dengan perkiraan sekitar 1300 meter (Satyana,
1995)
Formasi Dahor (Tqd): Formasi Dahor merupakan batuan sedimen
tersier termuda pada daerah penelitian yang diendapkan secara tidak
selaras diatas Formasi Warukin. Formasi ini terbentuk bersamaan dengan
siklus pengangkatan Tinggian Meratus, sejalan dengan pelipatan dan
pensesaran yang terjadi pada batuan pra-Dahor.
Formasi
diendapkan

Dahor

pada

diperkirakan

lingkungan

paralis

berumur
dengan

Plio-Plistosen
pola

dan

penyebaran

sedimentasi yang cenderung menebal kearah Tinggian Meratus. Berkisar


antara 200-250 meter.
Litologinya terdiri dari batu pasir, kuarsa, konglomerat, dan batu
lempung, sisipan lignit, kaolin, dan limonit. Sedimentasi yang membentuk
perselingan tipis, lapisan sejajar antara batu pasir halus dan lempung,
mengindikasikan lingkungan pengendapan dataran banjir, endapan
batubara yang rapuh mengindikasikan lingkungan rawa (Triono dan
Mulyana, 2007).
2) Kuarter
Alluvium (Qa): Kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur
terdapat sebagai endapan sungai rawa dan pantai.
2.3.2. Struktur Regional
Kegiatan tektonik daerah ini diduga berlangsung sejak zaman jura yang
mengakibatkan bercampurnya batuan ultramafik (Mub), sekis garnet amfibolit
(Mm) dan batupasir terkersikan (Mr). Genang laut dan kegiatan gunung api
terjadi pada kapur akhir bagian bawah yang menghasilkan Formasi Pitap (Ksp),
2-10

Formasi Manunggal (Km), Formasi Haruyan (Kvh), dan Formasi Paau (Kvp).
Pada kapur akhir bagian atas terjadi kegiatan magma yang menghasilkan
terobosan Diorit (Kdi). Diorit ini menerobos batuan alas Formasi Pitap dan
batuan-batuan yang lebih tua.Pengangkatan dan pendataran terjadi pada awal
Paleosen-Eosen yang diikuti pengendapan Formasi Tanjung (Tet) bagian bawah,
sedangkan bagian atas Formasi ini terbentuk saat genang laut.
Paparan karbonat Formasi Berai (Tomb) terbentuk dalam kondisi genang
laut pada awal Oligosen-Miosen bersamaan dengan pengendapan klastika
Formasi Pemaluan (Tomp). Pada miosen tengah terjadi susut laut dan
bersamaan dengan pengendapan Formasi Warukin (Tmw) dalam suasana darat.
Kegiatan tektonik terjadi lagi pada miosen akhir yang mengakibatkan hamper
seluruh batuan Mesozoikum membentuk tinggian Meratus di barat lembar yang
memisahkan cekungan Barito dan Cekungan Pasir. Pada Miosen akhir batuanbatuan pra-Tersier dan tersier terlipat kuat dan tersesarkan.Pada Plistosen
berlangsung lagi pendataran dan pengendapan Formasi Dahor (TQd) pada
pliosen dan kemudian diikuti pengendapan Alluvium (Qa).
2.4.

Keadaan Geologi Lokal


Secara umum lapisan batuan pada Formasi Tanjung yang ada pada

wilayah penambangan PT. Pamapersada Nusantara Distrik KCMB mempunyai


jurus relatif Utara-Selatan (N 201 E) dengan kemiringan lapisan ke arah Barat
8 - 10.
Sebagian besar batubara pada wilayah penambangan Perusahaan
Daerah Baramarta digolongkan sebagai sub-bituminous dan secara individu
lapisan dapat digolongkan mulai dari bituminous sampai sub-bituminous dengan
nilai kalori yang bagus dan digolongkan sebagai batubara yang mengandung
sulfur dan abu rendah.

2-11

Gambar 2.2. Peta Geologi Perusahaan Daerah Baramarta

2-12

2.5.

Morfologi
Bentuk morfologi bentang alam suatu wilayah umumnya sangat

dipengaruhi oleh struktur geologi. Morfologi bentang alam di wilayah Perusahaan


Daerah Baramarta berupa perbukitan bergelombang sedang, perbukitan
gelombang lemah dan dataran dengan kemiringan lereng berkisar 5-18%.

Kelas

Tabel 2.4 Klasifikasi Kemiringan Lereng


Kemiringan Lereng
Kemiringan
Topografi

Datar
Landai
Agak miring
Miring
Agak Curam
Curam
Sangat Curam

03
38
8 15
15 30
30 45
45 65
> 65

Timbulan rata-hampir rata


Timbulan berombak
Timbulan bergelombang
Timbulan perbukitan
Timbulan pegunungan
Timbulan pegunungan
Timbulan pegunungan

Sumber : Laporan Eksplorasi PD Baramarta, 2013

2.6.

Kegiatan Penambangan
Berdasarkan bentuk dan karakteristik cadangan batubara serta tanah

penutupnya, maka sistem tambang terbuka (surface mining) yang dapat


diterapkan adalah metode open pit dengan menambang lapisan batubara dari
singkapan sampai dengan kedalaman tertentu dan sepanjang daerah tambang
sesuai dengan Stripping Of Ratio (SR) yang ditetapkan.

Gambar 2.3 Flowchart Kegiatan Penambangan Open Pit

2-13

Terdapat beberapa blok penambangan yang direncanakan dimana


setelah blok awal dibuka dilanjutkan dengan membuka blok selanjutnya sehingga
terdapat kemudahan dalam membuang overburden dalam jumlah yang besar ke
dalam pit yang telah ditinggalkan. Sistem ini lebih dikenal dengan sistem
Backfilling.
2.6.1. Persiapan Penambangan dan Pembersihan
Secara umum daerah penelitian yang akan ditambang pada saat ini
merupakan daerah perbukitan ringan dan merupakan daerah yang telah terbuka
akibat kegiatan penambangan sebelumnya. Oleh karena itu, pekerjaan
pembersihan lahan hanya cukup dilakukan dengan bulldozer.

Gambar 2.4 Kegiatan Pembukaan Lahan


2.6.2. Pengupasan Tanah Penutup
Pertimbangan penanaman kembali daerah bekas tambang menggunakan
strategi pengelolaan lingkungan secara menyeluruh terutama dalam hal
penanganan tanah pucuk (top soil) yang lebih kaya akan unsur hara. Tanah
humus ini dikupas sampai ketebalan tertentu dengan menggunakan bulldozer.
Kemudian ditumpuk dan ditimbun pada suatu tempat yang aman dari kegiatan
pertambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan kembali dalam kegiatan
reklamasi.

2-14

Gambar 2.5 Kegiatan Pengupasan Top Soil


Penggalian tanah penutup dilakukan dengan menggunakan bulldozer dan
excavator. Bulldozer berfungsi sebagai pemberai batuan, pada batuan yang
keras digunakan alat garu (ripper) yang terdapat pada bagian belakang bulldozer
dan selanjutnya dikumpulkan untuk dimuat ke dalam dump truck oleh excavator.
Pada awalnya tanah penutup akan ditimbun di tempat penimbunan tanah
penutup yang letaknya berada di luar areal penggalian (out side dumping).
Namun jika terdapat daerah yang telah habis tertambang mulailah dilaksanakan
backfilling, yaitu melakukan penimbunan tanah penutup pada daerah bekas
tambang. Cara ini, di samping akan mengurangi jarak angkut tanah penutup juga
akan mengurangi dampak lingkungan dengan mengisi kembali lubang-lubang
bekas tambang dan mempersiapkan dilaksanakannya reklamasi.
2.6.3. Penggalian, Pemuatan, dan Pengangkutan
Excavator adalah alat yang akan digunakan untuk menggali dan memuat
batubara. Untuk meningkatkan produkifitasnya, excavator akan dibantu oleh
bulldozer yang berfungsi menggali dan mendorong batubara ke daerah kerja
excavator. Alat angkut batubara yang akan digunakan adalah dumptruck dengan
kapasitas muat 31-35 ton per unit yang di angkut menuju crushing plant yang
tempatnya tidak jauh dari lokasi penambangan.

2-15

Gambar 2.6 Kegiatan Pengupasan OB


2.6.4. Penumpukan Batubara
Raw batubara dari tambang di angkut ke unit pengolahan batubara
dimana terdapat tempat penumpukan yang berbeda-beda dan juga kapasitas
yang berbeda pula. Di tempat ini dilakukan pencampuran seam batubara di
Hopper Crusher. Pencampuran dilakukan sebelum batubara dimasukkan
kedalam Surge bin untuk segera dialirkan ke Overland Conveyor. Proses
pencampuran di plant stockpiles dilakukan dengan cara mengatur flow rate dari
satu stockpile dengan yang lainnya dengan perbandingan tertentu sehingga
dihasilkan kualitas yang dikehendaki.

Gambar 2.7 Kegiatan di Area ROM Batubara

2-16

2.6.5. Pengapalan Batubara


Semua hasil pencampuran dari plant stockpile akan dikirim ke tempat
penumpukan di pelabuhan atau dapat juga langsung dikirim ke kapal dengan
menggunakan dumptruck. Jika tempat penumpukan di pelabuhan penuh maka
akan di tempatkan di lokasi yang biasa di sebut buffer yang lokasinya tidak jauh
dari tempat penumpukan di pelabuhan.

Gambar 2.8 Stockpile dan Port

2-17

Anda mungkin juga menyukai